• Tidak ada hasil yang ditemukan

`UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LINGUISTIK MELALUI METODE KARYA WISATA PADA ANAK USIA DINI DI Upaya Meningkatkan Kecerdasan Linguistik Melalui Metode Karya Wisata Pada Anak Usia Dini Di Kelompok Bermain Mutiara Hati Aisyiyah Tawangmangu Tahun Pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "`UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LINGUISTIK MELALUI METODE KARYA WISATA PADA ANAK USIA DINI DI Upaya Meningkatkan Kecerdasan Linguistik Melalui Metode Karya Wisata Pada Anak Usia Dini Di Kelompok Bermain Mutiara Hati Aisyiyah Tawangmangu Tahun Pelajaran "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

`UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LINGUISTIK MELALUI METODE KARYA WISATA PADA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN MUTIARA HATI AISYIYAH TAWANGMANGU

TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat

Sarjana S-1

Disusun Oleh :

TUTIK WAHYUNINGSIH A520091022

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LINGUISTIK MELALUI METODE KARYA WISATA PADA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK

BERMAIN MUTIARA HATI AISYIYAH TAWANGMANGU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Tutik Wahyuningsih, A 520091022, Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 97

halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan linguistik pada anak usia dini melalui metode karya wisata di KB Mutiara Hati Aisyiyah Tawangmangu. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, penerima tindakan adalah anak kelompok B. Pelaksana tindakan adalah peneliti, sedangkan guru kelas bertindak sebagai kolaborator. Data dikumpulkan melalui observasi dan catatan lapangan. Analisis data secara deskiptif kualitatif dengan model alur yang terdiri atas pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan linguistik anak secara berarti dalam proses pembelajaran melalui metode karya wisata. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prosentase kecerdasan linguistik anak, yakni dari siklus I sampai dengan siklus III. Rata-rata prosentase pencapaian kecerdasan lingusitik anak meningkat berturut-turut dari pra siklus, siklus I, siklus II, hingga siklus III yaitu 47,87%, menjadi 61,25%, 72,37%, dan 80,5%. Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa metode karya wisata dapat meningkatkan kecerdasan linguistik anak.

(4)

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar

bagi pembentukan sumber daya manusia di masa mendatang (Abdulhak, 2007 :

52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang nantinya akan menentukan

kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Semakin berkualitas pendidikan

anak di usia dininya, maka semakin berkualitas juga sumber daya yang akan

dihasilkan generasi selanjutnya. Hal ini disebabkan karena masa usia dini

merupakan ajang pembelajaran dan pembiasaan manusia dalam menghadapi

tantangan hidup agar mampu bertahan dalam berbagai situasi (TIM PAUD, 2005 :

1). Usia dini, merupakan masa peka bagi anak dimana masa terjadinya

pematangan fungsi–fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang

diberikan oleh lingkungan. Masa untuk meletakkan dasar pertama dalam

mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep

diri, disiplin, kemandirian, seni moral, dan nilai-nilai agama. Untuk itu

dibutuhkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan

perkembangan anak tercapai secara optimal. Anak Usia Dini yaitu anak yang

berumur 0-6 tahun. Usia tersebut merupakan masa keemasan ( Golden Age )

dimana dalam masa tersebut proses anak akan mengalami perkembangan pada

dirinya baik fisik, intelektual, sosial emosional maupun bahasa. Pemahaman

tentang pentingnya masa usia dini, berdampak pada kebijakan pemerintah yaitu

UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritiual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara

khusus PAUD bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan

yang lebih lanjut. Berkaitan dengan optimalisasi perkembangan pada Anak Usia

(5)

kecerdasannya. Seperti yang kita ketahui kecerdasan masing-masing anak

berbeda tetapi nantinya mempunyai kecenderungan memiliki salah satu

kecerdasan yang menonjol dibandingkan dengan kecerdasan lainnya. Menurut

Howard Gardner, kecerdasan tidak hanya tunggal, tetapi masing-masing individu

memiliki kecerdasan berbeda-beda, yang disebut sebagai kecerdasan majemuk (

Multiple Intelligence ). Kecerdasan linguistik mencakup kemampuan membaca, menulis, menyimak, mendengar, berbicara dan berkomunikasi.

Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan

aspek kecerdasan linguistik umumnya adalah anak tampak kesulitan untuk

mengekspresikan perasaan ataupun pendapat ketika diberi kesempatan untuk

bercerita dalam kegiatan berbagi pengalaman ketika kegiatan apersepsi untuk

menceritakan pengalaman di rumah atau sebelum berangkat ke sekolah maupun

dalam kegiatan penutup ketika diminta mendiskusikan pengalaman main yang

telah mereka dapatkan pada saat bermain di kegiatan inti. Sebagian besar anak

harus dipancing oleh guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada

cerita pengalaman tersebut. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, seorang

guru harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran melalui RPP (Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan beberapa metode yang

disesuaikan dengan kondisi yang ada. Salah satu langkah untuk memiliki strategi

itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode

mengajar. Dari fenomena yang ada maka metode yang digunakan dalam

pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan linguistik pada anak usia dini

adalah karya wisata. Penelitian yang dimaksudkan adalah untuk memberikan

informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan

linguistik melalui metode karya wisata pada anak usia dini, sehingga dalam

penelitian difokuskan pada usaha meningkatkan kecerdasan linguistik melalui

(6)

Landasan Teori

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran

yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,

merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,

menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan

kognitif yang dimiliki oleh individu (Rusli, 2010 : 7). Kecerdasan linguistik

adalah kemampuan dalam menggunakan kata-kata secara terampil dan

mengekspresikan konsep-konsep secara fasih (fluently) (Agus Effendi, 2005 : 25).

Adapun tujuan dari pada usaha meningkatkan kecerdasan bahasa atau

pengembangan bahasa di taman kanak-kanak adalah agar anak mampu

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara tepat, mampu berkomunikasi

secara efektif dan minat untuk dapat berbahasa Indonesia (Depdiknas, 2007 : 17).

Perkembangan bahasa salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak

terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 1) Menjawab pertanyaan yang lebih

kompleks; 2) Menyebutkan kelompok gambar yang memliki bunyi yang sama; 3)

Berkomunikasi secara lisan perbendaharaan kata serta mengenal simbol-simbol

untuk persiapan membaca menulis dan berhitung; 4) Menyusun kalimat sederhana

dalam struktur lengkap; 5) Memiliki lebih banyak kata-kata untuk

mengekpresikan ide pada orang lain; 6) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng

yang telah didengarkannya.

Adapun indikator Kemampuan Bahasa, yaitu : 1) Menerima pesan sederhana; dan

menyampaikan pesan dengan runtut; 2) Memahami aturan main; 3) Menjawab

pertanyaan sederhana; 4) Melakukan percakapan dengan teman/orang dewasa; 5)

Mempunyai kekayaan Kosakata; 6) Membaca buku cerita gambar tematik dan

menceritakan; 7) Menceritakan pengalaman atau kejadian secara runtut; 8)

Berbicara dengan menggunakan kalimat yang kompleks.

Menurut Petty dan Jensen (1980) (Hildayani, 2007 : 11) perkembangan bahasa

(7)

Berbedanya cara bagaimana anak mempelajari bahasa; 2) Berbedanya jenis

bahasa yang dipelajari anak; 3) Berbedanya karakteristik kepribadian anak; 4)

Berbedanya lingkungan proses pembelajaran bahasa tersebut. Adapun secara

rinci kecerdasan linguistik atau kemampuan bahasa anak dipengaruhi dua faktor

yaitu : 1) faktor internal, terdiri dari : a) kesehatan anak, b) intelegensi dan bakat

anak, c) Minat dan motifasi anak, d) cara belajar anak. 2) Faktor Eksternal, terdiri

dari : a) Faktor keluarga : Pola komunikasi keluarga yang banyak arah, jumlah

anak atau jumlah keluarga, posisi urutan kelahiran sangat mempengaruhi

perkembangan kemampuan bahasa anak; b) Sekolah : Guru, yang merupakan

orang tua kedua bagi anak disekolah mempunyai tugas memberikan fasilitas serta

menstimulasi dalam mencapai seluruh kemampuan anak, salah satunya adalah

kemampuan bahasa; Metode pembelajaran menentukan atau memilih metode

pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi pada kemampuan bahasa anak. 3)

Lingkungan, menyediakan berbagai sumber belajar yang tidak terbatas, utamanya

masyarakat sekitarnya. Biasanya tidak sengaja dapat menjadi kegiatan

pembelajaran sehingga lebih bisa mengoptimalkan pencapaian tujuan

pembelajaran anak.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia metode yaitu cara yang teratur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (Depdiknas, 2001 : 530)

sedangkan karya wisata adalah berpergian atau mengunjungi suatu objek dalam

rangka memperluas pengetahuan (Depdiknas, 2001 : 193)

Metode karya wisata mempunyai sinonim kata, antara lain widya wisata dan study

tour (Djamarah, 2002 : 105). Karya Wisata merupakan salah satu metode

melaksanakan kegiatan pengajaran di TK dengan cara mengamati dunia sesuai

dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain. Menurut Sudjana dan Rivai ( 2007 : 214

– 217 ) ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan metode

karya wisata yaitu : 1) Langkah Persiapan, prosedur yang harus ditempuh : a)

(8)

penggunaan lingkungan; b) Guru menentukan objek yang harus dipelajari; c)

Guru menentukan cara belajar peserta didik saat kunjungan dilakukan; d) Guru

melaksanakan perizinan dan persiapan tehnis. 2) Pelaksanaan, prosedur

pembelajarannya adalah : a) Kegiatan Awal : (1) Guru melakukan apersepsi

tentang kegiatan yang menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber

belajar; (2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (3) Pembentukan kelompok;

(4) Penjelasan peraturan yang harus ditaati para peserta didik; b) Kegiatan Inti :

(1) Guru mengenalkan peserta didik kepada lingkungan; (2) Guru memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau mempraktikkan jika

dimungkinkan. 3) Tindakan Lanjut, yaitu dari kegiatan belajar adalah kegiatan

belajar di kelas untuk membantu dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan

setiap kelompok diminta untuk melaporkan hasilnya. Metode karya wisata dalam

pelaksanaan pembelajaran menggunakan prosedur : 1) Melaksanakan perizinan

kepada pihak sekolah, nara sumber, dan orang tua; 2) Mempersiapkan alat, bahan,

dan media pembelajaran; 3) Berbagi pengalaman mengenai kegiatan karya wisata

yang pernah dilakukan; 4) Pemanasan dengan kegiatan motorik kasar; 5) Guru

memberi informasi mengenai kegiatan karya wisata hari itu, tempat tujuan karya

wisata; 6) Guru menuliskan dan membacakan kosakata yang berhubungan dengan

tema karya wisata dan tempat tujuan karya wisata; 7) Guru menjelaskan

langkah-langkah kegiatan yang akan dijalankan pada karya wisata hari itu; 8) Guru

mengajak anak membicarakan aturan main di kegiatan inti; 9) Guru memimpin

anak berjalan menuju tempat tujuan; 10) Selama perjalanan guru meminta anak

memperhatikan keadaan sekeliling; 11) Guru berkeliling barisan memberi pijakan

dengan memberikan gagasan atau pertanyaan kepada anak mengenai hal yang

dilihat; 12) Guru memberi modelling atau percontohan misalnya mengambil

rumput atau bunga liar dijalan dimasukkan plastik dan memberitahukan anak

bahwa barang-barang seperti itu bisa digunakan sebagai bukti anak telah berkarya

wisata; 13) Sesampai ditujuan guru mengelompokkan anak; 14) Guru memotivasi

anak untuk melakukan wawancara dengan nara sumber; 15) Guru memberi

pijakan untuk melakukan wawancara; 16) Guru memberi modelling wawancara

(9)

laporan kegiatan karya wisata dalam buku mereka dengan memberi dorongan agar

anak menceritakan pengalaman main; 18) Guru bertanya siapa yang mentaati

aturan main dan siapa yang melanggar; 19) Guru memberi kesempatan kepada

tiap anak untuk menyampaikan pengalamannya; 20) Guru meminta anak

menunjukkan barang-barang bukti mereka dan menceritakannya.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di KB Mutiara Hati Aisyiyah Tawangmangu dalam

waktu enam minggu dengan enam kali pertemuan pada bulan November dan

Desember 2012 dengan tiga siklus, setiap siklus terdiri dua kali pertemuan.

Sebagai subjek penelitian adalah anak-anak kelompok B di KB Mutiara Hati

Aisyiyah Tawangmangu semester I Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian

ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classrom Action Research). Kemmis &

Taggrat (dalam Santyasa, 2009 : 3) menyatakan bahwa Action Research adalah

suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam

masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaan, memahami

pekerjaan, serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan lebih lanjut. Dalam

penelitian tindakan kelas ada tahap-tahap yang harus dilakukan yang disebut

siklus yang terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali (Madya, 1994 : 25).

Jenis data dalam penelitian adalah : 1) Pelaksanaan pembelajaran dengan metode

karya wisata yaitu berupa kinerja guru; 2) Kecerdasan linguistik. Pengumpulan

data yang akan diambil dalam penelitian adalah : 1) Peningkatan Kecerdasan

Linguistik; 2) Penerapan Pembelajaran dengan Metode Karya Wisata. Sebagai

penerima tindakan adalah anak kelompok B, pelaksana tindakan adalah peneliti

dan guru kelas sebagai kolaborator. Instrumen yang digunakan adalah : Lembar

observasi kecerdasan linguistik yang berisi tentang indikaktor dan butir amatan

yang akan dicapai dengan cara : 1) Menentukan indikator yang akan digunakan

untuk mengetahui peningkatan kecerdasan linguistik anak; 2) Menjabarkan

(10)

Membuat lembar observasi untuk mencatat hasil pengamatan setiap tindakan.

Kemudian lembar observasi penerapan pembelajaran memalui metode karya

wisata yaitu : 1) Menentukan komponen kegiatan pembelajaran yang akan

diamati; 2) Menjabarkan setiap komponen ke dalam aspek kegiatan yang

dilakukan guru saat melakukan pembelajaran; 3) Melakukan pencatatan hasil

observasi aspek yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Catatan lapangan

digunakan untuk mengamati berbagai aspek saat pembelajaran berlangsung yang

meliputi pengelolaan kelas, hubungan interaksi siswa dan guru, interaksi siswa

dengan siswa ( Wiriatmadja, 2005 : 125 ). Analisis data kecerdasan linguistik

anak digunakan untuk melakukan refleksi agar peneliti dapat menentukan

tindakan yang akan diambil pada siklus berikutnya dengan melalui beberapa tahap

yaitu : 1) Menjumlahkan skor yang dicapai pada tiap butir amantan; 2) Membuat

tabulasi skor observasi peningkatan kecerdasan linguistik; 3) Menghitung

prosentase peningkatan kecerdasan linguistik anak dengan metode karya wisata

dalam pembelajaran; 4) Membandingkan hasil prosentase pencapaian pada tiap

anak dengan prosentase keberhasilan tiap siklus yang telah ditentukan peneliti.

Hasil Penelitian

Jumlah anak yang mempunyai prosentase skor kecerdasan linguistik dengan

kategori berkembang sangat pesat meningkat, yaitu 2 (10%) anak di siklus I, 2

(10%) anak di siklus II, dan 13 (65%) anak di siklus III. Begitu juga jumlah anak

yang tuntas dalam belajar yang diindikasikan dengan sekurang-kurangnya 75%

anak mampu mencapai prosentase keberhasilan sebesar 75% di akhir siklus, yaitu

4 (20%) anak di siklus I, 11 (55%) anak di siklus II, dan 17 (85%) anak di siklus

III. Masih terdapat 15% anak yang statusnya masih belum mencapai prosentase

keberhasilan sebesar 75%. Satu dari anak-anak tersebut adalah anak yang masih

ditunggui neneknya di sekolah. Sedangkan anak yang lainnya membutuhkan

motivasi yang cukup kuat dalam menyelesaikaan tugas-tugasnya saat

(11)

dalam pembelajaran mengalami peningkatan secara signifikan di tiap siklusnya.

Pada siklus I prosentase penerapan metode karya wisata adalah 65%, meningkat

di siklus II menjadi 85% dan akhirnya pada siklusIII mencapai 100%.

Optimalisasi penerapan metode karya wisata dalam pembelajaran terbukti mampu

meningkatkan kecerdasan linguistik anak. Berdasarkan analisis data, ternyata

peningkatan kecerdasan linguistik anak dipengaruhi oleh metode yang digunakan

dalam pembelajaran, yaitu metode karya wisata. Interaksi komunikasi dengan

anak bisa tercipta sehingga ide-ide kreatif dalam menggunakan bahasa mereka

dapat disalurkan. Adapun peningkatan kecerdasan linguistik tersebut

menunjukkan peningkatan yang signifikan dari satu siklus ke siklus berikutnya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebuah pembelajaran harus benar-benar

dipersiapkan oleh seorang guru baik alat bahan, media juga kesiapan guru dalaam

hal pemahaman langkah-langkah pembelajaran yang sangat menentukan sekali

dalam kelancaran proses pembelajaran.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa

tindakan dari siklus I, II, dan III, rata-rata prosentase pencapaian kecerdasan

linguistic anak meningkat berturut-turut dari pra siklus, siklus I, Siklus II, dan

Siklus III 47,87% menjadi 61,25%, 72,37% dan 80,50 %. Jumlah anak yang

tuntas belajar atau mencapai prosentase keberhasilan sebesar 75% juga terus

meningkat yaitu 15% di prasiklus, 20% di siklus I, 1,55% di siklus II, dan 85%

disiklus III. Kecerdasan linguistic anak perlu dikembangkan. Salah satu factor

yang mempengaruhi kecerdasan linguistic anak adalah metode pembelajaran. Ada

beberapa metode yang dikenal dalam pelaksanaan proses pembelajaran, salah

satunya adalah metode karya wisata. Sesuai hasil penelitian dan kesimpulan yang

telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian untuk meningkatkan kecerdasan

linguistik anak dengan menggunakan metode karya wisata diajukan beberapa

saran,yaitu :1) Kepada Kepala Sekolah hendaknya mendukung pelaksanaan

(12)

diperlukan; 2) Kepada Guru hendaknya menggunakan metode dan media yang

lebih menarik, memberikan petunjuk pembelajaran dengan lebih jelas, menguasai

langkah-langkah pembelajaran secara urut dan benar; 3) Kepada Peneliti

Selanjutnya dapat mengadakan penelitian yang sama, dengan menggunakan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Armstronh, Thomas. 2002. 7 Kinds of Smart. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Abumuthi. 2008. Bermain Peran Penting bagi Pertumbuhan Potensi Anak. http://abumuthi.multiply.com/journal/item/74/Bermain Peran Penting Bagi Pertumbuhan Potensi Anak. Diakses pada 25 September 2012 pukul 11.00WIB.

Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Pedoman Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-2.

Effendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Gwen. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasan Indonesia Lisan.

http://fafatiya.blogspot.com/2010/04/role-playing.html, diakses pada 25 September 2012 pukul 11.15 WIB.

http://pgtk-darunnajah.blogspot.com/2011/03/metode-karya-wisata-anak-tk.html diakses tanggal 29 Oktober 2012 pukul 13.05 WIB.

Komara, Endang. (2009). Model Bermain Peran Dalam Pembelajaran Partisipatif (Online). http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran-Dalam-pembelajaran-29.html, diakses 25 September 2012 pukul 11.30 WIB.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Moleong, L. J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Roda Karya.

(14)

Musfiroh, T. 2004. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Stimulasi Multiple Intelegences Anak Usia Taman Kanak-Kanak). Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Subdit PGTK dan PLB.

Salahudin, Mahfudh. 1981. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: Bima Ilmu.

Suwandi, Sarwiji. 2007. “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penullisan Karya Ilmiah”. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Surakarta:

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Wiriatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda PT. Rosda Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan uji F diperoleh hasil p-value sebesar 0,000 < p-penelitian (0,05), sehingga membuktikan bahwa variabel keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem,

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh manajemen aset yang terdiri dari aspek iventarisasi, identifikasi dan legal audit serta

2 berdampak pada beberapa bendahara SKPD pemerintah daerah obyek penelitian (Kabupaten Sragen) melakukan pencatatan kapitalisasi belanja yang dapat diakui sebagai

Karena tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban tentang peningkatan penguasaan konsep siswa SMP setelah diterapkannya pendekatan saintifik dengan

[r]

Metode pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan pendidik atau guru untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar yang diterapkan kepada siswa sebagai

Bogor, lfiususnya Fakultas Pertanian IPB, yang menjadi hran rumah kegiatan Lokakarya Nasional dan seminar Forum Komunikapi .Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia GKPTPD

Dalam laporan Tugas Akhir - Kuliah Kerja Media (KKM) ini memiliki manfaat bagi mahasiswa komunikasi terapan, khususnya Diploma III (D3) broadcast untuk menambah ilmu dan