7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.Kajian Teori
2.1.1. Matematika Sekolah Dasar
Amir (2016) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang diciptakan oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir peserta didik dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Menurut Hans Freudental (dalam Dani, 2012), matematika merupakan aktivitas insani yang harus dikaitkan dengan realistis sehingga, matematika adalah cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada serta tidak terlepas dari aktivitas insani tersebut.
2.1.2. Keterampilan Origami
Menurut Lang (1998), origami berasal dari bahasa bahasa Jepang kuno, gabungan dari kata ori (melipat) dan kami (kertas). Jika kedua kata itu digabungkan, terdapat sedikit perubahan yang tidak merubah artinya. Dari kata
kami menjadi gami, sehingga bukan orikami tetapi origami, yang artinya melipat kertas. Origami adalah seni melipat kertas menjadi berbagai bentuk yang dekoratif.
Menurut Sumantri (2005), melipat pada hakekatnya merupakan keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat lem serta membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian dan kerapian, di dalam kegiatan melipat jika disajikan dengan minat anak yang akan memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak.
Kesimpulannya keterampilan origami atau melipat kertas merupakan sebuah kegiatan melipat kertas menjadi bentuk baru yang dapat digunakan untuk melatih kreatifitas dan ketelitian peserta didik. Dalam hal ini keterampilan melipat kerta dipilih sebagai sarana dalam pembelajaran geometri matematika sekolah dasar karena menyajikan pengalaman baru untuk peserta didik dalam mempelajari geometri, dimana siswa membuat sendiri bangun-bangun datar yang akan dipelajari.
2.1.3. Buku Ajar
Menurut Mintowati (2003), buku ajar merupakan salah satu sarana keberhasilan proses belajar mengajar. Buku ajar merupakan suatu kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan serta evaluasi. Buku ajar yang tersusun secara sistematis akan mempermudah peserta didik dalam materi sehingga mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, buku ajar harus disusun secara sistematis, menarik, aspek keterbacaan tinggi, mudah dicerna, dan mematuhi aturan penulisan yang berlaku.
bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan intruksional dilengkapi dengan sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah sehingga menunjang suatu program pengajaran (Bonita, 2014).
Definisi lain menurut KBBI, buku adalah beberapa lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan untuk dipelajari atau kosong untuk menuliskan sesuatu. Sedangkan ajar adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti, sehingga buku ajar adalah beberapa lembar kertas yang berjilid menjadi satu dan berisi tentang pentunjuk untuk orang agar diketahui atau dituruti.
Dapat disimpulkan bahwa buku ajar merupakan sebuah buku yang terdiri dari beberapa lembar kertas dan berisi tentang informasi tentang sebuah studi yang dapat digunakan untuk sarana pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
2.1.4. Pengembangan Buku Ajar
Menurut KBBI, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu yang telah ada atau sesuatu yang baru. Sedangkan menurut Dariyadi (2017), pengembangan dalam pengertian disini adalah sesuatu yang belum ada menjadi ada atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada.
Pengembangan buku ajar merupakan sebuah proses mengembangkan sebuah buku pengetahuan baik itu yang sudah ada atau yang belum ada dan menjadikannya sebuah buku ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini pengembangan buku ajar yang dimaksud adalah mengembangkan buku ajar matematika dengan berbasis keterampilan origami untuk materi geometri. Dapat dikatan pengembangan karena sebelumnya belum ada buku ajar yang menggunakan keterampilan origami dalam pembelajaran geometri untuk matematika di sekolah dasar. Hal ini dirasa baru sehingga peneliti akan mengembangkan buku ajar tersebut.
1. Dimulai dengan pemahaman sesuatu yang konkrit menuju ke pemahaman sesuatu yang abstrak.
2. Perlu adanya pengulangan suatu pembehasan agar menguatkan pemahaman peserta didik terhadap materi. 3. Terdapat umpan balik yang positif untuk mempertegas pemahaman peserta didik.
4. Buku ajar yang dikembangkan sebaiknya dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi kepada peserta didik. 5. Penyampaian materi diberikan secara bertahap dan runtut agar tujuan pembelajaran tercapai.
6. Memperlihatkan setiap hasil yang dicapai untuk menarik rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari.
2.2.Penelitian yang Relevan
Keterampilan origami tidak hanya bermanfaat untuk dunia kesenian saja. Keterampilan origami selain dapat digunakan untuk melatih kreatifitas peserta didik, melatih kesabaran dan ketelitian, namun dapat juga digunakan dalam pembelajaran mate matik khususnya tentang pengenalan bangun-bangun datar. Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. State of the art yang menerangkan perbedaan dari penelitian ini dan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 State of The Art
No. Judul Penelitan Peneliti Tahun Lokasi Hasil Penelitian
1. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik berbantuan Origami Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD di Desa Les Kecamatan Tejakula Tahun
Nyoman Tri Anarta Putra, I Made Suarjana, I Gusti Ngurah Japa
Pelajaran 2013/2014 konvesional pada mata pelajaran matematika kelas V SD di Desa Les.
2013 Yogyakarta Terdapat pengaruh penggunaan origami yang signifikan terhadap kreativitas anak. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan peningkatan kreativitas yang signifikan antara anak yang diberikan perlakuan bermain origami dengan yang tidak diberikan perlakuan bermain origami. Anak yang diberikan perlakuan bermain origami memiliki peningkatan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak yang tidak diberikan perlakuan bermain origami. 3. Keefektifan Experiential
2014 Semarang Pembelajaran Experiential Learning berbantuan origami efektif terhadap kemampuan keruangan siswa kelas VIII materi kubus dan balok. Siswa pada pembelajaran yang menerapkan Experiential Learning berbantuan origami dapat mencapai KKM baik secara klasikal maupun individual. Kemampuan keruangan siswa pada pembelajaran yang menerapkan Experiential Learning berbantuan origami lebih baik daripada kemampuan keruangan siswa yang menerapkan pembelajaran ekspositori. Motivasi belajar siswa berpengaruh positif terhadap kemampuan keruangan siswa 4. Origami Terhadap
2016 Malang Penggunaan origami pada matematika khususnya materi geometri dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa karena kecerdasan spasial erat kaitannya dengan gambar atau bentuk. Bentuk yang menjadi syarat pada kecerdasan spasial dapat diperoleh pada pengunaan seni origami pada materi geometri. Dari beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan origami sesuai dengan pendapat Pearl (2010), origami bukan hanya menyenangkan, tetapi menampung keanekaragaman gaya
pembelajaran yang membantu anak-anak memahami matematika dan ini adalah metode inovatif untuk perkembangan pendidikan, budaya,dan kemampuan sosial.
5. Pengaruh Kegiatan Melipat Kertas (Origami) Terhadap
pada pengaruh keterampilan origami terhadap peserta didik baik itu terhadap hasil belajar, peningkatan kreatifitas, maupun terhadap keterampilan motorik halus. Belum ada yang menuangkannya ke dalam sebuah buku yang bisa dibaca berulang kali dan disebarluaskan kepada guru yang lain untuk memberikan referensi pembelajaran yang baru.
2.3.Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran matematika untuk sekolah dasar hal yang terpenting adalah menyajikan sesuatu yang nyata yang pernah atau sedang dialami oleh peserta didik, sehingga jarak antara materi dan peserta didik tidak terlalu jauh. Peserta didik diajak berpikir secara konkrit terlebih dahulu barulah diarahkan untuk berfikir abstrak. Contoh bangun datar di lingkungan sekitar peserta didik memang banyak dan beragam, namun peserta didik masih kesulitan dalam membuat bentuk bangun ruang yang benar, sering kali garisnya tidak sama, kemiringan garis juga tidak bisa dipastikan dengan benar.
Keterampilan origami dipilih untuk meminimalisir kesalahan atau kekeliruan peserta didik dalam membuat bangun datar. Melalui keterampilan origami peserta didik cukup melipat kertas atau menemukan anatara ujung kertas dengan ujung yang lain sehingga bangun datar yang dihasilkan merupakan bangun datar yang sebangun.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Proses Pembelajaran Matematika Bangun Datar
Kendala yang dialami
Analisa Kendala dan Mencari Solusi
Pengembangan Buku Ajar Berbasis Origami
Uji Coba Produk