• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Definisi Filsafat dan Ontologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rangkuman Definisi Filsafat dan Ontologi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Ditujuankan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Filsafat

oleh: Nina Eka Putri

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SYIAH KUALA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah swt. yang telah memberiikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Definisi Filsafat dan Ontologi tepat pada waktunya. Selawat dan salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw. dan juga kepada sahabat dan keluarga beliau.

Di dalam makalah ini akan dipaparkan rangkuman tentang apa itu filsafat dan ontologi. Pemaparan tersebut dibatasi hanya pada konsep filsafat dan ontologi serta ruang lingkupnya. Makalah ini ditujuankan untuk menambah wawasan pembaca dan penulis sendiri tentang definisi dan batasan filsafat dan ontologi.

Kemudian, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Bahrun, M.Pd. selaku pengajar Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang telah membantu memberiikan gambaran sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Terakhir, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan penulisan makalah ke depannya. semoga makalah ini bermanfaat.

Penulis,

(3)

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Manfaat Penulisan...2

1.4 Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Filsafat...3

2.1.1 Konsep Filsafat...3

2.1.2 Faktor Munculnya Filsafat...5

2.1.3 Sejarah Filsafat...7

2.2 Ontologi...10

2.2.1 Konsep Ontologi...10

2.2.2 Ruang Lingkup Ontologi...13

BAB III PENUTUP...15

3.1 Simpulan...15

3.2 Saran...15

DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan adalah sesuatu yang dijalani oleh manusia. Manusia dalam prosesnya mengalami beberapa tahap perkembangan. Perkembangan tersebut juga mempengaruhi pola pikir akan kehidupan. Ketika manusia mulai mengamati lingkungan sekitar, ketika amatan tersebut memunculkan pertanyaan, manusia mulai mencari jawaban-jawaban dari sekitar. Dari mana manusia berasal, bagaimana bentuk bumi ini, apakah bumi ini bulat, dan apa yang harus kita lakukan dalam hidup merupakan sebagian pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia. Manusia dipenuhi rasa ingin tahu akan sekitar dan juga rasa ingin tahu akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan. Rasa ingin tahu tersebutlah yang mendasari asal mula adanya filsafat.

Filsafat dapat dikatakan sesuatu yang dihasilkan dari rasa ingin tahu manusia untuk mendapatkan jawaban yang berupa kebenaran. Namun, kebenaran yang dimunculkan bukanlah kebenaran hakiki, melainkan kebenaran relatif. Artinya, kebenaran tersebut hanya berlaku pada saat tertentu dan pada konteks tertentu. Misalnya, dulu manusia berasumsi bahwa bumi itu datar. Namun, setelah dilakukan penelitian lebih mendalam didapatilah kemudian bahwa bumi bukanlah datar melainkan berbentuk bulat sehingga asumsi awal tentang bentuk bumi terpatahkan.

(5)

Di samping itu, dalam kaitannya dengan filsafat ada yang namanya ontologi. Menurut Sudibyo (2014:46), ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan kenyataan yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani ataupun abstrak. Dalam ontologi, semua pertanyaan berkisar tentang apa yang ada. Ontologi juga dapat dikatakan filsafat tentang apa yang ada. Dalam hal ini, filsafat dan ontologi sangatlah berkaitan erat. Namun, filsafat dan ontologi juga mempunyai batasan-batasan tersendiri. Oleh karena itu, untuk memahami dasar tentang apa itu filsafat dan dan ontologi, penulis menuliskan makalah yang berjudul “Definisi Filsafat dan Ontologi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan rumusan masalahnya adalah apa itu filsafat dan ontologi dan apa perbedaan keduanya.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan definisi filsafat dan ontologi serta konsep dan perbedaan keduanya.

1.4 Manfaat Penulisan

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Filsafat

2.1.1 Konsep Filsafat

Suatu pandangan dunia dan umumnya suatu pandangan teoretis tidak pernah melayang-layang di udara. Setiap pemikiran teoretis mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu dijalankan. Hal itu benar juga bagi permulaan pemikiran teoretis, yaitu lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6 sebelum Masehi. Supaya jangan ada salah paham denan segera harus ditambah di sini bahwa bagi seorang Yunani, filsafat tidak merupakan suatu ilmu di samping ilmu-ilmu lain, melainkan meliputi segala pengetahuan ilmiah. Tanah Yunani adalah tempat persemaian dimana pemikiran ilmiah mullahi bertumbuh. Kiranya suda jelas bahwa lahirnya filsafat dan ilmu pengethauan di Yunani tidak dapat dimengerti tanpa sekadar mengetahui sedikit kebudayaan Yunani. (Bertens, 1999:17)

(7)

sina mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan

Hal yang sama juga sama dipaparkan oleh Rapar (1996:14). Secara etimologis, istilah “filsafat” yang meruoakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan philoshopy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan sophia. Adapun kata philos artinya kekasih atau sahabat, sedangkan kata sophia artinya kebijaksanaan atau kearifan. Jadi, secara harfiah philosophia artinya yang mencintai kebijaksanaan. (Rapar,1996:14)

(8)

5

philosophos, pecinta kebijaksaan. Nama ini lebih berpatutan dengan makhluk insani.” (Bertens, 1999:17)

Perkataan Plato tadi serentak juga menunjukkan suatu aspek penting dari istilah philospohia. Menurut pandangan Yunani, seorang yang mempunyai kebijaksanaan sebagai milik definitive sudah melampaui kemampuan insani. Orang sedemikian itu telah melangkahi batas-batas yang ditentukan untuk nasibnya sebagai manusia. Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai suatu status adimanusiawi. Itu sama saja denngan hybris, rasa sombong, yang selalu ditakuti dan dihindari orang Yunani. Manusia harus menghormati batas-batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena dia manusia dan bukan seorang dewa, ia harus puas dengan mengasihi kebijaksanaan. Itu berarti mencari kebijaksanaan itu serta mengejarnya. Tetapi tugas itu tidak pernah akan selesai. Kebijaksanaan tidak pernah akan menjadi miliknya secara komplit dan definitive. Karena alasan-alasan itu orang Yunani memilih nama filsafat dan filsuf. (Bertens, 1999:17)

2.1.2 Faktor-Faktor Munculnya Filsafat

Timbulnya filsafat di Yunani pada saat itu memang dapat disebut suatu peristiwa ajaib karena tidak mungkin memberii alasan-alasan yang akan menerangkan kejadian itu secara memuaskan. Namun demikian, ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani, terutama tiga faktor berikut.

(9)

sebagai perintis yang mendahului filsafat karena mitos-mitos sudah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang hidup dalam hati manusia. Dari mana dunia kita? Dari mana kejadian-kejadian daam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mitos-mitos, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mitos macam pertama yang mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta sendiri biasanya disebut mitos kosmogonis, sedangkan mitos macam kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta disebut mitos kosmologis.

Yang khhusus pada bangsa Yunani ialah bahwa mereka mengadakan bbeberapa usaha untuk menyusun mitos-mitos yang diceritakan oleh rakyat menjad suatu keseluuhan yang sistematis. Dalam usaha-usaha itu tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseuluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mitos-mitos satu sama lain dan menyingkirkan mitos yang tidak dapat diocokan dengan mitos lain. Salah satu usaha serupa itu adalah syair Hesiodos yang berjudul Theogonia (kejadian dewa-dewa) ca. tahun 750 SM). 2. Faktor berikut yang boleh dianggap sebagai persiapan yang mempengaruhi

timbulnya filsafat adalah kesusastraan Yunani, asal saja kita memmakai kata itu dalam arti seluas-luasnya sehingga juga meliputi amsal-amsal, teka-teki, dongeng-dongeng dan lain sebagainya.

(10)

7

bangsa lain dalam menerima beberaapa unsure ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu hitung dan ilmu ukur berasal dari mesir dan babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahhuan Yunani tidak oleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsure-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa mesir dan babylonia. Baru bangsa pada bangsa Yunani ilmu penetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.

Seperti kata filsuf berkebangsaan Prancis, Gilles Deleuze (1925-1995), manfaat filsafat yang paling besar adalah untuk penciptaan konsep, bukan untuk pembangunan teori, tapi demi konsep itu sendiri. Karena itu, filsafat sebenarnya adalah kegiatan bermain, permainan berpikir bebas. Versi filsafat ini jelas merupakan suatu perbaikan terhadap definisi filsafat yang diberikan oleh para teknorat dan filistin. Walaupun demikian, kita mungkin bisa mengambil maksud yang lebih serius dari pendapat Deleuze. Mengajari orang bersfilsafat sama dengan mengajarai mereka seni penciptaan konsep-cara berpikir tentang diri kita sendiri dan dunia yang menyenangkan dan mendidik. Bila filsafat bisa mengajari orang membangun konsep, maka filsafat juga bisa menajari mereka untuk menciptakan kembali sebuah dunia bagi diri mereka sendiri.

2.1.3 Sejarah Filsafat

(11)

menggunakan kekuatan alam dengan membuat reprensentasi imitatif berupa sektsa dan patung. Salah satu filsuf pertama adalah Thales “sang bijak” (620-555 SM). Dia menganggap dunia sekitar sebagai suatu kosmos yang teratur. Dunia menjadi sesuatu untuk dihargai dan ditafsirkan. (Neil, 2005:36)

Pertanyaan filosofis yang pertama kali ditanyakan tampaknya adalah pertanyaan metafisika, “apa itu?”, “itu” yaitu kosmos, dimengerti sebagai bagian dari kemanusiaan. Untuk pertama kalinya ia menjadi objek pertanyaan dan mengabkibatkan rasa ingin tahu. Bagi thales, kosmos pada dasarnya seperti suatu zat air. Dugaan ini tidaklah sekonyol kedengarannya. Air sangat penting bagi kelangsungan kehidupan. Jadi, untuk orang yang tinggal di dekat laut, dugaan awal sifat kosmos tersebut cukup cerdas. (Neil, 2005:36)

Kita bisa melihat dengan jelas ketegangan antara para rasionalis dan para pemercaya sihir di masa prasocrates pada tulisan-tulisan filsuf terhebat lonia, Heraklitus dari Efesus (meninggal tahun 460 SM). Perhatiannya seperti pendahulu-pendahulunya dari lonia, yaitu pada sifat dasar kosmos. Namun, bagi heraklitus spekulasi-spekulasi ini jadi mendalam. Yang membuat dia tertarik adalah arti dari kosmos atau logosnya. (Neil, 2005:38)

(12)

9

intuisi ini dengan bukti logis. Dengan Parmenides lah filsafat mulai mengandalkan argumen untuk membenarkan spekulasiny. (Neil, 2005:39)

Seperti filsuf prasocrates lainnya, filsafat Parmenides diungkapkan melalui puisi. Ini menunjukkan bahwa bagi para filsuf awal, pertanyaan filosofis timbul dari sikap artistik, bukan sikap ilmiah. Kita perlu membaca teks mereka secara metaforis bukan secara harfiah. Karena alasan ini, filsafat parmenides, seperti filsuf prasocrates tidak bisa dibandingkan dengan filsafat modern yang berakar pada budaya teknologi yang lebih harfiah. (Neil, 2005:40)

Filsafat parmenides adalah suau catatn mimpi. Bagi parmenides jalan kehidupan manusia merupakan pilihan antara ada atau tidak aa. Sampai batasan ii, parmenides sama dnegan filsuf modern, soren kierkegaard (1813-55) dan para pengikut eksistensialisnya. Menurut filsafat ini, seseorang harus memilih jalan tertentu atau jalan yang lainnya dalam kehidupan. Saat memilih adalah saat di mana hidup kita sebenarnya mulai. Sebelum memilih, kamu sebenarnya tidak ada. (Neil, 2005:41)

Pengaruh filsafat Parmenides sangat penting sehingga sulit sekali mengadilinya. Para filsuf memujinya karena telah membuka pertanyaan tentang sifat dari keberadaan manusia. Dia bisa dianggap sebagai filsuf moral awal yang mengajukan pertanyaan etis mendalam dan tulus, seperti “bagaimana kita sebaiknya hidup?’ menurutnya pertanyaan ini harus dijawab dengan terlebih dahulu menjawab pertanyaan mengenai arti keberadaan manusia. (Neil, 2005:41)

(13)

dunia palsu opini serta memastikan struktur sejati dari sesuatu itu sendiri. Secara umum, dia dipandang oleh filsuf-filsuf inis ebagai penemu monisme metafisi, gagasan bahwa segala hal terbuat dari satu zat. . (Neil, 2005:41)

Filsafat Yunani mencapai puncaknya dalam abad iv SM dalam sistem-sistem plato dan aristoteles. Filsafat kedua tokoh ini mempengaruhi seluruh sejarah filsafat sampai zaman kini. Pada akhir abad iv aleksander agung menyerbu polis-polis negeri Yunani, kemudian juga semua negara tetangga. Akhirnya kerjaannya meluputi negeri Yunani, mesir dan seluruh kawasan timur tengah sampai sungai indus. Melalui tetarannya aleksander menanamkan dan menyebarkan kebudayan Yunani di negara-negara yan telah direbutnya. Sesudah kematiaany pada tahun 323 SM pengaruh kebudayaan yuunani dipertahnakan oleh pemimpi-pemimpin kerajaan-kerajaan yang didirikannya. Dengan demikian selama abad iv dan iii SM kebudayaan Yunani disebarluaskan dimana-mana sehingga menjadi kebudayaan dunia. Oleh karen aitu zaman sesuadah aleksander disebut zaman hellenisme (hellas=Yunani). (Hulbers, 1982:18)

2.2 Ontologi

2.2.1 Konsep Ontologi

(14)

nyata-11

tampak, perubahan, eksistensi-oneksistensi, esensi, kenicayaan yang ada sebagai yang ada. Pertanyaan mendasar yang digumuli di dalam ontologi adalah “apa itu ada-dalam-dirinya-sendiri? Apa hakikat ada sebagai ada?

Istilah ontologi muncul sekitar abad ke-17 yang dikenal dengan ungkapan “filsafat mengenai yang ada” (philosophia entis). Martin Heidegger (1889-1976) memahami ontologi sebagai analisis eksistensi dan yang memungkinkan adanya eksistensi. Dan yang memungkinkan adanya eksistensi. Para eksistensialis menunjukkan bahwa pengetahuan apapun yang dikembangkan haruslah dikembalikan pada eksistensi dan koeksistensi manusia sebagai “Ada” yang mengadakan atau pengada aktual” (cause efficiens). (Watloly, 2001:35)

Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan kenyataan yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani ataupun abstrak. Jadi, Ontologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang ada. Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamatai melalui pancaindera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pegetahuan lainnya di luar ilmu. (Sudibyo, 2014:46)

(15)

ilmuwan mengenai ontolog memmebntuk latar belakang bagi cara mereka berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada dan tidka ada atau dengan kata lain mempelajari nengenai realitas. Kata ontologi berasal dari kata Yunani yang berarti ilmu mengenai sesuatu yang ada atau proisnisp umum menenai sesuatu yang ada. (West, 2008:55)

Situs web what is ontology (www.formalontology.it/section.4.htm) memberiikan definis ontologi sebagai berikut: “ilu atau studi mengenai sesuatu yang ada, sistem khusus yang idgunkan untuk menyelidiki amsalah-masalah dan sfat dari sesutau yang ada, filsafat pertama.” Definisi ini menenkankan ide bahwa ontologi memberiikan kita suatu cara pandang terhadap dunia dan pada apa yang membentuk karakteristik –karakteristik pentingnya. Pntolgi disebut filsafat pertama karena tidak mugkin berfilsafat hingga sifat dari realitas ditentukan.

Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logka semata-mata. Dalam persolaan ontologi kita menghadap persolaan bagaimankah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa dan merupakan ilmu mengenai esensi suatu benda. Ontologi merupakan cabang dari filsafat yang mengemban tugas melahirkan seperangkat konsep tentang definisi berkenaan dengan suatu hal

2.2.2 Ruang Lingkup Ontologi

(16)

13

1. Monoisme: pandangan ini telah menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.

2. Idealisme/spritualisme: sumber dari roh krn roh lebh tinggi kedudukannya. 3. Dualisme: ada hakikat materi ada hakikat rohani, jasad dan spririt.

4. Pluralisme: semua yang ada adalah nyata, tidak tersusun dari satu atau dua tetapi dari banyak unsur.

5. Nihilisme. Ada tiga proposisi tentang realitas yaitu: pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realita itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bia sesuatu penginderaan itu tidak dapat dipercaya. Penginderaan itu sumber ilusi. Akal juga tidak mampu menyakinkan kita tentang bahan lam semesta ini karena kita telah diikat oleh dilema subjektif kita berpiki sesuai kemauan, ide kita, yang kitaterapkan pada fenomena. Ketiga seklipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.

(17)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Yang menyelidiki tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling dari segala sesuatu yang ada. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan kenyataan yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani ataupun abstrak

3.2 Saran

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke aristoteles. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

(Turbull Neil. 2005.Bengkel ilmu Filsafat.Jakarta: Penerbit Erlanggahttps://books.google.co.id/books?

id=poDnAf4PJx4C&pg=PA41&dq=definisi+filsafat&hl bengkel ilmu

(18)

15

https://books.google.co.id/books?

id=HP8wLkTH9TUC&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false

Hamesma, Harrry. 2008. Pintu masuk ke dunia filsafat. Kanisius.yogyakarta (

Aholiab Watloly. 2001. Tanggung jawab penegtahuan mempertimbangkan

epistemologi secara kultural. Yogyakarta: kanisius.

https://books.google.co.id/books?

id=C2ww4UEzeOoC&pg=PA55&dq=definisi+ontologi&hl

Sudibyo, Lies, dkk. 2014. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: deepublish. https://books.google.co.id/books?

id=VDI8DAAAQBAJ&dq=definisi+ontologi&source=gbs_navlinks_s

Richard West dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar teori komunikasi diterjemahkan oleh Maria Natalia Damayanti Maer dari Introducing Communication Theory : Anaysis and apllication. Jakarta: Salemba Humanika.. Hlm 55. https://books.google.co.id/books?

id=VDI8DAAAQBAJ&pg=PA43&dq=definisi+ontologi

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Kanisius. Yogyakarta. https://books.google.co.id/books?

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di PT Hanol bagian sewing berjumlah 100 orang yang dipilih secara random sampling dengan kriteria: wanita

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan agar tidak keluar dari alurnya, penelitian ini menfokuskan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan pengetahuan pada mata pelajaran laundry oleh peserta didik SMKN 3 Cimahi meliputi pengetahuan, pemahaman dan

Sedangkan peluang pasar produk industri pedesaan, promosi produk industri, pusat pemasaran produk industri pedesaan, dan sarana telekomunikasi merupakan sesuatu yang

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara minat baca siswa kelas IV sekolah dasar gugus 1 Kecamatan Tampan

Kata yang baik dan diucapkan dengan lemah lembut merupakan cara dalam berdialog dengan cara yang terbaik (billati hiya akhsan) adalah salah satu dialog yang beretika

Adapun judul dari skripsi ini adalah Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta