• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1137

PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Marsini1, Ita Afri Lusiana2

1STKIP DR. Nugroho Magetan

Jln. Sendang Kamal No. 50, Maospati, Telp./ Fax. (0351) 869642, E-mail: marsinidr@yahoo.com

2STKIP DR. Nugroho Magetan

Jln. Sendang Kamal No. 50, Maospati, Telp./ Fax. (0351) 869642, Email: italusiana@yahoo.com

Abstrak:

Pembelajaran yang berpusat pada siswa hendaknya selalu diterapkan pada setiap proses belajar mengajar. Pada setiap prosesnya, diperlukan kreativitas, keaktifan maupun inovasi oleh seorang guru agar hasil akhir dari suatu proses pembelajaran menuai hasil yang maksimal. Indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran, salah satunya adalah hasil belajar siswa yang meningkat. Salah satu penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah penerapan Problem Based Learning dengan materi permasalahan sosial di sekitar lingkungan siswa. Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang autentik dimana siswa diberikan masalah-masalah sosial yang ada dilingkunagan sehingga siswa membuat hubungan-hubungan yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun Jenis penelitian ini termasuk

penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Analisis statistik signifikansi

perbedaan pretest-posttest dengan Uji-t berpasangan untuk mengetahui signifikansi

pengaruh peningkatan hasil belajar antara pretest dengan posttest. Dari analisis statistik

Uji-t diperoleh hasil bahwa taraf signifikasi dengan sig (2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05,

artinya ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa. Jadi pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning sangat berpengaruh terhadap hasil belajar pada materi masalah sosial siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun.

Kata kunci: problem based learning, masalah sosial, hasil belajar.

Abstract:

(2)

able to make their own associations with their daily lifes. It was kind of experimental research which was aimed at knowing the influence of Problem Based learning model toward students’ learning achievement of class IV students at 01 Nglames Elementary School, Madiun regency. Statistics analysis of the significance differences in pretest - posttest was using paired t- test to determine the significance increase of the learning achievement between pretest and posttest. Based on the statistical analysis of t-test it was revealed that the level of significance of sig (2 tailed) was 0,000 < 0.05, it meant that there were significance influence between the Problem Based Learning model and the learning achievement. Therefore, learning by using Problem Based Learning model significantly influenced the learning achievement in the social problem materials of class IV students at 01 Nglames Elementary School, Madiun regency.

Key words: Problem Based Leraning, Social Problems, Learning Achievement.

Model pembelajaran sangat diperlukan ketika guru menyampaikan materi kepada peserta didik. Hal ini bertujuan agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Ketika memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan kondisi atau karakteristik peserta didik, materi yang akan diajarkan, serta sumber-sumber belajar yang ada. Tujuannya agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

Pada kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kompetensi dan semangat pembaharuan yang tinggi. Menurut Sardiman (2004: 165), guru yang berkompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini, guru harus mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuat media pembelajaran yang kreatif, menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, serta dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Marsh (1996: 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut akan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan serta mendukung keberhasilan kegiatan tersebut.

Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan,

khususnya di sekolah dasar pada mata pelajaran IPS. Di sekolah dasar, IPS dipandang sebagai mata pelajaran yang isinya berupa hafalan. Selain itu, ketika guru mengajar hanya dengan ceramah sehingga siswa merasa bosan. Hal ini juga terjadi pada salah satu sekolah dasar di Kabupaten Madiun, yakni SDN Nglames 01.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada peserta didik kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun ditemukan berbagai kegiatan pembelajaran yang kurang disukai peserta didik. Salah satu pembelajaran yang diamati adalah ketika mata pelajaran IPS. Pada kegiatan tersebut, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik, peserta didik mudah merasa jenuh, dan materi yang disampaikan tidak kontekstual. Namun, tidak semua materi IPS dapat diajarkan secara kontekstual.

Salah satu materi IPS yang dapat diajarkan secara kontekstual adalah permasalahan sosial yang terjadi di daerah sekitar. Materi tersebut membutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik memahaminya. Salah satu model yang sesuai dengan materi tersebut adalah Problem Based Lerning. Model

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata sebagai konteks bagi peserta

didik untuk belajar cara berfikir kritis dalam

menyelesaikan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2009: 65).

Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata sebagai konteks bagi

(3)

menyelesaikan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2009: 65).

Pada pembelajaran ini, guru harus me-libatkan siswa dengan memberi tugas-tugas tentang masalah sosial dan intelektual yang berasal dari lingkungan. Permasalahan tersebut merupakan langkah awal untuk memfokuskan kemampuan siswa dalam membangun penge-tahuan. Sedangkan hasil analisis dari per-masalahan yang dipecahkan merupakan pengetahuan baru bagi siswa.

Pembelajaran model Problem Based Lear-ning terdiri dari lima tahapan utama. Tahap pertama dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan masalah yang akan dipecahkan. Tahap kedua, guru membentuk kelompok dan mengkondisikan siswa untuk mendiskusikan rancangan untuk menyelesaikan masalah. Tahap ketiga, siswa secara berkelompok mengumpulkan sumber-sumber dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan guru. Tahap keempat, siswa membuat laporan dan mempresentasikan hasilnya. Tahap akhir dilakukan analisa hasil kerja siswa dan mengerjakan soal tes.

Pembelajaran Problem Based Learning

banyak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (2012) bahwa kegiatan belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning menuntut pemahaman siswa agar dapat digunakan di luar kelas. Dengan demikian, pemahaman siswa di dalam kelas dapat diaplikasikan secara langsung di lapangan. Selain itu, pembelajaran Problem Based Learning juga dapat meningkatkan perkembangan keterampilan

siswa seperti pola berpikir terbuka, reflektif,

kritis, dan aktif (Margetsone, 1994).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah ketahui dan yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.

Model pembelajaran Problem Based Lear-ning memiliki beberapa kelebihan. Menurut Arends (dalam Suwito, 2011:3), model pembelajaran

Problem Based Learning mampu (1) membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah; (2) mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri; (3) meng organisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa; (4) mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah yang riil; (5) siswa harus menganalisis dan menetapkan masalahnya; (6) mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi; (7) mengumpulkan dan menganalisis informasi; (8) melaksanakan eksperimen; (9) membuat inferensi, menarik kesimpulan, dan menuntut siswa untuk mengkonstruksikan produk dalam bentuk artefak dan exhibit yang menjelaskan atau merepresentasikan solusi siswa. Kelebihan-kelebihan ini yang dijadikan salah satu pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian

Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut, model Problem Based Learning sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran IPS kelas IV SD materi permasalahan sosial di daerah sekitar. Materi ini melibatkan permasalahan secara nyata sehingga siswa dapat diarahkan untuk

meng-identifikasi permasalahan sosial yang sedang

terjadi di lingkungan sekitarnya. Setelah itu siswa diarahkan untuk berpikir tingkat tinggi agar dapat memecahkan masalah tersebut melalui kegiatan penyelidikan.

(4)

Hasil belajar yang dimaksud dalam pe-nelitian ini adalah pada ranah kognitif saja. Dengan menggunakan taksonomi Bloom domain kognitif yang dibagi dalam 6 kategori yang dimulai dari jenjang yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), apli kasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep materi permasalahan sosial yang terjadi di daerah sekitar. Pengukuran hasil belajar IPS ini diperoleh melalui tes esai.

Berdasarkan uraian di atas, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun. Penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah sebagai referensi dalam memperbaiki proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPS. Bagi guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberi pengalaman yang bermakna kepada siswa.

METODE

Penelitian dilaksaksanakan di SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Desain penelitiannya adalah pre-experimental designs dengan bentuk one-group pretest-postest design (Sugiyono, 2013:110). Pada bentuk desain ini kelas diberikan pretest

sebelum pembelajaran dan posttest setelah materi pembelajaran selesai. Sebelum diberikan posttest, kelas tersebut diberi perlakukan berupa model

Problem Based Learning.

---O1 X1 O2

---Sumber: Sugiyono, 2013

Gambar 1. Rancangan penelitian pretest dan posttest

Keterangan:

O1 :Pengukuran kemampuan awal (pretest)

O2 :Pengukuran kemampuan akhir (posttest)

X1 :Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, pengambilan sampel dilakukan dengan sampel jenuh siswa 21 siswa, yang terdiri dari 12 siswa putra dan 9 siswa putri.

Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi, dengan instrumen penelitian berupa soal tes dan Rencana Pelaksanaan Pebelajaran (RPP). Data diolah menggunakan statistik inferensial dengan analisis statistik deskriptif, selanjutnya menggunakan uji

t (t-test) berpasangan berbantuan program SPSS 17.0 for Windows. Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Problem Based Learning terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Nglames 01, Kabupaten Madiun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Data siswa yang diperoleh pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Nglames 01 Kabupaten Madiun. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah permasalahan sosial di daerah sekitar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut adalah 75. Hasil belajar tersebut terdiri dari prestest dan posttest. Data hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Siswa

(5)

19. 65 80

20. 70 75

21. 70 80

Ẍ 69,28 76,90

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 14 siswa yang mendapat nilai

pretest dibawah KKM (<75), sedangkan yang mendapat nilai diatas KKM (>75) sebanyak 7 siswa. Nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 85 siswa. Rata- rata nilai pretest adalah 69,28.

Nilai posttest siswa yang dibawah KKM (<75 ) sebanyak 3 siswa dan yang diatas KKM (>75) sebanyak 18 siswa. Nilai terendahnya adalah 60 dan nilai yang tertinggi adalah 95. Rata- rata nilai posttest adalah 76,90.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi permasalahan sosial. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Nglames 01, Desa Nglames Kecamatan Kawedanan Kabupaten Madiun. Tahap awal dari proses penelitian yaitu menyusun instrument dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Instrumen pada penelitian berupa soal-soal tes dan RPP. Soal-soal test digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman pembelajaran.

Proses selanjutnya yaitu kegiatan inti dari penelitian, yaitu proses pembelajaran. Pembelajaran di kelas menggunakan model

Problem Based Learning. Pembelajaran dilak-sanakan masing-masing dua kali pertemuan.

Pembelajaran model Problem Based Learning di kelas terdiri dari lima langkah utama, langkah pertama yaitu memperkenalkan siswa pada permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Langkah kedua yaitu membantu siswa dengan membentuk kelompok

untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Pembelajaran di kelas dilaksanakan secara berkelompok sesuai dengan pendapat Dutch dalam Amir (2010: 21) yang menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah metode instruksional yang menantang siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.

Langkah ketiga yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan eks-perimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan permasalahan sosial di lingkungan sekitar dengan cara mengobservasi permasalahan sosial. Langkah keempat yaitu membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan pre-sentasi mengenai permasalahan sosial di ling-kungan sekitar dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya, baik dengan cara mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan siswa lain memberi pendapat mengenai hasil diskusi yang sedang dipresentasikan atau dengan menggunakan cara lain. Langkah kelima

yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka mengenai permasalahan sosial dan proses-proses

yang mereka gunakan untuk refleksi dan evaluasi

mengenai permasalahan sosial dengan cara mengerjakan soal evaluasi.

Nilai hasil belajar posttest siswa di kelas setelah diajarkan menggunakan model Problem Based Learning diketahui lebih baik daripada nilai hasil belajar pretest. Terbukti dengan hasil rata-rata nilai posttest siswa di kelas sebesar 76,9 sedangkan nilai pretest sebesar 69,28. Berdasarkan nilai hasil belajar yang diperoleh, maka dapat dikatakan siswa yang sudah mendapatkan pembelajaran model Problem Based Learning memiliki kemampuan kognitif yangbaik karena dilatih untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hasil belajar tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan model

Problem Based Learning fokusnya bukanlah pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang mereka pikirkan/ kognisi mereka (Arends 2008: 46).

Data hasil belajar siswa, selanjutnya digunakan untuk melakukan uji prasyarat analisis data yang bertujuan untuk menentukan rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat analisis tersebut adalah uji normalitas data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak.

(6)

pretest posttest

N 21 21

Normal Parametersa, b

Mean 69.29 76.90

Std. Deviation 9.524 7.661

Most Extreme Differences

Absolute .137 .259

Positive .137 .170

Negative -.101 -.259

Kolmogorov-Smirnov Z .627 1.187

Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .120

Tabel 3. Hasil Uji t Berpasangan Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Def. Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the Difference Lower Upper

Pretest-posttest -7.619 6.446 1.407 -10.553 -4.685 -5.417 20 .000

Sesuai dengan tabel uji t berpasangan,

dapat diketahui nilai signifikansinya sebesar

0,000. Berdasarkan hipotesis statistik yaitu

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pem-belajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa

H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa.

Dengan demikian Ho ditolak, karena nilai

signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05. Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan penggunaan model Problem Based

Learning terhadap hasil belajar siswa. Hal ini diketahui dari rata-rata nilai hasil belajar siswa pada saat posttest sebesar 76,9 dan pada saat

pretest hanya 69,28.

Jadi, secara keseluruhan Problem Based Learning merupakan model yang efektif untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Siswa akan membuat hubungan yang kuat antara konsep ketika belajar mengenai fakta dan keterampilan dengan aktif bekerja dengan informasi bukan pasif menerima informasi (Gallagher, 1997; Resnick & Klopfer, 1989). Meskipun pembelajaran aktif memberikan pekerjaan tambahan untuk siswa dan guru, namun siswa merasa puas terhadap pembelajaran

Problem Based Learning (Kingsland, 1996).

Problem Based Learning menguatkan keyakinan siswa dalam kemampuan memecahkan masalah dan berusaha untuk mandiri.

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa uji hipotesis hasil belajar siswa dengan perhitungan menggunakan uji t berpasangan melalui program SPSS versi

17 menunjukkan nilai signifikansi sebesar

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 2 tentang Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest, dapat diiketahui bahwa hasil uji normalitas Sig.(2-tailed) sebesar 0,827 pada saat pretest dan 0,120 pada saat

posttest. Hasil tersebut lebih besar dari 0,05,

(7)

0,000. Dengan demikian Ho ditolak, karena

nilai signifikansi yang diperoleh < 0,05. Maka

dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara hasil belajar siswa dengan

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini karena siswa memiliki kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga lebih mudah memahami materi. Model pembelajaran Problem Based Learning dikemas secara menarik sehingga siswa mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut membuat siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar kognitif siswa menjadi lebih baik. Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar pada saat posttest siswa sebesar 76,90 dan pada saat pretest hanya 69,28.

SARAN

Penelitian ini hanya menggunakan satu variable bebas dan satu variable terikat. Untuk penelitian selanjutnya demi mengembangkan penelitian ini variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian masih bisa ditambah lagi. Hal ini agar memperdalam kajian dan hasil-hasil penelitian yang ingin dicapai.

Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebaiknya menguji terlebih dahulu validitas dari semua instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini bertujuan supaya hasil yang di dapatkan benar-benar valid. Selain itu guru juga harus mampu merencanakan dan mengelola waktu pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dengan baik.

Di samping itu guru juga harus menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa tidak kebingungan. Selain itu juga bertujuan agar tidak banyak waktu yang terbuang.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan

melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana.

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Ketrampilan Berfikir Edisi Keenam. Jakarta: Indeks.

Gallagher, S. A. (1997). Problem-based learning: Where did it come from, what does it do, and where is it going? Journal for the Education of the Gifted, 20 (4), 332-362. Kingsland, A. J. (1996). Time expenditure,

workload, and student satisfaction in problem-based learning. In L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing problem-based learning to higher education: Theory and practice (pp. 73-81). San Francisco: Jossey-Bass.

Margetson, D. 1994. Current Educational Reform and The Significance of Problem Based Learning, Occasional Papers, Publication

No.1, Queensland: Griffith University.

Marsh, Colin. 1996. Handbook for beginning

teachers. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.

Nurhadi, Yasin, Burhan & Senduk, A.G. 2009. Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapannnya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Resnick, L. B., & Klopfer, L. E. (1989). Toward the thinking curriculum. In L. B. Resnick & L. E. Klopfer (Eds.), Toward the thinking curriculum: Current cognitive research (pp. 1-18). Reston, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan motivasi

belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali. Sudjana, Nana.2012. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: ROSDA. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan:

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Siswa
Tabel hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel

Referensi

Dokumen terkait

b) merangsang ambing untuk memproduksi susu lebih banyak; dan c) tidak memerlukan pelicin sehingga puting lebih mudah disucihamakan. 8) Puting harus segera disucihamakan

menghitung jumlah kebutuhan JFKK per jenjang jabatan dengan membagi jumlah waktu efektif penyelesian volume dari seluruh kegiatan dalam 1 (satu) tahun dengan jam kerja

mengembangkan desain batik ; (2) mengadakan pelatihan pembukuan dan (3) memperluas jaringan pemasaran melalui media website.. Lokasi kegiatan di desa Pilang, kecamatan

Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan teknik sinter dengan memvariasikan waktu penahanan bahan yang digunakan serbuk serabut kelapa, phonelic resin, dan serbuk

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

[r]

PS PICE dot-model statement for the ideal bipolar transistor: β = Bf, Early voltage Vaf, and scale current Is; as shown by curly braces {}, these values are set using variables

Sebagai suatu negara hukum (rechtsstaat), dalam hubungannya dengan pengelolaan sumber daya alam nasional, termasuk dalam bidang kehutanan, negara atau pemerintah Indonesia