TATA CARA SHALAT GERHANA
WAKTU SHALAT GERHANA
Shalat dimulai dari awal gerhana matahari atau bulan sampai gerhana tersebut berakhir.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Oleh karena itu, bila
kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai
kembali terang.” (Muttafaqun ‘alaihi).
KAPAN GERHANA DIANGGAP USAI?
Shalat gerhana matahari tidak ditunaikan jika telah muncul dua perkara, yaitu (1) terang
seperti sediakala, dan (2) gerhana terjadi tatkala matahari terbenam. Demikian pula
halnya dengan shalat gerhana bulan, tidak ditunaikan jika telah muncul dua perkara,
yaitu (1) terang seperti sediakala, dan (2) saat terbit matahari. [9]
AMALAN YANG DIKERJAKAN KETIKA TERJADI GERHANA
1.
Memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan amal shalih.
Sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
,“Oleh karena itu,
bila kaliannya melihat, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah,
shalat dan bersedekahlah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
2.
Keluar menuju masjid untuk menunaikan shalat gerhana
berjama’ah, sebagaimana disebutkan dalam hadits,“Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar menuju masjid, kemudian beliau
berdiri, selanjutnya bertakbir dan sahabat berdiri dalam shaf di
belakangnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
3.
Wanita keluar untuk ikut serta menunaikan shalat gerhana,
sebagaimana dalam hadits Asma’ binti Abu
Bakr
Radhiallahu’anhuma
berkata,
“Aku mendatangi ‘Aisyah istri Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala terjadi gerhana matahari. Aku
melihat orang-orang berdiri menunaikan shalat, demikian pula ‘Aisyah
aku melihatnya shalat.”
(Muttafaqun ‘alaihi)Jika dikhawatirkan akan
terjadi fitnah, maka hendaknya para wanita mengerjakan shalat
gerhana ini sendiri-sendiri di rumah mereka berdasarkan keumuman
perintah mengerjakan shalat gerhana.
4.
Shalat gerhana (matahari dan bulan) tanpa adzan dan iqamah, akan
tetapi diseru untuk shalat pada malam dan siang dengan ucapan
“ash-shalâtu jâmi’ah” (shalat akan didirikan), sebagaimana disebutkan
dalam hadits Abdullah bin ‘Amr
Radhiallahu’anhuma
, ia berkata: Ketika
terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam
diserukan “ash-shalatu jâmi’ah” (sesungguhnya shalat akan
didirikan). (HR Bukhâri)
‘alaihi wa Sallam
, tatkala selesai shalat, dia berdiri menghadap
manusia lalu berkhutbah. (HR Bukhâri)
TATA CARA SHALAT GERHANA
Tidak ada perbedaan di kalangan ulama, bahwa shalat gerhana dua raka’at. Hanya
saja, para ulama berbeda pendapat dalam hal tata cara pelaksanaannya. Dalam
masalah ini terdapat dua pendapat yang berbeda.
Pendapat pertama
. Imam Mâlik, Syâfi’i, dan Ahmad, mereka berpendapat bahwa
shalat gerhana ialah dua raka’at. Pada setiap raka’at ada dua kali berdiri, dua kali
membaca, dua ruku’ dan dua sujud. Pendapat ini berdasarkan beberapa hadits, di
antaranya hadits Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu, ia berkata, “Telah terjadi gerhana
matahari pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam , maka beliau shalat
dan orang-orang ikut shalat bersamanya. Beliau berdiri sangat lama (seperti)
membaca surat al-Baqarah, kemudian ruku’ dan sangat lama ruku’nya, lalu
berdiri, lama sekali berdirinya namun berdiri yang kedua lebih pendek dari
berdiri yang pertama, kemudian ruku’, lama sekali ruku’nya namun ruku’
kedua lebih pendek dari ruku’ pertama.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Hadits kedua, dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah melaksanakan shalat ketika terjadi
gerhana matahari. Rasulullah berdiri kemudian bertakbir kemudian
membaca, panjang sekali bacaannya, kemudian ruku’ dan panjang sekali
ruku’nya, kemudian mengangkat kepalanya (i’tidal) seraya mengucapkan:
“Sami’allahu liman hamidah,” kemudian berdiri sebagaimana berdiri yang
pertama, kemudian membaca, panjang sekali bacaannya namun bacaan
yang kedua lebih pendek dari bacaan yang pertama, kemudian ruku’ dan
panjang sekali ruku’nya, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama,
kemudian sujud, panjang sekali sujudnya, kemudian dia berbuat pada raka’at
yang kedua sebagimana yang dilakukan pada raka’at pertama, kemudian
salam…” (Muttafaqun ‘alaihi).
Pendapat kedua
. Abu Hanifah berpendapat bahwa shalat gerhana ialah dua raka’at,
dan setiap raka’at satu kali berdiri, satu ruku dan dua sujud seperti halnya shalat sunnah
lainnya. Dalil yang disebutkan Abu Hanifah dan yang senada dengannya, ialah hadits
Abu Bakrah, ia berkata:
“Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam , maka Rasulullah keluar dari rumahnya seraya menyeret
selendangnya sampai akhirnya tiba di masjid. Orang-orang pun ikut
mereka sebutkan bersifat mutlak (umum), sedangkan riwayat yang dijadikan dalil oleh
jumhur (mayoritas) ulama adalah muqayyad. [10]
Syaikh al-Albâni Rahimahullah berkata, [11] “Ringkas kata, dalam masalah cara shalat
gerhana yang benar ialah dua raka’at, yang pada setiap raka’at terdapat dua ruku’,
sebagaimana diriwayatkan oleh sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam dengan riwayat yang shahih”. Wallahu a’lam.
Ringkasan tata cara shalat gerhana sebagai berikut.
1.
Bertakbir, membaca doa iftitah, ta’awudz, membaca surat
al-Fâtihah, dan membaca surat panjang, seperti al-Baqarah.
2.
Ruku’ dengan ruku’ yang panjang.
3.
Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: sami’allhu liman
hamidah.
4.
Tidak sujud (setelah bangkit dari ruku’), akan tetapi membaca surat
al-Fatihah dan surat yang lebih ringan dari yang pertama.
5.
Kemudian ruku’ lagi dengan ruku’ yang panjang, hanya saja lebih
ringan dari ruku’ yang pertama.
6.
Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: sami’allahu liman
hamidah.
7.
Kemudian sujud, lalu duduk antara dua sujud, lalu sujud lagi.
Tata Cara Sholat Jenazah |
Bacaan Doa Shalat Jenazah
Cara Sholat Jenazah - Sholat jenazah merupakan sholat yang dilaksanakan ketika ada seorang muslim yang meninggal dunia, tata cara shalat jenazah tidak perlu melakukan rukuk dan sujud, cukup dengan keadaan berdiri saja, lalu takbir sebanyak 4 kali diselingi dengan bacaan doa tertentu, lalu kemudian diakhiri dengan salam. hukum melaksanakannya adalah fardhu kifayah.
Meski begitu terkadang jarang umat islam yang mengetahui persis bagaimana tata cara
pengerjaan shalat jenazah yang baik dan benar, maka dari itu artikel kali ini akan membahasnya secara detail dan lengkap mengenai panduan dan tata cara sholat jenazah, hukum
melaksanakan sholat jenazah, bacaan doa sholat jenazah beserta artinya baik dalam versi arab maupun versi latin/indonesia, lalu juga disertai rukun, syarat, dan dalil tentang sholat
jenazah/sholat mayit serta manfaat dan keutamaan sholat jenazah. semuanya dibahas secara lengkap di artikel kali ini.
Sebelum lanjut baca juga : Tata cara sholat tarawih.
Hukum Sholat Jenazah
Dalil keutamaan Sholat Jenazah :
Nabi Muhamad SAW bersabda dalam hadistnyatentang keutamaan sholat jenazah :
“Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga ikut mengantar ke kubur, maka mendapatkan dua qirath”. Ditanyakan, “Apakah yang dimaksudkan dengan dua qirath itu? ” Beliau menjawab, “Seperti dua gunung yang besar.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Rukun Sholat Jenazah :
1. Niat
2. Berdiri bila mampu
3. Empat kali takbir yang diselingi oleh beberapa bacaan
4. Membaca al-Fatihah secara sirr setelah takbir pertama berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Nasa’i, bahwa: “Menurut sunnah, bahwa dalam shalat jenazah hendaknya membaca Ummil Quran (al-Fatihah) dengan pelan-pelan dalam takbir pertama”
5. Membaca shalawat kepada Nabi saw setelah takbir kedua
6. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga
7. salam
Niat Sholat Jenazah :
Niat untuk jenazah laki-laki :
"Ushalli 'alaa haadzal mayyiti arba'a takbiiraatin fardhal kifaayati makmuuman/imaaman lillaahi ta'aalaa"
Artinya : Saya niat shalat atas mayyit (laki-laki) ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah SWT.
Niat untuk jenazah perempuan :
Artinya : Saya niat shalat atas mayyit (perempuan) ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah SWT.
Tata Cara Sholat Jenazah :
Takbir Pertama
Setelah takbir dilanjutkan dengan membaca ta'awudz lalu dilanjutkan dengan membaca al fatihah, tanpa disertai dengan doa iftitah ataupun surat pendek seperti sholat pada umumnya. ini berdasarkan pendapat banyak ulama bahwa dalam sholat jenazah tidak diwajibkan membaca doa iftitah.
Bacaan Ta'awwudz :
ميجرلا ناطيشلا نم هللاب ذوعأ
A'uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim
Artinya : Aku berlindung dari syaitan yang terkutuk
Lalu Dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah.
Takbir kedua
Bacaan setelah takbir kedua yaitu membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. berikut bacaan doanya . . .
امك دمحم ل
ل أ يلعو دمحم يلع ل
ل ص
ص مهللأ
ك
ك رلابو ميهاربإ لأ يلعو ميهاربإ يلع ت
ص يكلصص
ص
يلع تكراب امك دمحم لأ يلعو دمحم يلع
Allaahumma shalli 'alaa muhammadin, wa 'alaa aali muhammadin, kamaa shallaita 'alaa ibraahiima, wa 'alaa aali ibraahiima. Wa baarik 'alaa muhammadin, wa 'alaa aali muhammadin, kamaa baarakta 'alaa ibraahiima, wa 'alaa aali ibraahiima. Fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Artinya :
“Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”
Takbir ketiga
Bacaan doa setelah melakukan takbir ketiga adalah sebagai berikut . . .
مكرلككأصو هنع ف
ف عاو هلفلاعو هفمحصركاو هفلص ركفلغكا مهللا
ددرصبصو جلكثصو ءدامبل هفلكس
ل غكاو هفلصخدمص عكس
ل وو هفلصوزنف
ن
ل مل ض
ف
يصبكل
ص ا بفوثصلا يقصنصيف امك اياطخصلا نم هلقلنصو
نم ااريكخص لاهكأصو هلرلادص نكمل ارايكخص ارااد هفلكدلبكأصو س
ل
نصدصلا
رلبكقصلا ةصنصتكفل هلقلوص هلجلوكزص نمل ااريكخص اجاوكزصوص هلللهأ
رلانلا ب
ص اذصع
ص و
Allaahummaghfirlahu, warhamhu, wa 'aafihi, wa'fu 'anhu, wa akrim nuzuulahu, wa wassi' madkhalahu, waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, waqihi fitnatal qabri wa 'adzaabannaar.
Artinya :
Takbir ke empat
Bacaan doa setelah takbir ke empat yaitu membaca doa di bawah ini . . . .
هفدصعبص اننتلفكتصلو هفرصجكأص انمكرلحتصل منهفللا
Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu, walaa taftinnaa ba'dahArtinya :
Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya.
Salam
Terakhir adalah melakukan salam dengan menengok ke kanan dan kekiri sebagaimana dalam sholat biasanya . . .
هفتفاكصرصبصوص هلللا ةفمصحكرصوص مككفيكلصعص مفل
ص س
س لا
Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuhArtinya :
"Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga untuk kalian semua"
Bacaan Doa Sholat Jenazah :
مكرلككأصوص ،هفنكعص ف
ف ع
ك اوص هلفلاعصوص هفمكحصركاوص هفلص ركفلغكا مسهفلسلاص
جللكثسلاوص ءلامصلكابل هفلكس
ل غكاوص ،هفلصخصدكمص عكس
ل وصوص ،هفلصزفنف
ب
ص وكثسلا ت
ص يكقسنص امصك
ص ايصاط
ص خصلكا نصمل هلقلنصوص ،دلرصبصلكاوص
،هلرلادص نكمل ارايكخص اراادص هفلكدلبكأصوص ،س
ل
نصدسلا ن
ص مل ض
ص
يصبكل
ص اك
،هلجلوكزص ن
ك مل ارايكخص اجاوكزصوص ،هلللهكأ
ص نكمل ارايكخص لاهكأصوص
]
[
رلانسلا
[Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri]
Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)
انصرليكغلص
ص وص انصبلئلاغصوص انصدلهلاش
ص وص انصتليلمصوص انصيلحصلل ركفلغكا مسهفلسلاص
.
هليلحكأصفص انسمل هفتصيكيصحكأص ن
ك مص م
س هفلسلاص انصاثصنكأ
ف وص انصرلكصذصوص انصرليكبلكصوص
ىلصع
ص هففسوصتصفص انسمل هفتصيكفسوصتص ن
ك مصوص ،م
ل ل
ص س
ك ل
ل اك ىلصع
ص
هفدصعكبص انصلسض
ل تف ل
ص وص هفرصجكأص انصمكرلحكتص لص مسهفلسلاص ،نلامصيكللاك
.
[Alloohumaghfir Lihayyinaa Wa Mayyitinaa Wa Syaahidinaa Wa Ghoo’ibinaa Wa Shoghiirinaa Wa Kabiirinaa Wa Dzakarinaa Wa Untsaanaa. Alloohumma Man Ahyaitahu Minnaa Fa Ahyihi ‘Alal Islaam, Wa Man Tawaffaitahu Minnaa Fatawaffahu ‘Alal Iimaan. Alloohumma Laa Tahrimna Ajrahu Wa Laa Tudhillanaa Ba’dahu]“Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memper-oleh pahalanya dan jangan sesatkan kami
sepeninggalnya.” ( HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251)
ل
ل بكحصوص ،ك
ص تلمسذل ي
ك فل ن
د ل
ص فف ن
ص بك ن
ص ل
ص فف ن
س إل مسهفلسلاص
.
ت
ص نكأ
ص كصنسإل هفمكحصركاوص هفلص ركفلغكافص قلحصلكاوص ءلافصوصلكا لفهكأص
م
ف يكحلرسلا رفوكففغصلكا
.
[Alloohumma Inna Fulaanabna Fulaanin Fii Dzimmatika, Wa Habli Jiwaarika, Fa Qihi Min Fitnatil Qobri Wa ‘Adzaabin Naari, Wa Anta Ahlal Wafaa’i Wal Haqqi. Faghfirlahu Warhamhu, Innaka Antal Ghofuurur Rohiim]
“Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/21)
ت
ص نكأ
ص وص ،كصتلمصحكرص ىلصإل جصاتصحكا كصتلمكأص نفبكاوص كصدفبكعص مسهفلسلاص
ي
ك فل دكزلفص اناس
ل ح
ك مف ن
ص اك
ص ن
ك إل ،هلبلاذصعص ن
ك ع
ص ي
ي نلغص
هفنكعص زكوصاجصتصفص ائايكس
ل مف ن
ص اك
ص ن
ك إلوص ،هلتلانصس
ص حص
.
[Alloohumma ‘Abduka Wabnu Amatikahtaaja Ilaa Rohmatika, Wa Anta Ghoniyyun ‘An ‘Adzaabihi, In Kaana Muhsinan, Fa Zid Fii Hasanaatihi, Wa In Kaana Musii’an Fa Tajaawaz ‘Anhu]
Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya. (HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits ter-sebut adalah shahih. Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul Jana’iz oleh Al-Albani, halaman 125)