Vektor dan Binatang Pengganggu
Definisi Vektor dan Binatang Pengganggu
Vector adalah anthropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia. Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. ( Permenkes No 347/MENKES/PER/III/2010 ).
Vektor hanya terdiri atas arthropoda, sedangkan tikus, anjing, dan kucing bertindak sebagai reservoar (Chandra, 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) menyebutkan bahwa tikus bertindak sebagai reservoar untuk penyakit seperti salmonelosis, demam gigitan tikus, trichinosis, dan demam berdarah Korea, sedangkan vektornya adalah pinjal, kutu, caplak, dan tungau yang merupakan arthropoda. Sumber lain menyebutkan bahwa tikus hanya sebagai binatang pengganggu (Nurmaini, 2001).
Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang/ menularkan penyakit kepada manusia, binatang/ tumbuhan. Atau binatang pengganggu adalah binatang bukan serangga yang menganggu (kenyamanan) hidup manusia.
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis. Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut. Vektor disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005). Contohnya lalat sebagai vektor mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tifoid, sedangkan nyamuk Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006).
Jenis Vektor
Arthropoda berarti kaki yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthron=sendi, poda=kaki). Dari filum Arthropoda tersebut yang menjadi vektor adalah :
1. Ordo Dipthera, kelas Hexapoda (kaki enam), contohnya : a) Nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria. b) Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DHF.
c) Nyamuk Culex fatigans sebagai vektor penyakit elephantiasis (kaki gajah). d) Lalat rumah (musca domestica, domestic fly)sebagai vektor penyakit perut. e) Lalat Tse-tse sebagai vektor penyakit sleeping sickness (penyakit tidur abadi). f) Lalat kuda (tomoxys calcitrans) sebagai vektor penyakit antraks.
2. Ordo Siphonaptera. Contohnya pinjal tikus (xenopsylla cheopis) sebagai vektor penyakit plague (pes).
3. Ordo Anoplura. Contohnya, kutu kepala (Pediculus humanus capitis) sebagai vektor penyakit relapsing fever (demam balik-balik).
4. Kelas Aracnoidea.
a) Tick sebagai vektor penyakit relapsing fever
b) Mite sebagai vektor penyakit scrub thypus, endemic thypus, dan scabies. 5. Kelas Crustacea. Sebagai vektor penyakit paragonomiasis
6. Kelas Myriapoda. Sebagai vektor penyakit hymenolepsis.
7. Ordo Hemiptera.sebagai vektor pengganggu. Contohnya, kutu busuk (Cimex rotudatus).
8. Ordo Isoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis rayap. 9. Ordo Orthoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis belalang. 10. Ordo Culeoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis kecoa.
Terdapat pula beberapa jenis tikus, terdapat 2 golongan: 1. Tikus besar / rat (rattus-rattus) terdiri dari :
a) Rattus norwegicus(tikus got/tikus riol) b) Rattus diardii (tikus atap)
c) Rattus alexandricus (tikus Alexandria) d) Rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
2. Tikus kecil (mice/mouse) : Musculus (tikus rumah)
Transmisi Penyakit
Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan dapat melalui beberapa cara yaitu : :
1. Dari orang ke orang 2. Melalui udara
3. Melalui makanan dan air 4. Melalui hewan
5. Melalui vektor arthropoda
Peranan Vektor
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases. Ada 3 jenis cara transmisi arthropod-bome diseases, yaitu :
1. Kontak Langsung
2. Transmisi Secara Mekanik
Agen penyakit ditularkan secara mekanik oleh arthropoda, seperti penularan penyakit diare, typhoid, keracunan makanan dan trachoma oleh lalat. Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulkus superfisial, atau eksudat. Kontaminasi bisa hanya pada permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui ekskreta.
Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah enteric bacteria yang ditularkan oleh lalat rumah. diantaranya adalah Salmonella typhosa, species lain dari salmonella, Escherichia coli, dan Shigella dysentry yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat merupakan vektor dari agen penyakit tuberculosis, anthrax, tularemia, dan brucellosis.
3. Transmisi Secara Biologi
Bila agen penyakit multiflikasi atau mengalami beberapa penularan perkembangan dengan atau tanpa multiflikasi di dalam tubuh arthropoda, ini desebut transmisi biologis dikenal ada tiga cara, yaitu:
a. Propagative
Bila agen penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi multiflikasi di dalam tubuh vektor. Contohnya Plague bacilli pada rat fleas.
b. Cyclo-propagative
Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multiflikasi di dalam tubuh arthropoda. Contohnya parasit malaria pada nyamuk Anopheles.
c. Cyclo-developmental
Bila agen penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak mengalami multiflikasi di dalam tubuh arthropoda. Contohnya parasit filaria pada nyamuk Culex
Beberapa istilah dalam proses transmisi atrhropod-borne disease sebagai berikut :
1. Inokulasi (inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrana mucosa disebut sebagai inokulasi (Chandra, 2006).
2. Infestasi (infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, contohnya scabies .
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sedangkan waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik. Contohnya parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10-14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan. Masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12-30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria.
4. Definitive Host dan Intermediate Host
Apabila terjadi siklus seksual dalam tubuh vektor atau manusia maka vektor atau manusia tersebut disebut sebagai host definitif, sedangkan apabila terjadi siklus aseksual maka disebut sebagai host intermediet. Contohnya parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk dan siklus aseksual dalam tubuh manusia, maka nyamuk Anopheles adalah host definitif dan manusia adalah host intermediet (Chandra, 2006).
epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor berdasarkan jenis vektornya ditunjukkan dalam tabel.
Tabel Arthropod-borne Diseases Berdasarkan Jenis Vektornya :
No Arthropoda Penyakit Bawaan
1. Nyamuk Merupakan vektor dari penyakit Malaria, Filaria, Demam kuning Demam berdarah, Penyakit otak, demam haemorhagic
2. Lalat Merupakan vektor dari penyakit tipus dan demam paratipus, diare, disentri, kolera, gastro-enteritis, amoebiasis, penyakit lumpuh, conjunctivitis, anthrax
3. Lalat Pasir Merupakan vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi, Leishmania donovani, 4. Lalat Hitam Merupakan vektor penyakit Oncheocerciasis 5. Lalat tse2 Merupakan vektor dari penyakit tidur
6. Kutu Merupakan vektor dari penyakit tipus mewabah, relapsing demam, parit. Karena dari kutu ini dapat menyebabkan selain rasa gatal, bau busuk, kusam dll dengan mengehisap darah manusia yang menjadikan penyakit.
7. Pinjal Penyakit sampar, endemic typhus
8. Sengkenit Penyakit Rickettsia (Rickettsia Rickettsii)
9. Tungau penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi.
Sumber: Chandra, 2006
Pengendalian Vektor Penyakit
seharusnya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting didasarkan prinsip dan konsep yang benar (Nurmaini, 2001).
Beberapa prinsip dalam pengendalian arthropoda secara khusus antara lain : 1. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contohnya membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda
2. Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida, seperti golongan organoklorin, golongan organofosfat dan golonagn karbamat, tetapi penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.
3. Pengendalian biologi
Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.
4. Pengendalian genetik.
Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya
steril technique, cytoplasmic incompatibility, dan choromosomal translocation