PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN LKS DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DAN AKTIVITAS BELAJAR
SISWA SD
Dek Ngurah Laba Laksana Katarina Rabu
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Citra Bakti
Ngada-NTT
laba.laksana@gmail.com
katarina.rabu_sd
@gmail.comAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Secara operasional tujuan penelitian tindakan ini untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep siswa kelas IV SD dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas IV SDI Bobou Kabupaten Ngada dengan jumlah siswa adalah 37 orang. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi dan tes pemahaman konsep IPA. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Pebruari 2013 sampai April 2013. Data kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA siswa.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. (1) Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I dengan materi energi panas dan energi bunyi yaitu 18,92 dengan kategori cukup aktif dan standar deviasi 2,15 sedangkan rata-rata aktivitas belajar siklus II dengan materi energi alternatif dan perubahan energi gerak adalah 21,95 dengan kategori tinggi dan standar deviasi 1,25. 2) Rata-rata pemahaman konsep IPA pada siklus I yaitu 48,89 dengan kategori sangat rendah dan standar deviasi 14,93 serta ketuntasan 38% sedangkan pada siklus II pemahaman konsep siswa yaitu 76,29 dengan kategori sangat tinggi dan standar deviasi 7,77 serta ketuntasan 100%.
Kesimpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS berhasil meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas IV SD. Pada akhir siklus aktivitas siswa ada pada kategori aktif dan pemahaman konsep ada pada kategori tinggi.
CONTEXTUAL LEARNING HELPED BY STUDENTS WORKSHEET TO IMPROVE
THE COMPREHENSION TOWARD THE CONCEPT OF SCIENCE AND
STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY OF ELEMENTARY SCHOO
LS STUDENTS
Abstract
This study aims at revising the science learning by implementing contextual learning helped by students’ worksheet. Operationally, the aim of this research is to improve the learning activity and the comprehension toward the science concept of the fourth grade students of elementary schools by implementing contextual learning helped by students’ worksheet.
This study belonged to an action-based research which was conducted in the fourth grade students at SD I Bobou, Ngada regency as much as 37 students. The methods of data collection used were observation, and comprehension test of science. The research was conducted from February 2013 to April 2013. Then, the data was analyzed descriptively to draw the learning activity and students’ comprehension toward science concept.
The results show that (1) the mean score of students’ learning activity on cycle I about solar energy and sound energy is 18.92 where it is categorized as active enough and the standard deviation is 2.15. Meanwhile, the mean score on cycle II about alternative energy and the change of move energy is 21.95 by high category and the standard deviation is 1.25, (2) the meanscore on cycle I about the comprehension toward the science concept on cycle I is 48.89 where the category is poor and standard deviation is 14.93 and the students’ achievement is 38%. However, on cycle II the students’ comprehension is 76.29 where it is categorized as excellent and standard deviation is 7.77 and the students achievement is 100%.
The major conclusion can be drawn from the above results is the implementation of contextual learning helped by students’ worksheet is success to improve the students’ learning activity and comprehension toward science concept on the fourth grade students of
elementary schools. At the end of the cycle, the students’ activity is in active category and
students’ comprehension is in excellent category.
Keywords: contextual learning, worksheet, learning activity, comprehension toward science concept.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan
juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Banyak upaya yang telah ditempuh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk meningkatkan SDM melalui peningkatan
mutu pendidikan, diantaranya meningkatkan kualitas tenaga pendidikan melalui pendidikan
dan pelatihan (PLPG), pembentukan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan membuka
kesempatan untuk penyetaraan jenjang pendidikan guru serta uji kompetensi guru yang baru
saja dilaksanakan.
Seiring dengan perbaikan mutu pendidikan, masih dirasakan guru sebagai nakhoda
yang mengarahkan mutu pendidikan belum maksimal menjadi garda utama membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas. Lemahnya kualitas pendidikan tidak serta merta kita
justifikasi karena kegagalan guru semata. Namun, kurang optimalnya proses pembelajaran
Menurut Sanjaya (2006) proses pembelajaran di dalam kelas hanya mendorong anak
untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Proses seperti ini menyebabkan anak kurang termotivasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar
secara teoritis, tetapi miskin aplikasi.
Realita ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali pada mata pelajaran
IPA. Pembelajaran IPA kurang mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan
sistematis karena stategi pembelajaran tidak digunakan secara baik dalam setiap
pembelajaran di kelas. Gejala-gejala semacam ini merupakan hasil umum dari proses
pembelajaran yang terjadi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak siswa dengan bahan
ajar yang harus dihafal, pendidikan tidak dikembangkan untuk mengembangkan karakter
serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan belum mengarahkan untuk
pembentukan manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta belum mengarahkan pembelajaran untuk membentuk manusia
yang kreatif dan inovatif.
Indikasi umum bahwa pembelajaran belum berjalan maksimal dapat dilihat dari hasil
pemetaan pendidikan baik melalui ujian nasial maupun uji kompetensi guru. Indonesia timur
khususnya wilayah nusa tenggara timur masih menduduki peringkat terakhir terkait hasil UN
(www.dpr.go.id). Pendukung dalam proses pembelajaran juga belum tersebar secara
merata, bahkan sekolah yang mempunyai lab dan perpus hanya 10% saja. Selain itu
kualifikasi guru yang 52% adalah bukan sarjana memperkuat bahwa pendidikan secara
nasional di wilayah timur belum maksimal (www.poskupang.com).
Potret di SDI Bobou juga terjadi permasalahan yang sama pada mata pelajaran IPA
terutama di kelas IV. Hasil observasi yang penulis lakukan bersama dengan guru kelas di SD
tersebut memperlihatkan bahwa proses pembelajaran di kelas masih dilakukan secara
konvensional, dimana pembelajaran masih didominasi oleh guru.
Selama ini siswa belajar IPA hanya berdasarkan materi yang ada dibuku paket saja
dan sangat jauh dari kehidupan nyata peserta didik. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
merupakan bahan ajar wajib seorang guru belum dapat dibuat dengan baik. Pemahaman
siswa terkait materi IPA masih rendah. Ini tampak ketika dilontarkan pertanyaan-pertanyaan
pemahaman konsep yang berkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan peserta didik,
mereka sangat kebingungan. Hal ini didukung oleh prestasi belajar siswa pada semester
ganjil tahun ajaran 2012/2013 sebagian besar mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil tes menunjukkan nilai rata-rata ulangan akhir semester
(UAS) murni yaitu 70. Sedangkan nilai Ulangan Tengah Semester siswa rata-rata 69.
Selain itu, proses pembelajaran yang selama ini sudah dilakukan di kelas IV ternyata
kekurangaktifan siswa dalam pembelajaran. Guru berulang-ulang kali mencoba untuk
membuat suasana kelas menjadi aktif dengan melempari sebuah pertanyaan kepada siswa,
namun siswa lebih banyak diam, kalaupun menjawab, jawaban mereka masih menyimpang
dari apa yang diharapkan.
Tentunya penulis dan guru di kelas tersebut tidak bisa berdiam diri melihat
pembelajaran yang seperti ini. Usaha yang akan penulis coba lakukan yaitu dengan
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Dengan karakteristik seperti itu penulis akan menggunakan
pembelajaran induktif kontekstual (berbasis lingkungan) sehingga memberikan kesempatan
bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh agar lebih memaknai dan
menguasai konsep-konsep IPA khususnya pada materi bahan kimia dalam kehidupan.
Dengan melihat permasalahan yang seperti itu pembelajaran kontekstual berbantuan
LKS mungkin menjadi solusinya. Pembelajaran ini dapat menciptakan lingkungan alamiah,
yaitu anak melakukan dan mengalami langsung apa yang dipelajarinya, sehingga
mendapatkan bekal kemampuan dalam memecahkan suatu persoalan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dapat mendorong
siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga hasil belajar siswa berupa pengalaman yang
bermakna, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan
dalam kehidupan jangka panjangnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Apakah pembelajaran kontekstual berbantuan
LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa di kelas IV SDI Bobou semester
genap tahun ajaran 2012/2013? 2) Apakah pembelajaran kontekstual berbantuan LKS dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas IV SDI Bobou semester genap tahun ajaran
2012/2013?
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
untuk meningkatkan dan memperbaiki aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA siswa
pada kelas yang mempunyai permasalahan dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus di mana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDI Bobou, di mana siswa kelas IV
dipilih untuk menjadi subjeknya sesuai dengan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya. Bentuk keterlibatan peneliti dalam penelitian ini adalah bentuk
kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas yang mengajar mata pelajaran IPA kelas IV.
kontekstual berbantuan LKS, 2) objek dampak yaitu pemahaman konsep IPA dan aktivitas
belajar siswa kelas IV SDI Bobou.
Pelaksanaan penelitian dirancang dalam bentuk siklus dan masing-masing siklus
terdiri atas empat tahapan: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan evaluasi, serta (4) refleksi. Pada tahap Pelaksanaan Tindakan guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun dan disepakati pada
tahap perencanaan. Kemudian peneliti melakukan observasi yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan memberikan tes pemahaman konsep IPA. Langkah-langkah pembelajaran
yang dilaksanakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan komponen atau sintaks dari
Pembelajaran Kontekstual berbantuan LKS yaitu sebagai berikut. a) Penerapan komponen
Bertanya dilaksanakan dalam kegiatan apersepsi, yaitu degan cara guru menga-jukan
pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa. b) Penerapan komponen Pemodelan
dilaksanakan dengan cara guru menggunakan media LKS tentang energi dan
perubahannya, siswa mengajukan contoh yang ada di lingkungannya. c) Penerapan
komponen Bertanya dilaksanakan melalui tanya jawab tentang energi dan perubahannya. d)
Penerapan komponen Konstruktivisme dilaksanakan dengan siswa menjelaskan konsep
energi dan perubahannya. e) Penerapan komponen Masyarakat Belajar dilaksanakan
dengan mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok. f) Penerapan komponen
Masyarakat Belajar dan Menemukan dilaksanakan dengan cara siswa melakukan kegiatan
diskusi untuk membuat pertanyaan yang akan diajukan kepada masyarakat sekitar. g)
Penerapan komponen Masyarakat Belajar (Learning Community) dan Konstruktivisme ()
dilaksanakan dengan cara guru menugaskan siswa untuk melakukan diskusi kelompok. h)
Penerapan komponen Pemodelan dilaksanakan dengan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja Lembar Kerja Siswa (LKS). i) Penerapan komponen Refleksi
dilaksanakan dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi hasil
belajarnya. j) Penerapan komponen Bertanya dilaksanakan dengan cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahaminya tentang
materi pelajaran yang telah dibahas. k) Penerapan komponen Konstrukstivisme
dilaksanakan dengan cara guru bersama dengan siswa merangkum materi pelajaran yang
telah dibahas. l) Penerapan komponen Penilaian yang Sebenarnya dilaksanakan dengan
cara guru mengadakan penilaian pemahaman konsep dan aktivitas dengan menggunakan
LKS pemahaman konsep. m) Penerapan komponen Penilaian yang Sebenarnya
dilaksanakan dengan cara guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah yang
tercantum dalam LKS.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk menperolah data aktivitas belajar dan
Tabel 1 Instrumen Penelitian
No Data yang diteliti Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan 1. Aktivitas belajar Lembar observasi Setiap pertemuan
2. Pemahaman konsep IPA Tes pemahaman konsep
Akhir siklus
Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Kemudian data aktivitas dan
pemahaman konsep yang didapat dianalisis secara deskriptif. Penerapan pembelajaran
kontekstual berbantuan LKS dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep IPA siswa
minimal dalam kategori sedang dan berada di atas nilai KKM yaitu 65, daya serap siswa 70%
dan ketuntasan klasikal 85%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum Pelaksnaan Tindakan
Hasil penelitian ini meliputi deskripsi proses pembelajaran, hasil belajar siswa yang
meliputi aspek pemahaman konsep siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap penerapan
pembelajaran kontekstual berbantuan LKS pada siswa kelas IV SDI Bobou.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDI Bobou pada semester
genap tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas IV adalah sebanyak 37 orang yang
terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan dengan materi energi panas dan energi bunyi serta energi alternatif yang
dikemas dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama mencakup materi energi panas dan
energi bunyi yang dikemas dalam tiga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, di mana 3 kali pertemuan untuk kegiatan
pembelajaran, 1 kali tes pemahaman konsep. Siklus kedua meliputi materi energi alternatif
yang dikemas dalam tiga RPP yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, di mana 3 kali
pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali untuk tes pemahaman konsep. Sesuai
dengan kurikulum yang berlaku di SDI Bobou, mata pelajaran IPA dilaksanakan sebanyak
dua kali dalam seminggu yaitu selama 2 jam pelajaran yaitu 80 menit.
Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan pembelajaran di setiap pertemuan pada siklus I diawali dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdoa. Setelah itu menyampaikan tujuan pembelajaran
dan materi pokok pada pertemuan tersebut. Guru juga mempertegas agar siswa selalu
termotivasi dalam pembelajaran karena akan dilakukan penilaian terhadap aktivitas mereka.
Pada awal kegiatan, peneliti yang bertindak sebagai observer dibantu oleh guru kelas
IV menyampaikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran IPA untuk pokok bahasan
Energi akan dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS.
Pada kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan bahwa dalam setiap pembelajaran akan
pengamatan aktivitas belajar pada setiap pertemuan. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang
dan ada salah dua kelompok terdiri 5 orang.
Selain itu, peneliti juga menjelaskan tentang teknik penilaian yang akan digunakan.
Penilaian akan dilakukan dengan tiga cara yaitu 1) observasi yang mengacu pada rubrik
penilaian aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran, misalnya saat
melakukan diskusi, presentasi, dan keaktifan siswa, 2) tes akhir siklus berupa tes uraian,
dan 3) menggunakan tugas mandiri dan LKS. Peneliti juga menyampaikan dan membahas
rubrik yang akan digunakan dalam setiap proses penskoran. Berdasarkan ketiga cara
penilaian yang dilakukan tersebut akan diperoleh hasil berupa nilai aktivitas belajar, nilai
tugas, nilai LKS, dan nilai tes akhir siklus untuk masing-masing siswa. Nilai-nilai tersebut
kemudian digolongkan menjadi nilai aktivitas siswa dan nilai aspek pemahaman konsep IPA.
Hasil pembelajaran siklus I meliputi pemahaman konsep dan aspek aktivitas belajar
siswa, yaitu dapat dipaparkan sebagi berikut. Analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus pertama menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa mencapai 18,92 dengan
kategori cukup aktif. Dengan rincian: 9 siswa ada pada kategori kurang aktif, 19 siswa
mencapai kategori cukup aktif, dan 12 siswa dengan kategori aktif. Standar deviasi skor
aktivitas menunjukkan 2,15.
Pada siklus pertama, materi IPA yang dibahas adalah energi panas dan energi
bunyi. Penilaian hasil belajar siswa berupa tes pemahaman konsep dengan menggunakan
tes uraian. Pada siklus pertama, rata-rata nilai tes pemahaman konsep adalah 49,89
dengan kategori sangat rendah. Dengan rincian, 23 siswa kategori sangat rendah, 13 siswa
kategori sedang, dan 1 siswa kategori sangat tinggi. Terdapat lima siswa yang belum
memenuhi KKM yang telah ditentukan di kelas IV SDI Bobou yakni lebih dari atau sama
dengan (≥) 65. Daya serap siswa 55,44% dan ketuntasan siswa secara klasikal mencapai
38% dari 100% yang ditetapkan. Standar deviasi nilai pemahaman konsep menunjukkan
14,93. Dengan demikian, ketuntasan klasikal belum terpenuhi.
Berdasarkan temuan dari kegiatan observasi yang dilakukan selama pelaksanaan
tindakan I, maka diadakan upaya untuk memperbaiki proses tindakan pada siklus berikutnya
sehingga diharapkan kendala-kendala yang ditemukan selama proses pelaksanaan tindakan
I dapat diatasi. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti memberikan penekanan terhadap
siswa mengenai pembelajaran yang digunakan dan penilaian yang akan dilakukan.
Peneliti menyampaikan bahwa selain dilakukan penilaian terhadap pemahaman konsep,
juga akan diadakan penilaian aktivitas belajar siswa yang salah satunya meliputi sikap
dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Makin aktif siswa di kelas maka makin
besar nilai yang akan diperoleh. Selain itu, peneliti memberikan kesempatan lebih
banyak pada siswa untuk bertanya dan mengajukan pendapat mengenai materi yang
2) Menunjuk siswa-siswa yang kurang aktif dalam berpendapat untuk mencoba mengajukan
pendapat sesuai dengan pengetahuannya. Tujuannya, agar siswa tersebut menjadi lebih
berani dalam mengungkapkan pendapatnya selama proses pembelajaran berlangsung.
3) Membimbing dan memantau siswa secara lebih intensif, agar kegiatan diskusi kelas tidak
didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja.
4) Pada kegiatan diskusi maupun penilaian aktivitas belajar siswa, peneliti meminta bantuan
kepada rekan peneliti yang lain untuk membantu memberikan penilaian aktivitas belajar
pada siswa sehingga proses pembelajaran berjalan lancar dan tidak membutuhkan
waktu yang cukup banyak.
5) Sebelum kegiatan diskusi berlangsung, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang cara
menggunakan alat dan bahan, melakukan pengamatan, membuat hasil pengamatan
secara tertulis, melakukan diskusi, dan presentasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
bingung dan lebih memahaminya sehingga siswa lebih mudah dalam kegiatan diskusi.
6) Sebelum melakukan kegiatan percobaan, siswa diminta untuk mencermati kembali LKS
yang dibagikan sehingga kegiatan percobaan tidak memerlukan waktu yang lama.
7) Memberikan latihan soal-soal yang lebih banyak dan bervariasi melalui LKS kepada
siswa agar kemampuan penerapan konsep yang dimiliki lebih baik dan mendalam
daripada sebelumnya.
Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I,
dengan melakukan beberapa tindakan perbaikan seperti yang telah diuraikan pada hasil
refleksi siklus I di atas. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dalam 4 kali
pertemuan, yang terdiri atas 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran, dan 1 kali
pertemuan untuk tes akhir siklus (tes pemahaman konsep IPA). Materi yang dibahas pada
siklus II adalah perubahan energi.
Hasil pembelajaran siklus II meliputi pemahaman konsep dan aspek aktivitas belajar
siswa, yaitu dapat dipaparkan sebagi berikut. Analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus pertama menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa mencapai 21,95 dengan
kategori aktif. Dengan rincian: 24 siswa mencapai kategori aktif, dan 13 siswa dengan
kategori sangat aktif. Standar deviasi skor aktivitas menunjukkan 1,25.
Pada siklus pertama, materi IPA yang dibahas adalah energi panas dan energi bunyi.
Penilaian hasil belajar siswa berupa tes pemahaman konsep dengan menggunakan tes
uraian. Pada siklus kedua, rata-rata nilai tes pemahaman konsep adalah 76,29 dengan
kategori tinggi. Dengan rincian, 15 siswa kategori sedang, 19 siswa dalam kategori tinggi
dan 4 siswa kategori sangat tinggi. Seluruh siswa sudah memenuhi KKM yang telah
siswa 84,76% dan ketuntasan siswa secara klasikal mencapai 100%. Standar deviasi nilai
pemahaman konsep menunjukkan 7,77.
Melalui perbaikan proses pembelajaran pada pelaksanakan siklus I, maka
pelaksanakan proses pembelajaran pada siklus II telah nampak adanya suatu peningkatan
proses pembelajaran pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa. Berdasarkan hasil
kegiatan observasi dan evaluasi tindakan siklus II dapat dipaparkan hasil refleksi secara
keseluruhan sebagai berikut.
Pertama, kondisi dan situasi belajar siswa pada setiap pertemuan menunjukkan
situasi belajar yang lebih kondusif, jika dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan
sebelumnya pada siklus pertama. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model
pembelajaran yang menuntut aktivitas tinggi seperti mau mencoba untuk mengajukan
pendapat. Kedua, siswa-siswa yang kurang aktif dan percaya diri dalam berpendapat perlu
diberikan lebih banyak kesempatan. Hal tersebut dapat memacu siswa menjadi lebih berani
untuk mengajukan pendapatnya sehingga guru dapat mengetahui miskonsepsi yang masih
melekat pada diri siswa. Ketiga, penilaian terhadap aktivitas belajar siswa sudah berjalan
dengan optimal dengan melakukan penilaian aktivitas secara bergantian pada setiap
kelompok dalam setiap pertemuan agar semua komponen aktivitas siswa dapat dinilai.
Keempat, dilakukannya pemberitahuan mengenai hasil tugas dan LKS yang diperoleh siswa
di depan kelas dapat meningkatkan kegairahan siswa dalam beraktivitas. Hal ini karena
setiap nilai yang diperoleh siswa yang bersumber dari LKS maupun tugas mandiri
dipertimbangkan untuk menentukan nilai siswa. Kelima, terjadinya peningkatan pemahaman
konsep dan aktivitas pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pemahaman
konsep dan kinerja ilmiah pada siklus I dan siklus II. Selain itu juga dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang tuntas. Keenam, adanya tanggapan positif dari siswa terkait dengan
penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Hal ini terlihat dari keantusiasan
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II yang merupakan perbaikan
dari tindakan pada siklus I, pemahaman konsep IPA siswa ada pada kategori tinggi dengan
ketuntasan mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan Nilai KKM maka nilai yang diperoleh
pada siklus II sudah memenuhi ketentuan. Peningkatan peningkatan pemahaman konsep
siswa seiring dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual
berbantuan LKS. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ada pada kategori aktif.
Secara umum, dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak lagi muncul
kendala-kendala seperti halnya yang terjadi dalam pelaknaan tindakan pada siklus I. Dalam
pelaksanaan tindakan pada siklus II, siswa telah terbiasa dan terlatih belajar mengikuti
proses pembelajaran kontekstual berbantuan LKS. Hal ini terlihat dari aktivitas yang
antara lain: 1) Sebagian besar siswa sudah berani mengajukan pertanyaan, mengemukakan
pendapatnya dan menanggapi pertanyaan dari guru atau temannya. 2) Siswa terlihat lebih
aktif dan saling membantu dalam kegiatan diskusi kelompok, saling bertukar informasi dan
membentuk kelompok belajar yang heterogen. 3) Siswa sudah mampu untuk mengaitkan
pengalamannya dengan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungannya. 4) Siswa
antusias dalam memperagakan hasil kerja dan hasil diskusi kelompok serta dalam
mendemonstrasikan soal yang diujicobakan.
Pembelajaran kontekstual menuntut siswa agar tidak hanya menerima materi
pelajaran yang dipelajari tetapi agar siswa menemukan sendiri konsep dari materi tersebut.
Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa terbentuk berdasarkan pengalaman. Pembelajaran
kontekstual menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan secara aktif
dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri makna
dari materi pelajaran yang dipelajari, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja
kelompok, berdiskusi serta saling menerima dan memberi. Materi pembelajaran dikaitkan
dengan situasi kehidupan nyata secara riil dan kemampuan didasarkan atas pengalaman.
Tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya,
siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka
masing-masing serta pembelajaran dapat terjadi dimana saja dalam konteks dan setting
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu hal yang dipelajari oleh siswa
menjadi lebih bermakna bagi kehidupannya (Komalasari dalam Suarmajaya, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa siswa dapat menjadi lebih aktif untuk
menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pemahaman konsep, kemampuan penalaran
dan komunikasi serta kemampuan pemecahan masalah pada diri siswa dapat ditingkatkan
dan nantinya berimbas pada peningkatan pemahaman konsep IPA siswa.
Selama proses pembelajaran, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dari
hal-hal yang disampaikan guru. Siswa harus membangun pengetahuan sendiri dalam pikirannya.
Dalam hal ini, guru hanya membantu agar informasi yang dimiliki siswa menjadi lebih
bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide-ide yang dimiliki serta mendorong siswa untuk
menggunakan strategi-strategi yang dimilikinya untuk belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat
disajikan simpulan sebagai berikut.
1)
Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS berhasil meningkatkan aktivitasbelajar IPA pada siswa kelas IV SDI Bobou tahun ajaran 2012/2013. Pada tindakan
siklus pertama dengan materi energi panas dan energi bunyi, rerata aktivitas siswa
energi alternatif dan perubahan energui gerak, rerata aktivitas siswa adalah 21,95
dengan kategori aktif.
2)
Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan LKS berhasil meningkatkanpemahaman konsep IPA pada siswa kelas IV SDI Bobou tahun ajaran 2012/2013. Pada
tindakan siklus pertama dengan materi energi panas dan energi bunyi, rerata
pemahaman konsep siswa adalah 49,89 dengan kategori pemahaman sangat rendah;
daya serap siswa 55,44%; dan ketuntasan klasikal 38%. Pada tindakan siklus kedua
dengan materi energi alternatif dan perubahan energi gerak, rerata pemahaman konsep
IPA siswa adalah 76,29 dengan kategori tinggi; daya serap siswa 84,76%, dan
ketuntasan klasikal 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad H. 1993. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bina Budaya.Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontextual (CTL). Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.
Anonim. 2012. Dunia Pendidikan di NTT Sangat Memprihatinkan, diunduh melalui www.dpr.go.id pada tanggal 20 januari 2013.
Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Iskandar, Srini. 1997. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Depdikbud
Nurhadi dan Garrard, S. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Puskur. 2007. Gagasan Kurikulum Masa Depan. Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Sardiman. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Siddiq, M. Djauhar. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suastra, I W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Susanto, P. 2002. Keterampilan Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.