• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA INTERAKSI SOSIAL DAN KERUKUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA INTERAKSI SOSIAL DAN KERUKUNAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

POLA INTERAKSI SOSIAL DAN KERUKUNAN

Laporan Penelitian

Kunjungan Lapangan ke Vihara Ratanavana Arama,

Sendangcoyo Lasem

Nama kelompok :

1) Abdur Rohman A. (01) 2) Diana Kholid A. (04) 3) Lia Arnita (14) 4) Nanda Bintara P. (20) 5) Nanda Ikasari (21) 6) Nur Lailatul M. (25) 7) Wahyu A. (34)

Kelas : XI IPS -2

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

(2)

KATA PENGTANTAR

Rasa syukur , kami panjatkan ke hadirat _Tuhan Yang Maha Esa_ atas karunia yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan _laporan hasil kunjungan kami_ ke Vihara Ratanavana Arama , Sendangcoyo, lasem.

Kegiatan kunjungan ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran ilmu sosiologi , sebagaimana peserta didik mudah memahami dirinya, dapat

mengetahui realitas sosial yang terjadi dimasyatakat.

Dalam penyusunan penulisan kami ,menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat, baik sengaja maupun tidak disengaja dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta wawasan yg dimiliki. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran untuk memperbaikinya .

Semoga hasil makalah yang saya buat ini bermanfaat dalam proses pembelajaran ,pengetahuan dan pengembangan imajinasi .

Pamotan, November 2017

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Alhamdulillah karena pada pagi yang sedikit mendung ini kami dapat berkumpul dalam keadaan sehat dan tanpa halangan apapun untuk melaksanakan kunjungan lapangan ke Vihara Ratanavana Arama , yang terletak di Sendangcoyo, Lasem . Dilaksanakan pada hari Rabu,14 November 2017, sekitar pukul 08.00 WIB berangkat dari SMA N 1 Pamotan.

Kami melaksanakan kunjungana lapangan ke Vihara Ratanavana Arama, karena untuk mengetahui bagaimana keadaan (situasi) atau realitas sosial yang terjadi di Vihara Ratanavana Arama . Selain itu kita mengamati Proses kehidupan dan kerukunan masyarakat sekitar Vihara tersebut.

Kunjungan tersebut bertujuan supaya siswa mengetahui proses sosial ,ralitas sosial ,dan kehidupan sosial ,dan dengan mudah mengetahui semua yang ada di Vihara Ratanavana Arama, Sendangcoyo , lasem.

Hasil dan bukti penulisan kami dari kunjungan ke Vihara Ratanavana Arama bisa bermanfaat bagi yag membaca, yaitu dapat mengetahui bagaimana sejarah Vihara Ratanavan Arama , menambah wawasan ,ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.

Kami menyusun laporan ini berdasarkan apa yang kami amati dan juga berdasarkan sejarah yang diceritakan oleh pemandu Vihara Ratanavan Arama. Selain itu juga dari informasi wawancara kami dengan warga sekitar Vihara Ratanavan Arama.

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah berdirinya Vihara Ratanavana Arama

Didirikn oleh Bhante Sudhammo Mahathera ia bersekolah di Sekolah Teknik Menengah (STM). Setelah lulus Skolah STM tahun 1959, Busaha muda memilih hidup mengembara dari hutan ke hutan yang ada di Pulau Jawa selama kurang lebih empat setengah tahun. Tujuannya untuk mencari makna kehidupan.

Selama pencariannya itu, berbagai pengalaman, baik manis maupun pahit, dialaminya. Semuanya dijalani tanpa keluhan.

Tahun 1964, setelah keluar dari hutan, ia mulai mengenal Agama Buddha. Di tahun 1972, ia bertemu dengan (alm.) Y.M. Girirakkhito Mahathera. Rupanya, pertemuan itu membawa kesan yang mendalam. Tidak lama kemudian, tepatnya 10 November 1972 pukul 10.00 WIB, ia ditahbiskan menjadi Samanera oleh almarhum Bhante Giri di Surabaya.

Dua tahun berikutnya, ia diupasampada menjadi Bhikkhu Sudhammo oleh Somdet Phra Nyanasamvara (Supreme Patriarch of Thailand) di Wat Bovonarives Vihara, Bangkok, Thailand. Selama di negeri gajah putih itu, ia sempat kuliah di salah satu universitas selama setahun. Setelah itu ia berguru kepada Ajahn Tate Dasaramsi. Di antara para Bhikkhu lainnya yang juga berguru di tempat yang sama, ia terkenal paling berani.

Di tahun 1976 terjadi sebuah peristiwa penting dan bersejarah yang melibatkan dirinya. Pada 23 Oktober 1976, ia bersama bhikkhu lainnya mendirikan Sangha Theravãda Indonesia (STI). Pendirian persaudaraan para Bhikkhu aliran Theravãda itu bertempat di Vihãra Maha Dhammaloka (sekarang Vihãra Tanah Putih), Semarang.

Selanjutnya, ia mulai mencari tanah di daerah pegunungan untuk

(5)

berkat uluran tangan para donatur, lahan vihara bertambah luas menjadi 6 hektar. Dipilihnya Lasem sebagai tempat dibangunnya vihara tak lain karena Lasem merupakan salah satu titik perkembangan Agama Budha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di Desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makam Brotoçanti, salah satu keturunan Putri Campa. Konon, Patih Gajah Mada pernah bersemedi di tempat itu. Setelah bertahun-tahun melewati masa-masa yang sulit, akhirnya ia dapat mewujudkan impiannya.

Tahun 1985, Vihãra Ratanavana Arãmã berhasil didirikan dengan ditandai selesainya bangunan Dhammasala. Seiring dengan keberhasilan itu, berbagai perubahan terjadi. Ia yang sebelumnya sangat pendiam berubah menjadi humoris. Badannya yang dulunya kurus menjadi semakin berisi. Tanah yang dulunya tandus perlahan-lahan menjadi subur. Kesulitan airpun bisa teratasi. Semua itu berkat kegigihannya. Ia kerap kali berjalan ke gunung-gunung sekitar vihara hanya untuk mencari sumber air.

Agar biaya perawatan dan pemeliharaan vihãra tidak tergantung pada dana yang diberikan oleh umat, ia berusaha menciptakan sejumlah pos penggalian dana. Antara lain dengan penjualan madu hutan dan tanaman-tanaman palawija yang diusahakan oleh pengurus vihãra. Selain untuk vihãra, hasil penjualan itu dimanfaatkan juga untuk biaya anak asuh yang berjumlah lebih dari 100 orang. Dalam mengerjakan suatu pekerjaan, almarhum Bhante Sudhammo acap kali tidak memperhatikan kondisi kesehatannya. Walaupun dalam keadaan tidak sehat, sering ia memaksakan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Dan hal yang dikuatirkan itu akhirnya terjadi. Pada 14 Desember 1998, ia mengalami serangan stroke pertama kalinya yang membuatnya harus menjalani perawatan di rumah sakit di Surabaya dan dilanjutkan ke salah satu rumah sakit di Tangerang.

Setelah keluar dari rumah sakit, ia sempat beristirahat beberapa bulan di Vipassana Graha, Lembang.sekitar akhir tahun 1999 lalu dikabarkan almarhum sudah kembali ke Lasem. Ia kembali menyusun sejumlah rencana untuk

pengembangan vihãra yang sudah 14 tahun ditempatinya.

(6)

Sudhammo Mahathera ,karena dulunya Banthe Sudhmmo bercita-cita untuk membangun miniatur Candi Borobudur.

B. Biografi Bhante Sudhammo Mahathera

Ia lahir pada 21 April 1938 di Desa Sumenep, Madura. Orang tuanya, Malik dan Saliha,ia di berinya nama Busaha Burhanudin. Ia merupakan anak tunggal. Tidak heran orang tuanya cukup memanjakannya. Meskipun demikikehidupannya tetap memperhatikan pendidikan moral baginya. Berbagai nasehat senantiasa diberikan. Salah satu yang terus diingatnya adalah “Jangan sampai kamu meminta kepada orang lain, tetapi memberilah kepada orang lain”.

Busaha tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ketertarikannya dengan bidang filosofi telah dimulai sejak usia muda. Di usianya yang ke-7, misalnya, ia telah membuat sang ayah pusing dengan berbagai pertanyaannya tentang hal-hal pelik seputar kehidupan.

Sayangnya, didikan dan cinta kasih dari orang tuanya hanya bisa ia rasakan dalam waktu yang cukup singkat. Ayah dan ibunya satu persatu meninggal dunia saat ia masih bersekolah di Sekolah Teknik Menengah (STM). Setelah lulus tahun 1959, Busaha muda memilih hidup mengembara dari hutan ke hutan yang ada di Pulau Jawa selama kurang lebih empat setengah tahun. Tujuannya adalah untuk mencari makna kehidupan. Selama pencariannya itu, berbagai pengalaman, baik manis maupun pait yg dialamArama. Semuanya dijalani tanpa keluhan. Mengeluh adalah satu hal yang selalu dihindari selama hidupnya.

Tahun 1964, setelah keluar dari hutan, ia mulai mengenal Agama Buddha. Di tahun 1972, ia bertemu dengan (alm.) Y.M. Girirakkhito Mahathera. Rupanya, pertemuan itu membawa kesan yang mendalam. Tidak lama kemudian, tepatnya 10 November 1972 pukul 10.00 WIB, ia ditahbiskan menjadi Samanera oleh almarhum Bhante Giri di Surabaya.

(7)

Dasaramsi. Di antara para Bhikkhu lainnya yang juga berguru di tempat yang sama, ia terkenal paling berani.

Di tahun 1976 terjadi sebuah peristiwa penting dan bersejarah yang

melibatkan dirinya. Pada 23 Oktober 1976, ia bersam bhikkhu lainya menditikan persaudaraan para bhikkhu aliran Theravada , yang bertempatan di Vihara Maha Dhammaloka ( vihara tanah putih) , Semarang.

Selanjutnya, ia mulai mencari tanah di daerah pegunungan untuk

mendirikan sebuah vihara. Pilihan jatuh pada Desa Sendang Coyo, Lasem. Desa ini terletak di daerah pegunungan yang tandus dan cukup terjal. Akibatnya tenaga dan dana yang diperlukan menjadi ekstra besar. Meskipun demikian, ia tidak mengenal rasa putus asa dan tetap bersemangat. Bahkan beberapa pekerjaan dikerjakannya sendiri. Seperti mengangkut pasir, memikul kayu, sampai

mengaspal jalan setapak. Setelah bertahun-tahun melewati masa-masa yang sulit, akhirnya ia dapat mewujudkan impiannya.

Tahun 1985, Vihãra Ratanavana Arãmã berhasil didirikan dengan ditandai selesainya bangunan Dhammasala. Seiring dengan keberhasilan itu, berbagai perubahan terjadi. Ia yang sebelumnya sangat pendiam berubah menjadi humoris. Badannya yang dulunya kurus menjadi semakin berisi. Tanah yang dulunya tandus perlahan-lahan menjadi subur. Kesulitan airpun bisa teratasi. Semua itu berkat kegigihannya. Ia kerap kali berjalan ke gunung-gunung sekitar vihara hanya untuk mencari sumber air.

Agar biaya perawatan dan pemeliharaan vihãra tidak tergantung pada dana yang diberikan oleh umat, ia berusaha menciptakan sejumlah pos penggalian dana. Antara lain dengan penjualan madu hutan dan tanaman-tanaman palawija yang diusahakan oleh pengurus vihãra. Selain untuk vihãra, hasil penjualan itu dimanfaatkan juga untuk biaya anak asuh yang berjumlah lebih dari 100 orang.

Ketika STI memperingati ulang tahunnya yang ke-20 pada 23 Oktober 1996, ia dianugrahi gelar Padhana Sasanadhaja (orang pertama yang mengibarkan bendera sasana) atas jasa dan pengabdiannya selama menjadi Bhikkhu.

(8)

mengalami serangan stroke pertama kalinya yang membuatnya harus menjalani perawatan di rumah sakit di Surabaya dan dilanjutkan ke salah satu rumah sakit di Tangerang.

Setelah keluar dari rumah sakit, ia sempat beristirahat beberapa bulan di Vipassana Graha, Lembang. Rupanya ia tidak tahan untuk berlama-lama

meninggalkan lingkungan vihãra yang begitu dicintainya, sehingga sekitar akhir tahun 1999 lalu dikabarkan almarhum sudah kembali ke Lasem. Ia kembali menyusun sejumlah rencana untuk pengembangan vihãra yang sudah 14 tahun ditempatinya.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya 12 Februari 2000, ia terserang stroke lagi sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Adi Husada, Surabaya malam itu juga. Akibat pembekuan aliran darah di sekitar otak yang menghambat pasokan oksigen ke otaknya membuatnya harus menjalani perawatan medis secara intensif di ruang ICU. Beberapa kali operasi dilakukan terhadap dirinya, terutama pada bagian kepala. Beberapa kali pula ia sempat tidak sadarkan diri secara serius atau koma. Jelas sakitnya kali ini jauh lebih parah dari sebelumnya.Rupanya, serangan stroke kali ini adalah yang terakhir kalinya. Meskipun pada hari-hari terakhir, kondisinya sempat membaik, namun yang namanya ketidakkekalan bisa terjadi kapan saja. Dan akhirnya pada 28 Februari 2000 pukul 23.09 WIB, detak jantungnya berhenti untuk selamanya.

C. Kondisi lingkungan Vihara Ratanavana Arama

Vihara Ratanavan Arama lingkungan nya bersih dari sampah plastik , karena dijaga kebersihannya . Disana hanya ada dedaunan yang berserakan di tanah , serta buah-buahan yg jatuh ditanah entah busuk ataupun kematangan.

Lingkungannya banyak ditumbuhi beraneka ragam tanaman-tanaman seperi, pepohonan , bunga, semak belukar , rerumputan dll.

(9)

D. Situs-situs di Vihara Ratanavana Arama

Rangkaian patung Sidhartha Gaoutama, mulai dari awal kelahiran, sampai menjadi Buddha hingga wafat, yang terbagi enam situs patung.

(10)

1. Situs pertama

(11)

2. Situs Kedua

(12)

3. Situs ketiga

Patung Sidharta berdiri dengan tangan kanan dia mencapai depan dengan telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran) dan Upekkha (keseimbangan batin).

(13)

4. Situs Keempat

Terdapat patung Sidharta Gautama yang sedang duduk dan dibelakangnya ada cakra yang besar . Disaat itu Sidharta gautama mendapat penerangan

(14)

5. Situs ke lima

Patung Sidharta duduk bersila sedang menyampaikan ajarannya kepada lima petapa muda, terdapat pula patung seekor rusa. Situs patung ini menceritakan

Sidharta yang telah menjadi Buddha Gautama. Untuk pertama kalinya sang Buddha menyampaikan ajarannya kepada lima petapa yakni Kondanya,Badiya,

(15)

6. Situs keenam

(16)

Tempat lain yang menjadi daya tarik di vihara ini adalah miniature Candi Borobudur. Situs ini letaknya di sebelah utara vihara. Miniatur Borobudur dibangun sebagai penghormatan kepada Bhante Sudhamo. Semasa hidupnya, Bhanda Sudhamo pernah becita-cita membangun miniatur bangunan candi yang menjadi salah satu keajaiban dunia tersebut. Di dalam miniatu Borobudur itulah letak makan Bhante Sudhamo.

(17)

Di depan halaman miniature Borobudur didirikan satu pedapa dan rumah kayu yang bisa digunakan untuk tempat beristirahat .

(18)

Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan pintunya dari kayu yang berukir-ukiran dan tiang penyangganya terbuat dari beton yang tinggi.

Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang. Perlengkaoan yang digunakan untuk pemujaan yakni Air(membersihkan kotoran), Bunga(ketidak kekalan) , Buah ( rasa terimakasih), lilin(pengorbanan) ,

(19)

E. Potret Interaksi sosial masyarakat Sekitar 1. Pendidikan

Divihara , masyarakat mengetahui bagaimana proses tata cara beribadah disana , dan dari cerita cerita , patung-patung , tulisan tulisan dapat menambah wawasan pengetahuan . Tetapi pendidikan tersebut khusus Budha ,seperti Anak asuh.

2. Keyakinan

Dalam keyakinan yang berbeda , mereka tidak memandang baik buruknya mereka yang berbeda agama , jika ada upacara atau acara divihara , mereka boleh datang ,dan pihak vihara pun tidak melarang jika ada undangan yg diberikan. Keyakinan di Vihara tersebut tidak mempengaruhi keyakinan yang dianutnya .

3. Pekerjaan

Jika ada pembangunan di vihara , masyarakat ikut membantunya . Jika ada perbaikan , pembangunan jalan , pemanenan buah-buahan , dan perawatannya.

4. Kesenian

Kesenian yang ada divihara biasanya nyanyian dari anak asuh . Masyarakat sekitar vihara pun boleh menonton kesenian tersebut, meskipun berbeda-beda agama .

5. Tradisi

Tradisi yang dilakukan yakni kebhaktian yang dilakukan pada Rabu malam . Pernikahan , kematian , biasanya dilakukkan di vihara tersebut , tepatnya di tempat pujja bhakti . Biasanya warga sekitar diundanguntuk menghadiri upacara tersebut , biasanya warga yang agamanya berbeda hanya melihat dari luar tempat pujja bhakti . , biasanya disana upacaranya 4 kali , seperti muslim ada besaran ,rejepan dan lainnya tetapi nama atau sebutan berbeda yanki waisya(kelahiran pangeran) , Sidarta (mencapai penerangan), Asada(perputaran kakbah),

katina(biku 3 bulan dan berdana berupa jubah ,obat-obatan ,tempat tinggal . Maga pujja (berkumpulnya 1250 orang bikkhu).

6. Perdagangan

(20)

7. Teknologi

Teknologi yang digunakan yakni teknologi transportasi , sarana prasarana yang digunakan seperti Truk , mobil ,motor dan lain-lain. Truk yang digunakan untuk mengangkut hasil alam yang akan dijual ke pasar , biasanya warga ikut menitipkan hasil tananmanya ke pasar dengan jasa sarana pihak Vihara.

F. Potret kerukunan masyarakat di sekitar Vihara

Masyarakat yang sering berkunjung merupakan suatu kerukunan antar masyarakat sekitar vihara. Sikap saling menghormati , toleransi , dan kerjasama masyarakat dengan vihara.

G. Konsep kerukunan antar umat berAgama

Kerukunan Umat Beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya. Termasuk

(21)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

1. Situs Vihara

Vihara Ratanavana Arama ini memiliki 5 situs tentang perjalanan hidup sang Buddha,mulai dari situs pertama hingga ke lima. Yaitu : Situs pertama,

merupakan awal mula Sidharta Gautama di lahirkan oleh Dewi Mahamaya. Di situs tersebut dapat sebuah taman yang asri lengkap dengan patung Sidharta Gautama beserta ibunya,gajah putih, ular naga raksasadan tujuh bunga teratai.

Situs kedua, pada situs kedua ini bercerita tentang Sidharta Gautama yang bersemedi selama 6 tahun di hutan Uruvela India. Terdapat patung Sidharta Gautama setinggi 3 meter sedang duduk di bawah pohon beringin dengan badan terlihat kurus kering. Situs ketiga, bercerita tentang Sidharta Gautama sudah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup. Terdapat patung Sidharta berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan di angkat setinggi dada dan telapak tangan menghadap ke depan. Di situs ke empat, bercerita tentang Sidharta Gautama telah menjadi Buddha Gautama. Terdapat patung sang Buddha sedang duduk di atas bunga teratai dan sedang menyampaikan ajarannya kepada beberapa muridnya di Taman Rusa Isipatana India serta terdapat beberapa patung rusa. Pada situs kelima, bercerita tentang sang budha telah meninggal dunia dengan sempurna . Terdapat patung Buddha tidur sepanjang 14 meter dengan posisi tidur miring kekanan dan tangan kanan di lipat ke depan wajahnya dan menghadap ke selatan. Di sini juga terdapat sebuah candi Sudhammo Mahathera mirip candi Borobudhur yang merupakan tempat peristirahatan terakhir pendiri vihara ini, karena beliau semasa hidupnya ingin membangun miniatur candi Borobudur. Serta terdapat sebuah kapal beserta kolam ikan yang di dalamnya terdapat patung besar sebagai nahkoda.

Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan tersebut sangatlah indah ,pintu kayu yan berukir-ukiran ,Tiang penyangganya terbuat dari beton yang tingg. Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang.

(22)

Interaksi antara masyarakat di sekitar Vihara berjalan dengan baik , jika di Vihara ada pentas kesenian, pernikahan , dll. , masyarakat sekitar vihara juga diundang untuk menghadiri acara itu ,meskipun berbeda kepercayaan. Warga ada yang datang dan ada yg tidak , jika ada acara di dalam tempat puja bhakti, warga yg agamanya berbeda biasanya hanya melihat dari depan saja.

Kemudian , ada warga yg menitipkan baraang dagangannya ke sarana yg ada di Vihar , kemudian dijual dipasar . Saat kami berinteraksi dengan salah satu warga , kami berkomunikasi dengan baik ,sopan dan santun . Kami juga disambut dengan wajah ceria oleh warga tersebut, sehingga kami merasakan kedekatan dengan warga tersebut.

3. Kerukunan masyarakat di sekitar Vihara

Kerukunan masyarakat disekitar vihara , seperti mengunjungi Vihara , ikut melaksanakan Bhakti sosial , saling membantu vihara dengan masyarakat , adanya toleransi antar masyaralat dan Vihara . Masyarakat ikut serta membantu perbaikan Vihara atau bangunan-bangunan yang retak.

B. Saran

1. Untuk pihak pengelola

Vihara tersebut bersih dari sampah plastik ,tetapi banyak berserakan buah-buahan busuk yang berserakan dijalan . Seharusnya buah busuk itu dikumpulkan supaya pemandangan jalan terlihat bersih ,tidak kotor lagi ,dan bangunan yang retak diperbaiki serta menjaga bangunan itu tetap baik.

2. Untuk pihak pemerintah

Pemerintah harus ikut serta dalam membantu pembangunan ,perbaikan bangunan tersebut , perbaikan jalan dan keamanan, serta ikut melestarikan vihara tersebut. toleransi terhadap masyarakat dengan lingkungan vihara tersebut .

3. Untuk pihak siswa

(23)

Lampiran Foto Pendukung

Foto Nara Sumber

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Togean, (2) menganalisis faktor-faktor yang

Pelaksanaan Pengolahan Bahan Koleksi dapat diketahui bahwa 50% respon- den menyatakan setuju, 35% responden menyatakan sangat setuju sedangkan yang tidak setuju dan responden

Hal ini diwujudkan dengan persembahan berupa ragam produk dan jasa terbaik yang ditawarkan serta sumbangsih non-bisnis melalui program tanggung jawab sosial yang luas di

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2015 dengan tujuan mengetahui keanekaragaman phytotelmata yang berpotensi sebagai tempat perindukan alami nyamuk

Analisis Break Even Point adalah suatu cara/ teknik yang digunakan seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi

Kompetensi dasar untuk kemampuan menyimak kelas XI adalah menulis kata, frasa, dan kalimat dengan huruf, ejaan dan tanda baca yang tepat dan mengungkapkan informasi secara

Sedangkan penelitian sekarang penelitian pada dua bank yaitu bank konvensional dan bank syari’ah, jika Z-Score dirata-rata jumlah Z-Score menunjukkan hasil yang sama yaitu

Karakteristik siswa diketahui melalui wawancara lisan dengan guru dan beberapa siswa serta pemberian angket karakteristik siswa (Lampiran 2) yang terdiri dari 10