• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIASAAN MAKAN, TINGKAT PENGETAHUAN, DAN STATUS GIZI PEKERJA WANITA PT HANOL INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIASAAN MAKAN, TINGKAT PENGETAHUAN, DAN STATUS GIZI PEKERJA WANITA PT HANOL INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIASAAN MAKAN, TINGKAT PENGETAHUAN, DAN STATUS GIZI

PEKERJA WANITA PT HANOL INDONESIA

Marina Nur Fitria, Astuti Yuni Nursasi

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat - 16424

Email: marina.nf34@yahoo.com Abstrak

Kebiasaan makan seseorang akan berdampak pada status gizinya. Status gizi pada pekerja mempengaruhi produktivitas kerjanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kebiasaan makan, tingkat pengetahuan, dan status gizi pada karyawan. Desain penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan sampel pekerja wanita dewasa di PT. Hanol Indonesia sebesar 100 responden yang dipilih dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% responden memiliki kebiasaan makan kurang baik, 60% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 52% berstatus gizi normal. Kolaborasi antara perawat di seting kerja dengan perusahaan perlu dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan pekerja khususnya masalah gizi.

Kata kunci: kebiasaan makan, pekerja wanita, status gizi, tingkat pengetahuan

Abstrack

Eating habits will have an impact on individual nutritional status. Work productivity in some reason is influenced by the nutritional status of the employee. This study aims to identify the eating habits, knowledge level of nutrition, and the nutritional status of employees. This study applied cross-sectional method with 100 participants of women employee at PT Hanol Indonesia using random sampling. The results showed that 57% of respondents had poor eating habits, 60% had a moderate knowledge level, and 52% had normal nutritional status. Collaboration between nurses at work setting with company will be needed to monitor nutritional status and problems of the worker.

Keyword : eating habits, knowledge level, nutrition status, women worker

Pendahuluan

Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena yang baru di Indonesia. Banyak wanita, terutama dari golongan bawah sudah berpartisipasi dalam berbagai lapangan pekerjaan. Jumlah pekerja wanita di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. pada tahun 2007 mencapai 2,12 juta orang (35,37%). Peningkatan ini dilihat dari segi positif bertambahnya tenaga

produktif, dan dari segi egatif status kesehatan maupun gizi pekerja umumnya belum mendapat perhatian yang baik. Penelitian Renur (2007) menemukan ada sebanyak 23,5% tenaga kerja wanita dari 3 sektor industri yang mengalami status gizi kurang. Konsumsi pangan dan status gizi pekerja dinilai cukup penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Produktivitas

(2)

yang rendah selain mengakibatkan rendahnya pendapatan per kapita, juga mengakibatkan kesehatan masyarakat yang kurang baik. Hal tersebut diakibatkan oleh penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan primer seperti sandang, pangan serta makanan-minuman yang bergizi. Akibat penghasilan yang rendah, pemenuhan pendidikan menjadi kurang berkualitas dan menyebabkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia (Ravianto, 1985 dalam Oktalina 2008).

Faktor-faktor selain faktor ekonomi yang mengurangi daya beli karyawan, terdapat faktor ketidaktahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pola konsumsi pangan karyawan dari segi kualitas dan kuantitas. Faktor kebiasaan yang sering dijumpai adalah tidak makan pagi karena tidak mempunyai nafsu makan, tidak ada waktu, dan penampilan hidangan kurang memberi selera (Karyadi & Muhilal, 1992 dalam Mahardikawati 2008).

Masalah kesehatan yang umum terjadi pada tenaga kerja wanita adalah gizi kurang. Masalah tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: jenis makanan yang dikonsumsi, kebiasaan makan, status ekonomi, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan makan, tingkat pengetahuan, dan status gizi pada pekerja wanit di PT Hanol Indonesia.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di PT Hanol Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di PT Hanol bagian sewing berjumlah 100 orang yang dipilih secara random sampling dengan kriteria: wanita dewasa umur 18 tahun ke atas, sehat jasmani dan rohani, bekerja di bagian sewing, bersedia menjadi responden. Data primer yang dikumpulkan meliputi kebiasaan makan, tingkat pengetahuan, dan status gizi. data kebiasaan makan dan tingkat pengetahuan diperoleh dengan menggunakan kuesioner dari penelitian sebelumnya dan telah dimodifikasi serta dikembangkan oleh peneliti. Data status gizi ditentukan dengan menggunakan IMT (indeks Massa Tubuh). Berat badan diukur menggunakan timbangan dan tinggi badan diukur menggunakan microtoise.

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner diolah menggunakan komputerisasi program SPSS. Data kebiasaan makan meliputi frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan sarapan pagi, konsumsi buah-buahan, konsumsi sayuran, kebiasaan minum air putih setiap hari, kebiasaan makan gorengan, kebiasaan mengkonsumsi mie instan, dan kebiasaan makan di malam hari. Peneliti mengkategorikan kebiasaan makan dari penjumlahan semua variabel kebiasaan makan

(3)

sebagai berikut: kurang jika skor jawaban <24 dan baik jika skor jawaban ≥24. Tingkat

pengetahuan ditentukan dengan

menjumlahkan skor pada setiap pertanyaan pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan dikatakan baik jika persentase jumlah skor benar keseluruhan yang didapat responden lebih dari atau sama dengan (≥) 80%. Dan pengetahuan dikatakan kurang baik jika jumlah skor benar keseluruhan yang didapat responden kurang dari(<) 80% .

Status gizi ditentukan menggunakan IMT yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m), dengan kategori sebagai berikut: kurang jika IMT <18,49; normal jika IMT 18,5-24,9; lebih jika IMT 25-30; dan obesitas jika IMT >30. Namun, pada penelitian ini tidak ada yang mengalami obesitas.

Lampiran Informed Consent disertakan dalam kuesioner sebagai etika penelitian untuk memberikan penjelasan terkait penelitian serta meminta persetujuan responden untuk mengisi kuesioner. Selain itu peneliti juga mempertimbangkan aspek self determination, privacy, anonymity and confidentiality, dan fair treatment.

Hasil Penelitian

Karakteristik Responden

Tabel 1. Rata-rata Usia Karyawan PT Hanol Indonesia

Variabel Mean SD Minimal- Maksimal

95% CI

Usia 26,71 5,44 18-38 25,63- 27,79

Tabel 2. Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Karyawan PT Hanol Indonesia

No. Variabel Frekuensi Persentase (%) 1 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA/SMK 7 39 54 7,0 39,0 54,0 2 Tingkat Pendapatan Kurang Cukup 42 58 42,0 58,0 Total 100 100,0

Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia karyawan di PT. Hanol Indonesia adalah 26,71 tahun dengan standar deviasi 5,44 tahun. Usia termuda 18 tahun dan usia tertua 38 tahun. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan berpendidikan SMA (54%). Berdasarkan tingkat pendapatan, kebanyakan karyawan memiliki pendapatan yang cukup (58%).

Kebiasaan Makan

Tabel 3. Kebiasaan Makan Pekerja Wanita PT. Hanol Indonesia

Kebiasaan Makan Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 57 43 57 43 Total 100 100,0

Tabel 3 menunjukkan bahwa kebanyakan karyawan di PT. Hanol Indonesia secara umum memiliki kebiasaan makan yang

(4)

kurang baik (57%). Variabel kebiasaan makan disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Variabel Kebiasaan Makan

Variabel Kebiasaan Makan N Persen (%)

Frekuensi makan per hari ≥ 3 kali < 3 kali 23 77 23 77 Kebiasaan sarapan Sering Jarang 80 20 80 20 Kebiasaan konsumsi sayuran

Sering Jarang 81 19 81 19 Konsumsi buah-buahan Sering Jarang 36 64 36 64 Kebiasaan minum air putih setiap

hari (< 8 gelas) Sering Jarang 63 37 63 37 Kebiasaan makan gorengan

Sering Jarang 52 48 48 52 Kebiasaan mengkonsumsi mie instan

Sering Jarang 38 62 38 62 Kebiasaan makan di malam hari.

Sering Jarang 41 59 41 59

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umumnya kebiasaan makan karyawan PT. Hanol Indonesia tergolong kurang baik. Sebagian besar frekuensi makan mereka < 3 kali sehari, konsumsi terhadap buah-buahan dan air putih masih kurang, dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi gorengan. Namun karyawan yang menjadi responden sudah memiliki kebiasaan sarapan sebelum bekerja, sering mengkonsumsi sayuran, jarang makan mie instan, dan menghindari makan di malam hari.

Tingkat Pengetahuan

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Karyawan PT. Hanol Indonesia Nilai Total Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik Kurang Baik 40 60 40 60 Total 100 100,0

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang gizi.(60%) dan yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi sebesar 40%.

Status gizi

Tabel 6. Status Gizi Karyawan PT. Hanol Indonesia

Status Gizi Frekuensi Persentase (%) Kurang Normal Lebih 39 52 9 39 52 9 Total 100 100,0

Tabel 6 menunjukkan bahwa status gizi karyawan PT. Hanol Indonesia yang tertinggi yaitu gizi normal (52%), sedangkan terrendah yaitu gizi lebih (9%).

Pembahasan

Kebiasaan makan

Secara umum tampak bahwa kebiasaan makan karyawan PT Hanol Indonesia sebagian besar masih kurang baik. Secara spesifik tampak bahwa kebiasaan makan karyawan kurang dari 3 kali sehari, jarang mengkonsumsi buah-buahan, jarang minum air putih, dan sering mengkonsumsi gorengan. Menurut Susanto (1995) dalam Paramita (2002), salah satu kriteria kebiasaan makan yang baik adalah jika dalam satu hari makanan yang dimakan terdiri dari makanan

(5)

lengkap yang dikonsumsi 2-3 kali sehari secara teratur.

Pada penelitian ini, masih banyak responden yang memiliki kebiasaan makan kurang dari 3 kali dalam sehari. Peneliti berasumsi bahwa banyak responden yang tidak makan di siang hari karena waktu istirahat yang sangat singkat. Responden lebih memilih membeli gorengan atau jajanan yang mengenyangkan karena hanya ada sedikit warung makan sementara jumlah pekerja sangat banyak sehingga apabila membeli makan akan sangat mengantri. Hal ini membuat responden malas untuk makan siang. Kurangnya konsumsi buah-buahan mungkin disebabkan responden tidak sempat membeli buah setiap hari. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden mengkonsumsi buah-buahan hanya 1-2 kali dalam satu minggu. Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden memiliki intake cairan yang kurang. Intake cairan responden kurang karena rata-rata kebutuhan air minum wanita dewasa adalah 2 liter atau sekitar 8 gelas per hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh peraturan yang ada di perusahaan melarang karyawan makan atau minum selama bekerja sehingga responden hanya bisa minum pada jam istirahat. Oleh karena itu, intake cairan per hari responden tidak terpenuhi.

Tingkat Pengetahuan

Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang gizi (60%). Penelitian ini sejalan dengan dengan Oktalina

(2008) tentang hubungan tingkat konsumsi dan suhu ruang kerja terhadap status gizi

pekerja dimana responden yang

berpengetahuan sedang sebesar 59,5%.

Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai pengetahuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan (Nasution 7 Khomsan 1995 dalam Basir 2008). Menurut Suhardjo (1999), pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang semakin baik dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan individu. Pengetahuan dapat diperoleh malalui pengalaman sendiri maupun orang lain.

Menurut peneliti, rendahnya pengetahuan responden tentang gizi disebabkan oleh faktor internal yaitu kurangnya motivasi untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan gizi . Meskipun sebagian besar responden berpendidikan SMA, tetapi karena tidak adanya keinginan untuk mencari informasi tentang gizi maka pengetahuan tentang gizi rendah. Apabila seseorang memiliki motivasi yang tinggi perihal gizi, seseorang tersebut akan mencari informasi

(6)

melalui beberapa media, bisa melalui majalah, koran, televisi, dan juga internet.

Status gizi

Menurut WHO (2006) status gizi orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index (indeks massa tubuh/ IMT). Status gizi responden ditentukan dengan indeks massa tubuh (IMT) dengan kategori WHO (2006). Nilai IMT diklasifikasikan sebagai berikut, nilai IMT kurang dari 18,49 kg/m2 termasuk underweight, 18,5-24,9 kg/m2

termasuk kategori normal, 25-29,9 termasuk kategori overweight, dan ≥ 30 termasuk kategori obesitas. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak terdapat responden yang mengalami obesitas.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa lebih dari separuh jumlah responden (52%) berada pada kategori normal dan sebanyak 39% mengalami gizi kurang (IMT < 18,5) serta 9% responden mengalami gizi lebih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widiastuti (2010) dimana responden penelitian yang berstatus gizi kurang sebanyak 37,5%. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mishradan Mohanty (2009) yang meneliti konsumsi makanan dan antropometri pada pekerja di INDAL, Hirakud, India dimana responden yang berstatus gizi normal sebesar 57,25%, gizi kurang 31,41%, dan gizi lebih 11,35%. Menurut Mishradan, masih adanya gizi kurang pada pekerja di INDAL ini disebabkan

oleh rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini mengindikasikan kurangnya pengetahuan tentang gizi pada pekerja yang berdampak pada konsumsi pangan seseorang.

Peneliti berasumsi bahwa rendahnya IMT pada penelitian ini diduga karena faktor lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh jelas terhadap gizi kerja. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan penurunan berat badan, sebaliknya beban kerja yang ringan serta motivasi yang kuat dapat meningkatkan selera makan yang menjadi salah satu penyebab bertambahnya berat badan dan kegemukan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Oktalina (2008), dimana responden sebagian memiliki status gizi lebih (47,6%). Hal ini karena sebagian besar responden bekerja pada bagian kontrol mesin sehingga aktivitas lebih rendah dibandingkan responden yang bekerja pada bagian lain seperti bagian mekanik dan pencetakan sehingga tubuh responden lebih banyak

menyimpan cadangan energi dan

mempengaruhi berat badan.

Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja erat kaitannya dengan keadaan atau status gizi. seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik. Tenaga kerja dengan status gizi dibawah normal, meskipun persentasenya tidak besar, tetapi perlu mendapat perhatian.

(7)

Hal ini karena konsumsi energi yang kurang memadai akan menyebabkan kebutuhan energi untuk bekerja akan diambil dari energi cadangan yang terdapat dalam sel. Apabila hal ini terjadi, dapat mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan produktivitasnya akan menurun, bahkan dapat mencapai target rendah. Tenaga kerja dengan status gizi lebih atau obesitas maka orang tersebut kurang gesit dan lamban dalam bekerja. Sedangkan orang yang mempunyai berat badan normal akan lebih lincah dalam bekerja. Seseorang yang kurus dengan kekurangan berat badan dengan tingkat berat maupun ringan, maka orang tersebut akan kurang mampu bekerja keras.

Kesimpulan

1. Karyawan PT. Hanol Indonesia bagian

sewing yang memiliki kebiasaan makan kurang baik lebih banyak daripada yang memiliki kebiasaan makan baik.

2. Karyawan PT. Hanol Indonesia bagian

sewing yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik tentang gizi berjumlah lebih banyak dibandingkan karyawan yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi.

3. Karyawan PT. Hanol Indonesia bagian

sewing paling banyak berstatus gizi normal, paling banyak kedua berstatus gizi kurang, dan paling sedikit berstatus gizi lebih.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru mengenai gambaran kebiasaan makan, tingkat pengetahuan dan status gizi pada karyawan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi data pendukung yang memperkuat latar belakang penelitian selanjutnya. Selain itu juga dapat dijadikan data dasar untuk dapat melakukan modifikasi penelitian dengan konsep atau metode penelitian yang lebih baik.

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih peneliti sampaikan kepada partisipan yang telah bersedia terlibat dalam penelitian ini. Kepada Ibu pembimbing Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Ibu Astuti Yuni Nursasi, SKp., MN yang telah yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, koreksi, saran, dan motivasi dengan penuh kesabaran hingga penelitianini selesai dengan baik.

Referensi

Aziiza, F. (2008). Analisis aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi dengan produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Basir. (2008). Tingkat Pengetahuan Gizi, Kesesuaian Diet, dan Status Gizi anggota

(8)

unik kesehatan mahasiswa (UKM) Sepakbola Institut Pertanian Bogor.

Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan RI (2010). Profil kesehatan Indonesia tahun 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Gibson, R. S. (2005). Principles of nutritional assessment. Ed ke-2. New York: Oxford University Press.

Groff, J. L., Gropper, S. S. (2000). Advanced nutrition and human Metabolism. Ed ke-3. Australia : Wadsworth.

Kartasapoetra, G., Marsetyo, H. (2005). Ilmu gizi: korelasi gizi, kesehatan dan produktivitas kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahardikawati, V. (2008). Aktivitas Fisik, konsumsi pangan, status gizi, dan produktivitas kerja wanita pemetik the di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat.

Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mishra, B. K., & Mohanty, S. (2009). Dietary Intake and nutritional anthropometry of the Worker of INDAL, Hirakud.

Anthropologist, 11(2): 99-107.

Oktalina, F. (2008). Hubungan tingkat konsumsi dan suhu ruang kerja terhadap status gizi pekerja. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Paramita, L. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi peragawati. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

WHO. (2004). Physical status. The use and interpretation of anthropometry. Geneva: WHO Technical Report Series 854. Widiastuti. (2010). Faktor Determinan

produktivitas kerja pada pekerja wanita. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar kewirausahaan pada kelompok eksperimen 1 yaitu 72,95 sedangkan rata-rata hasil belajar

Bagi guru – guru SMP Negeri 7 Salatiga, sebaiknya guru di sekolah tersebut dapat menindak lanjuti dengan menerapkan model pembelajaran Example – non

Kegiatan litbang rehabilitasi hutan rawa gambut (HRG) telah dilakukan oleh banyak pihak, namun banyak paket teknologi yang dihasilkan masih spesifik lokal sehingga

Implementasi pendidikan karakter dilakukan berdasarkan indikator yang telah di tentukan sehingga semuanya dapat terukur, seperti aktivitas didalam kelas, di luar

Tujuan Strategis Ukuran Kinerja Score inisiatif Target realisasi Melakukan beberapa inovasi pelayanan seperti: membatasi penunggu pasien, memberikan sarana dan prasarana

Namun pada saat sekarang ini sulit untuk mendapatkan buku yang memuat visualisasi karya Edgar Allan Poe dalam gaya ilustrasi, padahal minat masyarakat Indonesia terhadap Poe

Kajian Proporsi Tepung Terigu dan Tepung Ubi Jalar Kuning serta Konsentrasi Gliseril Monostearat (GMS) terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Muffin.. Susana

simple presentation using LibreOffice Impress, basic image editing using GIMP, and basic HTML / CSS to 11th Grade