• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEKSIKON PERIKANAN DI DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEKSIKON PERIKANAN DI DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

0

LEKSIKON PERIKANAN DI DANAU SENTARUM

KABUPATEN KAPUAS HULU

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

Anggi Noviyanti

NIM F1012141061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)
(3)

0

LEKSIKON PERIKANAN DI DANAU SENTARUM

KABUPATEN KAPUAS HULU

Anggi Noviyanti, Ahmad Rabi’ul Muzammil, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

Surel: anggi61noviyanti@yahoo.com

Abstract

This study provides a view of how the use of everyday language in relation to fisherman activities in Lake Sentarum in fisheries uses the dialect of Malay language Kapuas Hulu. The problem of this research is how is the form of lingual units, the meaning of fisheries lexicon, cultural meaning in the form of mythical speech, prohibited abstinence, oral literature, and its implementation in Indonesian language learning in schools. This research aims to describe based on existing problems. The theory used is semantic, ethnolinguistic, meaning and meaning. This study uses a qualitative approach to descriptive methods. Research subjects were native speakers of the Malay language Kapuas Hulu in Lake Sentarum Kapuas Hulu with research objects in the form of words and phrases. Data analysis is done by obtaining data, then the data is classified and described based on existing problems, then implemented in Indonesian language learning in schools. The results of the study of all lexicon data are 60 data based on tools, activities, and results. Cultural significance of 6 utterances based on myth, prohibited abstinence and oral literature. As well as supplementary teaching materials there are 2 texts, the procedure text, and the description text.

Keyword: vocabulary, fisheries, Kapuas Hulu, and implementation

PENDAHULUAN

Danau Sentarum merupakan danau musiman yang berada di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Danau ini dipenuhi dengan air selama sepuluh bulan setiap tahunnya, sisanya akan surut. Ketika air surut, Danau Sentarum akan membentuk kolam-kolam kecil yang berisi ikan-ikan kecil. Selain keindahan, Danau Sentarum juga memiliki kekayaan flora dan fauna. Danau Sentarum bisa terbilang sebagai salah satu tempat habitat ikan air tawar terbanyak di Kalimantan Barat. Aktivitas perikanan yang masyarakat lakukan di Danau Sentarum biasanya mencari ikan, dan masyarakat juga pada umumnya banyak memelihara ikan toman. Ikan yang mereka pelihara di dalam tambak ikan (landau ikan), satu diantaranya Ikan toman. Jika di jual kepada pengepul dalam keadaan hidup bisa mencapai beberapa ton saat panen tiba. Selain memelihara ikan, ikan yang sudah di dapat dari danau akan mereka produksi

menjadi ikan asin (balur), ikan salai, kerupuk basah, dan kerupuk kering.

(4)

2

intinya semua alat yang mereka pakai apapun itu ukuran alatnya pasti akan menghasilkan atau mendapatkan ikan yang berbeda.

Para nelayan biasanya mencari ikan pagi hingga sore hari, sering ditemukan nelayan yang mencari ikan dari sore hari sampai malam hari. Kisaran waktu yang seperti ini biasanya belum tentu juga bisa mendapat ikan yang banyak, para nelayan biasanya membawa bekal makanan sehingga dalam perjalanan tidak merasa kelaparan. Para nelayan yang ngemarau saat musim ikan biasanya mereka tidak pernah berhenti di Langkau atau rumah kecil yang mereka buat untuk istirahat, karena selain mencari ikan untuk diproduksi, mereka juga mencari ikan untuk memberi makan ikan toman yang mereka pelihara.

Kapuas Hulu juga merupakan penghasil ikan terbanyak diantaranya Ikan Arwana, masyarakat Kapuas Hulu memang senang sekali memelihara Ikan Arwana untuk dipanenkan atau biasanya dikonteskan. Perikanan terbesar di Kabupaten Kapuas terdapat di di kawasan Danau Sentarum yaitu di Kecamatan Selimbau, Kecamatan Suhaid, Embau, Batang Lupar. Bahasa Melayu Kapuas Hulu merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari dalam penyebutan perikanan masyarakat Danau Sentarum Kapuas Hulu, yang membedakan bahasa Melayu terdapat pada logat contohnya pada masyarakat Jongkong, digogak (dicari), sedangkan pada masyarakat Selimbau digegak (dicari).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap perikanan di Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu, Danau Sentarum ini memiliki anak danau yaitu Danau Sekulat, Danau Pega, Danau Leboyan, Danau Semangit, Danau Sambar, Danau Pengembung. Selain itu Danau Sentarum juga dikelilingi Pulau Melayu, Pulau Sepandan, Pulau Majang dan Bukit Tekeneng. Penduduk yang ada di Danau Sentarum mayoritasnya Melayu dengan bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu.

Alasan peneliti memilih Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu. Pertama, Danau

Sentarum berbatasan dengan wilayah-wilayah ditambah lagi memang pekerjaan sehari-hari masyarakat tersebut memang nelayan dan pada dasarnya bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa melayu dialek Kapuas Hulu, karena penduduk yang ada di Danau Sentarum memang asli melayu Kapuas Hulu. Oleh karena itu, penulis dapat dengan mudah mencari banyak informan yang lebih mengerti dengan bahasa yang sedang diteliti. Kedua, penulis merupakan penduduk asli Danau Sentarum sehingga data tersebut dapat dipahami, diartikan, diterjemahkan dan dianalisis ke dalam bahasa Indonesia sesuai dengan tujuan penelitian.

Data dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu perikanan dan Danau Sentarum. Data yang berkaitan dengan perikanan terdiri atas alat, hasil, dan aktivitas. Data yang berkaitan dengan Danau Sentarum terdiri atas mitos, pantang larang, dan sastra lisan. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis data leksikon. Tujuan penelitian ini akan mendeskripsikan bentuk dan satuan lingual, lesikon, deskripsi arti, yang berupa arti leksikal dan arti kultural, dan deskripsi pemaknaan kultural berupa mitos, pantang larang, dan sastra lisan

Leksikon adalah lazim digunakan untuk mewadahi konsep “kumpulan leksem dari satu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun sacara sebagian (Chaer, 2007:26). Leksikon dalam perikanan sudah banyak yang tidak digunakan oleh nelayan terutama dari segi alat, aktivitas, hasil. Alat yang digunakan dalam perikanan merupakan peralatan tradisional yang berupa benda sebagai alat untuk menangkap ikan. Aktivitas yang dimaksud yaitu kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan perikanan yang ada di Danau Sentarum. Hasil dalam perikanan merupakan hasil yang diperoleh dari menangkap ikan dan olahan ikan itu sendiri. Namun diarea yang sudah maju seperti ini alat, aktivitas, hasil, sudah jarang ditemukan dan alat yang dibuat sudah berubah menjadi alat modern.

(5)

3

memberikan informasi kepada masyarakat luar Danau Sentarum mengenai leksaikon perikanan di Danau Sentarum yang menggunakan bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu. Kedua, untuk menambah dan memperkaya Leksikon Perikanan di Danau Sentarum. Ketiga, penulis ingin mendokumentasikan dan ikut melestarikan bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu khususnya Leksikon Perikanan di Danau Sentarum. Keempat, data yang berhubungan dengan Leksikon Perikanan di Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu masih sangat mudah didapatkan. Kelima berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan penulis di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Tanjungpura Pontianak, belum pernah ada mahasiswa yang meneliti tentang Leksikon Perikanan di Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu.Peneliti memfokuskan peneliti dalam bidang semantik berdasarkan satuan lingual yang meliputi kata dan gabungan kata, arti meliputi arti kultural dan arti gramatikal, pemaknaan yang meliputi alat, hasil dan aktivitas, makna kultural yang meliputi pantang larang, mitos, dan sastra lisan yang ada di Danau Sentarum, terakhir berkenaan dengan teks yang dihasilkan sebagai suplemen bahan ajar.

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perikanan pernah diteliti satu diantaranya oleh Bernadus Winardi (2018) mahasiwa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, dengan judul Peristilahan aktivitas Menangkap Ikan di Aliran Sungai Landak Dalam Bahasa Bidayuh Dialek Bemak. Adapun perbedaan dalam penelitian terdahulu dengan peneliti yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang, yaitu perbedaan lokasi peneliti dan peneliti terdahulu menggunakan bahasa Bidayuh Dialek Bemak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang berada di Danau Sentarum, Bahasa yang digunakan Bahasa Melayu Kapuas Hulu. Keterkaitan penelitian yang akan dilakukan saat ini dengan yang sidah dilakukan yaitu, peneliti sekarang akan mengkaji Leksikon Perikanan,

berkaitan dengan penelitian terdahulu tentang Aktivitas Menangkap Ikan.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai teks Suplemen bahan ajar pada pelajaran Bahasa Indonesia kurikulu 13 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII Semester Ganjil melalui KD (3.1) Mengidentifikasikan informasi dalam teks deskripsi tentang objek (sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni daerah) yang didengar dan dibaca. Dalam hal ini siswa diminta mengidentifikasi informasi melalui gambar berkaitan dengan leksikon perikanan di Danau Sentarum. Melalui KD tersebut indikator yang ingin dicapai, yaitu siswa mampu Mengidentifikasi informasi dalam teks deskripsi tentang objek (sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni daerah) yang didengar dan dibaca. Teks-teks yang dihasilkan berkaitan dengan leksikon perikanan di Danau Sentarum, akan diuraikan dalam masalah keempat penelitian ini.

Ruang lingkup merupakan gambaran situasi penelitian dan batasan dalam penelitian, penelitian ini akan dilakukan di Danau Sentarum Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu. Data dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu perikanan dan Danau Sentarum. Data yang berkaitan dengan perikanan terdiri atas alat, hasil, dan aktivitas. Data yang berkaitan dengan Danau Sentarum terdiri atas mitos, pantang larang dan sastra lisan.

(6)

4

Tujuan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk satuan lingual leksikon, arti leksikal perikanan , pemaknaan kultural yang berupa mitos pantang larang dan sastra lisan, serta suplemen bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan leksikon perikanan di Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu.

Semantik merupakan cabang ilmu linguistik, yang mempelajari tentang makna. Menurut (Chaer, 2013:2) menyatakan semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik.

Etnolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang erat kaitannya dengan kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat. Etnolinguistik atau lebih dikenal dengan istilah antropoloinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari dan meneliti hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan yang biasanya belum mengenal tulisan dengan menerapkan metode-metode yang sesuai dengan keadaan budaya yang bersangkutan menurut kesepakatan yang dibuat (Sibarani, 1987:56).

Berdasarkan kajian semantik istilah leksem digunakan untuk mewadahi konsep satuan bahasa yang memiliki satu satuan makna. Leksikal adalah bentuk adjektiva yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata, pembendaharaan kata). Istilah leksikon ini bisa disepadankan dengan istilah kosakata yang sudah lazim digunakan dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksem merupakan bentuk kecil dari leksikon, atau leksem dapat disamakan dengan kata dalam tatanan kebahasaan yang memiliki makna dan leksikon dapat disamakan dengan kosakata yang digunakan untuk mewadahi satuan konsep leksem.

Menurut Subroto (2011:12) Arti bahasa atau lingual itu bersifat misteri atau ilusif (tidak mudah ditangkap atau dipegang). Maksudnya, arti itu benar-benar ada atau diyakini ada, namun sulit untuk ditangkap. Sedangkan makna adalah arti yang dimiliki oleh sebuah kata (baca: leksem) karena

hubungannya dengan makna leksem lain dalam sebuah tuturan

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa makna sebuah satuan lingual adalah makna yang memiliki satuan lingual dalam kaitannya dengan satuan lingual (misal:kata atau paradikmatik) dengan satuan lingual lain dalam sebuah tuturan. Relasi sintagmatik adalah relasi yang bersifat nyata dalam tuturan; relasi paradigmatik adalah relasi yang bersifat diandaikan yang bersifat penggantian atau substitusi.

Jenis arti berdasarkan (a) arti leksikal merupakan arti yang memberi pengertian tetap atau bersifat pasti dari bentuk sebuah kata.; (b) arti gramatikal merupakan arti yang timbul karena relasi satuan gramatikal baik dalam konstruksi morfologi, frase, klausa/ kalimat.; dan (c) arti kultural merupakan arti yang secara khas mengungkapkan unsur-unsur budaya dan keperluan budaya secara khas aspek kebudayaannya.

Bentuk satuan lingual berdasarkan (a) kata merupakan satuan paling kecil yang bebas dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata.; (b) monomorfemis merupakan bentuk gramatikal yang terdiri atas satu morfem.; (c) polimorfemis merupakan kata yang terdiri atas dua morfem atau lebih. Kata polimorfemis dapat berubah bentuk menjadi morfem baru.; (d) frasa menurut Ramlan ialah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 1987:151). (e) Frasa endosentrik merupakan frasa yang unsurnya tidak berperilaku sintaksis yang sama, artinya salah satu dari unsur tersebut dapat mengganti kedudukannya.; (f) frasa eksosentrik merupakan frasa yang unsurnya tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.

(7)

5

Komponen makna menurut Kridalaksana (2011:69) fungsi semantis adalah peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara strutural dengan unsur lain khususnya di bidang makna. Berhubungan dengan fungsi dan makna dalam menentukan fungsi jadi lebih sulit sebab fungsi dan makna terjalin erat tidak dapat dipisahkan. Kesesuaian ciri ini bukan hanya pada unsur-unsur leksikal tetapi juga berlaku antara unsur leksikal dan gramatikal.

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara kerja, teknik kerja, langkah-langkah kerja yang dilakukan secara berurutan dan sistematis dalam penelitian. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi tiga metode di antaranya metode observasi, metode cakap, dan metode deskriptif. Cara kerja dari masing-masing metode ini, yaitu metode observasi merupakan metode yang pertama digunakan peneliti untuk pengambilan data awal sebagai rujukan untuk merancang judul penelitian dengan berpatokan pada masalah-masalah yang akan dikaji oleh peneliti. Setelah masalah tersebut benar-benar peneliti yakini, maka tahap selanjutnya peneliti menerapkan metode cakap, hal tersebut berguna untuk menghimpun data-data yang peneliti butuhkan dalam proses penelitian. Setelah semua data-data yang dibutuhkan telah terkumpul, metode terakhir yag peneliti gunakan yaitu metode deskriptif, hal tersebut berguna untuk mendeskripsikan data-data yang ada, sehingga lebih jelas dan mudah untuk dipahami pembaca maupun peneliti.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif karena penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan kata-kata ataupun kalimat atau pendeskripsian dari data tersebut yaitu leksikon perikanan di Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu.

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Melayu Kapuas Hulu, dan masih sering menangkap ikan dengan cara tradisional, yang berada Danau Sentarum Kapuas Hulu berupa aktivitas menangkap ikan yang mencakup kata dan frasa. Metode dan Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan yakni, metode cakap dengan teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik catat, dan teknik rekam.

Menurut Sudaryanto (1993:137) metode cakap meliputi teknik sebagai berikut: (1) teknik pancing, secara praktis metode cakap diwujudkan dengan cara pemancingan, peneliti untuk mendapatkan data harus memancing seseorang agar mau berbicara; (2) teknik rekam dan teknik catat, ketika peneliti melakukan kegiatan penelitian, maka peneliti secara langsung melakukan perekaman, kemudian diikuti pencatatan pada buku catatan; (3) teknik cakap semuka, kegiatan memancing agar informan mau melakukan pembicaraan pertama langsung, atau bersemuka dengan informan. Dalam hal ini, percakapan dikenali peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data selengkap-lengkapnya. Alat yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan kebutuhan seorang peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat-alat berupa intrumen wawancara dan perekam suara. Peneliti selaku instrumen kunci bertindak sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan pelapor hasil penelitian. Instrumen wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah alat tulis (buku, bulpoin), instrumen pertanyaan, serta alat rekam (handphone).

(8)

6

serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama (Mahsun, 2012:253).

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah, maka analisis data yang terdiri atas empat bagian, yaitu mengenai bentuk satuan lingual leksikon, arti leksikon, makna kultural berupa tuturan mitos, pantang larang, dan sastra lisan leksikon, dan teks suplemen bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Perikanan di Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu.

Istilah nyuluh [ɲuluh] merupakan bentuk dasar dari sebuah kata. Berdasarkan distribusinya, istilang nyuluh digolongkan sebagai morfem bebas, karena istilah nyuluh ini bisa berdiri sendiri sebagai kata tanpa dibantu oleh morfem lain dan tanpa morfem lain kata nyuluh ini memiliki arti tersendiri berdasarkan referennya. Ditinjau dari satuan gramatikalnya, istilah ini masuk kategori verba, namun tergolong ke dalam bentuk monomorfemis atau kata tunggal, karena terdiri dari satu morfem.

Adapun aktivitas nyuluh merupakan aktivitas yang dilakukan masyarakat Danau Sentarum di malam hari, nyuluh merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh masyarakat Danau Sentarum. Aktivitas ini sudah tidak asing lagi bagi mereka, karena aktivitas nyuluh ini merupakan yang paling sering masyarakat lakukan ketika malam hari. Aktivitas nyuluh ini dapat dilakukan di atas perau dengan membawa serepang. Alat yang digunakan adalah serepang [səʀəpaŋ], alat yang berbentuk lurus dan di bawahnya mempunyai 3 mata perau digunakan sebagai sarana jika ingin nyuluh. Aktivitas nyuluh tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak mengerti tentang daerah tersebut, aktivitas ini juga memerlukan keahlian khusus, apalagi jika dilakukan di atas perau [pəʀau]. Dalam membawa serepang harus hati-hati, cara melakukan aktivitas ini yaitu pertama pegang serepang di tangan yang sebelah kanan, kemudian lihat sasaran yang ingin dituju, selanjutnya tukam serepang ke arah sasaran.

Gambar 1. Aktivitas nyuluh

Alat serepang [səʀəpaŋ] merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menikam ikan yang menjadi sasaran, alat ini terbilang sederhana dari segi bentuk maupun bahannya. Bahan untuk membuat alat ini masih alami terbuat dari alam, alat yang diguanakan untuk membuat alat ini seperti bambu, kayu, dan serepang yang terdiri dari 3 mata, dan masing-masing mata tersebut memiliki pengait. Alat ini digunakan di air yang dangkal yang aliran sungainya terhubung langsung ke aliran Danau Sentarum. Biasanya masyarakat Danau Sentarum biasanya melakukan kegiatan ini pada saat malam hari, pada situasi ini ikan akan banyak timbul.

(9)

7

Komponen

Makna Ciri-Ciri

- Menikam

- Alat yang

digerakkan dengan mendayung ‘kayuh’.

4 Fungsi - Untuk mendapatkan ikan baung[bauŋ], patik [patiʔ] dan ikan lainnya.

Berikut di bawah ini gambar alat serempang untuk menangkap ikan.

Gambar 3. Alat serempang

Hasil yang didapat dari aktivitas ini beragam, biasanya aktivitas nyuluh menggunakan serempang memperoleh ikan patik [patiʔ], ikan belidak [bəlidaʔ], ikan baung [bauŋ], dan lain sebagainya. Berdasarkan ketiga jenis ikan tersebut digolongkan sebagai morfem bebas karena istilah ikan tersebut bisa berdiri sendiri sebagai kata tanpa dibantu oleh morfem lain dan istilah ikan tersebut memiliki arti tersendiri berdasarkan referennya. Ditinjau dari satuan gramatikalnya, bentuk ini tergolong ke dalam bentuk monofermis atau kata tunggal, karena terdiri dari satu morfem.

Ikan patik [patiʔ] merupakan jenis ikan air tawar yang masih bisa dijumpai di Danau Sentarum. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan konsumsi cukup banyak peminatnya, ikan ini memiliki kemiripan dengan ikan baung dan lele. Patik ini memiliki kulit yang licin, memiliki duri yang tajam, berkumis, dan

dagingnya halus. Ikan ini biasanya, ukurannya lumayan besar. Untuk menangkap ikan ini tidak memiliki batas waktu, siang dan malam jika ingin menangkap ikan ini boleh saja.

Gambar 4. Ikan patik

Ikan belidak [bəlidaʔ] merupakan hasil dari aktivitas perikanan. Ikan ini terbilang berbobot besar karena mencapai 5-10 kilogram per ekor, struktur tubuh ikan ini seperti ikan lais hanya ikan lais. Biasanya ukuran tubuhnya kecil tidak seperti belidak ini. Ikan ini memiliki sisik yang halus, belidak ini merupakan ikan air tawar. Ikan ini gak sulit didapat, dan bila dijual harganya mahal. Ikan ini bisa dikonsumsi sebagai makanan khas Kapuas Hulu yaitu kerupuk basah. Dagingnya halus, bentuk tubuhnya tipis namun lebar, ikan ini tergolong ikan yag lemah, karena ikan ini paling mudah mati dibandingkan ikan lainnya. ikan belidak merupakan ikan air tawar atau payau, ukurannya mencapai 60 cm, hidup di dasar perairan tropis dengan kedalaman 3-8 m, terbesar diperaran Asia.

(10)

8

Ikan baung [bauŋ] merupakan ikan air tawar, ikan baung memiliki kesamaan dengan ikan patik perbedaanya hanya terdapat pada besarnya tubuh. Ikan patik tubuhnya kecil sedangjkan ikan baung tubuhnya lebih besar, ikan ini merupakan salah satu yang dikonsumsi cukup banyak oleh masyarakat. Ciri fisik ikan baung memiliki kulit yang licin, memiliki duri yang tajam, berkumis, dagingnya halus, kepala memipih, besarnya ikan baung mencapai 80 kg.

Gambar 6. Ikan baung

Hasil dari menangkap ikan patik, belidak, dan baung juga bisa diproduksi menjadi olahan makanan yang khas oleh masyarakat Melayu di Kapuas Hulu, seperti kerupuk basah [kerupuʔ basah], kerupuk rangkai

[kəʀupuʔʀaŋkai], kukup[kukup].

Makanankerupuk basah[kerupuʔ basah]

merupakan makanan khas Kapuas Hulu, makanan ini sangat mudah ditemui di Kapuas Hulu karena memang masyarakat disana sering sekali membuat makanan ini. Cara membutanya siapkan daging ikan toman yang sudah digiling, campurkan daging ikan dan air secukupnya sehinga daging terserap dengan baik masukan garam, penyedap rasa secukupnya, jika ingin menggunkan bawang putih dan sahang silakan masukan bersamaan dengan garam dan penyedap rasa, setelah semunya dimasukkan, masukkan tepung sagu, buat seperti adonan setelah semuanya tercampur dengan baik lalu dibentuk dengan menggunakan tangan dengan bentuk

memanjang, masukkan ke dalam air yang sudah mendidih.

Bahan yang digunakan dalam membuat kerupuk basah yaitu tepug kanji, bawang putih, air putih, daging ikan yang sudah digiling, garam. Untuk membuat kerupuk basah ikan yang digunakan adalah ikan toman, ikan belidak, dan lain sebagainya.

Gambar 6. Olahan Makanan kerupuk basah

Makanan kerupuk rangkai [kəʀupuʔ ʀaŋkai] merupakan makanan khas Kapuas Hulu kerupuk ini awalnya kerupuk basah yang di potong tipis-tipis lalu di jemur cara pembuatan dan bahanya sama dengan membuat kerupuk basah.

Bahan yang digunakan dalam membuat kerupuk basah yaitu tepug kanji, bawang putih, air putih, daging ikan yang sudah digiling, garam.

(11)

9

Gambar 7. Olahan Makanan

kerupuk rangkai

Makanan kukup [kukup] sama seperti pengerjaannya dengan salai, perbedaan salai cuma ikan biasa yang diletakkan di atas pengasapan tanpa di beri bumbu apa-apa. Cara membuat kukup yang pertama pilih ikan yang segar lalu belah tubuh ikan, lalu siapkan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, serai yang sudah ditumbuk, setelah itu masukkan bubun tersebut tubuh ikan yang sudah dibelah tadi, letakkan diatas pengasapan, jaga jangan sampai api terlalu besar. Ikan yang digunakan untuk membuat kukup harus menggunakan ikan yang besar, seperti ikan baung, ikan patik dan lain sebagainya.

Gambar 8. Olahan Makanan kukup

Aktivitas nyuluh terdapat pantang dan larang yang tidak boleh dilanggar guna menghindari tulah (kemalangan). Adapun pantang dan larang yang tidak boleh dilanggar saat melakukan aktivitas nyuluh di Danau Sentarum adalah saat mencari ikan tidak boleh membawa bekal yang sudah dibawa saat berangkat dibawang pulang kembali ke rumah “nasik bulang balit”.

Pantang ini merupakan pantangan yang masih dipercayai sampai saat ini oleh masyarakat Danau Sentarum saat melakukan aktivitas mencari ikan dipercayai tidak boleh membawa bekal pulang lagi atau sering disebut “nasik bulang balit” jika pantangan ini dilanggar maka si nelayan tersebut akan susah dapat ikan. Menurtu kepercayaan tersebut jika nasik bulang balit, ikan tidak mau melihat manusia pelit tidak mau berbagi jika tidak habis maka makanan tersebut harus diberikan dengan ikan yang ada disekitarnya (dibuang ditempat dimana kita sedang mencari ikan. Selain pantangan “nasik bulang bait” terdapat pantangan lain seperti tidak boleh bersuara sedang mencari ikan “bepukau” berbicara sombong dengan berbohong bahwa banyak mendapat ikan, selanjutnya tidak boleh berbicara aneh saat melintasi pulau melayu nyengka utan (bertanya benda apa itu) bila melihat sesuatu yang ada sekitar pulau.

Selain pantang dan larang, ternyata dalam aktivitas menangkap ikan di Danau Sentarum, masyarakat juga masih mempercayai mitos sebagai masalah yang perlu di antisipasi guna selalu memperoleh keselamatan seperti mitos penyakit badi pada mencabut kayu yang terpatah di dalam tanah. Pada saat mencabut kayu harus perlahan-lahan jika mencabutnya terpatah, artinya ujung kayu yang tancap di tanah masih ada tersisa itu bisa mendatangkan penyakit yang namanya badi jika tidak segera diambil dari dalam tanah. Penyakit ini biasanya bisa sakit dimana-mana ditangan, kaki dan bagian kepada, cara mengobatinya harus ke dukun dengan cara menyalik. Pantangan ini masih dipercayai sampai sekarang.

(12)

10

tua zaman dahulu yang sampai sekarang masih dipercaya.

Masyarakat Melayu di Kabupaten Kapuas Hulu memang memiliki keunikan yang khas di lihat dari sisi budaya, kuliner, pantang dan larang, serta mitos sebagai daya tarik serta keberagaman yang dibanggakan masyarakat Kapuas Hulu maupun seluruh masyarakat Indonesia. Kebanggan ini juga terlihat dari sastra lisan yang menjadi cerita menarik dan diyakini masyarakat Kapuas Hulu dari dulu sampai sekarang seperti cerita “pulau melayu”, berikut transkip kronologi ceritanya secara ringkas.

Pulau melayu merupakan kawasan Danau Sentarum, pulau ini terletak ditengah danau ukurannya tidak telalu besar. Pulau ini merupakan objek wisata yang sangat digemari masyarakat. Di puncak bukit terdapat vila kosong, vila ini dibuat agar pengunjung bisa beristirahat dan menginap disana, udara di vila sangat sejuk. Selain vila terdapat makam sejarah yang ditutupi kain kuning, menurut ceritanya setempat makan yang berupa batu tersebut dapat mengabulkan permintaan dengan melempari uang logam kemudian berdo’a meminta pertolongan. Nama pulau melayu bersal dari seorang Putri Melayu, konon katanya Putri Melayu ini melarikan diri ke pulau tersebut pada saat peperangan antar suku dan Putri Melayu tinggal dipulau itu. Banyak masyarakat beranggapan bahwa makan yang ada dipuncak Pulau Melayu merupakan makam Putri Melayu. Selain cerita daerah “pulau melayu” terdapat cerita daerah lain yaitu “bukit tekenang” yang dimiliki masyarakat Kapuas Hulu.

Hasil penelitian ini dapat disisipkan pada pembelajaran di sekolah yaitu dipelajari pada tingkat SMP kelas VII (Ganjil) dalam pengajaran Kurikulum 2013 yaitu ranah kognitif pada KD 3.1 memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif Danau Sentarum, dan KD 4.1 menangkap makna teks prosedur olahan makanan kerupuk basah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas nyuluh

[ɲuluh] merupakan bentuk dasar dari sebuah kata. Berdasarkan distribusinya, istilah nyuluh digolongkan sebagai morfem bebas, karena istilah nyuluh ini bisa berdiri sendiri sebagai kata tanpa dibantu oleh morfem lain. Aktivitas nyuluh [ɲuluh] merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Kapuas Hulu untuk menyebut aktivitas menangkap ikan dengan melemparkan benda runcing yang disebut alat serempang [səʀəpaŋ pada ikan yang terlihat di dalam air. Aktivitas nyuluh juga menggunakan perau[pəʀau] sebagai alat transportasiya.

Aktivitas nyuluh muncul 2 leksem alat yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dari masing-masing leksem tersebut semua leksem tergolong ke dalam bentuk kata monofermis atau kata tunggal dengan kategori nomina. Adapun aktivitas nyuluh juga muncul 3 leksem hasil berupa istilah ikan patik [patiʔ],

ikan belidak [bəlidaʔ], dan ikan baung

[bauŋ, ketiga leksem ini termasuk ke dalam kata tunggal atau monofernemis dengan kategori nomina. Hasil dari menangkap ikan tersebut juga bisa diproduksi menjadi olahan makanan yang khas oleh masyarakat Melayu di Kapuas Hulu, seperti kerupuk basah

[kerupuʔ basah], kerupuk rangkai [kəʀupuʔ

ʀaŋkai], kukup[kukup].

Berdasarkan aktivitas menangkap ikan di Danau Sentarum memiliki tiga pantangan dengan dua mitos serta dua sastra lisan. Implementasi hasil penelitian ini dapat disisipkan pada pembelajaran di sekolah yaitu dipelajari pada tingkat SMP kelas VII (Ganjil) dalam pengajaran Kurikulum 2013 yaitu ranah kognitif pada KD 3.1 memahami teks deskripsi “Danau Sentarum” dan KD 4.1 menangkap makna teks prosedur “Membuat Kerupuk Basah”.

Saran

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat diterima dengan baik sebagai referensi penelitian sejenisnya, dan semoga dapat menjadi inventarisasi budaya yang berakar dari tradisi menangkap ikan di Danau Sentarum oleh masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu.

(13)

11

diimplementasikan guna meningkatkan integeritas (mutu atau nilai) di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Proses Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Alloy, Sujarni dkk.. 2007. Mozaik Dayak di Kalimantan Barat. Institut Dayakologi: Pontianak.

Bawa, I Wayan dan I Wayan Cika. 2004. Bahasa dalam Perspektif Kebudayaan. Universitas Undayana: Denpasar

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta. Djajasudarma, T. Fatimah. 2012. Semantik:

Makna Leksikal dan Makna Gramatikal. Bandung: PT Refika Aditama.

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Kompas Gramedia: Jakarta. Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa.

Rajawali Pers: Jakarta.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. PODA: Medan.

Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Cakrawala Media: Surakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Tehnik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Duta Wacana University Press: Yogyakarta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta: Bandung.

(14)

Gambar

Gambar 1. Aktivitas nyuluh
Gambar 5. Ikan belidak
Gambar 6. Olahan Makanan
Gambar 7. Olahan Makanan  kerupuk rangkai

Referensi

Dokumen terkait

kerja karyawannya yang telah termasuk tinggi sehingga di kemudian hari dapat meningkatkan kinerjanya; (3) Karena berdasarkan hasil penelitian ini locus of control memiliki

Variabel moderat adalah variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara variabel

Kategori pertama disebut sebagai “core values”, yaitu terkait dengan manfaat yang diperoleh perguruan tinggi melalui implementasi TIK yang berkaitan langsung dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeteksi keberadaan bakteri coliform pada insang, usus, daging dan kulit ikan sapu-sapu dari 3 lokasi berbeda (Sungai

Kantor Urusan Agama Kecamatan Batealit beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu penulis memperoleh

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni penelitian akan mengungkapkan masalah-masalah aktual yang berkenaan dengan

ini hanya melukiskan atau menggambarkan peraturan perundangan- undangan yang berlaku yang dikaitkan dan dianalisa dengan teori-teori ilmu hukum dan suatu keadaan

Penerapan metode pembelajaran reciprocal teaching pada kelas VIIIB didapatkan hasil rata-rata skor (7,23) lebih tinggi dibanding dengan kelas VIII C yang menggunakan