• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket ( HTB ): studi kasus SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket ( HTB ): studi kasus SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen

Bandwidth

dengan Menggunakan

Metode

Hierarchical

Token Bucket

(

HTB

)

(Studi Kasus : SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang)

Artikel Ilmiah

Oleh:

Swaghora Pramudita (672009004) Radius Tanone, S.Kom., M.Cs

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

(2)

ii

Manajemen

Bandwidth

dengan Menggunakan

Metode

Hierarchical

Token Bucket

(

HTB

)

(Studi Kasus : SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh:

Swaghora Pramudita (672009004) Radius Tanone, S.Kom., M.Cs

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Manajemen

Bandwidth

dengan Menggunakan

Metode

Hierarchical Token Bucket

(

HTB

)

(Studi Kasus : SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang)

1) Swaghora Pramudita, 2)Radius Tanone

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Email: 1)[email protected], 2)[email protected]

Internet takes an important part in teaching and learning activities at school. Bandwidth management was not apply on SMPN 1 Susukan Semarang, this causing some client can get the amount of bandwidth not in order. Bandwidth management has a big impact for the entire computer to get the same amount of bandwidth with use HTB method. Design method that use in this research was PPDIOO method. PPDIOO including prepare, plan, design, operate and optimize. The result for applying HTB method is bandwidth can be divided with same amount of each client suitable with their needs according to limit at and max limit that has been made. QoS made the use of bandwidth become work well. The conclusion, network in SMPN 1 Susukan is good after the implement of bandwidth management with HTB method.

Keywords: Bandwidth, HTB, QoS, PPDIOO.

Abstrak

Internet berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jaringan pada SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang belum diterapkan manajemen bandwidth sehingga beberapa komputer client bisa menggunakan bandwidth dengan tidak beraturan. Manajemen bandwitdh berperan penting supaya semua komputer client mendapat jatah bandwidth sesuai dengan prioritas untuk setiap client di SMPN 1 Susukan dengan menerapkan metode HTB. Metode perancangan sistem menggunakan metode PPDIOO yang terdiri dari prepare, plan, design, implement, operate, dan optimize. Hasil manajemen bandwidth yang diperoleh dengan menggunakan metode HTB, bandwidth dapat terbagi sesuai dengan prioritas untuk setiap komputer client berdasarkan konfigurasi limit at dan max limit yang telah dibuat. QoS berjalan dengan baik untuk menjaga kualitas bandwidth yang tersedia, sehingga kegunaan bandwidth lebih optimal. Dapat diambil kesimpulan jika jaringan pada SMPN1 Susukan tergolong bagus setelah diterapkan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB.

Kata Kunci: Bandwidth, HTB, QoS, PPDIOO.

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga

(11)

1

1. Pendahuluan

Di era globalisasi saat ini internet menjadi kebutuhan yang penting untuk menunjang kehidupan sehari – hari dalam mencari berbagai informasi. Terbatasnya bandwidth yang disediakan oleh operator internet memaksa para pengguna untuk pintar menggunakan jatah bandwidth yang tersedia. Bandwidth

adalah ukuran yang menunjukkan seberapa banyak data yang dapat dilewatkan dalam sebuah network. Besar bandwidth pada jaringan akan mempengaruhi kecepatan jaringan dalam melakukan sebuah proses transfer data ke internet [1].

Manajemen bandwidth menjadi hal yang sangat diperlukan bagi jaringan multi layanan, karena semakin banyak dan bervariasinya aplikasi yang dapat dilayani oleh suatu jaringan berpengaruh pada penggunaan link dalam jaringan tersebut. Manajemen bandwidth sangat dibutuhkan untuk mengatur

bandwidth yang tersedia supaya setiap client bisa mendapatkan bandwidth sesuai

dengan kebutuhan masing-masing client [2].

Dalam penelitian ini terdapat masalah jaringan internet di SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang karena belum diterapkan manajemen bandwidth. Beberapa komputer client pada sekolah tersebut dapat menggunakan bandwidth dengan tidak beraturan sehingga mengganggu client lain yang akan menggunakan

internet. Menurut kepala sekolah SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang masalah

yang diakibatkan membuat proses administrasi sekolah menjadi terganggu. Sering kali kepala sekolah merasa jaringan internet lambat ketika akan download data dari dinas pendidikan. Masalah internet yang terjadi tidak hanya dirasakan oleh kepala sekolah tetapi juga para pengguna internet yang lain yaitu petugas dapodik sekolah, guru, dan siswa. Petugas Dapodik sekolah memerlukan internet yang cepat untuk menyelesaikan segala administrasi sekolah seperti bantuan operasional sekolah (BOS), data pokok pendidikan, dan mengakses informasi dari dinas pendidikan dan kebudayaan yang harus dilakukan secara online. Guru memerlukan internet yang stabil untuk mencari materi pengajaran di sekolah.

Internet juga sangat berperan penting untuk menunjang kegiatan siswa dalam

mencari tugas yang diberikan oleh guru. Tetapi ketika semua client menggunakan

internet secara bersamaan bandwidth terbagi tidak merata sehingga ada yang

mendapat akses internet yang cepat tetapi ada juga yang mendapat akses internet

yang lambat. Jaringan internet yang lambat akan mengganggu seluruh kegiatan yang berkaitan dengan internet di SMPN 1 Susukan dan mengakibatkan tugas tidak dapat dilakukan tepat waktu. Hal ini terjadi karena tidak adanya pengaturan manajemen bandwidth pada sekolah tersebut sehingga bandwidth yang tersedia habis terpakai oleh sebagian client. Pihak sekolah menginginkan bandwidth yang tersedia dapat terbagi berdasarkan kebutuhan untuk masing-masing client.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka ditemukan solusi untuk menyelesaikan masalah bandwidth yang terjadi di SMPN 1 Susukan dengan menerapkan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical

Token Bucket (HTB) supaya bandwidth yang tersedia dapat terbagi sesuai dengan

kebutuhan masing-masing client. HTB dipilih karena mempunyai kelebihan dalam pembatasan trafik pada setiap level maupun klasifikasi, sehingga

(12)

2

dipinjam oleh level yang lebih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang suatu sistem manajemen bandwidth dengan memanfaatkan metode

Hierarchical Token Bucket (HTB) untuk menyelesaikan masalah bandwidth yang

terdapat di SMPN 1 Susukan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengatur manajemen bandwidth sesuai dengan kebutuhan setiap client di SMPN1 Susukan mulai dari kepala sekolah, operator dapodik, guru dan siswa guna menunjang kegiatan selama di Sekolah. Sehingga membantu terwujudnya sistem jaringan

internet yang efektif. Quality of servise (QoS) digunakan sebagai parameter untuk

melihat seberapa baik manajemen bandwidth yang telah diterapkan pada jaringan di SMPN 1 Susukan yang difokuskan pada pengukuran parameter delay, packet

loss, dan throughput. Hasil yang diharapakan adalah agar kepala sekolah, operator

dapodik, maupun pengguna internet yang lain mendapatkan akses internet yang optimal guna menunjang kegiatan selama di Sekolah.

2. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti jurnal oleh Tafaul yang berjudul Os Mikrotik sebagai Manajemen Bandwidth dengan Menerapkan Metode Per Connection Queue (PCQ). Bandwidth bisa dibagi secara otomatis oleh sistem dan batasan limit apabila bandwidth digunakan hanya oleh satu client bisa mencapai keseluruhan bandwidth yang ada. Hasil yang diperoleh adalah selama melakukan pengujian terhadap bandwidth, masing-masing client lokal bisa memperoleh bandwidth secara adil. Alokasi bandwidth

menuju jaringan lokal bisa terbatasi dengan baik pada saat client melakukan aktivitas download maupun upload, baik pada saat client lokal melakukan aktivitas download menggunakan download manajer [3].

Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Haimi, dkk berjudul Pengaturan Pemakaian Bandwidth Menggunakan Mikrotik Bridge di Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Syiah Kuala. Peneliti membuat desain topologi menggunakan mikrotik sebagai bridge dengan menempatkanya diantara

server dengan client untuk menjembatani proses pertukaran data. Penelitian ini

bertujuan untuk meneliti pengaruh penggunaan mikrotik bridge terhadap manajemen pemakaian bandwidth dengan melakukan analisa terhadap besar pemakaian bandwidth yang diterima client. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah penggunaan mikrotik tidak hanya dapat mengatur penggunaan

bandwidth yang sama, tetapi juga bisa mengoptimalkan penggunaan bandwidth

dengan mengaturnya sedemikian rupa sebagaimana yang diinginkan [4].

Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Darwanto dkk dengan judul Manajemen Bandwitdh Jaringan Komputer menggunakan Metode Hierarchical

Token Bucket (HTB) pada PC router berbasis linux yang membahas tentang

kebutuhan akan manajemen bandwitdh yang baik dengan dirancangnya manajemen bandwidth. Hasil yang diperoleh adalah dengan menerapkan HTB

(13)

3

sedang digunakan seperti ditunjukkan pada pengujian setelah diterapkannya manajemen bandwidth [5]. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang terdapat pada pengoprasian mikrotik untuk memaksimalkan pembagian bandwidth sesuai dengan kebutuhan setiap client, dan penambahan

Quality of servise (QoS) sebagai parameter untuk melihat seberapa baik

manajemen bandwidth yang telah diterapkan pada jaringan di SMPN 1 Susukan. Manajemen bandwidth akan membatasi penggunaan bandwidth jaringan

internet danberperan penting supaya bandwidth dapat terbagi secara merata untuk

semua client. Pada jaringan internet yang belum diterapkan manajemen

bandwidth, ketika salah satu client menggunakan bandwidth secara penuh, client

yang lain akan mengalami antrian permintaan paket data dan mendapatkan

bandwidth ketika permintaan paket data dari client pertama terpenuhi. Hal ini

dapat mengganggu client lain dan mengganggu kinerja dari jaringan internet itu sendiri. Hierarchical Token Bucket atau yang disingkat dengan (HTB) adalah metode yang digunakan untuk mengatur pembagian bandwidth yang dilakukan secara hirarki dan dibagi-bagi kedalam kelas sehingga mempermudah pengaturan

bandwidth. Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan teknik penjadwalan

paket yang sering digunakan bagi router berbasis linux, dan dikembangkan pertama kali oleh Martin Devera [6].

Hierarchical Token Bucket mempunyai parameter-parameter penyusun

antrian yaitu rate dan ceil. Rate menentukan bandwidth maksimum yang dapat

bandwidth maksimum untuk kelas yang diijinkan untuk menggunakannya.

Bandwidth yang digunakan antara rate dan ceil meminjam dari suatu kelas parent.

Jumlah kelas child dapat dibuat di bawah kelas parent, dimana dapat dialokasikan berapa jumlah bandwidth yang tersedia dari kelas parent. Di dalam kelas child, diimplementasikan dengan cara tidak mengijinkan proses peminjaman bandwidth pada saat kelas telah melampaui link. Apabila nilai ceil sama dengan nilai

base link, maka akan memiliki fungsi yang sama seperti parameter bounded

(14)

4 menyebabkan TBF akan menutup alirannya untuk sementara. Hal ini dinamakan situasi overlimit. Jika paket-paket tetap datang, maka paket-paket akan segera dibuang [9].

Quality of Service (QoS) mengacu pada kemampuan jaringan untuk

menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. Quality of Service (QoS) menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan jaringan yang disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif [10].

Mekanisme Quality of servise (QoS) mampu memprediksi bandwidth,

latency, dan jitter. Kemudian mencocokan dengan kebutuhan aplikasi yang

(15)

5

prioritas berdasarkan policy yang berlaku di jaringan. Komponen-komponen dari

Quality of servise (QoS) adalah delay, jitter, packet loss, dan throughput. Delay

merupakan total waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket data terhitung dari saat pengiriman oleh transmitter sampai diterima oleh receiver melalui sebuah jaringan. Jitter adalah variasi dari delay yang diakibatkan oleh perbedaan selang waktu kedatangan antar paket. Packet loss, merupakan jumlah paket yang hilang saat pengiriman paket data ke tujuan. Dalam suatu jaringan packet loss akan selalu mempunyai nilai dengan satuan persen (%). Throughput adalah laju data yang dikirim melalui jaringan. Througput merujuk pada besar data yang dibawa oleh trafik jaringan. Througput diukur dengan cara menghitung bytes yang dikirim selama rentang waktu tertentu [11].

3. Metode Perancangan Sistem

Penelitian ini mengkaji mengenai manajemen bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan metode PPDIOO yang dikembangkan oleh Cisco system (Cisco,2005). PPDIOO merupakan metode analisis pengembangan jaringan komputer yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan komputer. Tahap yang terdapat dalam metode PPDIOO adalah: prepare,

plan, design, implement, operate, dan optimize. Berikut adalah desain penelitian

yang dilakukan dengan judul “Manajemen Bandwidth dengan Metode

Hierarchical Token Bucket (HTB) Studi Kasus di SMPN 1 Susukan Kabupaten

Semarang”. PPDIOO dapat ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Metode PPDIOO (Cisco System.Inc)

Tahap penelitian pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama adalah tahap prepare atau tahap mempersiapkan segala aspek untuk kepentingan penelitian, mulai dari persiapan bahan, alat dan juga strategi pengembangan jaringan. Ditahap ini dilakukan pengecekan kondisi jaringan pada SMPN 1 Susukan dengan meliputi pengecekan server, client, dan besar

(16)

6

Tahap kedua adalah tahap plan. Di tahap ini dilakukan perancangan sistem pada jaringan dengan mengidentifikasi kebutuhan awal jaringan. Kebutuhan awal jaringan meliputi tujuan, fasilitas dan kebutuhan client. Besar bandwidth akan dibagi berdasarkan prioritas penggunaan internet untuk masing-masing client

seperti pada Tabel 1. Hardware yang akan digunakan adalah dengan menggunakan mikrotik routerboard Rb 750.

Tabel 1 Pembagian Bandiwdth

PC Perpustakaan1 250 kbps 3 Mbps

PC perpustakaan2 250 kbps 3 Mbps

Tahap ketiga adalah tahap design dimana pada tahap ini dilakukan penataan hardware dan topologi jaringan pada SMPN 1 Susukan. Manajemen

bandwidth dilakukan agar para pengguna internet di SMPN 1 Susukan dapat

mengakses internet dengan jatah bandwidth sesuai dengan prioritas untuk setiap

client.

Gambar 3 Topologi Jaringan pada SMPN 1 Susukan sebelum penerapan metode HTB

Gambar 3 menunjukkan topologi jaringan pada SMPN 1 Susukan sebelum diterapkan manajemen bandwidth. Internet menggunakan ISP speedy dengan

bandwidth sebesar 3Mbps, bandwidth dibagikan melalui switch kepada komputer

client. Setelah dilakukan manajemen bandwidth dengan metode Hierarchical

Token Bucket (HTB) terdapat penambahan mikrotik rb750 yang digunakan untuk

(17)

7

Gambar 4 Topologi Jaringan pada SMPN 1 Susukan sesudah penerapan metode HTB

Tahap yang keempat adalah tahap implement yang merupakan tahap yang paling penting dimana di tahap implement sangat menentukan berhasil atau tidaknya perancangan jaringan baru yang telah dibuat. Tahap implementasi adalah tahap dimana metode Hierarchical Token Bucket (HTB) diimplementasikan pada jaringan di SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang. Tahap implementasi di Gambarkan melalui flowchart dan dijelaskan pada Gambar 5.

(18)

8

Pertama kali tahap yang dilakukan adalah melihat letak lokasi hardware

pada SMPN 1 Susukan. Langkah selanjutnya melakukan desain jaringan yang akan digunakan. Setelah desain jaringan kemudian masuk ketahap implementasi jaringan dengan menerapkan metode Hierarchical Token Bucket (HTB).

Tahap selanjutnya adalah tahap kelima yaitu operate. Di tahap ini merupakan fase dilakukannya uji coba sistem yang dijalankan secara nyata. Dalam tahap ini akan diketahui apakah rancangan yang dibuat sudah benar-benar sesuai dengan rancangan yang telah didesain yaitu manajemen bandwidth dengan metode Hierarchical Token Buket (HTB).

Tahap terakhir adalah tahap optimize atau tahap mengidentifikasi dan menganalisis masalah sebelum masalah baru yang muncul dikemudian hari yang ditakutkan akan mempengaruhi proses jaringan. Dilakukan analisa untuk melihat pembagian bandwidth yang telah dikonfigurasi apakah telah berjalan baik. Apabila masih terdapat permasalahan maka akan dilakukan pengecekan pada konfigurasi yang telah dibuat dan melakukan perbaikan sehingga pembagian

bandwidth sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

4. Hasil dan Pembahasan

Manajemen bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical Tocken

Bucket pada SMPN 1 Susukan berjalan sesuai dengan topologi jaringan yang telah

dibuat. Langkah pertama dalam melakukan manajemen bandwidth adalah dengan mengkonfigurasi TCP/IP melalui windbox. Konfigurasi IP digunakan untuk mengatur komputer client sehingga dapat terhubung kedalam jaringan.

Gambar 6 Konfigurasi IP

Gambar 6 merupakan IP yang digunakan pada jaringan di SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang. Alamat IP yang digunakan adalah IP kelas C.

Netmask yang digunakan adalah 255.255.255.0. IP address kelas C digunakan

(19)

9

sekolah. Konfigurasi IP address pada Gambar 6 menunjukkan alamat IP yang digunakan untuk koneksi internet adalah eth1 dengan IP 192.168.1.71/24. Sedangkan eth2 menggunakan alamat IP 192.168.100.1/24 yang ditujukan untuk pemberian alamat lokal pada komputer client yang akan terhubung kedalam jaringan internet.

Route list merupakan jalur jaringan dimana IPinternet dan IP lokal diatur.

Setting route list berguna agar IP lokal dapat terhubung kedalam jaringan internet.

Setting gateway digunakan untuk menghubungkan jaringan internet dan jaringan

lokal. Gateway digunakan untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan satu atau lebih jaringan komputer yang menggunakan protokol komunikasi yang berbeda sehingga informasi dari satu jaringan komputer dapat diberikan kepada jaringan komputer lain.

Gambar 7 Firewall Mangle

Konfigurasi firewall mangle pada Gambar 7 berfungsi membuat mark

packet pada paket-paket data yang akan masuk ke dalam router untuk menandai

paket download dan upload. Konfigurasi pada download menggunakan chain

postrouting dan untuk upload menggunakan chain prerouting. Langkah

selanjutnya adalah membuat konfigurasi mangle rule seperti pada Gambar 8.

(20)

10

Konfigurasi mangle rule pada Gambar 8 setiap client akan disesuaikan sesuai dengan konfigurasi download dan upload. Untuk setiap action dan new

packet mark disesuaikan dengan IP setiap client. Packet mark bekerja dengan

mengenali paket yang didapatkan dari connection mark. Client download

mengggunakan chain postrouting sedangkan untuk client upload chain yang digunakan adalah prerouting. Setiap client yang terhubung kedalam jaringan harus dikonfigurasi mangle rulenya, sehingga pada queue tree dapat dikonfigurasi

download dan upload untuk masing-masing client. Langkah selanjutnya adalah

membuat queue. Queue sangat berperan penting karena pada tahap inilah pembagian bandwidth akan dikonfigurasi. Setting Queue dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Queue Tree

Setiap queue dapat menjadi parent untuk queue yang lain. Parent queue

hanya memerlukan konfigurasi max-limit dan tidak membutuhkan parameter

limit-at. Konfigurasi parent queue yang terdapat di SMPN 1 Susukan dibuat

berdasarkan besar bandwidth yang dimiliki yaitu 3 Mbps. Queue untuk komputer

client akan dibedakan berdasarkan prioritas untuk masing-masing komputer

client, dimana pada PC Kepala Sekolah mendapatkan limit at 500 kbps, PC

Dapodik1 400 kbps, PC Dapodik2 400 kbps, PC Dapodik3 400 kbps, PC Guru1 400 kbps, dan PC Guru2 400 kbps, sedangkan Perpus1, dan Perpus2 masing-masing mendapatkan limit bandwidth 250 kbps, sedangkan max-limit untuk semua komputer client sama yaitu 3 Mbps.

Hal ini bertujuan supaya pembagian bandwidth sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing client di SMPN 1 Susukan. Setiap komputer client

mendapat jatah bandwidth masing-masing, sehingga tidak akan terjadi lagi komputer client yang dapat menggunakan bandwidth secara tidak beraturan.

Limit at diperoleh berdasarkan prioritas untuk setiap client sedangkan nilai dari

(21)

11

Gambar 10 Monitoring Client dengan HTB

Pada Gambar 10 dapat dijelaskan pada All-Download menggunakan

global-out dan All-Upload menggunakan global-in dikarenakan mikrotik

menghadap ke client sehingga konfigurasi untuk global-in adalah untuk upstream

dari client, sedangkan global-out untuk downstream ke arah client. Dapat dilihat setelah dilakukan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode

Hierarchical Token Buket (HTB) pembagian bandwidth telah sesuai untuk semua

komputer client, tidak terjadi lagi adanya client yang bisa memonopoli penggunaan bandwidth. Besar bandwidth 3 Mbps dapat terbagi rata berdasarkan

max-limit dan limit-at untuk masing-masing client dimana pada PC Kepala

Sekolah mendapatkan limit at 500 kbps, PC Dapodik1 400 kbps, PC Dapodik2 400 kbps, PC Dapodik3 400 kbps, PC Guru1 400 kbps, dan PC Guru2 400 kbps, sedangkan Perpus1, dan Perpus2 masing-masing mendapatkan limit bandwidth 250 kbps, sedangkan max-limit untuk semua komputer client sama yaitu 3Mbps. Setiap komputer client dapat menggunakan semua bandwidth yang tersedia yaitu 3 Mbps apabila bandwidth sedang tidak digunakan oleh komputer client lain.

Kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui berapa nilai dari delay,

packet loss, dan throughput yang terdapat di SMPN 1 Susukan. Perhitungan

dilakukan dengan bantuan software Axence NetTools Profesional. Perhitungan

(22)

12

Gambar 11 Grafik perolehan Delay sebelum dan sesudah HTB

Berdasarkan grafik pada Gambar 11 dapat diketahui jika nilai delay

sebelum diterapkan konsep HTB tergolong tinggi, hal ini disebabkan oleh karena

bandwidth yang ada sudah dipakai untuk memenuhi user yang membutuhkan

bandwidth yang besar, sehingga client yang lain mengalami delay atau antrian

paket data. Setelah metode HTB diterapkan terjadi penurunan nilai delay untuk masing-masing client dimana rata-rata delay sebelum HTB 276 ms menjadi 233 ms, penurunan delay terjadi karena bandwidth yang tersedia telah terbagi secara optimal untuk masing-masing client sehingga antrian paket data dapat dihindari.

Tabel 3 Pengukuran Packet Loss

(23)

13

Gambar 12 Grafik perolehan Packet Loss

Berdasarkan Gambar 12 dijelaskan jika sebelum diterapkan manajemen

bandwidth dapat diketahui jika jumlah packet loss yang hilang memperoleh nilai

yang tinggi, client berlomba untuk mendapatkan bandwidth dimana client yang lain akan mendapatkan paket data setelah permintaan client pertama terpenuhi.

Packet loss yang tinggi akan berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi

data akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah

bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Setelah manajemen

bandwidth dengan menggunakan metode HTB diterapkan, terjadi penurunan nilai

packet loss untuk setiap client dikarenakan setiap client sudah memiliki jatah

bandwidth sendiri sehingga tidak perlu menunggu paket data client lain terpenuhi.

Terjadi penurunan packet loss dimana sebelum HTB rata-rata perolehan nilai

packet loss 7 % turun menjadi 3 % Dapat dilihat terjadi penurunan packet loss

yang signifikan terdapat pada PC Guru 2 dimana sebelum diterapkan manajemen

bandwidth nilai packet loss dari 8% turun menjadi 2%.

(24)

14

Gambar 13 Grafik perolehan ThroughputHTB

Berdasarkan Gambar 13 dapat diketahui jika grafik throughput sebelum diterapkan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB, client

memiliki nilai throughput berdasarkan kondisi bandwidth yang terjadi dimana diperoleh tanpa adanya batasan bandwitdh. Setelah manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB diterapkan throughput setiap client akan terkontrol berdasarkan kondisi limit-at dan max-limit yang telah diterapkan. Setelah HTB

diterapkan terjadi peningkatan rata-rata throughput dari 345 kbps menjadi 367 kbps.

Gambar 14 Grafik perbedaan sebelum dan seduah HTB

Berdasrkan grafik pada Gambar 14 dapat disimpulkan jika perolehan nilai

delay akan berpengaruh tehadap besar throughput yang diperoleh masing-masing

client. Semakin kecil delay yang diperoleh client semakin besar throughput yang

didapat, tetapi apabila delay yang didapat besar maka throughput yang akan diperoleh kecil. Jaringan akan semakin optimal jika mendapatkan delay dan

packet loss yang kecil dan throughput yang besar. Dari hasil yang telah diperoleh

menunjukkan terjadi peningkatan kualitas jaringan di SMPN 1 Susukan karena dari data yang telah dipeoleh menunjukkan penrunan nilai delay dan packet loss

(25)

15

5. Simpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dengan menerapkan manajemen

bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada

SMPN 1 Susukan dapat disimpulkan bahwa, penggunaan bandwidth oleh komputer client yang sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan client sekarang penggunaan bandwidth sudah sesuai berdasarkan kebutuhan setiap client.

Bandwidth yang terdapat pada SMPN 1 Susukan dapat berjalan sesuai dengan

konfigurasi limit at dan max limit yang telah dibuat dan dapat berjalan baik untuk semua komputer client. Dimana pada PC Kepala Sekolah mendapatkan limit at

sebesar 500 kbps, PC Dapodik1, PC Dapodik2, PC Dapodik3, PC Guru1, dan PC Guru2 mendapatkan limit at sebesar 400 kbps, sedangkan Perpus1, dan Perpus2 mendapatkan limit bandwidth sebesar 250 kbps, dimana semua komputer client

memiliki max-limit bandwidth yang sama sebesar 3Mbps. Hasil dari perolehan analisa qos menunjukan terjadi penurunan nilay delay dan packet loss setelah manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB diterapkan, qos

berjalan baik untuk menjaga kualitas bandwidth yang tersedia, sehinga bandwidth

dapat lebih optimal dalam kegunaanya. Saran untuk penelitian selanjutnya, untuk memudahkan pengaturan bandwidth sebaiknya menggunakan bandwidth yang lebih besar, bisa dengan menambah jaringan internet kemudian dilakukan load

balancing agar bandwidth yang tersedia lebih optimal.

6. Daftar Pustaka

[1] Smartclick. 2014.Arti dan Pengertian

Bandwidth.http://www.g-excess.com/2010/10/06/arti-dan-pengertian-bandwidth.html.(Diakses

tanggal 11 Juli 2014).

[2] Anwar & Nahar. 2011. Penerapan Sistem Scheduler pada Manajemen

Bandwidth Menggunakan MikroTik RouterOS. Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

[3] Mujahidin, Tafaul. 2011. Os Mikrotik sebagai Manajemen Bandwidth

dengan Menerapkan Metode Perconnection Queue. STIMIK AMIKOM

Yogyakarta.

[4] Gani, Taufiq & Ardiansyah, Haimi. 2010. Pengaturan Pemakaian

BandwidthMenggunakan Mikrotik Bridge. Universitas Syiah Kuala.

[5] Qustoniah, Anis & Darwanto. 2011. Manajemen Bandwidth Jaringan Komputer Menggunakan Metode HTB pada PC Router Berbasis Linux.

[6] Nugroho, Bunafit. 2005 .Instalasi & Konfigurasi Jaringan Windows

&Linux. Yogyakarta.

[7] Irfan, Mochamad. 2010. Penerapan Bandwidth Management

menggunakan metode HTB di PT. Neuronworks. Politeknik Telkom

Bandung.

[8] Saniya, Yoga dkk. 2013. Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client.

[9] Arifin, Yunus. 2012. Implementasi Quality of Seervice dengan Metode

(26)

16

[10] Riadi, Iman & Wicaksono Wahyu. 2011. Implementasi QOS

menggunakan metode HTB. Universitas Ahmad Dahlan.

Gambar

Gambar 1 Token Bucket Filter
Gambar 2 Metode PPDIOO (Cisco System.Inc)
Tabel 1 Pembagian Bandiwdth
Gambar 4 Topologi Jaringan pada SMPN 1 Susukan sesudah penerapan metode HTB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kekurang,an nutrien pada ayam periode G3 minggu diantaranya disebabkan oleh rendalnya konsumsi ransum dari ayam ysng diberi t€pung daun pisang (Gambar 2). Sifat tepung

Penelitian lapangan adalah melakukan penelitian dilapangan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi informan yang berada dilokasi yang

Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan

Rencana Pengamanan (security planning) merupakan susunan strategi yang diterapkan untuk mengurangi kelemahan dan menurunkan potensial ancaman dan risiko yang terkait

3 sudah bisa merasakan kualitas yang ada pada produk sepeda motoryang mereka beli, dan kualitas yang dirasakan konsumen tentunya tidak lepas dari rasa

Breast Cancer Overview: Risk Factors, Screening, Genetic Testing, and Prevention - Cancer Network.. Cancer Management;

(3) Selain dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah kabupaten/kota menyediakan bahan-bahan pedoman persyaratan pokok untuk membangun rumah

Solusi optimal dari output Integer Linier Programming diatas merupakan penjadwalan perawat yang lebih baik untuk diterapkan pada ruang rawat inap penyakit