• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I V (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I V (1)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, dunia bisnis industri mengalami persaingan yang semakin ketat yang diimbangi dengan perkembangan alat-alat teknologi yang semakin canggih, sehingga mempermudah setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja usahanya guna mencapai tujuannya yaitu mendapatkan laba yang semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin.

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat dewasa ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang khususnya diwilayah perkotaan mulai dari café, club, diskotik, dan tempat karaoke. Tak dapat dipungkiri tempat hiburan malam tak pernah sepi dari kunjungan para penikmatnya. Inilah yang membawa arus pembauran budaya asing, selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi (Anonim,2016).

(2)

muda untuk menyeimbangkan diri dari tumpukan emosi dan rutinitas sekolah maupun pekerjaan (Gilang Parahia, 2008).

Menikmati suasana diskotik, cafe, bar maupun tempat karaoke yang menghadirkan musik dengan beat yang kuat, cepat dengan volume yang keras yang merangsang badan ikut „shake n movin‟ (berdisko) dan bergoyang semalaman bisa membuat orang merasa rileks dan bisa menghilangkan kepenatan di otak. Menurut Divana Verdana (2004) yang membuat para penikmatnya tak dapat terlepas dari dugem dan menjadikannya sebagai gaya hidup mereka.

Gaya hidup memiliki bermacam-macam arti. Menurut Kotler (2007) gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam kehidupa sehari-hari yang dikatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat (Opini) yang bersangkutan. Sedangkan menurut Berkowitz dan Kerin (2009) gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dari bagaimana penggunaaan waktu (aktivitas), minat tentang pentingnya lingkungannya, dan pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya.

Dari dua pendapat di atas dapat di ambil pokok dari gaya hidup, yaitu (1) pola kehidupan (2) aktivitas, minat, dan pendapat. Jadi dapat di simpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang bagaimana orang menggunakan uang, waktu, dan minat serta pendapatnya terhadap hal-hal yang ada di lingkungannya.

(3)

mengalokasikan dana khusus untuk hal yang mereka sebut „memanjakan diri

menghilangkan penat‟ itu . Hanya dengan modal Rp.100.000 – Rp.250.000

sudah dapat menikmati kehidupan layaknya orang barat. Clubber adalah sebutan bagi para penikmat hiburan malam ini.

Dugem merupakan salah satu hiburan favorit yang cukup banyak peminatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Biasanya hiburan jenis ini diadakan di berbagai tempat hiburan malam sejenis bar atau diskotik yang terdapat di kota-kota besar termasuk Kota Banjarmasin pada waktu malam hari hingga menjelang pagi. Para clubbers menggemari hiburan tersebut dikarenakan banyak hal yang bisa mereka nikmati seperti sajian musik oleh DJ, penampilan dancer atau para musisi, hingga kenikmatan mengkonsumsi minuman beralkohol yang biasanya tersaji di tempat-tempat hiburan malam. Mereka yang berdatangan ke tempat tersebut berasal dari berbagai kalangan (Chaney, 1996).

Walaupun hiburan ini identik dengan biaya yang relatif mahal, namun para peminatnya bukan hanya berasal dari kalangan high class saja. Bahkan banyak juga para pelajar dan mahasiswa yang meminati hiburan ini sebagai pelepas rasa jenuh mereka walaupun mereka tahu bahwa kondisi keuangan mereka seringkali pas-pasan. Namun, karena mereka sudah merasa ketagihan dan sangat menikmati hiburan ini sebagai gaya hidup, maka cara apapun akan mereka lakukan (Zulfa, 2005).

(4)

para remaja dan generasi muda. Karena di kota ini bukan hanya terdapat berbagai fasilitas pendidikan yang cukup memadai, melainkan juga lahan bisnis yang menjanjikan, karenanya berbagai tempat hiburan malam ternama yang cukup banyak peminatnya seperti HBI, Grand Diskotik serta Barito Diskotik. Tak bisa dipungkiri bahwa tempat-tempat tersebut seringkali menjadi tujuan para remaja untuk menghibur diri mereka di akhir pekan. Bahkan di hari-hari biasa banyak juga dari mereka yang mengunjungi tempat-tempat tersebut walaupun pada esok harinya mereka harus mengikuti kegiatan sekolah atau perkuliahan di kampus.

Banyaknya pelajar dan mahasiswa di Kota Banjarmasin yang menggemari gaya hidup dugem bukanlah suatu fenomena langka. Mengingat banyaknya juga tempat – tempat hiburan malam di Banjarmasin yang berusaha menarik pengunjung dengan sajian hiburan menarik dan juga seringkali diiklankan (dipromosikan) melalui billboard atau spanduk yang ada di sekitar jalan raya. Sedangkan dari kalangan pelajar dan mahasiswa sendiri, ada yang memilih hiburan tersebut hanya sebagai pelepas penat sejenak dan ada pula yang menjadikannya sebagai kebiasaan atau gaya hidup sehingga seringkali mengabaikan kegiatan akademik sekolah/kampus sebagai prioritas utama.

(5)

dikarenakan adanya gengsi dan ingin disebut “gaul”. Sehingga gaya hidup seperti ini sudah bisa menjadi trend berharga di kalangan mereka. Bahkan menjadi semacam kebutuhan yang harus terlaksana sebagai media penghiburan diri.

Masa remaja yang berlangsung antara 12-22 tahun merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia. Dalam proses ini berlangsung perubahan biologis dan psikoogis yang dialami remaja itu sendiri. Pada masa remaja, seseorang akan beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Maka dari itu, masa ini juga disebut sebagai masa pencarian jati diri. Dalam masa pencarian jati diri, remaja banyak sekali mengalami masalah-masalah. Tiap aspek dalam diri remaja menimbulkan suatu permasalahan baru bagi remaja.

Dalam masa perkembangan sosialnya, berkembang sikap „conformity’ dalam diri remaja. Yusuf (2010) menyebut conformity adalah kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas dalam diri remaja dapat memberikan dampak positif maupun negative dalam dirinya. Remaja akan megikuti apa yang kelompoknya lakukan dan katakan.

Dari uraian di atas maka tidaklah salah jika muncul istilah „Ababil‟

(6)

Dalam perkembangan jaman yang sangat pesat, kecanggihan teknologi berperan besar dalam pegetahuan remaja saat ini. Trend yang berkembang saat ini adalah remaja berbondong-bondong mengikuti gaya hidup kebarat-baratan, seperti banyak yang tergiyur iklan televisi, meniru gaya hidup selebriti yang glamour, dan lain-lain. Apa saja akan mereka lakukan agar disebut anak gaul (tidak dibilang ketinggalan jaman).

(7)

Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) belakangan ini amat populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan narkoba ini telah merebak ke semua lingkungan, bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya. Narkoba saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja dan generasi muda dalam bentuk kapsul, tablet dan tepung seperti ekstasy, pil koplo dan shabu-shabu, bahkan dalam bentuk yang amat sederhana seperti daun ganja yang dijual dalam amplop-amplop (Armelia, 2003).

Dari laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun 2015, diketahui angka estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%. Perbandingan estimasi prevalensi tahun 2012 (3,5%-7%) dengan estimasi tahun 2010 yang kisarannya 3.5%-5.7% menunjukkan kecenderungan prevalensi penyalahgunaan narkoba relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan adalah ganja, opiod, cocain atau type amphetamine dan kelompok stimulant (UNODC, 2015). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran penggunaan dari dua zat atau lebih secara bersamaan baik menjadi perhatian yang serius baik konsekuensi kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan program pengendalian peredaran narkoba.

(8)

prevalensi penyalahguna narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013 (BNN, 2011). Fakta tersebut di dukung oleh adanya kecenderungan peningkatan angka sitaan dan pengungkapan kasus narkoba. Data pengungkapan kasus di tahun 2006 sekitar 17.326 kasus, lalu meningkat menjadi 26.461 kasus di tahun 2010. Demikian pula data sitaan narkoba untuk jenis utama yaitu ganja, shabu, ekstasi, dan heroin.

Pada tahun 2015 jumlah pengguna barang terlarang tersebut di seluruh Indonesia mencapai 5,9 juta orang dan jumlah paling banyak ada di Jakarta dengan prevalensi mencapai 2,7 persen. (Laporan Survei Perkembangan penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun Anggaran 2015).

Jumlah pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang lain di Provinsi Kalimantan Selatan yang terdata Badan Narkotika Nasional Kalsel mencapai 45.657 orang dengan prevalensinya memang masih di bawah rata-rata nasional, yakni 1,7 persen. Sedangkan di Kota Banjarmasin jumlah pengguna narkoba yang direhabilitasi mencapai 34.467 residen.

Menurut Komjen Pol Budi Waseso selaku Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), di ASEAN, Indonesia adalah bangsa pasar terbesar untuk penjualan narkoba, sedangkan negara terbesar pengimpor adalah China dan Thailand.

(9)

mengakibatkan timbulnya gangguan mental organik dan pergaulan bebas yang pada gilirannya merusak masa depan bangsa.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Narkoba di Tempat Hiburan Malam di Kota Banjarmasin” dengan data dukung dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui masalah-masalah yang muncul, permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya Narkoba di

tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin ?”

C. Tujuan Penelitan 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba di tempat hiburan malam di kota Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

(10)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran akan pentingnya pengetahuan dan wawasan bagi remaja tentang bahaya Narkoba di tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Terkait

Memberikan informasi pada Badan Narkotika Kota Banjarmasin akan pentingnya perannya sebagai lembaga yang menangani peredaran narkoba agar bisa dicegah sehingga tidak menularkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan BNN Kota Banjarmasin dapat lebih baik mengatasi masalah narkoba sehingga dapat menurunkan angka penyalahgunaan.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyalagunaan dan dampak narkoba dikalangan generasi muda. Selain itu diharapkan juga kepada masyarakat dapat memberikan pengawasan kepada putra putrinya agar tidak terjerumus lebih jauh.

3. Bagi Penulis

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Narkoba 1. Pengertian Narkoba

Menurut WHO (1982) Narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.

Menurut Undang-undang No 22 tahun 1997 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud narkotika adalah adalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis mau pun semi sintesis yang dapat menyebabkan pemutusan kesadaran sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Menurut Kurniawan (2008), Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya

Disini dijelaskan tentang jenis-jenis narkoba, yaitu diantaranya adalah :

(12)

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan

b. Psikotropika Zat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku

c. Zat adiktif adalah Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang pengunaannya dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik. Misalnya : Alkohol, rokok, cofein

2. Bahaya Narkoba Bagi Remaja

(13)

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Sementara nafza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obat-obat terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan terhadap obat-obat tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama, meskipun istilah nafza lebih luas lingkupnya. Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu (1) candu, (2) ganja, dan (3) koka. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan. Apabila tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh (Yusuf, 2010).

3. Bahaya bagi Remaja

(14)

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red) adalah sebagai berikut:

a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,

b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,

d. Sering menguap, mengantuk, dan malas, e. Tidak memedulikan kesehatan diri, f. Suka mencuri untuk membeli narkoba.

Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.

Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Sedangkan pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.

(15)

terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.

Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.

4. Bahaya Narkoba Bagi Pecandunya

Bahaya narkoba tidak hanya merugikan masalah fisik saja tetapi akan mengalami gangguan mental dan kejiwaan. Sebenarnya narkoba ini merupakan senyawa-senyawa psikotropika yang biasa digunakan dokter atau rumah sakit untuk membius pasien yang mau dioperasi atau sebagai obat untuk penyakit tertentu, tetapi persepsi tersebut disalah artikan akibat penggunaan di luar fungsinya dan dengan dosis yang di luar ketentuan. Apabila disalah gunakan, bahaya narkoba dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena mempengaruhi susunan syaraf.

(16)

a. Bahaya narkoba terhadap fisik

1) Gangguan pada system syaraf (neurologis)

2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) 3) Gangguan pada kulit (dermatologis)

4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner)

5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan insomnia

6) Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual. 7) Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan

antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV

9) Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

b. Bahaya narkoba terhadap psikologi

(17)

4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri c. Bahaya narkoba terhadap lingkungan sosial

1) Gangguan mental 2) Anti-sosial dan asusila 3) Dikucilkan oleh lingkungan

4) Merepotkan dan menjadi beban keluarga

5) Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram

Berikut ini jenis dan golongan narkoba antara lain adalah sebagai berikut :

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh jenis narkoba golongan satu antara lain adalah : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.

b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh jenis narkoba golongan dua antara lain adalah : petidin, benzetidin, dan betametadol.

(18)

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.

Jenis macam golongan obat psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :

a. Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh obat jenis psikotropika golongan satu antara lain adalah : MDMA, LSD, STP.

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh obat jenis psikotropika golongan dua antara lain adalah : Amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh obat jenis psikotropika golongan tiga antara lain adalah : Lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya

adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh obat jenis psikotropika golongan empat antara lain adalah : Nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.

(19)

a. Rokok. Silakan membaca lebih lanjut mengenai bahaya merokok bagi kesehatan.

b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008). 5. Bahaya Narkotika Bagi Kesehatan

Bahaya narkoba bagi para pecandu dan kalangan muda pelajar generasi penerus bangsa adalah banyak dan bila tidak segera dihentikan kebiasaan mengkonsumsi narkoba maka hal ini akan memperburuk derajat kesehatan penggunanya itu sendiri secara pelan-pelan tetapi pasti.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih (Abdullah, 2008).

(20)

Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

Efek dampak penggunaan narkoba bisa dalam berbagai bentuk antara lain adalah sebagai berikut :

a. Menyebabkan penurunan atau pun perubahan kesadaran. b. Menghilangkan rasa.

c. Mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri. d. Menimbulkan ketergantungan / adiktif (kecanduan).

Bahaya narkoba untuk kesehatan yang terberat adalah efek ketergantungan obat nya itu sendiri. Karena dengan efek buruk yang ditimbulkan bagi para pecandu narkoba adalah keinginan untuk selalu memakainya secara berulang (Djauzi, 2008).

(21)

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja pelajar antara lain adalah sebagai berikut :

a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.

b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran.

c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah.

d. Sering menguap, mengantuk, dan malas.

e. Tidak memedulikan kesehatan diri.

f. Suka mencuri untuk membeli narkoba.

Secara umum akibat penggunaan narkotika ini akan memberikan dampak sebagai berikut :

a. Depresan. Dalam hal ini para pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.

b. Halusinogen. Dalam hal ini para pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).

c. Stimulan. Akibat pengaruh stimulan pada narkotika dan obat-obatan terlarang bagi organ tubuh antara lain adalah mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.

(22)

berbagai cara agar terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakaw). (Anonim.2004)

6. Hal-hal yang mendorong anak muda melakukan dugem

Dari segi alasan, mereka melakukan dugem untuk sekedar refreshing, cuci mata, dan menghilangkan stress. Hal-hal yang mereka lakukan bervariasi, mulai dari Cuma melihat orang ajeb-ajeb, menonton penari striptease, hingga mabuk-mabukan. Sedangkan mereka biasanya pergi dugem karena ajakan temannya.

Secara umum ada tiga alasan yang membuat anak muda pergi ke tempat hiburan malam :

a. Alasan Gengsi

Perkembangan yang bisa dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang melanda kalangan remaja Indonesia adalah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung dipengaruhi oleh gaya Barat, khususnya dari Amerika Serikat. Saat ini gaya hidup yang berasal dari budaya Barat umumnya dianggap memiliki nilai lebih oleh sebagian dari masyarakat Indonesia. Golongan masyarakat yang

memiliki gaya hidup yang “kebarat-baratan” menganggap bahwa

(23)

b. Ajakan Teman

Pertemanan merupakan salah satu faktor pendukung mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan. Banyak orang yang ikut melakukan suatu kegiatan di karenakan temannya melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga halnya dengan beberapa clubbers yang melakukan dugem. Teman merupakan salah satu faktor utama mengapa seorang clubber melakukan kegiatan dugem. Beberapa clubbers mengatakan bahwa ia melakukan dugem karena semua temannya melakukan dugem.

c. Kejenuhan dan Hiburan

Setiap manusia pasti akan merasakan kejenuhan dalam hidupnya dan akan membutuhkan hiburan guna menghilangkan kejenuhan tersebut. Hal ini juga terjadi pada clubers yang biasa melakukan dugem. Salah satu alasan yang sering dikemukakan clubber tentang mengapa mereka dugem adalah untuk menghilangkan stress dan menyelesaikan permasalahan. Para clubber umumnya beralasan bahwa mereka melakukan dugem dikarenakan memerlukan hiburan setelah melakukan berbagai aktivitas sehari penuh. Bagi para clubber melakukan dugem adalah salah satu cara menghilangkan kejenuhan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

a. Membuat seseorang masuk kedalam gaya Hedonisme

Hedonisme adalah sebuah gaya hidup dimana penganutnya berfikir kalau hidup adalah untuk bersenang-senang. Secara sadar atau tidak, Dugem menjerumuskan penikmatnya ke gaya hidup satu ini, Karena kegiatan dugem ini dilakukan hanya untuk bersenang-senang, foya-foya dan hidup penuh keglamoran.

b. Menjerumuskan seseorang untuk berbuat dosa

Dugem bisa menjerumuskan kita kedalam dosa, karena disana, banyak sekali barang-barang yang dilarang oleh semua agama diseluruh dunia: Miras, Narkoba dan Kemaksiatan. Kebanyakan, orang-orang yang datang ke Diskotik pada awalnya menepis kalau mereka akan terjerumus. Awalnya mereka hanya meminum miras oplosan seteguk atau dua teguk. Namun, ini adalah awal dari keterjerumuan mereka. Dunia gemerlap selalu dikaitkan dengan Narkoba dan Kemaksiatan. Mabuk adalah awal yang cemerlang untuk mengkonsumsi barang haram lainnya, bahkan menuju ke dalam perzinaan. Hal yang paling berbahaya adalah mereka akan melupakan Tuhan.

c. Dugem hanya menghambur-hamburkan uang orang tua kita

(25)

untuk makan saja, mereka harus banting tulang. Orang tua kita juga demikian, sangat tidak bijaksana jika kita menghambur-hamburkan uang orang tua kita untuk kegiatan yang tidak bermanfaat.

d. Dugem bisa mencoreng nama baik keluarga

Biasanya, mereka yang baru pulang dari Diskotik pasti akan pulang pada waktu pagi hari kerumah dengan keadaan teler (mabuk) akibat pengaruh alkohol berlebihan. Sadar atau tidak, ini bisa mencoreng nama baik keluarga mereka. Bila tetangga mereka melihat kelakuan mereka, pasti mereka bakal dicap sebagai orang yang katakanlah, berperilaku buruk. dan otomatis akan mencoreng dan membuat malu keluarga mereka.

e. Dugem merusak masa depan Anak Muda

(26)

menipis, kondisi kesehatan menurun, dan rasa kelelahan yang membuat mereka malas untuk mengikuti perkuliahan di kampus. f. Dugem membuat penyimpangan norma-norma masyarakat

Banyak kasus-kasus penyimpangan terhadap norma-norma yang seringkali dilakukan oleh para peminat hiburan tersebut seperti free sex, mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukan, hingga tindakan kriminal seperti pencurian yang dilakukan para pelakunya agar senantiasa bisa menikmati hiburan tersebut.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Pengertian

Menurut Notoadmodjo (2007), Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan peginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(27)

objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adaption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama

(28)

a. Tahu (Know)

Pengetahuan (tahu yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan sesuatu. Pengetahuan remaja tentang narkoba yang baik akan mempengaruhi remaja dalam memahami tentang bahaya dari narkoba.

b. Memahami (comprehension)

Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi, harus dapat menjelaskan, contohnya remaja dapat memahami dan mengetahui cara penanganan narkoba yang benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hokum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya remaja dapat menggunakan cara pencegahan atau tindakan awal dalam mencegah terjadinya narkoba pada dirinya serta dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam penanganan narkoba. d. Analisis (analysis)

(29)

tersebut, dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, serta mengelompokkan tentang penanganan narkoba.

f. Sintesis (synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian- bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada remaja yang terlibat narkoba maka dapat ditangani secara benar agar narkoba dapat berhenti.

g. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

(30)

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Kultur Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada remaja melakukan penanganan terjadinya narkoba sesuai dengan apa yang mereka lihat dilingkungannya.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta besikap lebih bijak. Pengalaman remaja dengan kejadian narkoba mempengaruhi dalam penanganan narkoba selanjutnya. Notoadmodjo (2007)

(31)

Menurut Notoadmodjo (2007), ada berbagai cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Cara Tradisonal

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis..

b. Cara coba-salah (trial and error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah..

c. Cara Kekuasaan atau otoritas

(32)

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis.

e. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi. f. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan

(33)

C. Kerangka Teoritis

Gambar 2.1. Kerangka Teori Hapsari (2008)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dilukiskan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Dampak

Penyakit

Tempat Hiburan Malam

Remaja Narkoba

Pengetahuan

Pengetahuan Remaja

Tingkat Pendidikan

Informasi Kultur Budaya

Pengalaman

Hiburan Malam

Narkoba

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Hal ini sejalan dengan Sudjana dan Ibrahim (2010) yang menjelaskan bahwa: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah- masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Pendekatan semacam ini dianggap relevan untuk pengukuran terhadap pengetahuan remaja tentang bahaya Narkoba di tempat hiburan malam di Kota Banjarmasin, dan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan remaja yang mengkonsumsi Narkoba serta cara penanggulangannya.

.

B. Populaasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

(35)

Tabel 3.1.

Berdasarkan data diatas maka perincian jumlah penduduk yang termasuk usia remaja sebanyak 119.001 orang

2. Sampel

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.” (Sugiyono, 2010). Yang menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang termasuk usia remaja 15-24 tahun. Karena seperti diketahui bahwa hampir rata-rata sudah mengenal tempat hiburan malam sehingga dari udia tersebutlah di ambil sebagai sampel.

(36)

Tabel 3.2

Tabel Penentuan Sampel Isaac dan Michael

(37)

Sampling yakni secara kebetulan siapa saja yang berada atau bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa Formulir lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent) dan lembar pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek/fenomena (Hidayat, 2011). Definisi operasional penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan peginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga melalui :

a. Tingkat Pendidikan b. Informasi

(38)

d. Pengalaman

2. Narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,

b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,

d. Sering menguap, mengantuk, dan malas, e. Tidak memperdulikan kesehatan diri, f. Suka mencuri untuk membeli narkoba

(39)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan dalam bentuk pertanyaan terstruktur sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah lembar kuesioner dibagikan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yang ingin dilakukan. Jika responden bersedia diteliti maka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

Tahap selanjutnya pengetahuan remaja dikategorikan berdasarkan ketetapan Arikunto (2010) yang telah dimodifikasi sebagai berikut:

1) Positif: jika skor (%) 56-100%

2) Negatif: jika skor (%) kurang dari 56%.

Kisi-kisi kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

No. Indikator Banyaknya pertanyaan

1. Pengetahuan 4

2. Bahaya Narkoba 6

Jumlah 10

F. Cara Analisis Data 1 Skala Pengukuran

(40)

Cara pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah pernyataan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban dari lima pilihan jawaban, dimana masing- masing jawaban memiliki nilai yang berbeda. Penelitian ini digunakan pertanyaan tertutup dengan rentang skala penilaian yaitu :

1) Benar 1 2) Salah 0

2. Analisa Tabulasi Sederhana

Data yang diperoleh diolah ke bentuk persentase dengan rumus. Kriteria interpretasi data diperoleh melalui kuesioner ditabulasi dan diolah dengan mempergunakan persentase sebagai berikut :

%

(41)

Untuk selanjutnya data yang diperoleh melalui angket berupa data kuantitatif dan perlu dianalisis menjadi data kualitatif dengan kriteria, tertentu.

G. Waktu dan Tempat Penelitian

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang elah dilaksanakan bulan september sampai dengan oktober 2016 yang meliputi : deskripsi data/ fakta. Analisa data responden dan pembahasan.

Dalam Bab ini dijabarkan Pengumpulan data yang dilakukan, data diambi dengan menggunakan kuisioner data pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba di hiburan malam. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengethuan remaja tentang bahaya narkoba di hiburan malam kota Banjarmasin 2016.

1. Gambaran Umum Kota Banjarmasin a. Geografis

(43)

lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai antara lain Pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan Keliling, Pulau Insan dan lain lain.

Sejak zaman dahulu hingga sekarang Banjarmasin masih menjadi kota niaga dan bandar pelabuhan terpenting di Pulau Kalimantan. Secara de jure Banjarmasin masih sebagai Ibukota Kalimantan Selatan, namun kantor sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan terhitung sejak tanggal 14 Agustus 2011 yang bertepatan dengan hari jadi Provinsi Kalimantan selatan ke-61, telah dipindahkan ke kawasan Gunung upih di kecamatan Cempaka Banjarbaru yang berdiri pada lokasi dengan ketinggian 44 meter diatas permukaan laut serta berjarak sekitar 60 Km dari kantor lama. Kementerian Pekerjaan Umum menempatkan Banjarmasin sebagai salah satu kota pentingmempersiapkan.

Banjarmasin beserta 4 daerah atau kota yang menjadi satelitnya salah satu kawasan strategis provinsi yaitu kawasan perkotaan Banjarmasin. Secara geografis Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi daerah kuala sungai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Letak Kota Banjarmasin nyaris di tengah-tengah Indonesia.

(44)

Banjarmasin dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang kurang lebih 98,46 km² ini dapat dipersentasikan bahwa peruntukan tanah saat sekarang adalah lahan tanah pertanian 3.111,9 ha, perindustrian 278,6 ha, jasa 443,4 ha, permukiman adalah 3.029,3 ha dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha. Perubahan dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan kepadatan penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.

Tabel 4.1

Batas wilayah Kota Banjarmasin

Utara Sungai Lalak (Seberang Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala)

Selatan Kabupaten Banjar (Kecamatan Tatah Makmur)

Barat Sungai Barito (Seberang Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala)

(45)

Gambar 4.1 Peta Kota Banjarmasin

b. Demografis

Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan, yaitu:

1) Banjarmasin Barat: 13,37 km² 2) Banjarmasin Selatan: 20,18 km² 3) Banjarmasin Tengah: 11,66 km² 4) Banjarmasin Timur: 11,54 km² 5) Banjarmasin Utara: 15,25 km²

(46)

Tabel 4.2

Selatan 20,18 150.221 7.444

2 Banjarmasin

Timur 11,54 118.278 10.249

3 Banjarmasin Barat 13,37 149.753 11.201

(47)

No. Tahun Populasi

7 2010 625.395 jiwa

Islam adalah agama mayoritas yang dianut sekitar 96% masyarakat kota banjarmasin. Selain itu ada juga yang beragama Kristen, Katolik dan Buddha yang dianut masyarakat keturunan Tionghoa dan pendatang.

Tabel 4.4

Penduduk Kota Banjarmasin Menurut Agama

Nomor Agama Jumlah konsentrasi

1 Islam 597.556 95,54%

2 Kristen 15.095 2,41%

3 Katolik 6.484 1,41%

4 Budha 4.262 0,68%

5 Hindu 437 0,07%

6 Khonghucu 122 0,02%

7 Lainnya 1.525 0.27%

2. Gambaran Umum Responden

(48)

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan penelitian didapatkan jenjang pendidikan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 87 32,2

2 SLTP 87 32,2

3 SLTA 17 6,3

4 Tidak sekolah 79 29,3

Jumlah 270 100

Dari data tabel 4.5 terlihat jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan SD 87 (32,2%), SLTP 87 (32,2%), SLTA 17 (6,3%), dan yang tidak sekolah 79 orang (29,3%).

b. Data Pengetahuan responden tentang Narkoba dan bahaya narkoba 1). Data pengetahuan tentang Narkoba

Gambaran Pengetahuan remaja tentang Narkoba dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Narkoba

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Negatif 259 95,9

2 Positif 11 4,1

(49)

Dari data tabel 4.6 terlihat pengetahuan remaja tentang narkoba yang paling banyak yaitu pengetahuan negatif (kurang) sebanyak 259 orang (95,9%), dan yang memiliki pengetahuan positif (tau) yaitu hanya 11 orang (4,1%).

2). Data pengetahuan tentang Bahaya Narkoba

Gambaran Pengetahuan remaja tentang Bahaya Narkoba dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Bahaya Narkoba

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Negatif 254 94,1

2 Positif 16 5,9

Jumlah 270 100%

(50)

B. Pembahasan

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat dewasa ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang khususnya diwilayah perkotaan mulai dari café, club, diskotik, dan tempat karaoke. Tak dapat dipungkiri tempat hiburan malam tak pernah sepi dari kunjungan para penikmatnya. Inilah yang membawa arus pembauran budaya asing, selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi (Anonim,2016).

Hiburan Malam bukanlah sesuatu hal yang tabu menurut sebagian masyarakat Banjarmasin. Pada mulanya, penikmat hiburan malam hanyalah orang-orang dewasa saja namun seiring pertumbuhan zaman, kemajuan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dan efek modernisasi dimana-mana maka sekarang penikmat hiburan malam ini juga banyak dari kalangan anak remaja. Bahkan telah saya melihat justru remajalah yang lebih banyak meminatinya belakangan ini.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 – 2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.

(51)

1. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba

Dari data tabel 4.6 terlihat pengetahuan remaja tentang narkoba yang paling banyak yaitu pengetahuan negatif (kurang) sebanyak 259 orang (95,9%), dan yang memiliki pengetahuan positif (tau) yaitu hanya 11 orang (4,1%). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengetahuan remaja tentang narkoba sangatlah minim, karena hampir keseluruhan remaja yang datang kehiburan tersebut kurang begitu mengetahui apa itu narkoba, untung ruginya, dan bahkan bahaya narkoba itu sendiri bagi diri mereka.

2. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba

Dari data tabel 4.7 terlihat pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba yang paling banyak yaitu pengetahuan negatif (kurang) sebanyak 254 orang (94,1%), dan yang memiliki pengetahuan positif (tau) yaitu hanya 16 orang (5,9%). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba sangatlah minim, karena hampir keseluruhan remaja yang datang kehiburan tersebut kurang begitu mengetahui apa itu narkoba, untung ruginya, dan bahkan bahaya narkoba itu sendiri bagi diri mereka.

(52)
(53)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil keseimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran pengetahuan remaja tentang Narkoba di kota Banjarmasin didapatkan data remaja yang berpengetahuan tahu akan narkoba (positif) 11 orang (4,1%), sedangkan pengetahuan (negatif) remaja yang kurang tau akan narkoba sangat signifikan yaitu 259 orang (95,9%).

2. Gambaran pengetahuann remaja tentang Bahaya Narkoba di kota Banjarmasin didapatkan data remaja yang tahu akan bahaya narkoba (positif) sebanyak 16 orang (5,9%), sedangkan remaja yang kurang tahu atau berpengetahuan kurang (negatif) sebanyak 254 orang (94,1%).

B. Saran

(54)

1. Sekolah

Untuk mencegah narkoba agar dikalangan pelajar tidak akan terjadi lagi, Sebaiknya sekolah mengadakan seminar atau penyuluhan mengenai “Bahaya Narkoba”, agar siswa/siswi dapat mengerti apa itu

narkoba dan akibat yang ditimbulkan narkoba. 2. Remaja

Bagi para pecandu coba bersikap terbuka terhadap orang yang dia percaya (tepat) untuk mendapatkan respons yang baik. Jangan berfikir “YOU CAN SOLVE THEM BY YOURSELF” dan jangan takut untuk

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Hapsari (2008)
Tabel 3.1.
Tabel Penentuan Sampel Isaac dan MichaelTabel 3.2
Tabel 3.3 Defenisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis regresi multivariat pada penelitian di RS Aisyiyah Bojonegoro diperoleh nilai signifikansi dari mutu pelayanan dokter dan perawat dari

Kecanggihan teknologi telah merambah pada berbagai aspek kehidupan, salah satu diantaranya adalah pemanfaat teknologi dalam bidang pendidikan di Tingkat

Manajemen Fasilitas Rumah Sakit adalah proses menata segala sesuatu hal yang menyangkut Sarana, Prasarana maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik)

Untuk risiko prioritas yang sudah didapatkan dari Qualitative Risk Matrix tersebut akan diolah dengan diagram tornado untuk mengukur risiko biaya prioritas atau

Konsep penampilan bangunan pada Pusat Apresiasi dan Pengembangan Seni Musik berdasarkan pada penerapan sifat ekspresif yang sesuai dgngan karakter jenis musik kontemporer

Adapun simpulan peneliti terkait hasil penelitian pengembangan serta pembahasan ialah: 1) hasil dari pengembangan buku ajar pada mata pelajaran korespondensi

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transaksional dengan komitmen organisasi. Semakin positif persepsi terhadap

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah customer Value berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan bus kota Patas di Surabaya