• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAT UKUR NERACA OHAUS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ALAT UKUR NERACA OHAUS (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR “NERACA OHAUS”

DISUSUN OLEH:

Nama : Susi Tarwianti Endra Rukmana

NPM : A1E014043

Kelompok : III

Hari, tanggal : Sabtu, 12 Desember 2015

Dosen : Drs. Irwan Koto, Ph.D

Asisten : 1. Syaiful Rochman, M.Pd

2. Aditya Apriwinata (A1E012002)

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tak pernah lepas dari pengukuran, karena hampir semua benda perlu untuk diukur. Seperti contoh untuk mengetahui massa dari sebuah benda, kita perlu mengukurnya dengan alat ukur massa. Contoh alat pengkur panjang: neraca ohaus, neraca digital, dan timbangan.

Sebelum melakukan pengukuran, hendaknya kita melakukan kalibrasi pada alat yang akan kita gunakan terlebih dahulu agar hasil pengukuran yang kita lakuka sesuai dengan literatur yang ada. Dimana Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Sedangkan mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Dan pengukuran adalah proses pemberian angka atau deskripsi numerik kepada individu. Hasil dari pengukuran adalah angka. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pengukuran bersifat kuantitatif.

Karena pentingnya mengetahui penggunaan alat ini, maka pada program studi Pendidikan Fisika terdapat salah satu mata kuliah pilihan wajib yaitu Alat-Alat Ukur dan pengukuran. Selain mengajarkan tentang teori dari materi tersebut, mahasiswa juga diharuskan mengikuti kegiatan praktikum. Hal ini dikarenakan penguasaan teori tak ada artinya tanpa disertai dengan praktik dari penggunaan alat tersebut.

1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana cara mengkalibrasi neraca ohaus?

(3)

1.3 Tujuan

a. Mengetahui cara mengkalibrasi neraca ohaus

b. Mengetahui cara menggunakan neraca ohaus dengan baik dan benar

1.4 Hipotesis

a. Cara kalibrasi neraca ohaus adalah dengan memutar sekrup yang ada samping atas piringan neraca kekiri atau kekanan sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan, namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak pada angka nol di masing-masing lengan.

b. Adapun cara penggunaan neraca ohaus yakni: a) neraca ohaus dikalibrasi, b) diletakkan benda yang akan dihitung pada neraca ohaus, c) menggeser skala, dari skala besar lalu skala kecil, hingga titik seimbang.

1.1.5. Definisi istilah

a. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. b. Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. c. Neraca ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. d. Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengukur suatu bilangan pada

suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu bilangan.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur. Artinya memberi angka terhadapsesuatu yang disebut objek pengukura atau objek ukur. Karekteristik dari pengukuran, yaitu: 1) perbandingan antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri; 2) hasilnya dinyatakan secara kuantitatif artinya, hasil pengukuran berwujud angka; 3) hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya sebatas memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih jauh. Dari ketiga karakteristik yang disebutkan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa pengukuran merupakan pengambilan keputusan yang menghasilkan sebuah angka tetapi angka yang diberikan tidak memberikan interpretasi lebih jauh

Jenis-jenis alat ukur massa

Neraca gantung neraca ini digunakan untuk mengukur massa jika

kalianpernah melihat maka kalian melihatnya di toko- toko beras, atau pupuk. Neraca analog neraca adalah jenis neraca yang digunakan untuk mengukur massa tepung sebelum measak roti atau juga bisa untuk mengukur massa di toko buah.

Neraca digital ini dapat kalian lihat di tokotoko buah atau kadang juga di temukan di laboratorium karena hasil pengukuran yang digunakan lebih tepat dibandingkan dengan alat ukur massa yang lain selain itu dengan alat ukur ini di dapatkan pengukuran lebih teliti. Dan tentunya cara penggunaanya lebih mudah karena dapat terlihat langsung di dalam neraca. walau kelebihannya alat ukur ini lebih mahal di banding dengan yang lainnya• Neraca sama lengan Neraca ini sering kalian lihat di toko emas, karena bisanya digunakan untuk menimbang emas.

Neraca ohaus (Neraca tiga lengan dan Neraca empat lengan). Neraca ini

biasanya terdapat di laboratorium untuk praktek-praktek IPA

(5)

Pengukuran massa sering dilakukan dengan menggunakan neraca atau timbangan, terutama sering kita jumpai di pasar-pasar tradisional. Masyarakat umum telah mengenal timbangan sebagai alat ukur massa. Jenis neraca yang umum diguakan di Laboratprium antara lain Neraca Ohauss, neraca emas dan sebagainya(Halliday, 1985:8).

Neraca Ohaous merupakan salah satu alat ukur panjang. Pada umumnya neraca ohaous digunakan untuk mengukur massa benda/logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban neraca ohaous sebesar 311 gram dengan batas ketelitian 0,1 gram. Neraca ohaous sangat praktis karena proses pengukurannya cepat dan akurat. Neraca berlengan tiga: a)Lengan depan memiliki skala 0-10 gr, dengan setiap skala bernilai 1 gr. b)Lengan tengah berskala mulai 0-500 gr, tiap skala sebesar 100 gr. c)Lengan belakang dengan skala bernilai 10-100 gr, tiap skala 10 gr(Serway,2009:14).

(6)

Konferensi umum mengenai besaran dan ukuran ke 14 (1971) menetapkan 7 besaran sebagai dasar bagi system satuan internasional, dari bahasa francis: le sisteme internasional de unites. “pada satuan Si ini standar panjang adalah meter, standar waktu adalah sekon, dan standar massa adalah Kg, system ini disebut system MKS. Adapun system metric lainnya adalah system CGS, dimana centi meter, gram dan sekon adalah satuan standar untuk panjang massa dan waktu. Brits enjenering system memakai standar foot untuk panjang, pourd untuk gaya dan sekon untuk waktu (Halliday, 1998:5-6).

(7)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

No .

Nama bahan dan bahan Jumlah Gambar

1. Neraca ohaus 1

2. Batang magnet 1

3. Beban 100 g 1

4. Beban 50 g 1

5. Lem glukol 1

6. Jaring kawat 1

(8)

a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol.

b. Periksa bahwa neraca pada posisi seimbang. c. Meletakkan benda yang akan diukur massanya.

d. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakam skala yang kecil.

e. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0.

f. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil. g. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan benda yang berbeda.

h. Catat hasil pengukuran pada tabel hasil.

3.3.Foto Percobaan

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil percobaan

No .

Jenis Benda Lengan I Lengan II Lengan III Massa (gram)

4. Lem Glukol 7,5 gram 20 gram 0 gram 27,5 5. Jaring Kawat 10 gram 0 gram 0 gram 10

4.2. Perhitungan 1. Beban 50 gram

Lengan I : 0 gram Lengan II : 50 gram Lengan III : 0 gram

M0=lengan I+lengan II+lengan III M0=0gram+50gram+0gram

M0=lengan I+lengan II+lengan III M0=6,6gram+90gram+0gram M0=96.6gram

(10)

M=(96.6±0,01)gram

3. Batang magnet

Lengan I : 9,3 gram Lengan II : 50 gram Lengan III : 0 gram

(11)

M=(10±0,01)gram

4.3. Pembahasan

Di dalam Fisika, massa dan berat adalah besaran-besaran fisika yang berbeda. Oleh karena itu, massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan SI-nya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang dialami benda akibat gaya tarik bumi pada benda tersebut. Satuan SI-nya Newton (N). Untuk mengukur massa benda dapat digunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca ohaus, neraca lengan gantung, dan neraca digital. Pada percobaan kali ini alat ukur massa yang digunakan adalah neraca ohaus. Neraca ohaus ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium.

Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:

1. Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4, sampai dengan 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr. Jadi skala terkecil 0,1 gram

2. Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala dari 0, 100, 200, sampai dengan 500gr.

3. Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0, 10, 20, sampai dengan 100 gr.

Adapun bagian-bagian dari neraca ini adalah sebagai berikut:

1. Piringan wadah beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.

(12)

3. Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan. Lengan pertama dengan skala satuan, lengan kedua dengan skala ratusan, dan lengan ketiga dengan skala puluhan.

4. Beban geser yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.

5. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan.

Pada percobaan kali ini, kami melakukan pengukuran pada 5 benda. Benda tersebut yaitu: beban 50 g, beban 100 g, batang magnet, lem glukol, dan jaring kawat. Sesuaidengan judul praktikum ini, kami melakukan pengukuran massa pada kelima benda ini.

Pada percobaan pertama benda yang digunakan adalah beban 50 g diperoleh hasil pembacaan skala pada lengan I adalah 0 g, pada lengan II adalah 50 g dan lengan III adalah 0 g. Untuk hasil pengukuran tersebut dinyatakan dengan M = M0 ± ∆M, dengan M0 adalah nilai hasil pengukuran

itu sendiri dan ∆M adalah ketelitian neraca ohaus. M0 dari hasil pengukuran

massa uang logam tersebut diperoleh dengan menjumlahkan lengan I, lengan II dan lengan III, sehingga didapat M0=50g dan ∆M = 0,1 g. Jadi hasil pengukuran diameter luar logam tipis tersebut yaitu (50±0.1)g.

Untuk percobaan kedua massa benda yang akan diukur adalah beban 100 g. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada lengan I adalah 6,6 g, pada lengan II adalah 90 g dan lengan III adalah 0 gram. Sehingga diperoleh massa kelereng tersebut adalah 96,6 g dan dituliskan hasil pengukurannya adalah

(96,6±0,1)gram. Dan untuk percobaan ketiga, benda yang digunakan adalah

(13)

Pada percobaan keempat, benda yang kami ukur massanya adalah lem glukol. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada lengan I adalah 7,5 g, pada lengan II adalah 20 g dan pada lengan III adalah 0 g. Sehingga diperoleh massa kelereng tersebut adalah 27,5 g dan dituliskan hasil pengukurannya adalah (27,5±0,1)g . Dan pada percobaan terahir, benda yang kami ukur

massanya adalah jaring kawat. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada lengan I adalah 10g, pada lengan II dan lengan III adalah 0 g. Sehingga diperoleh massa kelereng tersebut adalah 10 g dan dituliskan hasil pengukurannya adalah (10±0,1)g .

Neraca ohaus memiliki ketelitian hingga 0,1 gram. Untuk hasil pengukuran massa benda pada neraca ohaus digunakan persamaan yakni:

M0=lengan I+lengan II+lengan III

Dari data pengukuran yang kami peroleh pada beban 100 g, terdapat perbedaan hasil pengukuran yang kami lakukan dengan hasil pengukuran pada literatur. Dimana hasil pengukuran yang kami lakukan yaitu 96,6 g, sedangkan pada literatur hasil pengukurannya sebesar 100 g. Perbedaan ini mungkin karena adanya kesalahan yang kami lakukan. Kesalahan-kesalahan itu mungkin diantaranya: kurang telitinya kami saat membaca skala pada neraca, kesalahan kalibrasi, dan kurang memadainya alat yang kami lakukan.

(14)

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

a. Cara kalibrasi neraca ohaus adalah dengan memutar sekrup yang ada samping atas piringan neraca kekiri atau kekanan sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan, namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak pada angka nol di masing-masing lengan.

b. Cara penggunaan neraca ohaus adalah sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu neraca ohaus dikalibrasi dengan cara memutar skrup yang ada disamping piringan neraca sampai posisi pada kedua garis neraca seimbang.

2. Meletakkan benda yang akan diukur massanya pada piringan neraca 3. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakam

skala yang kecil hingga pada titik seimbang.

4. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil.

5.2. Saran

a. Praktikan sebaiknya mengenal alat ukur yang digunakan dalam percobaan dan mengetahui cara menggunakan alat tersebut.

b. Praktikan sebaiknya memahami konsep dari percobaan yang akan dilakukan.

c. Praktikan sebaiknya mengkalibrasi alat terlebih dahulu sebelum memulai percobaan.

d. Praktikan harus teliti dalam membaca skala pada alat.

e. Praktikan hendaknya fokus dalam melakukan percobaan agar percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur yang ada.

(15)

Antika, L. 2012. Pengukuran (Kalibrasi) Volume Dan Massa Jenis Alumunium. http://js-unj.ac.id/index.php/jspektra/article/download/39/42 (diakses pada tanggal 17 Desember 2015)

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi 5 Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Halliday, David. 1985. Fisika Jilid 1.Jakarta : Erlangga

Sears, Francis Weston.1982. Fisika untuk Universita Jilid I. Bandung: Rosda offset

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini sebelum melaksanakan pengukuran suhu terlebih dahulu merancang alat ukur suhu dengan menggunakan mikroprosesor AT89S51 sebagai sensor pengontrolan suhu agar

setelah melakukan perangkaian alat, melakukan pengukuran menggunakan multimeter, berdasarkan gambar, pada percobaan dilakukan dengan menghubungkan ujung test

Kesalahan kalibrasi sistem pengukuran atau suatu perubahan dalam sistem yang menyebabkan penunjuk menyimpang secara konsisten dari nilai kalibrasi merupakan

Untuk setiap sampel kendaraan dilaksanakan pengukuran menggunakan alat uji emisi BPPTD Bali terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pengukuran alat uji

Alat yang biasa digunakan untuk pengukuran tergantung pada apa yang kita ukur, misalnya dalam pengukuran suatu luasan biasanya secara sederhana dilakukan dengan alat ukur

Sebelum alat ukur jangka sorong digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu supaya mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Secara sederhana, cara

Mengu Sebel dahulu  vern pengukuran kecil dari uk permukaan pan sebelu lum  me kan vernier enggunaka periksa annya  ma dirapatkan penyetel.  terlebih da ukan peng

h Setelah proses pengukuran selesai, bersihkan blok ukur dengan kain yang sudah ditetesi alkohol kemudian kembalikan ke tempatnya msing-masing dengan terlebih dahulu diolesi vaselin i