Jenis Kebijakan
Ekonomi Makro
Tahu
n Pokok-pokok KebijakanFiskal Masalah EkonomiLatar Belakang Makro
Kebijakan
Fiskal 2008 Kebijakan fiskal dari sisi penerimaan yang akan ditempuh dalam tahun 2008 adalah mengupayakan
peningkatan rasio perpajakan dari 13,4% di tahun 2007 menjadi 13,5% dari PDB di tahun 2008 sera
mengoptimalkan penerimaan negara dari PNBP. Upaya-upaya yang dilakukan untuk itu antara lain yaitu
Perbaikan admistrasi dan pelayanan perpajakan,
Penerapan pelaksanaan UU perpajakan yang baru,
Ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan. Di sisi belanja negara, pada tahun 2008 arah kebijakan belanja pemerintah pusat difokuskan untuk
meningkatkan kualitas belanja negara meliputi :
Perencanaan yang tepat,
Eksekusi anggaran yang prudent,
Penggunaan pada kebutuhan yang prioritas dan emergency, dan Pencatatan dan
pelaporan yang rapi dan disiplin.
Sedangkan untuk belanja ke daerah, pemerintah akan melakukan konsolidasi defisit APBN dan APBD untuk lebih memantapkan desentralisai fiskal. Hal ini ditujukan untuk :
Mengurangi
kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah;
Meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali
Indikator makro 2008 yang akan diupayakan yaitu antara lain
pertumbuhan ekonomi tahun 2008
diproyeksikan berkisar pada angka 6,6% s/d 7,0% dan indikator ekonomi lainnya diharapkan dalam keadaan stabil, sedangkan sasaran sektoral antar lain yaitu pengangguran pada tahun 2008 diperkirakan dapat ditekan menjadi 8,0%-9,0% dan jumlah tingkat kemiskinan turun menjadi sekitar 15%-16,8%.
Untuk mendukung upaya pencapaian sasaran indikator makro, dibutuhkan kebijakan, baik fiskal oleh
pemerintah maupun moneter oleh BI. Kedua kebijakan tersebut harus dikoordinasikan dan diharmonisasikan secara maksimal. Hal ini sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi makro terutama dalam menjaga indikator ekonomi inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah. Sementara itu, kebijakan
desentralisasi fiskal juga merupakan hal vital dalam mendukung pertumbuhan.
Keserasian peraturan pusat dan daerah serta peningkatan pengelolaan APBD akan merangsang investasi untuk masuk ke daerah yang pada
potensi pendapatan asli daerah,
Pengalihan secara bertahap dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang ditujukan untuk
mendanai kegiatan yang sudah menajadi urusan daerah ke DAK, dan Menghapus hold
harmless sehingga pada tahun 2008 tidak
dialokasikan Dana Penyesuaian.
Untuk menutupi defisit APBN 2008 yang diperkirakan masih berada pada angka diatas 1 % dari PDB, maka pemerintah tetap mengutamakan strategi pembiayaan yang murah dan rendah resiko. Dalam tahun 2008, kebijakan pembiayaan masih diprioritaskan dari sumber-sumber dana dalam negeri yaitu
Rekening pemerintah, Penerbitan SBN rupiah, Obligasi Ritel Indonesia
(ORI),
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) jangka pendek,
Surat Berharga Negara (SBN) syariah.
Sedangkan sumber
pembiayaan dari luar negeri akan berasal dari pinjaman program dan proyek dan penerbitan SBN valas. Dari semua upaya pembiayaan yang ditempuh, pemerintah tetap berkomitmen untuk menurunkan ratio utang Indonesia terhadap PDB menjadi sebesar 35,2% thd PDB pada tahun 2008, sebagaimana yang telah diupayakan pemerintah sejauh ini.
mendukung
Jenis Kebijakan
Ekonomi Makro
Tahun Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal Masalah EkonomiLatar Belakang Makro
Kebijakan
Fiskal 2009 Berdasarkan arah dan strategi kebijakan fiskal di atas, maka postur RAPBN 2009 akan
meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut :
a. Pendapatan Negara dan Hibah diperkirakan sebesar Rp1.124,0 triliun (21,2 persen terhadap PDB), yang terinci dalam penerimaan perpajakan sebesar Rp748,9 triliun (14,1 persen terhadap PDB),
penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp374,1 triliun (7,1 persen
terhadap PDB), dan hibah sebesar Rp0,9 triliun; b. Total Belanja Negara
diperkirakan sebesar Rp1.203,3 triliun (22,7 persen terhadap PDB), yang terinci dalam belanja pemerintah pusat sebesar Rp867,2 triliun (16,4 persen
terhadap PDB), dan transfer ke daerah sebesar Rp336,2 triliun (6,3 persen terhadap PDB); c. Keseimbangan Primer
(primary balance) diperkirakan sebesar Rp29,9 triliun (0,6 persen terhadap PDB),
Kebijakan fiskal digunakan untuk mengatur permintaan maupun penawaran agregat
melalui komponen dan besaran APBN untuk kepentingan alokasi, distribusi, dan
stabilisasi
untuk menggerakkan sektor riil, dengan memperhitungkan besaran defisit dan kemampuan
pembiayaan tanpa merusak indikator makro seperti inflasi. postur RAPBN 2009 terinci
dalam pokok-pokok besaran sebagai berikut: (i)
pendapatan negara dan hibah
diperkirakan
sedangkan secara keseluruhan RAPBN 2009 diperkirakan
mengalami defisit sebesar Rp79,4 triliun (1,5 persen terhadap PDB);
d. Pembiayaan Defisit dalam RAPBN 2009 bersumber dari dalam negeri sebesar Rp93,0 triliun (1,8 persen terhadap PDB), dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar minus Rp13,6 triliun (0,3 persen terhadap PDB).
sebesar Rp748,9 triliun (14,1 persen PDB), penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp374,1 triliun (7,1 persen PDB), dan hibah sebesar Rp0,9 triliun; (ii) belanja negara direncanakan sebesar Rp1.203,3 triliun (22,7 persen PDB) yang terinci dalam belanja pemerintah pusat sebesar Rp867,2 triliun (16,4 persen PDB) dan transfer ke daerah sebesar Rp336,2 triliun
(6,3 persen PDB); (iii) keseimbangan primer (primary balance) diperkirakan sebesar Rp29,9
triliun (0,6 persen PDB), sedangkan secara keseluruhan RAPBN 2009
diperkirakan
mengalami defisit sebesar Rp79,4 triliun (1,5 persen PDB); (iv) pembiayaan defisit dalam
RAPBN 2009
bersumber dari dalam negeri sebesar Rp93,0 triliun (1,8 persen PDB) dan
pembiayaan luar negeri (neto) sebesar minus Rp13,6 triliun (0,3 persen PDB). 2010 pokok kebijakan tahun 2010
meliputi kebijakan
melanjutkan/meningkatkan seluruh program kesejahteraan rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan lainnya), melanjutkan stimulus fiskal melalui pembangunan infrastruktur, pertanian, dan energi serta proyek padat karya.
Pemerintah
Rp9.500-Selain itu juga mendorong pemulihan dunia usaha termasuk melalui pemberian insentif erpajakan dan bea masuk, meneruskan reformasi birokrasi, memperbaiki
alutsista, dan menjaga
anggaran pendidikan minimal 20 persen.
Menkeu juga mengungkapkan bahwa postur indikatif RAPBN 2010 akan defisit sebesar 1,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau Rp77,1 triliun di mana pendapatan negara dan hibah mencapai Rp871,9 triliun sementara belanja negara mencapai Rp949,1 triliun.
Rp10.500 per dolar AS, harga minyak 45-60 dolar AS per barel, lifting minyak 0,950-0,970 juta barel per hari, gas bumi 8201 billion British Thermal unit per Day (BBTUD), dan batu bara 250 million ton per Annum (MTPA).
Sasaran itu didasarkan atas perkiraan
realisasi tahun 2009 untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 4-4,5 persen, inflasi 5,0-5,5 persen, tingkat bunga SBI 3 bulan 7,0-7,5 persen, nilai tukar Rp10.000-Rp10.500 per dolar AS, harga minyak 50-60 dolar AS per barel, lifting
minyak 0,960 juta barel per hari, gas bumi 7526,3 BBTUD, dan baru bara 250 MTPA.
2011 Perkembangan positif kinerja ekonomi global maupun domestik tersebut, harus kita jadikan momentum untuk melangkah lebih optimis lagi di tahun 2011 nanti.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 dirancang untuk lebih berkualitas dalam artian harus bisa memenuhi tiga syarat, yaitu: (i) mampu membuka lapangan kerja serta bisa menurunkan angka pengangguran dan
Ancaman dari sisi global juga munculnya krisis ekonomi di Eropa akibat kebijakan fiskal yang sangat ekspansif, dengan tingkat defisit anggaran yang sangat tinggi dan dalam jangka waktu lama, yang
kemiskinan, (ii) bersifat inklusif dan berdimensi pemerataan; serta (iii) strukturnya harus ditopang secara proporsional oleh berbagai sektor
pendukungnya baik dari pendekatan aggregate demand maupun aggregate supply.
Yunani berpotensi
mengalami kondisi fiskal yang sangat berat
dengan rasio utang pemerintah jauh diatas tingkat maksimum yang disepakati yaitu 60%, yang telah menjatuhkan kepercayaan kepada surat utang negara-negara tersebut, dan menyeret perlemahan mata uang Euro. Situasi di Eropa tersebut akan berpotensi menyebabkan krisis keuangan yang meluas, akibat dampak sistemik kepercayaan yang menurun,
perlemahan mata uang Euro, dan jatuhnya harga surat utang negara yang berpotensi
mempengaruhi kesehatan sektor keuangan dan perbankan. 2012 substansi APBN dan
kebijakan fiskal pada tahun 2012 pada dasarnya akan diarahkan pada 3 (tiga) hal, yaitu:
(i) Mendukung kegiatan pembiayaan infrastruktur untuk menggalakkan kegiatan
investasi, dunia usaha, sekaligus menjaga
kelancaran arus distribusi barang;
(ii) Meningkatkan jangkauan pelayanan dengan
memberikan prioritas pada pemanfaatan energi
terbarukan
setempat untuk daerah remote area (terpencil), tertinggal, dan terluar; dan (iii) Menjamin keamanan pasokan energi yang dicapai melalui upaya-upaya untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi produksi dan optimasi
salah satu upaya yang ditempuh Pemerintah adalah menjaga stabilitas
ekonomi makro secara berkesinambungan dalam rangka
memberikan kepastian terhadap segenap komponen masyarakat khususnya pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Dengan mendasarkan pada perkembangan terkini ekonomi dan keuangan baik dalam global serta
memperhatikan
proyeksinya pada satu tahun
mendatang, asumsi ekonomi makro dalam APBN Tahun 2012 ditetapkan sebagai berikut:
produksi. Selain itu, kebijakan fiskal tahun 2012 juga
diarahkan untuk mendorong berbagai kebijakan dalam rangka akselerasi
pertumbuhan ekonomi dalam rangka
perluasan akses lapangan pekerjaan sekaligus
mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan
APBN Tahun 2012 ditetapkan sebagai berikut: (i) Pertumbuhan Ekonomi sebesar 6,5 – 6,9 persen; (ii) Inflasi 3,5 – 5,5 persen;
(iii) Suku Bunga SPN 3 Bulan 5,5 – 7,5 persen; (iv) Nilai Tukar Rupiah 9.000 – 9.300 per dolar AS; (v) Harga Minyak Indonesia 75 – 95 US dolar per barel; (vi) Lifting Minyak 950 - 970 ribu barel per hari. 2013 Dari sisi kebijakan fiskal,
Pemerintah menetapkan tema arah kebijakan fiskal tahun 2013 yaitu “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan melalui Upaya Penyehatan Fiskal”. Esensi dari tema tersebut
menekankan pada
pentingnya mengupayakan terwujudnya kondisi fiskal yang sehat dalam rangka mendorong terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk
mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui tema tersebut, kebijakan fiskal tahun 2013 juga diarahkan agar mampu merespon dinamika
perekonomian global, regional maupun domestik, dan menjawab berbagai tantangan sekaligus isu-isu strategis serta memberi dukungan yang optimal bagi pencapaian sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan fiskal tahun 2013 juga tetap diarahkan untuk tetap menjaga kesinambungan fiskal yang ditempuh melalui 4 (empat) hal pokok yaitu: (i) Optimalisasi pendapatan negara dengan tetap
menjaga iklim investasi dan keberlanjutan dunia usaha;
Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat”. Esensi dari tema tersebut adalah memberikan tekanan pentingnya penguatan daya saing
perekonomian domestik untuk mendukung pencapaian
kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan pada perkembangan
perekonomian terkini baik domestik maupun global serta
memperhatikan
proyeksinya pada satu tahun mendatang, Pemerintah
memproyeksikan asumsi ekonomi makro dalam KEM dan PPKF 2013 sebagai berikut :
(i) Pertumbuhan Ekonomi sebesar 6,8% – 7,2%; (ii) Inflasi sebesar 4,5% – 5,5%;
(iii) Suku Bunga SPN Rata-rata 3 Bulan sebesar 4,5% – 5,5%; (iv) Nilai Tukar sebesar Rp8.700 – Rp9.300 per USD;
(ii) Meningkatkan kualitas belanja negara melalui
efisiensi belanja yang kurang produktif dan meningkatkan belanja modal untuk memacu pertumbuhan dan
peningkatan daya saing; (iii) menjaga defisit anggaran pada batas aman (<3% PDB); (iv) Menurunkan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang manageable.
Melalui ke empat langkah tersebut diharapkan APBN dapat dikelola secara efisiensi dan sekaligus mendorong produktivitas setiap pos dalam APBN baik pada sisi pendapatan, belanja maupun pembiayaan.
Dengan mengarahkan kebijakan fiskal yang efisien dan produktif, diharapkan tidak hanya akan memberi kontribusi yang optimal bagi kesinambungan fiskal tetapi juga berdampak bagi
peningkatan daya saing perekonomian domestik yang pada akhirnya dapat
mendorong terwujudnya stabilitas perekonomian yang mantap. Kombinasi
terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan terwujudnya stabilitas ekonomi melalui penyehatan fiskal tersebut selanjutnya akan menjadi bantalan yang kuat untuk mendukung pembangunan yang pada gilirannya akan memberi kotribusi yang positif bagi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
USD100 – USD120 per barel;
(vi) Lifting Minyak sebesar 910 ribu – 940 ribu barel per hari; dan (vii) Lifting gas akan berada pada kisaran 1.290 – 1.360 mboepd.
2014 Berdasarkan arah dan strategi kebijakan fiskal tersebut, RAPBN 2014 akan meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut:
1. Pendapatan negara direncanakan mencapai
Rp1.662,5 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.310,2 triliun, PNBP Rp350,9 triliun, dan penerimaan hibah Rp1,4 triliun.
2. Belanja negara direncanakan sebesar
Rp1.816,7 triliun, terdiri atas belanja Pemerintah Pusat Rp1.230,3 triliun dan transfer ke daerah Rp586,4 triliun. 3. Defisit anggaran
diperkirakan sebesar Rp154,2 triliun (1,49 persen terhadap PDB).
4. Pembiayaan defisit RAPBN 2014 direncanakan berasal dari sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp173,2 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp19,0 triliun.
sebesar 3,5-5,5 persen. Kedua, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diproyeksikan akan berada pada
kisaran Rp 9.600 - 9.800 per dolarnya. Ketiga, mengenai Indonesian Crude Price (ICP), akan berada pada kisaran US$ 100 - 115. Keempat, tingkat produksi minyak mentah diproyeksikan ada pada kisaran 900-930 ribu barel per hari. Kelima, untuk gas, berada pada kisaran 1.240-1.325 barel setara minyak per hari. Namun demikian, proyeksi perekonomian nasional tersebut akan sangat dipengaruhi oleh
dinamika ekonomi global .
2015 tema kebijakan fiskal tahun 2015 adalah “Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan
Berkeadilan.” Kebijakan fiskal tahun 2015 tetap ditujukan untuk optimalisasi
pendapatan negara,
peningkatkan kualitas belanja negara, pengendalian defisit APBN, serta pengendalian utang negara.
Dengan tetap menerapkan 4 pilar strategi pembangunan (pro growth, pro job, pro poor, pro environment), RAPBN 2015 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional dalam RKP 2015, seperti pertumbuhan ekonomi 5,6 persen, angka kemiskinan menjadi 9-10 persen, dan tingkat pengangguran terbuka
Dalam kerangka
tersebut, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam RAPBN 2015 adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan ekonomi 5,6 persen; (2) inflasi 4,4 persen; (3) suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen; (4) rata nilai tukar rupiah Rp11.900 per dolar Amerika
Serikat; (5) harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD105 per barel; (6) lifting minyak mentah 845 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.248 ribu barel setara minyak per hari.
sebesar 5,5-5,7 persen. Selain itu, sasaran
pembangunan 2015 yang akan dicapai adalah antara lain peningkatan taraf pendidikan penduduk menjadi 8,37 tahun, jumlah peserta jaminan kesehatan menjadi 86,4 juta jiwa, rasio polisi dengan jumlah
penduduk menjadi sebesar 1 berbanding 582, serta
penurunan biaya logistik nasional menjadi 23,6 persen dari PDB. Terkait lingkungan dan SDA, Pemerintah
menargetkan indeks kualitas lingkungan hidup mencapai sebesar 64,5, peningkatan rasio elektrifikasi menjadi 83,18 persen, bauran energi baru dan terbarukan 6 persen serta pembangunan
infrastruktur limbah di 764 kawasan.
triliun, sedangkan belanja negara
direncanakan mencapai Rp2.019,9 triliun.