• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA MUSLIM DALAM M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PENDIDIKAN KELUARGA MUSLIM DALAM M"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA MUSLIM DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

DIBUAT GUNA MEMENUHI TUGAS UAS

MATA KULIAH: HUKUM PERKAWINAN DAN PERCERAIAN DI DUNIA Islam

DISUSUN OLEH: ZERA AGUSTINA

1420310053

DOSEN PENGAMPU:

PROF. DR. H. KHOIRUDDIN NASUTION, M.A.

KONSENTRASI HUKUM KELUARGA PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA

(2)

2014

A. Pendahuluan

Pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan. Maka dari itu untuk membentuk karakter seorang anak yang berlandaskan agama pertama-tama di tentukan oleh keluarga terlebih dahulu karena keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik agama bagi anak-anaknya, terutama dalam pembentukan kepribadian atau karakter. Artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak serta anggota kleurga lain kepada kehidupan beragama sedini mungkin. Adapun pendidikan keluarga menurut pandangan Islam adalah pendidikan yang diberikan sejak anak masih dalam kandungan (pra natal) yakni sejak setelah ditiupkan ruh oleh Allah SWT kepadanya yaitu ketika usia kandungan 120 hari (4 bulan) karena saat itulah mulai tumbuh potensi untuk melihat, mendengar, merasa dan berpikir, setelah lahir dan berlangsung hingga anak menjadi dewasa.

Anak merupakan aset bagi masa depan orang tua, maka dari itu mengajarkan agama kepada anak sejak dini itu lebih memudahkan anak supaya cepat memahami ilmu agama. Pembentukan karakter pada anak melalui ajaran agama itu sangat di perhatikan betul-betul, dari akhlaknya, cara dia berbicara dan dalam berpakaian. Dengan pengetahuan agama yang kita sampaikan akan membuat karakter anak menjadi lebih islami.

Agama banyak memberikan pengajaran yang baik dalam membentuk kepribadian seseorang, contohnya seorang anak akan bersikap santun terhadap orang yang lebih tua dibandingkan dia, itu karena orang tua sudah mengajarkan kebaikan sejak dini kepada anaknya, jadi si anak tidak akan mengubah karakter dia menjadi orang lain. Karena itu sudah menjadi syari’at dalam beragama. Agama banyak memberikan kita ulasan mengenai pembentukan karakter yang lebih baik.1

Setiap masyarakat memiliki pandangan sendiri-sendiri namun masyarakat Islam dalam setiap komponen (individu dan keluarga) memandang pendidikan selalu berorientasi kepada Islam, yakni berusaha menjadikan Islam sebagai sumber dalam proses penyelenggara pendidikan,

(3)

baik pendidikan formal (sekolah), nonformal (lingkungan masyarakat) maupun informal (dalam lingkungan keluarga).

Sebagai agama rahmatal lil ‘alamin, Islam menghendaki adanya pernikahan terhadap seluruh umatnya. Dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan dan bukan hanya sekedar keturunan, namun keturunan yang memiliki karakter yang baiklah yang menjadi tujuan Islam sebenarnya.

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, dan dilingkunganlah keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh. Karena lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak, agar anak dapat berkembang secara baik. Sebagai fase awal pendidikan, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia-akhirat, tetapi keluarga juga merupakan sebagai satu faktor penentu keberhasilan pendidikan anak.

Jika dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan begitu saja kepada orang lain. Dalam kenyataannya, keluarga tidak sedikit yang gagal dalam membina keluarga sesuai dengan yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Kegagalan demikian akan berpengaruh pula terhadap fungsi keluarga sebagai pusat pendidikan.

(4)

keilahian dan keilmiahan sehingga dapat dijadikan pegangan para pendidik dalam membina umat.

B. Definisi Pendidikan dalam Pembentukan Karakter

Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap individu, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua. Ada istilah mengatakan “tidak ada kata terlambat untuk belajar” Betapa penting dan perlunya pendidikan itu bagi anak. Dan jelaslah pula mengapa anak-anak itu harus mendapat pendidikan. “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”. “Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat”.

Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :2

1. Pendidikan Formal (Sekolah) 2. Pendidikan Informal (Masyarakat) 3. Pendidikan Non Formal (Keluarga)

1. Pendidikan Formal (Sekolah)

Pendidikan formal adalah lingkungan tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lain di sebuah tempat belajar/sekolah. Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh

(5)

kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.

Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan kekurangannya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan Ivan Illich untuk membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal Bebas dari Sekolah. Meskipun gagasan itu belum dapat diwujudkannya, termasuk di negara Meksiko, namun kritik terhadap sekolah patut mendapat perhatian.

Oleh karena itu, kajian ini terutama diarahkan kepada pencarian berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan dan fungsi sekolah untuk tantangan. Asumsi kajian ini adalah sekolah harus diupayakan sedemikian rupa agar mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan itu, sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk melaksanakannya peran itu. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara dan warga dunia di masa depan.

2. Pendidikan Informal (Masyarakat)

Pendidikan informal adalah lingkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam satu lingkungan, baik dalam lingkungan desa satu ataupun dengan desa lainnya. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:

a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan.

b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peranan dan fungsi edukatif.

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.

(6)

Pendidikan non formal adalah lungkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam satu keluarga. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga dapat berbentuk inti maupun keluarga yang diperluas . Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.

Di samping faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebaginya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarga.

Peran ayah dan ibu sangat penting untuk menurunkan nilai-nilai Islam ini kepada anak-anak. Oleh karena itu, selain ayah dan ibu harus terus menerus belajar menyerap nilai-nilai Islam ini ke dalam sikap dan tingkah lakunya, menjadi kewajiban mereka juga untuk mengajarkan hal ini kepada seluruh anggota keluarga yang lainnya. Termasuk kepada pembantu rumah tangga. Ayah laksana direktur yang menerapkan kebijakan-kebijakan Islami dalam rumah tangga, sedangkan ibu laksana manajer yang mencari cara agar kebijakan tersebut bisa diterapkan di rumah tangganya.

Keteladanan sangat perlu dilakukan oleh pemimpin dalam rumah tangga. Terutama bagi anak-anak, mereka perlu contoh yang nyata dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti ucapan-ucapan thayyibah. Membudayakan musyawarah. Isteri menghormati suami sebagai pemimpin dan mengambil keputusan menyelesaikan problem dengan jalan musyawarah, mengikut sertakan anggota keluarga termasuk anak-anak jika memang diperlukan. Suami menyayangi dan menghargai isteri dengan cara mengajaknya bermusyawarah atas segala keputusan. Adik diajarkan untuk menghormati kakak, kakak diajarkan untuk menyayangi adik, bila ada pembantu, anak-anak diajarkan untuk menghormati mereka dan menghargai jasa-jasanya dalam membantu dan mengurus rumah tangga.

C. Peran Pendidikan Keluarga Muslim

(7)

1. Learned family sebagai basis keluarga, keluarga yang mampu melahirkan generasi terdidik

2. Kuatnya motivasi dan cita-cita untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia 3. Menjadikan keluarga sebagi soko guru pendidikan anak dengan memperhatikan

4. Keluarga sebagai pendidikan kodrati 5. Keluarga sebagai awal pertumbuhan anak 6. Keluarga dan pengajaran prioritas.3

Ada beberapa strategi dalam pendidikan keluarga untuk membentuk karakter anak, antara lain:

1. Strategi keteladanan orang dewasa di rumah tangga, bagaimana sifat-sifat mulia seperti kejujuran, amanah, tabligh dana fathanah dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari bersama anak-anak. Berbagai sifat-sifat terpuji penumbuhannya harus dimulai semenjak dini yakni mulai dari rumah tangga atau keluarga. Untuk itulah pendidikan keluarga sangat berperan penting. Sifat amanah, atau keterpecayaan, penghormatan tanggung jawab, kejujuran, keberanian, keterbukaan, penuh perhatian, integritas, rajin dan kenegarawan akan tumbuh dan berkembang bilamana ditanamkan semenjak masa kanak-kanak.

2. Strategi pembiasaan, Pembiasaan berprilaku yang baik dan adab sopan santun adalah bagian terpenting dalam pendidikan keluarga. Oleh sebab itu setiap keluarga terutama yang sudah dewasa hatus sudah terbiasa dengan perilaku yang positif. Penghargaan kepada anak yang jujur harus diberikan. Anak yang jujur meskipun memperoleh nilai sekolah rendah lebih berharga daripada anak yang bohong meskipun memperoleh nilainya tinggi. Keberanian untuk jujur perlu pembiasaan.

3. Strategi pengajaran, yakni memberikan petunjuk kepada anak mengenai sesuatu yang baik yang harus dihayati dan diamalkan dalm perilaku sehari-hari, serta menunjukkan sesuatu yang tidak baik atau tidak benar yang harus dijauhi. Informasi dan nasehat perlu diberikan terus menerus kepada anak.4

3 Kamrani Buseri, Pendidikan Keluarga dalam Islam dan Gagasan Implementasi, (Banjarmasin: Lanting Media Aksara Publishing House, 2010), hlm. 134

(8)

D. Pendidikan Anak dalam Undang-Undang

1. UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Bab X (Hak dan Kewajiban Antara Orang Tua dan Anak) Pasal 45 :

(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya

(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

2. UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” 3. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional “Pendidikan adalah

usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

E. Nash yang Berkaitan dengan Pendidikan Anak

Sebagai salah satu contoh adalah hadis tentang memerintah shalat bagi anak yang sudah berusia tujuh tahun, disebutkan dalam hadis,

رشع ءانبأ مهو اهيلع مهوبرضاو نيننس عبس ءانببأ مهو اةَّلص

ص لاب مكادلوأ اورم

عجاضْملبا يف مهنيب اوقرفو نينس

(9)

Hadits ini termasuk hadits hasan shahih dan hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, sedangkan secara sanad karena hadits tersebut melewati jalur yaitu Ali bin Hajar bin Ilyas dari Harmalah bin Abdul Aziz bin Ar-Rabi’ bin Sabrah bin Ma’bad dari Abdul Malik bin Ar-Rabi’ bin Sabrah dari Ar-Rabi’ bin Sabrah bin Ma’bad dari Sabrah bin Ma’bad bin Awsajah. Abu Isa menyatakan bahwa Sabrah adalah Ibnu Ma’bad al Juhani, ia disebut juga dengan nama Ibnu Ausajah.5

Hadis di atas menceritakan tentang instruksi Rasulullah SAW kepada umat Islam agar memerintah anaknya untuk melaksanakan ibadah shalat ketika usia tujuh (7) tahun. Apabila pada usia 10 tahun si anak tetap tidak mau melaksanakan ibadah shalat, maka orang tua boleh memukul anaknya tersebut. Pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang bersifat mendidik, agar si anak mau melakukan shalat. Pukulan yang dimaksud bukan pukulan untuk menyakiti, tetapi untuk mendidik anak agar memiliki karakter keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam agar dalam memberikan pendidikan kepada anak itu dilakukan secara bertahap. Pada usia 7 tahun anak sekedar diperintah untuk shalat, kalau tidak mau, tidak usah dipukul. Akan tetapi pada usia 10 tahun, ketika diperintah untuk shalat, anak tidak mau shalat, maka orang tua diperbolehkan untuk memukul anaknya pada bagian yang tidak membahayakan, misalnya, punggung; agar si anak mau melaksanakan shalat.

Hadits yang memerintah shalat anak oleh orang tuanya sejalan dengan nilai-nilai karakter atau perilaku manusia terhadap Tuhan-Allah SWT. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan meliputi: taat kepada Tuhan, syukur, ikhlas, sabar, tawakkal (berserah diri kepada Tuhan). Nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan ini akan membentuk karakter spiritual atau keimanan atau ketakwaan kepada Allah SWT.

Hadits tentang perintah shalat kepada anak juga mengandung nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri mengandung karakter reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet atau gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin,

(10)

antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat, efisien, menghargai, dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan, sportif, tabah, terbuka, dan tertib.6

F. Relevansi Pendidikan Karakter Anak Pada Masa Sekarang

1. Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan (Prenatal)

Periode anak dalam kandungan merupakan awal mula berperannya pendidikan, dari situlah perilaku ibu berpengaruh terhadap pembentukkan ciri-ciri khas sang anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya, pembentukan ini berlangsung dalam diri sang ibu.7

Seorang ibulah yang dapat menentukan bagaimana keberhasilan kelak anaknya, karena potensi-potensi yang akan dibawa kelak dewasa adalah berawal dari proses bertemunya ovum dan sperma hingga ia dilahirkan karena ibulah madrasah pertama bagi seorang anak. Walaupun secara riil pendidikan itu berlangsung dari lahir sampai mati namun perlu diingat bahwa konsep Islam telah mempersiapkan anak jauh sebelum terjadinya kelahiran itu sendiri yakni telah dimulai sejak pemilihan jodoh, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang intinya bahwa sebagai laki-laki janganlah mengawini wanita-wanita karena kecantikannya, sebab kecantikannya itu boleh jadi akan merusaknya, dan jangan pula mengawini mereka karena harta bendanya, karena boleh jadi harta bendanya itu akan membuat mereka berbuat aniaya atau congkak. Akan tetapi kita disuruh

6 Liliek Channa (2011), Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Hadis Nabi Saw, Artikel diakses dari internet pada tanggal 5 januari 2015, Hlm. 7-8.

(11)

mengawini mereka karena atas dasar ketaatan dalam beragama. Sungguh budak sahaya yang buruk muka dan hitam tetapi agamanya kuat itu adalah lebih baik menurut ajaran Islam daripada yang tidak kuat agamanya walaupun menakjubkan8

Untuk mencapai ketentraman dan kebahagian serta mengarahkan pendidikan anak dalam keluarga diperlukan istri atau ibu shaleh yang dapat menjaga diri dari kemungkaran dan menjaga dari fitnah serta mampu menentramkan suami atau bapak, sehingga terciptalah suasana keluarga tentram yang dapat berpengaruh kepada anak dalam kandungan.

2. Mendidik Anak Sejak Usia Dini

Pendidikan usia dini merupakan serangkaian yang masih ada keterkaitannya untuk mewujudkan generasi unggul, dan pendidikan itu memang merupakan sebuah kebutuhan dalam kehidupan manusia. Islam memandang keluarga sebagai lingkungan atau miliu yang pertama bagi individu yang pertama bagi indivisu, dan dalam keluargalah pendidikan pertama kali dapat dilangsungkan.

Dalam pendidikan di usia dini, orang tua yang menghendaki agar perilakunya berpengaruh baik terhadap perkembangan anaknya maka hendaklah melakukan tindakan-tindakan yang berisfat mendidik. Perilaku mendidik khusus baik secara fisik maupun psikis orang tua terhadap anaknya di usia dini yang berkaitan dengan periode dan pola perkembangannya sangat penting. Menciptakan kondisi yang baik misalnya berperilaku sabar, tawakal, ikhlas, tanang, bahagia, dan tentram. Perilaku orang tua terhadap anak di usia dini harus berhati-hati, sebab pendidikan pada masa usia dini sangat berpengaruh di

(12)

masa selanjutnya.9 Selain itu juga untuk masa selanjutnya

keluarga berkewajiban mengajarkan ilmu fardhu ‘ain kepada anak-anaknya yaitu yang menyangkut Al-Quran dan ilmu ibadah dasar, seperti hal tentang sholat, puasa, zakat, haji, san sebagainya, yakni ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kewajiban sehari-hari seorang muslim.

Pada dasarnya, manusia cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah. Ada karakter-karakter mendasar yang apabila seorang pengajar memilikinya, maka akan banyak membantunya dalam melakukan aktivitas pendidikan. Kesempurnaan manusia hanya dimiliki oleh para rasul. Tapi setiap orang boleh berusaha sekuat tenaga dan melatih diri untuk bisa memiliki akhlak yang baik dan sifat-sifat yang terpuji. Terlebih lagi apabila dia menjadi teladan dalam dunia pendidikan yang diperhatikan dan ditiru oleh generasi baru bahwa dia adalah guru dan pembimbing mereka. Dan dengan pendidikan secara maksimal yang berkarakter nilai-nilai Islam inilah maka akan terbentuk generasi yang unggul.

G. Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian

(13)

mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Pendidikan Formal b. Pendidikan Informal c. Pendidikan Non Formal

Dalam pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan sopan santun. Untuk mendapatkan pembelajaran sopan santun dan etika ini dimulai dari pendidikan nonformal dalam keluarga, dari pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di masyarakat.

Selain itu, keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidik tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada. Ayah dan Ibu di dalam keluarga sebagai pendidikannya, dan anak sebagai siterdidiknya. Keluarga merupakan pendidikan informal. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik terkhusus bagi keluarga muslim. Anak yang karena satu dan lain hal tidak mendapatkan pendidikan dasar secara wajar ia mengalami kesulitan dalam perkembangan berikutnya. Pendidikan keluarga muslim memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama dan kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.

Jadi, peran pendidikan keluarga muslim dalam membentuk karakter seorang anak dapat dimaknai sebagai pendidikan yang utama bertujuan mengembangkan kemampuan atau potensi anak. Dari pendidikan yang diberikan dari keluarga atau pendidikan non formal dapat menumbuh kembangkan kemampuan anak agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

(14)

Buseri, Kamrani, Pendidikan Keluarga dalam Islam dan Gagasan Implementasi, Banjarmasin: Lanting Media Aksara Publishing House, 2010.

Jannah, Miftahul, Peran Pendidikan Agama Islam sebagai Pembentukan Karakter Anak.

(http://miftahstain.blogspot.com).

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Muslich, Masnur, Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Dari 15 orang kandidat yang diajukan oleh Kementerian Agarna sebagai calon penerima beasiswa Kerajaan Maroko tahun akademik 2013-2014, the Moroccan Agency for

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Gambar 4.11 Daya pompa yang dihasilkan dari beberapa variasi jumlah tabung tekan, menggunakan variasi head 3,25m, volume eter 717ml, dan volume udara tekan pada tabung tekan

Dari alasan Cochran Q-Test menunjukan bahwa alasan orang tua tidak mampu membelikan kendaraan pribadi, tidak memiliki kendaraan pribadi di rumah, pelajar tidak ada yang

Dewi (2014: 3) juga mengemukakan bahwa kelemahan menyunting teks prosedur kompleks terletak pada metode pembelajaran oleh guru yang kurang bervariasi. Untuk

Uji penduga ( presumptive test ) dilakukan dengan menggunakan 9 tabung reaksi (seri 3-3-3) dimana 3 tabung berisi media Lactose Broth Double Strength (untuk 2 resep) dan

Tadinya dia juga stress to sama cemas itu pasti tapi karena dia juga sering bergaul dengan penyakit – penyakit yang seperti itu kalau pas di rumah sakit juga melihat seperti