SDM: TENAGA KERJA
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di kawasan Asia Tenggara, khususnya jika dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN. Saat ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 250 juta jiwa, dengan jumlah masyarakat sebanyak itu, jumlah penduduk Indonesia mencapai 40% dari total seluruh penduduk Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Sejak 1986-2007 jumlah angkatan kerja Indonesia terus mengalami peningkatan dari 67,5 juta menjadi 108,1 juta atau tumbuh rata-rata antara 2,3 persen per tahun1.
Dengan jumlah yang sangat besar itu, jumlah yang hampir setengah dari seluruh total penduduk di ASEAN, Indonesia mempunyai potensi untuk menguasai pasar tenaga kerja ASEAN dalam AEC 2015 mendatang. Namun untuk menguasai pasar tenaga kerja maka banyak hal-hal yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja local untuk bersaing dengan tenaga kerja asing.
Pertama yang harus disiapkan adalah peraturan perundang-undangan yang akan melindungi hak-hak tenaga kerja , jika dilihat dari system perundang undangan dalam bidang ketenaga kerjaan UU Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan merupakan peraturan pokok yang berisi pengaturan secara menyeluruh dan komprehensif di bidang ketenagakerjaan di Indonesia saat memasuki MEA2. Namun apakah peraturan perundangan itu sudah melindungi pekerja? Terlebih saat Indonesia akan memasuki era MEA. Dengan diadakanya sistem kontrak kerja dan outsourcing itu dianggap telah memperlemah posisi pekerja3 karena tidak ada kepastian upah dan tunjangan untuk para pekerja, yang mana hal itu akan menjadikan pekerja menjadi lebih sengsara dan dirugikan. Untuk menghadapi MEA pemerintah diharapkan segera tanggap dengan kasus ini, pemerintah tidak seharusnya takut dengan kepentingan pemilik modal, yang kemudian berlaku semena-mena terhadap para pekerja. Undang-undang ketenagakerjaan harus secepatnya di revisi agar bisa melindungi hak-hak para pekerja, karena bagaimanapun pekerja
1 R. winantyo, syamsul Arifin, Rizal A . Djaafara, Aida S Budiman, 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), 2015: Memperkuatsinergi ASEAN di tengah kompetisi Global, Alex Media Komputindo, hlm 266. (e-books)
2 Bagus Prasetyo, “Menilik kesiapan ketenagakerjaan Indonesia untuk Menghadapi MEA”, RechtsVending Online,
h.3.
3 Bagus Prasetyo, “Menilik kesiapan ketenagakerjaan Indonesia untuk Menghadapi MEA”, RechtsVending Online,
Indonesia merupakan komponen yang besar pengaruhnya dalam bidang politik, social dan terlebih di bidang perekonomian.
Kedua, Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas Sumber Daya Manusia sangatlah vital dalam perjalanan menghadapi MEA. Saat dibukakan gerbang MEA pada 2015 mendatang kompetisi atau persaingan SDM antar Negara adalah suatu keniscayaan yang hanya akan menunggu waktu. Bila para pekerja Indonesia tidak siap dengan hal itu maka kompetisi global itu akan menjadi persaingan yang sangat menakutkan dan mengancam para pekerja dari Indonesia, pekerja Indonesia dapat dipastikan akan kalah saing dari pekerja ASEAN yang lainya. Rendahnya kualitas pekerja bisa dilihat dari tingkat pendidikanya, yang saat ini sangat meprihatinkan. Menurut data BPS, Jumlah angkatan kerja Indonesia perFebruari 2014 telah mencapai 125,3 juta orang, jumlah paling banyak didominasi oleh lulusan SD kebawah dengan angka 55,31 juta, lulusan SMP 21,06 juta, SMA 18,91 juta, SMK 10,91 juta, Diploma I/II/III 3,13 juta, dan universitas hanya 8,85% (Koran Sindo, 6 Mei 2014)4. Dengan MEA yang sudah didepan mata, data diatas merupakan sebuah hal yang sangat mengkhawatirkan, pemerintah harus segera merealisasikan terobosan-terobosan bukan hanya wacana perundang-undangan. Salah satu upaya yang bisa ditempuh saat ini misalnya dengan waktu yang sudah tinggal sedikit adalah untuk memberikan pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas skill bagi angkatan kerja yang ada. Sebagi contoh adalah Vietnam yang sudah melakukan pelatihan bahasa Indonesia untuk para pekerjanya5. Serta di era digital ini para pekerja seharusnya sudah dibekali dengan penguasaan terhadap teknologi, karena hal itu untuk saat ini sudah tidak bisa ditawar lagi untuk saat ini sebab hal itu sudah menjadi tuntutan hampir disemua bidang pekerjaan. Jadi intinya harus ada nilai lebih yang bisa ditawarkan untuk dapat bisa bersaing dengan para pekerja dari Negara-negara lain.
4 Bagus Prasetyo, “Menilik kesiapan ketenagakerjaan Indonesia untuk Menghadapi MEA”, RechtsVending Online,
h.4.
5 Bagus Prasetyo, “Menilik kesiapan ketenagakerjaan Indonesia untuk Menghadapi MEA”, RechtsVending Online,
h.5.