• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI IMITASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PLA (POLY LACTIC ACID) PADA AGROINDUSTRIKEMASAN BIODEGRADABEL DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI IMITASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PLA (POLY LACTIC ACID) PADA AGROINDUSTRIKEMASAN BIODEGRADABEL DI INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 135

STRATEGI IMITASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PLA (POLY LACTIC

ACID) PADA AGROINDUSTRIKEMASAN BIODEGRADABEL

DI INDONESIA

Fitry Filianty

Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB Alamat Email : ffilianti31@yahoo.co.uk

ABSTRACT

Indonesia has the potential for development of PLA (Poly Lactic Acid) as biodegradable packaging agroindustry due to the availability of raw material, such as tubers as a source of starch and lignocellulose as a source of cellulose, but Indonesia has limitations in terms of its technology. This was due to the intensity and quality of the research that has not been adequate. For that condition, imitation strategies can be developed for PLA (Poly Lactic Acid) agroindustry in Indonesia and the level of product imitation strategies is knockoff or cloning. At that level, PLA agroindustry to be developed completely replicate existing products but have other brands. With this strategy, the PLA agroindustry is expected to produce a cheaper price product because of the availability of raw materials in Indonesia that easy to fine. Raw material for PLA that can be selected from cassava tubers beacause its easy in cultivation and cheaper among other types of bulbs. To improve competitiveness, the company who built the imitation strategy needs to be managed with the application of knowledge management in order to be able to last long existence.

Keyword :PLA (Poly Lactic Acid), imitation strategy, knowledge management

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik sintetik diproduksi dunia untuk digunakan di berbagai sektor industri, dan kira-kira sebesar itulah sampah plastik yang dihasilkan setiap tahun. Menurut perkiraan Industri Plastik dan Olefin Indonesia (INAPlas), kebutuhan plastik masyarakat Indonesia di tahun 2002 sekitar 1,9 juta ton kemudian meningkat menjadi 2,1 juta ton di tahun 2003. Sementara kebutuhan plastik dalam negeri di tahun 2004 diperkirakan mencapai 2,3 juta ton [1]. Berdasarkan kondisi tersebut maka kebutuhan plastik akan terus meningkat jumlahnya hingga waktu mendatang.

Umumnya plastik yang digunakan sebagai kemasan adalah polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi (non-renewable) dan bersifat tidak dapat

didegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan kemasan plastik sintetik tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas karena akan menambah persoalan lingkungan dan kesehatan diwaktu mendatang. Salah satu solusi terhadap permasalahan penggunaan plastik non (bio)degradabel tersebut agar tidak menjadi persoalan lingkungan adalah dengan melakukan pengembangan teknologi bahan kemasan yang biodegradable khususnya plastik biodegradable.

(2)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 136

pada tahun 2010, diproyeksikan produksi plastik biodegradable akan mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/10 dari total produksi bahan plastik dunia [1]. Industri plastik biodegradable akan berkembang menjadi industri besar di masa yang akan datang. Saat ini produksi plastik biodegradable masih terbatas di negara-negara maju saja dengan jenis bahan yang berbeda-beda.

Salah satu jenis plastik biodegradable yang telah berkembang secara komersil adalah PLA (poly-lactic acid) atau poli asam laktat. Perusahaan besar yang memproduksi PLA adalah Cargill-Dow Chemicals Co dengan skala 140.000 ton/tahun menggunakan bahan baku pati jagung. Sementara itu di Jepang, perusahaan Shimadzu Co. dan Mitsui Chemicals Co. juga memiliki plant produksi PLA. Perusahaan Toyota telah merencanakan akan mendirikan plant industri PLA di Indonesia dengan memanfaatkan pati ubi jalar. Berdasarkan kondisi tersebut menunjukan bahwa PLA akan menjadi unggulan plastik biodegradable di masa depan.

PLA dapat diproduksi menggunakan bahan baku sumberdaya alam terbarukan seperti pati dan selulosa melalui fermentasi asam laktat. Berbagai hasil pertanian yang potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku pembuatan PLA di Indonesia antara lain adalah umbi-umbian tropis khas Indonesia seperti singkong, ubi jalar, sagu, kentang, ganyong, iles-iles dan garut yang menjadi sumber pati. Selain itu terdapat pula sumber-sumber selulosa seperti by product industri gula, sawit dan kakao yang selama ini pemanfaatannya belum optimal. Pengembangan teknologi kemasan plastik biodegradable di Indonesia khususnya tentang PLA masih sangat terbatas. Hal ini terjadi karena selain kemampuan sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu dan teknologi bahan, juga dukungan dana penelitian yang terbatas. Penelitian dalam bidang ilmu dasar memang memerlukan waktu lama dan dana yang besar. Sebenarnya prospek pengembangan PLA sebagai biopolimer

untuk kemasan plastik biodegradable di Indonesia sangat potensial, dimana dalam hal ini dukungan sumber daya alam, khususnya hasil pertanian tersedia dan dapat diperoleh sepanjang tahun (sustainable/renewable). Untuk itu dengan kendala-kendala yang dimiliki di Indonesia maka perlu dirumuskan strategi pengembangan agroindustri PLA yang cocok agar agroindustri tersebut dapat berkembang di Indonesia bahkan dapat menguasai pasar internasional.

1.2. Tujuan

a) Mengetahui potensi pengembangan agroindustri PLA di Indonesia

b) Merumuskan langkah-langkah yang ditempuh dalam strategi imitasi dan manajemen pengetahuan untuk pengembangan agroindustri PLA di Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inovasi

Istilah inovasi telah didefinisikan oleh Josepth Schumpeter sebagai : komersialisasi semua kombinasi yang didasari oleh pemanfaatan (1) bahan dan komponen baru, (2) proses baru, (3) pasar baru, dan (4) bentuk organisasi baru [2]. Dengan kata lain, menurut definisi ini, inovasi merupakan komposit dari kedua bidang, yaitu bidangteknis dan bidang bisnis. Bila hanya melibatkan teknologi, maka Schumpeter menamakannya invensi (invention), begitu bidang bisnis dilibatkan, maka muncul inovasi (innovation).

(3)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 137

menciptakan monopoli, atau membuka monopoli perusahaan lain [2]. Sementara itu menurut UU No. 18 tahun 2002 pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

Inovasi dipandang sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa [3]. Berdasarkan pengertian tersebut, inovasi memiliki 3 fokus utama yaitu:

1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan dari suatu gagasan pemikiran, ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal.

2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan.

3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu dapat dirasakan manfaatnya

Dalam teori siklus produk atau product life cycle, inovasi merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh suatu perusahaan untuk terhindar dalam fase declining. Biasanya dalam siklus produk, selambat-lambatnya inovasi harus dilakukan pada tahap maturityyaitu tahap di mana produk telah sampai pada fase mapan.

2.2. Strategi Imitasi

Strategi imitasi merupakan strategi pengikut pasar dalam upayanya untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar [4]. Imitasi dapat dilakukan perusahaan dengan berperan sebagai pemalsu, pengklon, peniru, atau pengadaptasi.

Strategi imitasi merupakan strategi yang biasanya digunakan oleh later entry untuk memasuki pasar dengan melewatkan proses yang dilakukan oleh innovator [5]. Imitator biasanya memasuki pasar dengan meniru dari innovator. Secara umum strategi imitasi mengkombinasikan tiga strategi yaitu [5]:

a. Lower prices, yaitu menjual produk dengan harga yang lebih rendah dari produk pioneer. Hal ini sangat memungkinkan karena imitator tidak membutuhkan biaya untuk riset pasar serta biaya promosi yang rendah. b. Sell a supperior product, yaitu menjual

produk yang bisa lebih baik atau sudah disempurnakan dari produk pioneer. c. Use their market power to overhelm the

weaker pioneer, yaitu menyerang pioneer secara langsung di pasar terutama pioneer yang memiliki posisi lemah.

Produk imitasi merupakan produk yang diciptakan dengan mengacu atau meniru pada produk pionir [6]. Imitasi dapat dilakukan dengan meniru disain, membuat produk generik dengan harga yanglebih murah, dan melakukan beberapa penyempurnaan dari produk terdahulu.

Produk imitasi merupakan produk yang memasuki pasar dengan mengimitasi produk pioneer(inovator). Imitasi tersebut dapat dilakukan dengan membajak sampai kepada membuat produk yang lebih baik dengan dasar produk pioneer. Oleh karena itu produk imitasi terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu [5] :

(4)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 138

2. Knockoff atau kloning.Pada tingkatan ini perusahaan benar-benar meniru produk yang sudah ada tetapi memiliki merek yang lain.

3. Design copy atau trade dress. Pada tingkatan ini kemasan, tampilan atau disain merupakan bagian yang penting dari produk yang menggunakan strategi ini. Selanjutnya peniruan disain dipadukan dengan imitasi dan inovasi. Namun jika desain atau kemasan bukan bagian yang penting, maka yang dapat ditiru adalah teknologi atau keunikan dari produk yang menjadi acuan. Pada tingkatan ini perusahaan menciptakan produk yang sangat menyerupai produk lain atau biasanya produk pionir atau market leader tetapi tidak benar-benar sama. Pada tingkatan ini sering juga disebut sebagai kombinasi antara strategi imitasi dan inovasi. Sesuai fungsinya untuk mengelabui konsumen sehingga melakukan kesalahan dalam pembelian, maka produk ini dapat juga disebut dengan istilah produk kamuflase. Strategi ini biasanya digunakan oleh pengikut pasar agar dapat menghindari berbagai biaya sehingga dapat berhadapan langsung dengan market leader, karena strategi ini cenderung untuk menciptakan produk yang hampir sama dengan market leader tetapi dengan harga yang lebih rendah.

Komponen utama strategi imitasi pada produk kamuflase dalam merebut perhatian konsumen terdiri dari [4] : - Packaging yang dibuat mirip dengan

market leader. Hal ini dilakukan untuk mengelabui konsumen secara visual.

- Promosi yang sama dengan market leader. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan atau positioning yang sama dibenak konsumen dengan produk yang menjadi market leader.

- Produk baru yang sama dengan market leader. Menciptakan produk yang sama atau lebih baik dibandingkan produk market leader.

- Harga yang lebih murah dibandingkan market leader. Harga merupakan hal yang cukup menjadi pertimbangan bagi konsumen. - Merek yang hampir sama dengan

market leader. Untuk beberapa produk terkadang hanya berbeda satu atau dua huruf dengan merek marketleader.

- Strategi distribusi yang sama dengan market leader. Biasanya produk imitasi cenderung mengawali proses ini dengan menjadi saluran distribusi dari produk market leader,

Imitasi jenis ini berada diantara daerah ilegal dan legal. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan inovasi perusahaan, selain itu faktor hukum yang berlaku disuatu negara merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Undang-undang dibidang trade dress cenderung mengacu pada hak akan kekayaan intelektual (HaKi) untuk menghindari adanya penjiplakan. 4. Creative adaptations.Perusahaan peniru

berupaya meniru produk yang ada, kemudian mengembangkan atau mengadaptasikannya kepada lingkungan yang baru.

2.3. Manajemen Pengetahuan

(5)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 139

keputusan saat ini dan masa depan dengan maksud meningkatkan efektifitas perusahaan atau organisasi [8].

Peran manajemen

pengetahuanadalah untuk mengembangkan asset pengetahuan strategis untuk membangun kompetensi dasar sejalan dengan bidang strategi bisnis [9].Manajemen pengetahuandapat memberi akses kepada informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik daripada apayang telah dilakukan di masa lampau. Dalam hal ini, manajemen pengetahuantidak memberi jawaban untuk permasalahan namun memfasilitasi kemauan untuk mempelajari jawaban [10].

Berbagai rujukan mendukung adanya indikasi bahwa inovasi menjadi indikator adanya proses penciptaaan pengetahuan baru di organisasi. Penciptaan pengetahuan merupakan esensi dari inovasi [11]. Agar mampu bertahan di lingkungan bisnis, organisasi melakukan berbagai cara seperti inovasi produk, memperluas pasar, meningkatkan kualitas layanan, memperbaiki proses produksinya, perbaikan sistem organisasi, dan melakukan penghematan biaya.

Strategi-strategi organisasi dibuat dan diciptakan agar bertahan di derasnya perubahan lingkungan. Strategi organisasi haruslah mampu menciptakan keunggulan kompetitif. Terdapat dua sumber keunggulan kompetitif yang bisa digali oleh organisasi yaitu dari dalam organisasi dan dari luar organisasi. Sumber-sumber dari luar terdiri dari tersedianya sumber daya alam, teknologi, pasar tenaga kerja baik kasar maupun profesional dan lainlain. Sedangkan sumber-sumber dari dalam organisasi misalnya kemampuan karyawan, struktur organisasi, sistem kerja organisasi, kreatifitas untuk menciptakan proyek-proyek yang menguntungkan organisasi, dan manajemen pengetahuan (knowledge management).

2.4. Kemasan Biodegradabel

Kemasan ramah lingkungan merupakan sebuah konsep mengenai pengemas produk, baik produk pangan atau

non pangan yang tidak mengganggu kestabilan lingkungan apabila mengalami kontak dengan unsur-unsur lingkungan, seperti air, udara, dan tanah [12].Kemasan yang dimaksudkan adalah kemasan dari plastik.Pada awalnya plastik kebanyakan dibuat dari minyak bumi dan bersifat nonbiogradable.Plastik sintetik mempunyai kestabilan fisiko-kimia yang sangat kuat sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami. Oleh karenaituplastik ini dianggap tidak ramah lingkungan karena sifatnya yang tidak bias didegradasi secara biologi ditanah dan tentunya akan mencemari tanah [12]. Jika plastik ini dihancurkan dengan cara yang lain misalnya pembakaran, maka akan menghasilkan gas CO2 yang akan semakin memperparah pamanasan global. Pengembangan kemasan ramah lingkungan merupakan alternatif solusi dalam menanggulangi permasalahan kemasan plastik nonbiogradable.

(6)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 140

2.5. Poly Lactic Acid (PLA)

Poly Lactic Acid (PLA) adalah polimer dari sumber yang terbaharui dan berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan menggunakan substrat pati atau gula sederhana [15]. Bahan bakunya berupa asam laktat, merupakan bahan kimia yang bersifat ramah lingkungan, mudah terurai, dan dapat diperbaharui [16]. PLA merupakan keluarga aliphatic polyesters yang biasanya dibuat dari alfa

asam hidroksi yang ditambahkan asam poliglicolat atau polimandelat.PLA memiliki sifat tahan panas, kuat, & merupakan polimer yang elastic [16].PLA yang terdapat di pasaran dapat dibuat melalui fermentasi karbohidrat ataupun secara kimia melalui polimerasi kondensasi dan kondensasi azeotropik [17].Polimer PLA dapat terurai di tanah baik dalam kondisi aerob ataupun anaerob dalam kurun waktu enam bulan sampai lima tahun [16].

Gambar 1.Rumus Kimia PLA [18]

PLA terdegradasi melalui dua tahap, yaitu tahap degradasi/fragmentasi dan tahap biodegradasi.Degradasi terjadi karena panas, air dan sinar matahari menghasilkan fragmen-fragmen polimer.Biodegradasi terjadi karena fragmen-fragmen polimer dikonsumsi oleh mikroorganisme sebagai makanan dan sumber energi.Plastik sintetik tidak mengalami biodegradasi, tetapi hanya mengalami degradasi sehingga masih meninggalkan residu.PLA mengalami degradasi atau fragmentasi pada hari ke-15 dan mengalami biodegradasi pada hari ke-30.Dibandingkan dengan polymer biodegradable lainnya, PLA relatif lebih cepat terdekomposisi [17].

Hasil-hasil riset terbaru menunjukkan PLA mempunyai keunikan dan kelebihan baik dalam permeabilitas, transmisi oksigen, suhu transisi dan kecepatan mengompos dibandingkan dengan jenis plastik lain. PLA memiliki permeabilitas uap air yang relatif rendah sehingga memungkinkan layak dijadikan kemasan.PLA juga memiliki laju transmisi oksigen (udara) relatif lebih tinggi sehingga bisa digunakan untuk pangan yang didinginkan dalam bentuk cair.Suhu perubahan PLA adalah antara 50-600C sehingga seringkali hanya digunakan untuk kemasan makan dingin. Tetapi sekarang

telah dikembangkan suatu proses dimana PLA direkayasa agar tahan terhadap panas dan tekanan [17].

3. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode evaluasi bersifat kualitatif. Data-data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada para informan yang terkait dengan objek masalah yang akan dikaji. Analisis data primer dan sekunder dilakukan dari hasil pencatatan dan rekaman wawancara secara bebas maupun terpimpin serta semua data yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, informasi dari media massa/surat kabar, peraturan perundang-undangan serta dokumen lainnya yang dapat mendukung data dan informasi penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PLA sebagai Inovasi Kemasan

(7)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 141

non pangan karena memiliki sifat pembatas (barier) yang baik terutama untuk kelembaban dan uap air.

Sejak tahun 2002, PLA berbahan baku pati jagung dengan merk dagang “Nature Works” telah diproduksi secara komersial oleh Cargill Dow LLC USA dengan kapasitas 180.000 ton per tahun [19]. Harga PLA (3€/kg) saat ini menjadi harga poliester termurah dipasaran, sehingga merupakan peluang besar apabila dapat dikembangkan.Saat ini harga PLA menempati posisi lebih murah di pasaran oleh karena itu PLA dapat dijadikan bioplastik paling potensial untuk diaplikasikan, walaupun jumlahnya belum banyak [18].

Dalam perkembangan dunia kemasan biodegradable, Amerika telah melakukan pengembangan PLA tetapi dengan basis jagung [12].Bahan baku jagung tersebut digunakan karena melihat produksi jagung di Amerika cukup melimpah, sehingga selain untuk produk pangan, jagung dimanfaatkan untuk pembuatan PLA sebagai kemasan biodegradable. Proses pencetakan PLA menjadi berbagai bentuk kemasan (tas belanja, gelas, sendok, mangkok, dll) dapat dilakukan sebagaimana halnya proses pencetakan plastik sintetik, karena bioplastik PLA juga mempunyai sifat-sifat mekanis yang mirip dibandingkan plastik sintetik, terutama dengan polistiren [20]. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan PLA.

Selain itu kelebihan lainnya, jika digunakan khususnya sebagai kemasan pangan,PLAmasuk kedalam Golongan GRAS (Generally Recognize As Safe), sehingga terjamin aman dari migrasi bahan-bahan berbahaya dari kemasan ke produk pangan yang dikemasnya [17]. Beberapa produk yang dapat dibuat dari PLA baik pangan maupun non pangan di antaranya adalah jerigen, peralatan makan dan tas belanja.

4.2. Potensi Pengembangan

Agroindustri PLA di Indonesia

Pengembangan agroindustry PLA di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa bidang yaitu bidang ekonomi, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang pertanian dan bidang lingkungan.

Bidang Ekonomi

(8)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 142

Bidang Lingkungan

Kebutuhan plastik di Indonesia cukup tinggi dan setelah menjadi sampah, pemerintah hanya mampu mengelola kurang dari setengahnya saja.Perlakuan terhadap kemasan plastik sintetik yang tidak dapat didegradasi biasanya dengan membuang ke tanah dan dengan pembakaran.Perlakuan dengan membuang sampah plastik sintetik ke tanah dapat menyebabkan pencemaran tanah (Rudnik, 2008).Hal ini disebabkan plastik sintetik tidak dapat mengalami biodegradasi.Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi plastik di tanah. Dalam jangka waktu tertentu, akumulasi sampah plastik di tanah akan menurunkan kesuburan tanah. Sedangkan perlakuan dengan pembakaran dapat menghasilkan gas karbondioksida.Gas karbondioksida ini dapat menyebabkan polusi udara dan menyumbang emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global (global warming) [23].Pengembangan PLA sebagai kemasan dan bahan lainnya akan sangat membantu permasalahan lingkungan, baik di Indonesia maupun di dunia, dimana pencemaran lingkungan akibat bahan yang tidak dapat diurai oleh lingkungan akan berkurang. Walaupun pemanfaatannya masih rendah (kurang dari 10% dari total konsumsi plastic di dunia) namun upaya pemanfaatan PLA harus terus digalakkan [1].

Bidang Pertanian

Luas lahan marginal di Indonesia mencapai 25.308.000 ha atau sekitar 13.18 % dari luas lahan di Indonesia [21]. Lahan marginal muncul akibat dari penanganan konservasi tanah dan air yang sangat minim, bahkan tidak ada sama sekali. Lahan marginal ini belum termanfaatkan dengan baik.Pada tahun 2004 luas panen ubi kayu Indonesia sebesar 1.26 juta ha [21]. Apabila lahan marginal dapat dikonversi menjadi lahan ubi kayu maka produktivitas ubi kayu akan melimpah. Lahan marginal dapat dimanfaatkan untuk menanam ubi kayu karena ubi kayu dapat dengan mudah beradaptasi dengan

lingkungan. Pembukaan lahan juga akan membantu menyerap tenaga kerja.

Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan telah mendorong dilaksanakannya riset-riset untuk memperoleh kemasan yang ramah lingkungan. Riset-riset mengenai pengembangan PLA ini ke depan akan sangat diperlukan, baik terkait karakteristik produk atau aplikasinya di skala industri [17]. Perlu dilakukan analisis biaya dan manfaat jika diterapkan di Indonesia. Perlu dilakukan kajian mengenai sumber-sumber PLA lain dari komoditas lokal yang ada di Indonesia. Secara tidak langsung hal tersebut telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan dunia ilmu dan pengetahuan dan teknologi.

4.3. Strategi Teknologi dan Manajemen Inovasi : Strategi Imitasi dalam Inovasi Teknologi Produksi PLA

dan Pembangunan Manajemen

Pengetahuan bagi Perusahaan PLA di Indonesia

(9)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 143

Strategi imitasi merupakan strategi yang biasanya digunakan oleh later entry untuk memasuki pasar dengan melewatkan proses yang dilakukan oleh innovator. Imitator biasanya memasuki pasar dengan meniru dari innovator. Dalam kasus agroindustry PLA, imitasi yang dapat dilakukan adalah pada tingkatan knockoff atau cloning yaitu perusahaan benar-benar meniru produk yang sudah ada tetapi memiliki merek yang lain. Hal tersebut dipilih karena teknologi pengolahan PLA yang masih belum dikuasai oleh perusahaan. Dalam hal ini dilakukan promosi yang sama dengan market leader, produk baru yang sama dengan market leader, harga yang lebih murah dibandingkan market leader, strategi distribusi yang sama dengan market leader dan merek yang hampir sama dengan market leader. Pada produk PLA yang dihasilkan perusahaan diupayakan harga yang lebih murah karena ketersedian bahan baku PLA tersedia melimpah di Indonesia. Bahan baku PLA yang dapat dipilih adalah singkong, dimana tanaman tersebut mudah dalam budidayanya dan harganya di pasaran termasuk yang paling murah diantara produk umbi-umbian lain. Untuk lebih menjamin kontinuitas bahan baku, perusahaan dapat melakukan kerjasama dengan petani dan agroindustri pengolahan hasil panen yang masih berupa umbi-umbian.

Agar mampu bertahan di lingkungan bisnis, perusahaan atau organisasi melakukan berbagai cara seperti inovasi produk, memperluas pasar, meningkatkan kualitas layanan, memperbaiki proses produksinya, perbaikan sistem organisasi, dan melakukan penghematan biaya. Strategi-strategi perusahaan dibuat dan diciptakan agar bertahan di derasnya perubahan lingkungan. Strategi perusahaan harus mampu menciptakan keunggulan kompetitif. Terdapat dua sumber keunggulan kompetitif yang bisa digali oleh perusahaan yaitu dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan[24]. Sumber-sumber dari luar terdiri dari

tersedianya sumber daya alam, teknologi, pasar tenaga kerja baik kasar maupun profesional dan lain-lain. Sedangkan sumber-sumber dari dalam organisasi misalnya kemampuan karyawan, struktur organisasi, sistem kerja perusahaan, kreatifitas untuk menciptakan proyek-proyek yang menguntungkan organisasi, dan manajemen pengetahuan (knowledge management).Setelah melakukan strategi imitasi untuk melahirkan perusahaan PLA baru di Indonesia maka tahap selanjutnya adalah menerapkan manajemen

pengetahuan (knowledge

management)sebagai strategi selanjutnya agar perusahaan PLA mampu bersaing di dunia bisnis.

Para ahli teori manajemen dan organisasi terkemuka telah mempopulerkan konsepmanajemen pengetahuan sebagai keunggulan bersaing. Mereka menyarankan bahwaagar dapat tetap bersaing, organisasi harus secara efisien dan efektif menciptakan, melokasikan dan menangkap serta membagi pengetahuan dan keahliannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam menyelasaikan masalah dan mengekploitasi peluang. Penghargaan dan pelembagaan peran pengetahuan dan pembelajaran merupakan pendekatan yang efektif untuk membangun landasan kemampuan bersaing organisasi. Organisasi harus memanfaatkan pengetahuannya untuk membangun strategi.Untuk secara jelas menghubungakan manajemen dengan strategy, organisasi harus mengartikulasikan kemauan strategiknya, mengidentifikasi pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan strategi yang diinginkan, dan membandingkannya dengan pengetahuan aktual untuk menjembatani perbedaan pengetahuan strategik [24].

(10)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 144

pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnya, sehingga organisasi akan dapat menghemat waktu dan biaya. 2. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber

pengetahuan akan memberikan kemudahaan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan organisasi akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.

3. Kemampuan beradaptasi. Organisasi akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.

4. Peningkatan produktifitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktifitas dari organisasi akan meningkat

Manajemen pengetahuan yang inovatif saat ini akan menjadi usang dimasa mendatang. Persaingan akan selalu ketat dimasa mendatang, sehingga organisasi harus terus mengembangkan manajemen pengetahuannya. Perusahaan PLA yang baru dengan strategi imitasi pada awalnya harus mengembangkan manajemen perusahaan dengan caramemfasilitasi anggotanya untuk selalu mengembangkan diri, sehingga muncul ide-ide kreatif baru dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Fasilitas-fasilitas yang dapat diberikan organisasi kepada anggotanya dapat berupa pemberian kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, mengikuti pelatihan/seminar yang berkaitan dengan lingkup kerja, berpartisipasi dalam organisasi profesi, pemberian fasilitas kerja yang baik dan aturan dan prosedur organisasi yang memungkinkan terciptanya ide kreatif .

Dengan penerapan manajemen pengetahuan sistem, inovasi dan perkembangan perusahaan PLA baru menjadi lebih cepat karena dengan pola siklus manajemen pengetahuan tersebut semua pengetahuan terarsip dengan baik dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh anggota. Namun demikian

diperlukan kemauan masing-masing individu dalam insitusi anggota untuk mengeksplisitkan semua tacit knowledge yang dimiliki sehingga bisa disebarluaskan kepada anggota lain. Sikap yang harus dibudayakan untuk pembentukan sistem ini diantaranya menciptakan, menangkap, menjaring, menyimpan, mengolah, dan menyebarluaskan know ledge masing-masing.

Dengan menjadikan manajemen pengetahuan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan PLA sebaiknya manajemen pengetahuan didayagunakan dan diterapkan secara nyata oleh perusahaan.Bentuk konkrit penerapan adalah mengembangkan strategi organisasi berbasis pengetahuan. Strategi yang berbasis pengetahuan diharapkan mampu lebih mengeksplorasi keunikan yang dimiliki perusahaan PLA di Indonesia yang membedakan dengan perusahaan PLA lain di luar negeri.

5. KESIMPULAN

Pengembangan agroindustry PLA di Indonesia memiliki nilai strategis pada beberapa bidang yaitu bidang ekonomi, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang pertanian dan bidang lingkungan.

Permasalahan yang dihadapi untuk mengembangkan agroindustri PLA di Indonesia adalah riset dan pengembangan, biaya mendidik pasar, promosi besar-besaran dan hal lainnya.Untuk itu strategi pengembangan agroindustri PLA di Indonesia yang cocok adalah strategy imitasi.

Perusahaan agroindusri PLA baru tidak dapat selalu bertahan dengan strategi imitasinya.Oleh karena itu perusahaan PLA harus menerapkan manajemen pengetahuan agar dapat menghadapi persaingan di dunia bisnis.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Martaningtyas, D. 2004. Potensi Plastik biodegradable. [Online]

available at

(11)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 145

904/02/cakrawala/lainnya06.htm [accessed 20 Mei 2013]

[2] Schumpeter, J.A. 1934. The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass.: Harvard University Press (publikasi asli di German pada tahun 1911; dicetak ulang oleh Transaction Publishers, New Brunswick, New Jersey pada tahun 1997).

[3] Robbins, Stephen P. 1994.Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi (terjemahan oleh Ashok Shani). Arcan. Jakarta

[4] Kotler, Philip. 2000. Marketing Management., 10th Ed. Prentice Hall Inc.New Jersey

[5] Schnaars, Steven. 1994. Managing Imitation Strategy: How Later Entrants Seize Markets From Pioneers. Journal of Marketing, 59 [6] Syafrizal. 2001. Manajemen Produk

Kontemporer untuk Memenangkan Persaingan Pasar. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas,9(2)

[7] Dalkir, Kimiz. 2005. Knowledge Management in Theory and Practice.Elsevier Butterworth-Heinemann.Oxford

[8] Jennex, Murray E. 2007. Knowledge Management in Modern Organizations.Idea Group Publishing. San Diego

[9] Maier, Ronald dan Remus, Ulrich. 2001. Towards a Framework for Knowledge Management Strategies: Process Orientation as Strategic Starting Point. Proceedings of the 34th Hawai International Conference on System Sciences. IEEE Xplore. [10] Call, Dean. 2005. Knowledge

Management – Not Rocket Science. Journal of Knowledge Management, 9(2).

[11] Nonaka, Ikujiro dan Takeuchi, Hirotaka. 1995. The Knowledge-Creating Company : How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation.Oxford University Press. Oxford

[12] Bastioli, Catia. 2005. Handbook of Biodegradable Polimers. Rapra Tech ltd. United Kingdom

[13] Narayan, Ramani. 2003. Biobased Biodegradable Products - An Assesment.Michigan State University. Michigan

[14] Gontard, N. dan S. Guilbert. 1992. Bio-packaging : Technology and Properties of Edible and/or Biodegradable Material of Agricultural OriginDi dalam : Food Packaging Interaction and Packaging Disposability. Proceedings of the IFTEC symposium at the Hague, 15-17 november 1992. Universitie de Montpelier.

[15] Bastioli, Catia. 2002. Global Status of the Production of Biobased Packaging Materials. Novara. Italy [16] Auras, R., Bruce H., Susan Selke.

2002. Poly (Lactic Acid) Films as Food Packaging Materials. Environmental Conference, USA 12 Juli 2002.

[17] Auras, Rafael, Sher Paul Singh, Gaurav Kale. 2007. Comparison of the degradability of Poly(lactide) Packages in Composting and Ambient Exposure Conditions. Journal of Packaging Technology Science, 20

[18] Lunt, James. 1997. Large-scale Production, Properties and Commercial Applications of Polylactic Acid Polymers. Polymer Degradation and Stability, 59

[19] Vink E.T.H., Rabago K.R., Glassner D.A., Gruber P.R. 2003. Applications of Life Cycle Assessment to NatureWorksTM Polylactide (PLA) Production.Journal of Polymer Deg. Stab., 80

(12)

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304 146

[21] Anonim. 2003. World Production and Trade of Cassava. [Online] Available at :http://www.fao.org. [Diakses tanggal 20 Mei 2013] [22] BPS, 2000. www.bps.go.id. [Diakses

tanggal 20 Mei 2013]

[23] Rudnik, Ewa. 2008. Compostable Polymer Material. Elsevier. Oxford

Gambar

Gambar 1.Rumus Kimia PLA [18]

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian ini, untuk menggambarkan resepsi pesan toleransi agama Santri pondok pesantren

Perubahan anggaran Dasar Lembaga dapat dilakukan atas Keputusan Rapat Pembina Pleno yang khusus diadakan untuk keperluan itu dan keputusan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya

Kelembapan udara relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air yang dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah kandungan uap air pada keadaan jenuh

Kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: Konseling kelompok kognitif behavioral dapat menurunkan secara signifikan kecemasan interaksi

Dalam perkuliahan ini dibahas pengertian dan hakekat folklor, sejarah dan perkembangan folklor, penelitian folklor dan kegunaannya, ciri-ciri dan sifat folklor,

Dalam suatu penyalahgunaan narkoba secara tidak langsung menimbulkan korban. Untuk mengatasi korban penyalahgunaan narkoba perlu dilakukan tindakan-tindakan yang baik agar

Standardisasi yang tidak seragam di antara kategori produk private label memunculkan perasaan negatif dari konsumen Peritel dapat dipersepsikan sebagai less powerful in the

Pemerkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan dan anak, kekerasan dalam rumah tangga, ekspoitasi seksual, kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, pornografi,