PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJI (SERBUK KAYU) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PEMBUATAN BATACO
Isnarno
Abstrak
Semakin pesatnya pembangunan di Indonesia, bahan-bahan bangunan yang digunakan semakin banyak sedangkan jumlah bahan tersebut sangat terbatas di alam. Bataco dengan campuran biasa memiliki berat yang sangat besar perlu diciptakan inovasi baru. Penelitian ini untuk mengetahui apakah limbah gergaji (serbuk kayu) dapat di manfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembutan bataco guna mengurangi berat dan memperhalus tekstur bataco. Pembuatan bataco dengan beberapa sample yang dibuat dengan menambahkan limbah gergaji (serbuk kayu) kedalam adukan beton dengan jumlah prosentase yang berbeda-beda yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%. Benda uji berupa trasram dengan perbandingan campuran 1 semen : 6 pasir. Setelah umur 28 hari dilakukan penimbangan dan uji desak pada sample benda uji kubus bataco. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semakin banyak serbuk kayu yang dipakai sebagai bahan campuran maka berat bataco semakin ringan, tekstur bataco semakin halus, dan kuat desaknya semakin kecil.
Kata kunci : Bataco, Serbuk Kayu, dan Trasram. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan makin pesatnya pembangunan di Indonesia, maka bahan-bahan bangunan yang digunakan seperti semen, pasir, batu bata dan lain sebagainya juga semakin banyak. Sedangkan bahan-bahan tersebut di alam sangat terbatas jumlahnya.
Seiring dengan perkem-bangan ilmu dan teknologi kita dapat menciptakan berbagai macam rekayasa dengan memanfaatkan bahan-bahan di sekitar kita untuk terciptanya bahan bangunan tepat guna dan ramah lingkungan.
Pada suatu bangunan gedung pada umumnya digunakan batu bata sebagai penyekat ruangan, karena adanya suatu kendala cuaca yang tidak dapat memproduksi bata, bangunan yang secepatnya butuh penyelesaian atau daerah tertentu misalnya di pegunungan yang memiliki keterbatasan bahan baku untuk membuat batu bata maka dipakai bataco sebagai pengantinya.
yang dicetak dengan ukuran tertentu memiliki berat yang cukup besar sehingga mengakibatkan beban yang harus dipikul oleh suatu bangunan bertambah besar dan biaya transportasi tambah mahal. Bataco juga mempunyai permukaan yang kasar sehingga akan akan mengurangi estetika. Oleh karena itu kita perlu membuat inovasi baru dari bataco yang dapat memiliki berat yang tidak terlalu besar serta bentuk penampang( tekstur) yang halus yaitu dengan memanfaatkan limbah gergaji (serbuk kayu) sebagai bahan tambahan untuk membuat bataco.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana cara memanfaatkan limbah gergaji ( serbuk kayu) sebagai bahan campuran pembuatan bataco?
a) Bagaimana cara mengurangi berat bataco sehingga beban yang dipikul oleh suatu bangunan berkurang?
1.3. Tujuan Penelitian
a) Mengembangkan inovasi kreatif perihal pembuatan bataco sebagai pengganti dari batu bata.
b) Menciptakan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan sebagai solusi/ pemanfaatan
dari masalah limbah gergaji ( serbuk kayu ).
c) Menciptakan inovasi baru dari bataco yang dapat mengurangi beban yang dipikul oleh suatu bangunan. 1.4. Manfaat penelitian
Mengamalkan ilmu dan teknologi, melalui produk bataco ringan dengan menggunakan limbah gergaji (serbuk kayu) sebagai bahan campuran untuk membuat bataco yang berperan sebagai penganti batu bata yang digunakan sebagai penyekat dalam bangunan gedung.
a) Disamping itu sebagai
langkah awal untuk menciptakan sebuah peluang usaha bagi masyarakat
setelah penelitian ini di-lakukan dan mendapatkan hasil yang layak untuk dikembangkan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembedaan material pembuat beton dapat dijelaskan sebagai berikut : - Semen :
Bahan-ikat hidrolik - Agregat campuran :
Bahan batu-batuan dan bahan lain yang netral (tidak bereaksi) dan merupakan bentuk sebagian besar beton (misal : pasir, kerikil, batu pecah, salat, serbuk kayu) - Batuan-semen :
Campuran antara semen dan air (pasta semen) yang mengeras. - Spesi-motar :
Campuran antara semen, agregat halus dan air yang belum
mengeras. - Mortar/trasram :
Campuran antara semen, agregat halus dan air yang telah mengeras. - Spesi-beton :
Campuran antara semen, agregat campuran (halus dan kasar) dan air yang belum mengeras.
- Beton :
Campuran antara semen, agregat campuran dan air yang
telah mengeras.
- Bahan tambahan : Bahan kimia tambahan yang ditambahkan kedalam pesi
(admixtures) beton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang
dihasilkan (misal : ‘accelerator’, ‘retarder’, dan sebagainya) 2.1. SEMEN.
mdalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) dan kohesif (cohesive) yang me-ungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu masa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk berbagai jenis bahan. Semen yang dimaksud untuk konstruksi beton adalah bahan yang jadi dan mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis (hydraulic cements).
Hydraulic cements terutama
terdiri dari silikat (silicate) dan lime yang terbuat dari batu kapur dan tanah liat (batu tulis) yang digerinda,
dicampur, dibakar dalam pembakaran kapur (kiln), dan kemudian dihancurkan menjadi tepung. Semen hidrolik yang biasa dipakai untuk pembuatan beton dinamakan semen Portland..
Berdasarkan kecepatan dari perkembangan kekuatan jenis-jenis semen dibedakan menjadi tiga kelompok :
Kelas C : semen dengan kekuatan awal yang cukup
tinggi.
Table. 1. Jenis-Jenis Semen.
Jenis Semen Kelas Warna
A B C
Semen Portland * * * Abu-abu
Semen Portland Abu Terang * Abu-abu
Semen Portland putih * Putih
Apabila diperlukan per-yaratan-persyaratan khusus mengenai sifat betonnya, maka dapat dipkai jenis-jenis semen lain dari pada yang ditentukan dalam NI-8 seperti : semen Portland-tras, semen alumina, semen tahan sulfat, dan lain-lainnya. Untuk beton mutu Bo, selain semen-semen yang telah disebutkan dapat juga dipakai jenis semen tras kapur.(PBBI tahun 1971 halaman 22)
Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan hidratasi sedangkan hasil yang dibentuk dinamakan hidrasi-semen. Kecepatan yang mempengaruhi waktu pengikatan adalah :
- Kehalusan semen - Faktor air semen - Temperature
Kehalusan pengilingan semen mempengaruhi kecepatan Kehalusan
pengikatan dinamakan penampang spesifik (adalah total diameter penampang semen). Jika seluruh penampang permukaan lebih besar semen akan memperluas bidang kontak dengan air semakin besar.
Lebih besar bidang
persinggungannya lebih cepat bereaksinya. Karena itu kekuatan awal dari semen-semen yang lebih halus (penampang spesifik besar) lebih tingi, sehingga pengaruh kekuatan-akhir berkurang.
Panas hidratasi pada suatu struktur beton dapat ditentukan dan untuk beberapa pemakaian semen yang lain, dalam masa pelaksanaanya harus dilakukan dengan pendinginan. Aspek lain
Faktor air semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat semen.
F.A.S = berat air : berat semen
2.2. AGREGAT.
Agregat (yang tidak bereaksi) adalah bahan-bahan campuran-beton yang saling diikat oleh perekat semen. Pemilihan agregat tergantung dari :
- Syarat-syarat yang ditentukan
beton.
- Persediaan lokasi pembuatan beton.
- Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu.
Menurut PBBI tahun 1971yang dimaksud agregat halus adalah: 1. Agregat halus untuk beton dapat
berupa pasir alam sebagi hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pemgawasan mutu agregatuntuk berbagai-bagai mutu beton menurut pasal 4.2. ayat (1), maka agregat halus harus memenuhi satau, beberapa
atau semua ayat berikut ini. 2. Agregat halus harus terdiri dari
butiran-butiran yang tajam dan
keras. Butiran-butiran agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan Lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.
4. Agregat halus tidak boleh mangandung bahan-bahan
organic terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrahams-Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapt juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimal 2% berat; - sisa di atas ayakan 1 mm,
harus minimal 10% berat; - sisa di atas ayakan 0,25 mm,
harus berkisar antara 80% dan 95% berat.
6. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi. Suatu pembagian yang sepintas lalu (kasar) dapat dilakuakan sebagai berikut :
- Agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt).
- Agregat halus (puig-batu, terak-lahar, serbuk-batu/bims).
- Agregat kasar (barite, bijih-besi magnetit dan limonite).
Kecuali agregat alami dapat juga digunakan produk-alami sinter atau terbakar, beton gilas atau puing tembok batu-bata juga serbuk kayu (limbah gergaji)
Karena agregat biasanya menempati sekitar 75% dai isi total beton, maka sifat-sifat agregat ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadp perilaku dari beton yang sudah mengeras. Sifat agregat bukan hanya mempengaruhi sifat beton akan tetapi juga m e m p e n g a r u h i k e t a h a n a n
(durability, daya tahan terhadap kemunduran mutu akibat siklus dari pembekuan – pencairan). Oleh karena agregat lebih murah dari semen, maka akan logis untuk menggunakannya dengan presentase yang setingi mungkin, umumnya untuk kekuatan yang maksimum, ketahanan, dan ekonomi agregat halus dipak dan disemen sepadat mungkin.
Tabel. 2. Pengaruh Material Terhadap Kekuatan Beton
Material Umur (hari)
Kekuatan beton dalam kg/cm2
28 492 (-9%) 521 (-3%) 413 (-23%) 540
90 557 (-10%) 605 (-2%) 486 (-22%) 620
Faktor Air Semen (F.A.S) = 0,40
Batu-batuan majalaya Indonesia
1 Mpa = 10 kg/cm2
Sumber Kusuma gideon 1993
Dari table di atas
menunjukkan bahwa pengaruh dari kekuatan agregat juga menentukan kekuatan beton sehingga bila kekuatan agregat ini bervariasi maka kekuatan betonnya pun akan bervariasi. Agar dapat dicapai mutu kekuatan yang seragam maka tentu harus diadakan pemeriksaan agregat sesering mungkin dan agar dihasilkan mutu beton yang konstan maka perlu selalu disiapkan ‘alternatif mixed design’ yang setiap waktu dapat digunakan bila ada variasi dari mutu beton. Selain itu juga untuk mengetahui apakah agregat tertentu seperti limbah gergaji (serbuk kayu) dapat dipakai sebagai bahan pembuat beton atau tidak perlu diadakannya penelitian lebih lanjut.
2.3. AIR
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air, maka sangat diperlukan agar memeriksa apakah air yang akan
digunakan memenuhi syarat-syarat
tertentu. Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan boleh dipakai. Air minum tidak selalu ada dan bila tidak ada disarankan untuk menganti apakah air tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang merusak beton.
Pertama-tama harus diper-atikan kejernihan air tawar. Apabila ada beberapa kotoran yang mengapung, maka air tidak boleh dipakai. Disamping pemerikasaan visual, harus juga diamati apakah air tersebut tidak mengandung bahan-bahan perusak. Contohnya fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organis atau garam. Penelitian semacam ini harus dilakukan di laboratorium. Selain air dipakai sebagai reaksi pengikat, dipakai pula
Air ini pun harus memenuhi syarat-syarat yang lebih tinggi daripada air untuk pembuatan beton. Misalkan air untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak boleh pHnya > 6, juga tidak diperbolehkan terlalu sedikit mengandung kapur.
Menurut PBBI 1971 air yang dapat dipakai adalah :
1. Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. 2. Apabila tedapat keragu-raguan
mengenai air, dianjurkan untuk mengiri9mkan contoh air itu kelembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan/atau tulangan.
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (2) itu tidak dapat dilakukan, maka dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara
kekuatan tekan mortel semen+pasir dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel dengan memakai air suling pada umur yang sama.
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat aduka beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
3. METODE PENDEKATAN Metode yang dipakai dalam program ini adalah metode observasi yaitu dengan melakukan percobaan dengan
cara membuat beberapa sample yang dibuat dengan menambahkan limbah gergaji (serbuk kayu) kedalam
pengumpulan data di lakukan dengan 2 cara yaitu :
Dokumentasi (data sekunder) Pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data-data yang telah ada dari hasil penelitian sebelumnya.
Pengujian ( data primer)
Data primer di peroleh setelah kita melakukan uji desak pada sample kubus bataco (trasram) . Variabel Penelitian
Ada 3 variabel penelitian yaitu : Variabel bebas adalah ubahan
yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variable terikat, yang bertindak sebagai variable bebas dalam penelitian ini adalah besarnya penambahan serbuk kayu terhadap adukan trasam sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% dari volume trasram.
Variabel terikat adalah ubahan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya pengaruh variable bebas, yang menjadi variable terikat dalam penelitian ini yaitu kuat tekan beton yang dinyatakan dengan kuat tekan benda uji kubus umur 28 hari.
Variabel kendali, yang menjadi variable kendali dalam penelitian ini adalah perbandingan campuran trasram yaitu 1 Pc : 6 Ps.
4. PELAKSANAAN PROGRAM 4.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan.
Pelaksanaan mulai dari pengadaaan bahan dasar dan bahan penunjang hingga pembuatan laporan akhir memerlukan waktu 8 minggu yaitu mulai dari tanggal 15 April 2007 sampai tanggal 15 Juni 2007 dengan jadwal sebagai berikut :
No Uraian Kegiatan Minggu Ke...
1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pengadaan bahan dasar dan bahan penunjang
2 Pengadaan peralatan utama dan penunjang
3 Pengadaan sarana administrasi
Penelitian di lakukan di 2 (dua) laboratorium. Untuk pembuatan sample benda uji dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta sedangkan untuk pengujian desak beton dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.2. Tahap Pelaksanaan.
Adapun tahap – tahap pelaksanaan penelitian ini adalah sebagi berikut :
1. Pengadaan bahan dasar dan bahan penunjang di lakukan pada
minggu pertama. Bahan dasar dan bahan penunjang yaitu berupa pasir, semen, serbuk kayu dan air bias di dapatkan di sekitar surakarta
2. Pengadaan peralatan utama dan peralatan penunjang di lakukan pada minggu pertama. Kami meng-unakan alat – alat praktikum bahan bangunan yang telah tersedia di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik U n i v e r s i t a s T u n a s Pembangunan Surakarta serta seperangkat alat uji desak yang telah tersedia di Laboratorium
Bahan Ba-gunan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Pengadaan sarana ad-inistrasi dilaksanakan pada minggu pertama. 4. Pelaksanaan kegiatan
(pem-uatan sample berupa 14 kubus trasram dan 7 buah bataco dengan berbagai variasi campuran serbuk gergaji) dilaksanakan pada minggu ke-2 yaitu pada tanggal 17 April 2007 di Laboratorium Bahan
Ba-gunan Fakultas Teknik U n i v e r s i t a s T u n a s Pembangunan Surakarta. 5. Pengujian desak sample
trasram di lakukan setelah trasram berumur 28 hari tepatnya tanggal 15 Mei 2007 di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
didapatkan sebuah kesimpulan se-elah itu kami menyusun laporan. b) Instrument Pelaksanaan.
Alat – alat yang kami gunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Seperangkat alat pe-gaduk beton.
2. Kerucut Abraham. 3. Ember besar dan kecil. 4. Cetakan Bataco. 5. Cetakan kubus beton. 6. Neraca.
7. Seperangkat alat uji desak beton
Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Pasir. 3. Air
2. Semen. 4. Serbuk kayu 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Dari penelitian yang telah kami laksanakan di peroleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 3. Kuat tekan beton / trasram masing-masing tipe. No Tanggal Umur Jumlah
sebuk
Kuat tekan Kuat tekan
rata-rata
(kag/cm²)
Penurunan (%)
Buat Uji I II
1 17/04/07 15/05/07 28 0 % 107,76 105,58 106,67 0 %
2 17/04/07 15/05/07 28 5 % 104,97 106,53 105,75 0,86 %
3 17/04/07 15/05/07 28 10 % 98,67 96,89 97,78 8,33 %
4 17/04/07 15/05/07 28 15 % 58,70 58,70 57,78 45,84 %
5 17/04/07 15/05/07 28 20 % 54,32 52,34 53,33 50 %
6 17/04/07 15/05/07 28 25 % 39,89 40,11 40,00 62,5 %
7 17/04/07 15/05/07 28 30 % 35,95 35,13 35,56 66,66 %
Table. 4 Berat satuan trasram masing-masing tipe
Jumlah serbuk
Berat trasram Berat rata – rata (gram)
Penurunan (%)
I II
0 % 7010 6990 7000 0 %
5 % 6970 6830 6900 1,43%
15 % 6660 6540 6600 5,7143 %
20 % 6450 6350 6400 8,6 %
25 % 6320 6280 6300 10 %
30 % 6275 6125 6200 11,43 %
Pembahasan
Bataco adalah campuran antara semen, agregat halus dan air dengan perbandingan tertentu yang telah mengeras (mortar). Bataco termasuk dalam golongan beton ringan karena dilihat dari fungsinya
dalam suatu bangunan hanya sebagai penyekat saja sehingga bataco tidak mementingkan kekuatan.
Dalam pembuatan bataco di masyarakat biasanya menggunakan campuran dengan perbandingan 1 PC :7 PS. Akan tetapi untuk mengurangi berat bataco dapat di berikan bahan campuran sebagai pengganti agregat halus (pasir), di sini peneliti memanfaatkan limbah gergaji (serbuk kayu) sebagai bahan campuran dalam pembuatan bataco agar berat bataco dapat dikurangi sehingga beban yang dipikul oleh suatu bangunan dapat berkurang.
Dari penelitian yang telah kami lakukan serbuk kayu yang dapat digunakan bukan serbuk kayu yang sembarangan. Serbuk kayu yang di gunakan akan mempengaruhi
bentuk tekstur bataco yang dibuat. Dan di sini serbuk kayu yang dapat digunakan
adalah serbuk kayu yang halus, karena jika menggunakan serbuk kayu yang kasar / berukuran besar tekstur bataco tidak bisa halus dan hal itu akan mempengaruhi keindahan dari banguan.
Dari tebel kuat tekan beton/trasram masing-masing tipe dapat dilihat kuat tekan trasram rata-rata untuk 0% penambahan serbuk kayu di dapatkan kuat tekan 106,67 kg/cm², untuk 5 % penambahan serbuk kayu didapatkan kuat tekan rata-rata 105,75% kg/cm², untuk 10 % penambahan serbuk kayu didapat kuat tekan rata-rata 97,78 kg/cm², untuk 15 % penambahan serbuk kayu didapat kuat tekan rata-rata 57,78 kg/cm², untuk 20 % penambahan serbuk kayu didapat kuat tekan rata-rata 53,33 kg/cm², untuk 25 % penambahan serbuk kayu didapat kuat tekan rata-rata 40,00 kg/cm², untuk 30 % penambahan serbuk kayu didapat kuat tekan rata-rata 35,56 kg/cm²
Dari table berat satuan trasram masing-masing tipe dapat dilihat berat
rata-rata trasram untuk 5% penambahan serbuk kayu adalah 6900 gram, berat rata-rata trasram untuk 10% penambahan serbuk kayu adalah 6700 gram, berat rata-rata trasram untuk 15% penambahan serbuk kayu adalah 6600 gram, berat rata-rata trasram untuk 20% penambahan serbuk kayu adalah 6400 gram, berat rata-rata
trasram untuk 25% penambahan serbuk kayu adalah 6300 gram, dan berat rata-rata trasram untuk 30% penambahan serbuk kayu adalah 6200 gram.
Dari hasil kuat desak dapat dilihat bahwa semakin banyak serbuk kayu yang ditambahkan maka semakin besar pula penurunan kuat tekan trasram / betonnya. Hal ini dikarenakan serbuk kayu juga mengakibatkan kualitas pasir berkurang.
Bentuk serbuk kayu yang mirip agregat halus (lumpur) akan me-gakibatkan sebagian masa/volume pasir berkurang dari adukan trasram dan posisinya digantikan oleh serbuk kayu dan hal ini berakibat berat jenis trasram berkurang atau dengan kata lain bataco semakin ringan.
6. KESIMPULAN.
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat di
tarik kesimpulan :
1) Serbuk kayu yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuat bataco hanya serbuk kayu yang berukuran halus agar tekstur bataco menjadi halus.
2) Semakin banyak kadar serbuk kayu yang di berikan pada campuran pembuat bataco akan semakin memperhalus tekstur bataco.
3) Penambahan serbuk kayu pada adukan trasram akan menurunkan kuat tekannya, makin besar prosentase serbuk kayu yang
ditambahkan makin besar pula penurunan kuat tekan bataco. 4) Karena ada sebagian volume
agregat halus yang tereliminasi oleh serbuk kayu maka berat jenis trasramnya menjadi berkurang dengan kata lain bataco semakin ringan.
7. SARAN.
1. Untuk campuran serbuk kayu sebaiknya hanya sampai degan 30 % dari volume campuran.
2. Dalam pembuatan bataco sebaiknya dilakukan pemadatan yang merata disemua bagian serta kontinyu pada semua bataco supaya didapatkan bataco yang seragam baik berat maupun uji tekannya.
8. DAFTAR PUSTAKA
R. Sagel, P. Kole dan Gideon Kusuma, 1993. ‘Pedoman pengerjaan Beton’, Erlangga. 6(1): 143-1157
Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan, Dirjen Cipta Karya DPU, Peraturan Beton Bertulang
Indonesia, 1971 N. 1-23
Biodata
a. Nama : Ir. Isnarno, MT.
b. N.I.P. : 131 690 978
c. Tempat dan tanggal lahir : Sukoharjo 23 maret 1957
d. Disiplin Ilmu : Teknik Sipil
e. Pangkat/Golongan : Penata Tingkat I / IIId
f. Jabatan : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : Fakultas teknik / Teknik Sipil