• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Renda (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengenalan Tanaman Penting Dataran Renda (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :

Golongan D/Kelompok 1

1. Andina Dwi Pramesti (141510501002) 2. Novi Nurlailah (141510501033) 3. Linda Rahman (141510501038) 4. Aprilia Iga Mufidah (141510501044) 5. Muhammad Syauqi (141510501263)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki bentuk-bentuk permukaan bumi yang terbentang luas dan merata di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Bentuk-bentuk permukaan bumi sangatlah beragam jenisnya. Salah satu contoh bentuk permukaan bumi yang ada di Indonesia yaitu daratan. Daratan sangatlah berperan penting dalam proses kehidupan manusia. Tanpa adanya daratan, manusia tidak akan bisa hidup dan tidak mempunyai tempat tinggal serta tidak dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan manusia pada saat ini. Daratan di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu dataran rendah dan dataran tinggi.

Dataran rendah sering diartikan sebagai daerah daratan yang sama rata letaknya dengan daerah lainnya. Dataran rendah juga dipandang oleh banyak masyarakat sebagai daerah daratan yang mempunyai lahan yang subur serta mempunyai iklim yang cukup panas. Suhu yang ada di daerah dataran rendah pun terbilang cukup bagus untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga banyak penduduk dataran tinggi yang ingin pindah ke dataran rendah dengan alasan ingin membudidayakan tanaman di daerah tersebut. Dengan adanya curah hujan yang cukup dan suhu yang cukup bagus, maka tidak heran jika banyak spesies tanaman yang dapat tumbuh dan bertahan hidup di daerah dataran rendah ini.

Karakteristik daerah dataran rendah juga sangat berbeda dengan daerah dataran tinggi. Ciri-ciri daerah dataran rendah biasanya memiliki penduduk yang banyak karena daerah dataran rendah biasanya memiliki potensi tanah atau lahan yang subur untuk ditanami. Daerah dataran rendah ini biasanya terbentuk karena proses sedimentasi. Keaneka ragaman kondisi geologis yang dimiliki oleh daerah dataran rendah menjadikan penggunaan daerah ini lebih spesifik.

(3)

para penduduknya sebagai lahan untuk bidang pertanian, peternakan, dan pertambangan. Tidak heran jika produksi hasil pertanian dan peternakan di daerah dataran rendah sangat melimpah. Hal ini dikarenakan daerah dataran rendah mempunyai iklim dan suhu yang bagus untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat bertahan hidup di daerah seperti di dataran rendah.

Daerah dataran rendah sangat cocok untuk budidaya tanaman. Salah satu contoh tanaman yang sangat banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah adalah jenis buah-buahan seperti mangga dan nangka. Namun di daerah dataran rendah juga dapat dibudidayakan tanaman dengan jenis sayur-sayuran seperti terung dan kacang panjang. Tanaman-tanaman tersebut sangat berguna untuk manusia, baik dalam pemenuhan kebutuhannya maupun sebagai bahan untuk obat. Studi pengenalan tanaman penting pada daerah dataran rendah ini akan sangat bermanfaat dan akan memperkaya dan menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang daerah dataran rendah yang memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang sangat berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian maupun perkebunan. Dalam pemanfaatannya, lahan yang berada di daerah dataran rendah sangat banyak digunakan untuk lahan pertanian khusunya untuk menanam komoditas tanaman yang dijadikan sebagai bahan utama pangan masyarakat Indonesia.

1.2 Tujuan

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu wilayah atau tempat yang letaknya lebih rendah dari daerah sekitarnya dan lebih rendah dari daerah dataran tinggi disebut dengan dataran rendah. Wilayah dataran rendah biasanya memiliki letak ketinggian dibawah 200 meter di atas permukaan air laut. Daerah dataran rendah biasanya banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai lahan pertanian maupun lahan perkebunan. Daerah dataran rendah sangat cocok untuk usaha budidaya tanaman pertanian khususnya tanaman pangan karena daerah dataran rendah memiliki potensi tanah yang subur akibat proses sedimentasi yang terjadi (Kasenda dkk., 2014).

Daerah dataran rendah sangatlah berlawanan dari segi letak maupun karakteristik dan ciri-cirinya. Daerah dataran rendah biasanya memiliki banyak jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena dataran rendah memliki lahan yang bisa dibilang datar sehingga memungkinkan banyaknya diadakan pembangunan, seperti pembangunan jalan dan gedung-gedung bertingkat. Banyaknya jumlah penduduk juga dapat disebabkan karena daerah dataran rendah biasanya memiliki tanah yang subur sehingga sangat berpotensi untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran rendah biasanya meliputi tanaman yang bermanfaat sebagai bahan pangan seperti buah-buahan dan tanaman palawija (Jafari et al., 2013).

(5)

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan yang sangat sulit untuk dikendalikan. Suhu yang semakin tinggi disebabkan karena ketinggian suatu tempat semakin rendah. Suhu yang berada di daerah dataran rendah biasanya berkisar antara 280 C. Suhu yang seperti inilah yang cocok untuk banyak jenis tanaman, baik itu tanaman yang digunakan sebagai bahan pangan maupun tanaman lainnya. Tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh faktor suhu karena suhu merupakan faktor yang sangat berperan hampir dalam semua proses pertumbuhan tanaman. Suatu tanaman mempunyai batas minimum dan batas maksimum untuk dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitasnya (Suh et al., 2009).

Suhu yang relatif tinggi biasanya disebabkan oleh iklim. Selain berpengaruh terhadap suhu, iklim di suatu tempat juga dapat mempengaruhi kelembabapan di suatu daerah. Pada umumnya, kelembaban yang ada di sekitar daerah dataran rendah relatif tinggi. Kelembaban biasanya sangat mempengaruhi laju transpirasi pada tanaman. Kelembaban yang ada di daerah dataran rendah masih bisa memenuhi aktivitas tanaman untuk melakukan transpirasi karena kelembaban yang tidak terlalu tinggi (Tabrizi et al., 2011).

Jenis-jenis tanaman yang berbeda, maka akan berbeda pula sifatnya dalam hal memanfaatkan dan menggunakan suhu lingkungan. Hal ini terjadi dan mengakibatkan kesesuaian tanaman terhadap faktor ketinggian tempat menjadi berbeda. Pada ketinggian yang berbeda, maka akan berbeda pula suhu yang ada di daerha tersebut. Suhu yang ada di daerah dataran rendah tergolong suhu yang normal sehingga banyak spesies tanaman yang dapat bertahan hidup di daerah dataran rendah (Rukmana, 2005).

(6)

penanaman yang baik sehingga hasil produksi yang didapatkan pun juga baik (Sayer et al., 2010).

Penanaman tanaman jenis sayuran yang dilakukan pada daerah dataran rendah biasanya dilakukan di lahan sawah tadah hujan dan lahan yang kering. Pada daerah dataran rendah biasanya sangatlah sulit untuk mendapatkan air untuk irigasi. Oleh karena itu, para petani di daerah dataran rendah biasanya membudidayakan tanaman sayurannya di lahan sawah tadah hujan yaitu lahan yang dipengaruhi oleh faktor iklim yaitu curah hujan sebagai sumber air dan irigasinya. Sehingga walaupun air sulit di dapatkan, apabila memanfaatkan faktor alam yang ada, maka tanaman akan tetap melakukan aktivitas normalnya dan dapat berkembang seperti biasanya (Yusuf, 2010).

Tanaman yang di budidayakan di daerah dataran rendah namun habitat yang sebenarnya adalah daerah dataran tinggi tidak akan bisa hidup, namun berbeda lagi apabila dilakukan teknik rekayasa lingkungan untuk memberikan lingkungan tumbuh yang sesuai dengan habitat aslinya. Rekayasa lingkungan ini biasanya dilakukan dengan menyuntikkan gen tanaman dataran tinggi ke tubuh tanaman dataran rendah, sehingga dapat membuat tanaman bertahan hidup meskipun tidak berada di habitat aslinya. Dengan adanya teknik rekayasa lingkungan ini, para petani di daerah dataran rendah pun dapat membudidayakan tanaman yang berhabitat asli di daerah dataran tinggi (Hamdani, 2009).

(7)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum “Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah” dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Minggu, 26 Oktober 2014 pukul 14.30 WIB – selesai.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Tanaman yang diamati 2. Tabel pengamatan

3.2.2 Alat 1. Alat tulis 2. Penggaris 3. Meja dada

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menetapkan objek tanaman yang diamati.

3. Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya.

(8)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

g. Spesies : Hylocereus undatus (daging putih)

Hylocereus pholyrizus (daging merah)

3. Cara pembibitan/persemaian : Pembibitan buah naga dilakukan dengan cara menggunakan perbanyakan vegetatif (stek) 4. Cara pengolahan tanah : Pengolahan tanah yang dilakukan

untuk penanaman buah naga dilakukan secara konvensional dengan lubang tanam panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 40 cm. Jarak tanam 3x3 meter.

5. Cara penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara memotong batang buah naga kemudian diletakkan pada lubang tanam yang sudah disediakan 6. Sistem penanaman : Monokultur

7. Cara pemeliharaan

(9)

tanaman pada saat setelah

dilakukannya pemangkasan. Pupuk SP 36, KCl, dan pupuk ponsca diaplikasikan pada tanaman pada saat tanaman buah naga ini mengalami fase vegetatifnya. Sedangkan pupuk kompos diaplikasikan pada tanaman pada saat sebelum penanaman atau pada saat membuat lubang tanam

b. Pengairan : Pengairan pada tanaman dilakukan selama satu minggu sekali dan dilakukan hanya pada saat musim kemarau, jika pada musim

penghujan maka tanaman buah naga ini tidak perlu disiram karena sudah terkena air hujan

c. Pengendalian penyakit : Pengendalian penyakit tidak dilakukan karena pada tanaman buah naga ini tidak ditemukan penyakit

d. Pengendalian hama : Hama yang menyerang tanaman buah naga ini yaitu merupakan semut hitam. Pengendalian semut hitam ini dilakukan dengan cara menggunakan insektisida kimiawi e. Pengendalian gulma : Gulma yang ada pada tanaman buah

naga yaitu berupa

rumput-rumputan. Pengendalian gulma ini dilakukan secara mekanik yaitu dengan cara dicabut gulma tersebut 8. Ciri-ciri morfologi

(10)

pada bagi

b. Batang : Batang buah naga berbentuk segitiga maupun segi enam dan berwarna hijau

c. Daun : Pengganti daun pada buah naga yaitu duri yang terdapat pada batang. Duri ini berwarna hitam dan berukuran kecil

d. Bunga : Bunga buah naga muncul dari bagian duri

e. Buah : Bentuk buah naga bulat memanjang, kulit buahnya berwarna merah menyala dan dipenuhi dengan jumbai-jumbai

f. Biji : Biji buah naga terdapat didalam buah, berwarna hitam dan berukuran kecil

9. Pemanenan

a. Ciri-ciri panen : Panen buah naga dilakukan pada saat buah naga tersebut sudah masak fisiologis

b. Umur panen : 2 bulan

(11)

produk lain)

a. Domestik/ekspor : Pemasaran buah naga ini dilakukan secara domestik, hanya pada daerah Jember saja

b. Tataniaga pemasaran : Pemasaran buah naga tidak

disalurkan melalui toko-toko buah melainkan konsumen yang ingin membeli buah naga ini datang langsung ke Agrotechno Park ini c. Harga (Rp/kg atau

Rp/ton)

: Harga pemasaran pada buah naga tergantung pada musim buah naga tersebut. Pada saat musim buah naga, harga buah tersebut yaitu berkisar antara Rp 12.500-15.000/kg. Sedangkan pada saat tidak musim buah naga, harga buah tersebut yaitu berkisar antara Rp 30.000-35.000/kg

4.2 Pembahasan

Buah naga atau dragon fruit mempunyai nama latin Hylocereus undatus

(12)

Berdasarkan kepentingan agronominya, buah naga ini termasuk ke dalam tanaman perkebunan dan sudah banyak dibudidayakan dimana-mana. Buah naga merupakan tanaman monokotil yaitu berkeping tunggal dan mempunyai tipe perkecambahan epigeal yaitu perkecambahan yang terjadi di atas tanah. Jika dilihat dari morfologi tanamannya, buah naga ini termasuk ke dalam tumbuhan yang tidak lengkap. Hal ini disebabkan karena buah naga tidak memiliki daun, namun tanaman ini memiliki akar, batang, bunga, buah, dan biji.

Terdapat beberapa varietas pada tanaman buah naga ini. Varietas yang dibudidayakan di Agrotechno Park ini yaitu yang memiliki daging merah dan yang memiliki daging putih. Buah naga yang memiliki daging merah biasanya memiliki duri yang lebih lebar jaraknya antara duri yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan buah naga yang memiliki daging putih memiliki duri yang jaraknya rapat antara duri yang satu dengan duri yang lainnya. Perbedaan buah naga yang memiliki daging merah dan daging putih juga dapat dilihat dari bentuk buah naga tersebut. Biasanya buah naga yang berdaging putih berbentuk lonjong, sedangkan buah naga yang berdaging merah berbentuk bulat.

Buah naga tidak jauh beda dengan tanaman kaktus. Buah naga dapat dibudidayakan pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-600 m diatas permukaan laut. Buah naga lebih suka dengan kondisi kering. Jika dibudidayakan di daerah dengan kondisi basah, buah naga tersebut akan rentan terkena penyakit dan mengalami pembusukan. Buah naga sangat membutuhkan cahaya matahari, oleh sebab itu pembudidayaan buah naga tidak perlu menggunakan tempat yang ternaung. Walaupun buah naga menyukai kondisi yang kering, buah naga ini tetap memerlukan air untuk proses pertumbuhannya. Jenis tanah yang cocok untuk budidaya buah naga yaitu tanah yang tidak becek , gembur, dan mengandung banyak bahan organik serta unsur hara.

(13)

pembuahan. Ukuran diameter batang juga sangat menentukan baik atau tidaknya tanaman tersebut dapat tumbuh. Setelah dilakukan penyeleksian, batang buah naga yang sudah memenuhi syarat untuk dapat dijadikan bibit kemudian dipotong. Pemotongan batang tidak dilakukan semua, sisakan 20% dari batang buah naga tersebut sedangkan 80% digunakan sebagai bibit. Pemotongan bagian atas dengan bagian bawah batang berbeda. Bagian atas batang dipotong dengan rata, sedangkan bagian bawah batang dipotong meruncing. Selain untuk mempermudah menancapkan ke tanah, pemotongan meruncing dilakukan supaya pertumbuhan akar dapat terangsang. Sistem penanaman buah naga di Agrotechno Park dilakukan secara monokultur.

Metode generatif dalam pembibitan buah naga dilakukan dengan menggunakan biji buah naga. Biji buah naga dipilih dari buah naga yang sudah tua dan sudah matang sempurna. Pemilihan buah juga didapat dari pohon buah naga yang sehat dan tidak kerdil. Proses pemilihan ini dilakukan agar biji yang nantinya menjadi calon bibit dapat tumbuh dengan baik. Setelah dilakukan pemilihan biji, biji tersebut kemudian disemaikan di media semai yang sudah disipakan dan sudah diberi pupuk kompos satu minggu sebelum penanaman. Kelemahan dari metode generatif ini yaitu memerlukan waktu yang lama untuk dapat tumbuh menjadi buah naga dibangdingkan dengan menggunakan metode vegetatif. Penanaman bibit buah naga setiap satu tiang panjat, ditanami 4 bibit tanaman buah naga. Bibit buah naga tersebut ditanami dengan mengitari tiang panjat tersebut.

(14)

sehingga perlu waktu setelah pengaplikasian pupuk agar tanah bisa menyerap unsur yang ada pada pupuk kompos.

Setelah dilakukan pengolahan tanah, langkah selanjutnya yaitu pembuatan tiang panjat. Pembuatan tiang panjat sangat dibutuhkan dalam budidaya buah naga ini karena digunakan sebagai penopang tumbuhnya tanaman buah naga tersebut. Pembuatan tiang panjat biasanya permanen dari beton dan berbentuk silinder. Tinggi tiang panjat yang digunakan yaitu sekitar 2-2,5 meter. Bagian atas tiang panjat diberi penopang juga berupa ban motor yang berbentuk lingkaran.

Gambar 1. Tiang panjat sebagai penopang pertumbuhan buah naga

(15)

Gambar 2. Piringan yang ada disekitar buah naga

Buah naga berasal dari daerah gurun pasir, oleh karena itu buah naga menyukai kondisi yang kering. Meskipun begitu, buah naga ini tetap memerlukan air untuk memebantu proses pertumbuhannya. Dalam budidaya buah naga, perawatan dan pemeliharaan tidaklah sulit. Perawatan pengairan pada buah naga dilakukan hanya pada saat musim kemarau saja dan dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 hari. Jika terlalu sering diairi maka buah naga ini lama-kelamaan akan menjadi busuk dan tidak produktif lagi. Pada musim penghujan, buah naga tidak perlu disiram lagi cukup dengan menggunakan air hujan, sehingga buah naga tersebut tidak akan mudah membusuk. Apabila tanaman sudah mulai muncul bunga dan berbuah, pengairan dapat dihentikan. Namun apabila tanah terlihat kering, pengairan dapat dilakukan kembali.

Perawatan buah naga juga dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan. Dalam pemangkasan buah naga terdapat tiga tipe pemangkasan yaitu pemangkasan untuk membentuk cabang produksi, membentuk batang pokok, dan peremajaan. Pemangkasan dilakukan pada buah naga yang tumbuhnya tidak teratur. Pemangkasan biasanya juga dilakukan pada tunas-tunas yang ada pada batang buah naga. Tunas yang dilakukan pemangkasan nantinya harus dapat membentuk tanaman dengan baik sehingga batang yang ada dibawah tajuk masih bisa mendapatkan cahaya matahari dan tanaman juga tidak terlalu rimbun.

(16)

busuk pangkal batang. Penyakit busuk pangkal batang biasanya menyerang buah naga pada saat awala penanaman. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan dan ditandai dengan adanya pembusukan pada pangkal batangnya. Batang buah naga yang terserang penyakit ini berwarna kecoklatan dan berair. Penyakit busuk bakteri disebabkan oleh infeksi bakteri Pseudomonas sp. Tanaman buah naga yang terkena penyakit ini biasanya menunjukkan gejala adanya lendir putih kekuningan pada batang yang terserang dan tanaman pun tampak layu. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara mengurangi cabang supaya mengurangi kelembapan. Kelembapan udara yang tinggi dapat menimbulkan adanya penyakit pada buah naga.

(17)

Gambar 3. Batang buah naga yang busuk akibat kelebihan air

Buah naga merupakan tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Namun buah naga ini tetap memiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Batang buah naga berwarna hijau dan berbentuk segitiga maupun segienam. Batang buah naga termasuk dalam struktur batang yang sukulen. Batang yang sukulen berarti batang tersebut dapat menyimpan air maupun makanan sebagai cadangan. Apabila terlalu sering disiram, batang buah naga ini akan mengalami pembusukan dan biasanya berwarna kuning. Pada batang buah naga tumbuh duri-duri kecil yang berwarna hitam dan berukuran kecil. Batang buah naga yang sudah dewasa biasanya dapat berukuran hingga 3 meter lebih.

Akar buah naga terlihat merambat pada tiang penyangga. Akar buah naga ini dapat tahan terhadap kekeringan, namun tidak tahan terhadap genangan air. Akar buah naga dibagian bawah tanah biasanya hanya berukuran 50-60 cm saja, sedangkan akar yang merambat pada tiang penyangga merupakan akar serabut. Buah naga tidak memiliki daun. Sebagai pengganti daun yaitu duri-duri kecil yang tumbuh di sepanjang batang buah naga.

Gambar 4. Akar buah naga yang merambat dan batang buah naga

(18)

Gambar 5. Morfologi buah naga

Buah naga yang sudah berumur 2 bulan sudah dapat dipanen buahnya. Ciri-ciri buah naga yang sudah dapat dipanen yaitu buah naga yang sudah terlihat masak fisiologis. Biasanya ditandai dengan kulit buahnya yang berwarna merah mengkilap, jumbai-jumbai yang ada pada kulit buah sudah berwarna kemerahan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian batang buah naga yang ditumbuhi buah. Pemotongan dilakukan dengan cara memotong segitiga pada batangnya menggunakan pisau yang steril.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, J. Sauman. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran Medium. Agron. Indonesia, 37 (1):14-20.

Jafari, S. M., S. Zarre., S. K. Alavipanah. 2014. Woody Species Diversity and Forest Structure from Lowland to Montane Forest in Hyrcanian Forest Ecoregion. Mt. Sci., 10 (4):609-620.

Kasenda, Ivanny., S. Marunduh., H. Wungouw. 2014. Perbandingan Denyut Nadi Antara Penduduk Yang Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. E-Biomedik, 2 (2):1-6.

Rukmana, Rahmat. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta. Kanisius.

Sayer, Emma. J and E. V. J. Tanner. 2010. Experimental Investigation of the Importance of Litterfall in Lowland Semi-evergreen Tropical Forest Nutrient Cycling. Ecology, 98:1052-1062.

Setiawan, Eko. 2009. Kajian Hubungan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. Agrovigo,r 2 (1):1-11.

Suh, Sanguk., E. Lee., J. Lee. 2009. Temperature and Moisture Sensitivities of CO2 Efflux From Lowland and Alpine Meadow Soils. Plant Ecology, 2 (4):225-231.

Sunarjono, Hendro. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Depok. Penebar Swadaya.

Tabrizi, A. A., F. Darvish-Kojouri., G. Nourmohammadi., H. R. Mobasser., S. V. Alavi., A. Ghanbari-Malidarreh. 2011. Effects of Pre-Plants and Nitrogen Rates on Yield and Yield Component of Lowland Rice (Oryza sativa L.) Nutrition and Organic Matter of Soil. World Applied Sciences, 13 (9):2118-2125.

(20)

LAMPIRAN

Buah naga (dragon fruit)

(21)

Gambar

Gambar 4. Akar buah naga yang merambat dan batang buah naga

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Plagiat.. bidang perekonomian, keuangan dan kesehatan. Anggota : sudah bersikap mandiri dan professional dalam bekerja walaupun kadang masih lambat. Anggota : Kemandirian

posse‟s considerable knowledge on how to manage an intere sting classroom so that the learners can gain a great success in their vocabulary learning. Teaching vocabulary plays

Ini terbukti dari Firman Allah yang mengatakan bahwa, seluruh manusia diciptkan oleh Allah sebagai Khalifah di Bumi, yang artinya dengan adanya Ayat ini berarti seluruh Manusia

Transesterifikasi minyak kedelai pada penelitian ini menghasilkan ester-ester metil palmitat, metil stearat, metil oleat, dan metil linoleat sehingga asam-asam lemak yang

Dalam kebijakan ini diatur bahwa kegiatan sektor kehutanan yang harus disertai dengan AMDAL meliputi usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (skala semua besaran) dan usaha hutan

Lagu merupakan suatu bentuk karya seni yang tidak hanya memberikan hiburan kepada masyarakat pembacanya, melainkan juga manfaat. Pada anak usia dini, lagu anak

PROSES DAN DAMPAK PROGRAM PELATIHAN TATA BOGA TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR (Studi Deskriptif pada Program Pelatihan Tata Boga PKBM