dan keamanan pangan produk daging dan susu kita....!
Dipersembahkan oleh ISPI
(Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia ) DKI Jaya
Klik...
Pada tanggal 25 -28 Maret 2003, di Copenhagen Denm ark diselenggarakan Sidang Codex Ad Hoc Intergovermental Task Force On animal feeding yang dihadiri oleh 129 peserta dari 41 negara anggota dan 15 organisasi internasional. Sidang ini dipimpin oleh Direktur Jenderal of Danish Plant.
Sidang ini merupakan pembahasan terakhir untuk standar /code of practice on Good Animal Feeding yang akan diajukan pada bulan juli 2003 pada sidang komisi Codex di Roma. Pengajuan ini dilakukan untuk mengesahkan pemberlakuan nya dalam perdagangan internasional untuk pakan ternak.
Draft pedoman ini mencakup : 1. Pendahuluan,
2. Tujuan dan ruang lingkup, 3. definisi,
4. Prinsip prinsip dan persyaratan umum
5. Produksi, Proses, penyimpanan, Transport dan Distribusi pakan ternak dan bahan bahan pakan ternak.
6. Peternakan dan penggunaan pakan ternak dan bahan pakan ternak.
Pada pendahuluan dan tujuan serta ruang lingkup, berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan ditetapkannya standar pemberian yang baik pada
ternak. Sedangkan ruang lingkup menyatakan mengenai lingkup kegiatan yang dicakup didalam standar ini. Istilah istilah yang berkaitan dengan standar ini, dinyatakan didalam definisi. Klausul prinsip dan persyaratan umum merupakan persyaratan standar untuk produksi, proses, penyimpanan, transportasi dan distribusi pakan ternak untuk menjamin pakan ternak yang dihasilkan memenuhi standar pakan ternak yang disyaratkan. Beberapa hal penting yang tercakup dalam klausul ini antara lain :
a. bahan baku pakan ternak, b. pelabelan,
c. ketertelusuran produk pakan ternak dan pemeliharaan rekaman bahan baku pakan ternak,
d. keadaan darurat,
e. prosedur kontrol dan inspeksi,
f. hubungan pakan dengan bahaya kesehatan ,
g. feed additive dan obat obatan yang digunakan dalam pakan ternak,
h. substansi yang tidak diperbolehkan ada didalam pakan ternak,
i. produksi proses produksi, transport dan distribusi pakan ternak dan baha baku pakan ternak.
j. Bangunan produksi pakan ternak
k. Penerimaan, penyimpanan dan transportasi l. Pelatihan personal.
m. Sanitasi dan pengendalian hama
n. Unjuk kerja perlengkapan dan pemeliharaan
STANDAR INTERNASIONAL PAKAN TERNAK
hal. 5NOTIFIKASI PERSYARATAN PRODUK IMPOR KE JEPANG
hal. 7
AWAS SALMONELLOSIS!!!
bersambung ke hal: 7... dok.: informasi
Edisi Maret 2003 SETJEN - DEPARTEMEN PERTANIAN
Berita Standardisasi Mutu dan Keamanan Pangan
Dari Redaksi….
Draft terakhir dari usulan
pedoman
pemberian
pakan yang baik, telah
dibahas pada sidang
CODEX
Ad-Hoc
Intergovernmetal Task
Force on Animal Feeding
pada tanggal 25 - 28 Maret
2003.
Tingginya standar pakan
ternak yang diusulkan,
menimbulkan tanda
tanya; apakah industri
pakan ternak nasional
mampu menerapkannya?
Akan tetapi mau tidak
mau, suka tidak suka
sebagai anggota WTO
kita harus mau menerima
pemberlakuan pedoma
tersebut dalam dunia
p e r d a g a n g a n
internasional.
Kalau tidak sekarang,
kapan lagi kita mulai
mempelajari
dan
menerapkan pemberian
pakan ternak yang baik.
Profil Laboratorium Lingkup Pertanian
Bersambung...
Redaksi Infomutu:
Penanggung jawab: Kepala Pusat Standardisasi
dan Akreditasi, Pemimpin Redaksi:
Sri Bintang K Redaksi:
Erna, Iin, Slamet Hartanto, Chandra, Apriadi
Minggu, Jakarta 12550,
1.
Nama Laboratorium
Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Pekanbaru
Alamat
Jl. Dr. Sutomo No. 108 Pekanbaru 28011
No. telp / fax
Telp. (0761) 21325, Fax. (0761) 22173 Ruang Lingkup
Komoditi
Kakao / Biji Kakao Parameter Pengujian - Kadar air
- Kadar kulit dan keeping biji - Kadar biji pecah, pecahan biji dan
pecahan kulit - Ukuran biji - Kadar biji cacat - Kadar lemak total
- Kadar asam lemak bebas - pH
Personil Kunci / Contact Person Dra. Paulina Azis
Status Akreditasi Terakreditasi
2.
Nama Laboratorium
Laboratorium Pengujian Alat dan Mesin Pertanian
Alamat
Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian Situgadung , Legok , Tromol Pos Serpong 15310 –
Tangerang No. telp / fax
(021) 5376780 , 5376787 (T) ; (021) 5376784 (F)
Personil Kunci / Contact Person
Dr. Handaka, M. Eng Status Akreditasi Proses Akreditasi (Tahap Implementasi)
3.
Nama Laboratorium
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura XIX DKI Jakarta)
Alamat
Jl. Raya Jambore No. 1 Cibubur Jakarta Timur
No. telp / fax
(021) 8730666 (T), (021) 8730666 (F) Status Akreditasi
Belum Terakreditasi
4.
Nama Laboratorium
Laboratorium Tipe B Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok
Alamat
Jl. Padamarang No. 6 Tanjung Priok, Jakarta Utara
No. telp / fax
(021) 491511 (T) ; (021) 4367269 (F) Ruang Lingkup
Komoditi
1.Produk Pertanian (Tanaman, Biji, Buah, Benih)
2.Kompos
3.Media Biakan Organik 4.Tanah
Parameter Pengujian
Produk Pertanian (Tanaman, Biji, Buah, Benih) :
Deteksi OPT (Hama, cendawan, bakteri, nematode, bakteri berupa organisme) Personil Kunci / Contact Person 1.Ir. Derhani Lumban Gaol (Kepala
Laboratorium) 2.Ir. Andreas Maryanto Status Akreditasi
Laboratorium Balai Inseminasi Buatan Singosari atau yang lebih dikenal dengan nama BIB Singosari merupakan salah satu Balai Inseminasi Buatan tertua di Indonesia selain dari BIB Lembang, yang merupakan
Institusi yang dibebani tugas untuk menguji semen (benih) sapi, kambing, babi dan ikan yang dihasilkan oleh Unit Produksi Balai Inseminasi Buatan Singosari dan semen yang dihasilkan oleh institusi lainnya. BIB Singosari merupakan UPT dibawah Direktorat Perbibitan Ditjen Petemakan.
Saat ini BIB Singosari telah m em ulai m engekspor produksinya kemanca negara, antara lain kenegara lingkup ASEAN. Untuk menjamin akurasi hasil uji yang dilakukan Laboratorium BIB Singosari terhadap semen yang dihasilkan untuk kemudian diekspor, Laboratorium
BIB Singosari mulai menerapkan sistim manajemen mutu mulai tahun 2003.
Sebagai persiapan, pada tahun 2001, telah dilakukan apresiasi sistim manajemen mutu laboratorium berdasarkan
Penerapan sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000
di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari
Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan Laboratorium Pusat Penelitian dan pengembnagan tanah dan agroklimat, merupakan dua diantara enam (6) laboratorium lingkup litbang, yang dipersiapkan untuk diakreditasi. Persiapan telah dilakukan sejak tahun 2001.
Pada tahun-tahun sebelumnya (2001 dan 2002) persiapan dilakukan dari aspek dokumentasi sistem mutu dalam bentuk apresiasi dan penyusunan
dokumen mutu dan dari aspek teknis pengujian dilakukan persiapan berupa kalibrasi peralatan, persiapan personel kalibrator internal, validasi metoda dan uji banding dan atau uji profisiensi serta persiapan SDM sesuai dengan persyaratan SNI 19-17025-2000.
Setelah persiapan ini dilakukan secara matang, maka tahun 2003 dilakukan audit internal oleh laboratorium tersebut sebagai persyaratan penerapan sistem manajemen laboratorium. Audit internal ini dilakukan oleh personel-personel yang telah terlatih dan independen.
Sebagai persiapan terakhir sebelum dilaksanakan asesmen oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang rencananya akan dilakukan pada pertengahan bulan Maret, pada awal februari dilakukan praasesmen di Laboratorium Balitsa dan Puslitbangtannak dalam bentuk monitoring dan
Laboratorium Balitsa Lembang dan Puslitbangtanak Menjelang asesmen
SNI 19-17025-2000. Apresiasi ini diteruskan dengan fasilitasi penyusunan dokumentasi sistim mutu yang terdiri dari Panduan mutu, Dokumen Prosedur, Instruksi Kerja dan fomat dan rekaman rekaman. Fasilitasi ini baru dilakukan pada tahun 2002, setelah dibentuk tim persiapan akreditasi yang terdiri dari personel dari PSA dan Direktorat Perbibitan Ditjen Petemakan. Fasilitasi penyusunan dokumentasi sistim mutu, berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan laboratorium sejenis lainnya. Penyusunan dokumentasi sistim mutu ini berlangsung kurang lebih lima (5) bulan.
Pada Bulan Januari 2003, sistim mutu ini m ulai diterapk an setelah dilakukan beberapakali sosialisasi kepada personel laboratorium. Audit internal sebagai salah satu persyaratan sistim m anajem en m utu berdasark an SNI 19-17025-2000 direncanakan pelaksanaannya pada bulan Mei 2003. (Bintang/AK/05/03/ 03)
evaluasi kesiapan asesmen. Monitoring ini dilakukan oleh personel-personel yang telah membina kedua laboratorium ini sebelumnya.
Temuan pada monitoring ini antara lain: secara umum kedua laboratorium ini siap untuk dinilai (diases), walaupun masih ada beberapa hal yang masih harus dilengkapi untuk menghindari adanya temuan major fatal, yaitu tem uan yang m em akan waktu perbaikan lebih dari tiga (3) bulan yang dapat berakibat pada ditundanya status terakreditasi. Temuan yang sama yang ditemukan pada kedua laboratorium ini adalah : Belum dilakukannya perhitungan pada validasi metoda, untuk menentukan apakah m etode tidak baku yang dipergunakan telah valid untuk digunakan sebagai metoda uji sehari hari, beberapa hal dalam dokumentasi ada yang masih harus dilengkapi, seperti rekaman personel penguji, serta sosialisasi penerapan sistim mutu yang m asih harus dilak ukan secara berkesinambungan untuk menjamin penerapan sistim manajemen mutu laboratorium secara efektif dan efisien.
NOTIFIKASI PERSYARATAN
PRODUK IMPOR KE JEPANG
Importir pangan memerlukan undang-undang kesehatan pangan untuk mengajukan notifikasi impor pada stasiun
karantina (Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan). Pada
saat produk akan
diim por untuk
dipasarkan atau untuk keperluan bisnis di Jepang, notifikasi impor harus diajukan.
1. Pangan (termasuk obat-obatan dan obat terlarang yang diatur oleh
Undang-Undang yang
berkaitan dengan farmasi)
2. Bahan tambahan makanan
3. Peralatan 4. Kemasan botol 5. Mainan untuk bayi
(di bawah 6 tahun) Pangan yang harus diuji
1. Pangan pada yang dipertanyakan karena pelanggaran 2. Pangan yang untuk pertama kali diimpor ke Jepang
3. Pangan yang didesain menjadi target pengujian oleh Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan.
4. Pangan yang dalam catatannya ada kecelakaan selama transportasi.
5. Pangan yang dikembalikan oleh negara lain karena masalah keamanan pangan.
Penerimaan Hasil Inspeksi Disiapkan oleh Laboratorium Resmi Negara Pengekspor
Pangan dan sebagainya yang telah diuji oleh laboratorium resmi negara pengekspor dan hasil pengujiannya diajukan ke Stasiun Karantina akan dibebaskan dari pengujian di Jepang. Laboratorium resmi negara pengekspor telah memenuhi persyaratan dan didaftar oleh Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan (Tabel 1)
1. Kualifikasi
Laboratorium harus sesuai dengan salah satu kriteria di bawah ini, kem am puan m elaksanakan pengujian dengan kelengkapan metode menurut US Association of Official Analytical Chemists (AOAC).
a. Laboratorium yang di bawah pengawasan langsung oleh pemerintah pusat atau negara bagian pada negara pengekspor.
b. Laboratorium yang diakui atau ditunjuk oleh pemerintah pusat atau negara bagian pada negara pengekspor.
2. Penerimaan Hasil Pengujian
Hasil pengujian disiapkan oleh organisasi yang berkompeten atau memenuhi persyaratan seperti yang disebutkan di atas akan diberi perlakuan yang sama seperti yang disiapkan oleh Stasiun Karantina dsb, di Jepang.
3. Pengecualian
Dalam
h a l
inspeksi, u n t u k kondisi kebersihan yang dapat berubah selama transportasi melalui kapal atau pesawat (bakteri, m ycotoxin, dst) akan mendapat mengecualian dari batas penerimaan. Kunci untuk Keamanan Pangan
1. Pendidikan 2. Analisa Pangan
a. Penggabungan dan validasi pada metode analisa b. Peralatan untuk analisa
3. Undang-Undang Perlindungan Produk
4. Pengawasan mutu dalam ketepatan pengujian 5. GMP. GLP, HACCP, ISO dll
6. Harmonisasi Internasional
Laboratorium Resmi Negara Pengekspor yang telah Memenuhi Persyaratan dan Didaftar oleh Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang adalah sebagai berikut :
NO NEGARA JUMLAH LABORATORIUM
1 Iceland 5
2 Irlandia 11
3 Amerika 53
4 Argentina 2 5 Inggris 110
6 Italia 212
7 India 8
8 Indonesia 4 9 Australia 31 10 Austria 18 11 Belanda 24
12 Kanada 53
13 Cyprus 1
14 Kuba 2
NO Nama Laboratorium Alamat Tabel 2. Laboratorium Resmi Indonesia yang telah Memenuhi Persyaratan dan Didaftar oleh Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang
16 Guatemala 1
32 New Zealand 90
Laboratorium Balai Pengujian
Pusat Pengawasan Obat dan Makanan Nasional, Badan POM
Jl. Raya Bogor Km 26 CiracasJakarta TimurTlp. (021) 8710321-3
Jl. Letjen S. Parman No. 102 Jakarta
Jl. Muara Baru Ujung, Pluit Jakarta
Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat
1
Bahaya keamanan pangan dapat dibagi menjadi tiga bidang kategori yaitu biologi, kimia dan fisika. Di bawah ini Tabel Daftar Potensi Bahaya untuk setiap kategori dan sumber yang memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi. Kontaminasi produk dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung terhadap produk hubungan kontaminasi permukaan atau zat
Biologi Mikroorganisme (mikrobia) pada produk di populasi tersebut yang disebabkan oleh penyakit tular pangan
§ kotoran dari atau sisa liar dan binatang dalam negri dan kotoran manusia yang
terkontaminasi dengan air yang digunakan untuk pengairan, penerapan pestisida, pemanenan, pembongkaran, pencucian, tetesan air dari atas, pendinginan air, pembersihan.
§ Penggunaan produk organik binatang yang tanpa perlakuan untuk pemupukan dan
perbaikan tanah yang berhubungan langsung dan tidak langsung melalui tanah.
§ pengambilan produk yang berhubungan atau jatuh terkontaminasi dengan tanah. § kurangnya kebersihan pada pengambilan wadah dan pemanenan, peralatan pemilihan
dan pengemasan yang terkontaminasi dengan tanah, pembusukan bahan dan kotoran binatang pengerat, burung dan serangga.
§ tumpukan jerami, peti kayu dan tempat penyimpanan gandum yang terkontaminasi
dengan tanah dan kotoran pada tingkat produk yang tidak terlindungi.
§ pengemasan dan pegepakan bahan yang terkontaminasi dengan kotoran dari binatang
pengerat, burung dan serangga.
§ penanganan produk oleh pekerja terinfeksi karena kurangnya fasilitas toilet dan pencuci
tangan, kurangnya praktek kebersihan dan gejala penyakit pada personil – contohnya hepatitis.
§ kebocoran air yang terkontaminasi dari sistem sirkulasi pendingin pada ruang pendingin
(Erry)
Regional Workshop on
Sanitary and Phytosanitary Measures
Sejak kurun waktu bergabung ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (W TO), untuk kali pertama Indonesia menyelenggarakan sebuah event bertajuk Regional Workshop on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) yang secara khusus mengupas segala aspek komprehensive yang terdapat di dalam SPS Agreement. Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama Indonesia National Notification Authority –baca; Pusat Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian- dengan Sekretariat SPS-WTO berlangsung pada tanggal 5 – 7 Maret 2003 bertempat di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta dan dihadiri oleh delegasi dari sejumlah negara anggota ASEAN serta tentunya beberapa instansi terkait lainnya ditanah air.
Seperti diketahui, Sanitary and Phytosanitary Measures merupakan salah satu dari sejumlah agreement yang disepakati dan selanjutnya digunakan sebagai rambu bagi negara anggota WTO sebagai frame aturan main di dalam
perdagangan global dewasa ini yang diratifikasi pada awal pembentukannya tahun 1994 yang lalu. Adapun substansi dari perjanjian ini menekankan pada aspek keamanan pangan, kesehatan hewan, perlindungan tanaman serta perlindungan wilayah dari segala ancaman intorduksi penyakit.
Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Infeksi akibat Salmonella setelah 12 – 72 jam dapat menyebabkan diare, demam dan kram perut, biasanya berlangsung selama 4 – 7 hari. Meskipun sebagian besar penderita dapat sembuh tanpa perawatan khusus, namun untuk sebagian orang (manula, bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh bermasalah ) dapat mengalami diare yang berat sehingga memerlukan perawatan khusus dirumah sakit. Infeksi salmonella bermula dari usus yang kemudian menyebar ke aliran darah, selanjutnya ke bagian tubuh yang lain dan dapat menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan pengobatan dengan antibiotik secara dini.
Salmonella merupakan sekelompok bakteri yang dapat menyebabkan diare pada manusia. Bakteri yang sejak ratusan tahun lalu dikenal sebagai penyebab penyakit ini diberi nama Salmonella sesuai dengan nama penemunya “Salmon” seorang ilmuwan Amerika. Salmonella hidup di dalam usus manusia atau hewan dan menyebar ke manusia atau hewan lainnya melalui feces. Salmonella serotype Typhimurium dan
Salmonella serotype Enteritidis merupakan jenis Salmonella yang sangat populer di Amerika Serikat.
Penyebab penyakit diare, demam dan kram perut sebenarnya sangat beragam. Untuk menentukan bahwa bakteri Salmonella adalah penyebabnya harus melalui uji laboratorium yang dapat mengidentifikasi Salmonella di feces penderita. Jika Salmonella sudah diidentifikasi maka tes selanjutnya dilakukan untuk menentukan tipe atau jenis Salmonella, sehingga jenis antibiotik yang digunakan dapat ditentukan. Antibiotik yang biasa digunakan adalah ampicilin, gentamicin, trimethoprim/sulfamethoxazole, atau ciprofloxacin. Sayangnya beberapa jenis Salmonella menjadi resistant terhadap antibiotik, akibat dari maraknya penggunaan antibiotik pada pakan ternak untuk memacu pertumbuhan hewan. Penderita diare yang mengalami dehidrasi memerlukan rehydrasi (diinfus). Beberapa penderita penyakit akibat infeksi Salmonella mengalami Reiter’s Syndrome (sakit pada persendian, iritasi mata dan sakit pada saat buang air kecil). Syndrom ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan
CUCI TANGAN :
CEGAH SALMONELLOSIS
(a) key provisions of the SPS Agreement and its practice;(b) the three standard setting bodies: IPPC, OIE and Codex;
(c) Risk analyses; (d) Transparency.
Diakhir kegiatan, delegasi dari masing-masing negara sepakat untuk merumuskan suatu usulan kepada Sekretariat SPS-WTO yang selanjutnya diajukan sebagai agenda usulan bersama negara ASEAN. Point-poin penting dari usulan tersebut antara lain :
· Menggali kemungkinan adanya bantuan teknis bagi
Kamboja dan Vietnam serta negara2 anggota ASEAN lain yang mempunyai situasi sama, dengan tenaga ahli dan konsultan berasal dari negara2 ASEAN lain sedangkan sumber dana berasal dari dana internasional termasuk STDF yang baru saja dibentuk.
tahunan dan dapat menjadi arthitis (penyakit tulang) kronis yang sukar untuk disembuhkan. Pemberian antibiotik pada kasus ini tidak dapat membantu.
Biasanya Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi oleh feces manusia ataupun hewan. Makanan yang terkontaminasi oleh salmonella terlihat normal dan tidak berbau. Produk hewani (terutama yang mentah) seperti daging sapi, daging ayam, susu, telur lebih sering dan mudah untuk terkontaminasi Salmonella. Namun semua makanan termasuk sayuran dan buah-buahan dapat terkontaminasi Salmonella, akibat dari tangan kita yang tidak dibersihkan dengan benar setelah dari kamar mandi. Salmonella juga ditemukan pada feces hewan piaraan terutama yang mengalami diare. Oleh karena itu setelah memegang hewan piaraan terutama jenis Reptiles meskipun sehat harus mencuci tangan sampai bersih.
Bagaimana Mencegah Salmonellosis?
Tidak ada Vaccine (Vaksin) untuk mencegah Salmonellosis. Untungnya melalui proses pemasakan Salmonella mati. Oleh karena itu upaya untuk mencegah Salmonellosis adalah tidak mengkonsumsi makanan atau telur yang mentah atau yang belum masak sempurna. Penggunaan telur mentah untuk berbagai macam makanan seperti ice cream, hollandaise sauce, salad sebaiknya dihindari. Ayam dan daging termasuk hamburger harus dimasak sampai matang (tidak berwarna pink ditengahnya). Susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi sebaiknya tidak dikonsumsi. Selain itu untuk mencegah terjadinya cross contamination maka daging mentah harus disimpan terpisah dari makanan yang matang dan siap untuk dimakan. Tangan dan peralatan masak dicuci setelah digunakan untuk bahan pangan mentah atau belum matang. Penderita yang mengalami infeksi akibat Salmonella tidak seharusnya menyiapkan makanan minuman untuk orang lain.
Untuk kegiatan sehari-hari upaya pencegahan salmonellosis dapat dilakukan dengan selalu membersihkan tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi, setelah
· Menyampaikan usulan melalui organisasi2 internasional
termasuk WTO, untuk pemberian bantuan teknis berupa pengadaan peralatan2 berteknologi tinggi dalam upaya untuk dapat memenuhi persyaratan2 teknis dari negara2 maju.
· Mengusulkan adanya bantuan teknis khususnya untuk area
yang lebih spesifik seperti analisa resiko, ekuivalensi dan penerapannya, dll.
· Memperkuat keinginan negara2 ASEAN untuk dapat
berpartisipasi secara lebih efektif dalam pertemuan2 organisasi standar internasonal, khususnya melalui Codex Trust Fund.
· Merangsang negara2 ASEAN peserta workshop ini untuk
bersama-sama aktif dalam forum-forum dalam tiga organisasi standar internasional : CODEX, OIE dan IPPC (Upre&wandi)
memegang hewan piaraan (reptil, burung dll) terutama setelah menyentuh fecesnya. Biasakan mencuci peralatan dapur setelah dipakai untuk daging maupun sayuran mentah. Jangan sekali-kali menyajikan makanan untuk bayi tanpa mencuci tangan terlebih dahulu apalagi setelah menyentuh daging atau ayam mentah. Susu ibu merupakan makanan paling aman untuk bayi dan dapat mencegah terjadinya salmonellosis pada bayi.
Dalam lingkup yang lebih besar upaya pencegahan salmonellosis akibat makanan yang terkontaminasi dapat dilakukan mulai dari peternakan-peternakan dengan menerapkan Farm Animal Hygiene. Di tempat pemotongan hewan, tempat penampungan hasil panen buah-buahan dan sayuran, juga tempat pengepakan upaya pencegahan salmonellosis dapat dilakukan dengan menerapkan good handling practices. Pengetahuan dasar mengenai “basic food safety” bagi pekerja industri makanan maupun minuman dan prosedur inspeksi di restoran-restoran dapat mencegah terjadinya cross contamination dan penanganan pangan yang salah yang dapat memicu mewabahnya salmonellosis. Pada masa yang akan datang penanganan pangan dengan radiasi “irradiation treatment” dapat mengurangi kontaminasi pada daging mentah.
Upaya Pemerintah Amerika Serikat untuk Mencegah Salmonellosis?
Di negara maju seperti AS setiap tahun kurang lebih 40.000 kasus salmonellosis dilaporkan setiap tahunnya. Jumlah kasus
salmonellosis yang sebenarnya jauh lebih besar sebab banyak kasus salmonellosis yang tidak didiagnosa dan tidak dilaporkan. Di AS kasus salmonellosis lebih banyak terjadi pada musim panas daripada musim dingin. Setiap tahunnya diperkirakan sekitar 1000 orang meninggal akibat salmonellosis.
Pemerintah Amerika Serikat melalui The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memonitor frekuensi infeksi Salmonella dan membantu Departemen Kesehatan untuk meneliti wabah dan menyusun Langkah-Langkah Pengontrolan. CDC juga melakukan penelitian untuk menentukan tipe Salmonella. Selain itu Food and Drug Administration (FDA) melakukan inspeksi terhadap produk-produk pangan impor, tempat pasteurisasi susu, pabrik-pabrik pengolahan pangan dan mengatur perdangan kura-kura. FDA juga mengatur penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan hewan pada pakan ternak. Departemen Pertanian Amerika Serikat memonitor aspek hygienis dari pakan ternak, melakukan inspeksi terhadap tempat pasteurisasi telur, dan bertanggung jawab terhadap mutu daging potong dan daging olahan. Badan Perlindungan Lingkup AS (The US Environmental Protection Agency) mengatur dan memonitor keamanan supplai air minum. (Iin)
o. Pengendalian produksi. p. Penarikan kembali
q. Penggunaan pakan ternak dan bahan baku pakan ternak dipeternakan.
r. Budidaya pakan ternak s. Tempat seleksi
t. Penggunaan penyubur
u. Pestisida dan berbagai senyawa kimiawi
v. Pembuatan pakan ternak terdiri dari bahan bahan pakan ternak dan pencampuran, monitor rekaman.
w. Praktek pemnerian pakan ternak yang benar mencakup ketentuan ketentuan : Air, penggembalaan dipadang rumput, dan pemberian pakan ternak.
x. Pemberian pakan yang stabil dan intensif, mencakup ketentuan ketentuan : kesehatan.
y. Metode sampling dan analisa mencakup ketentuan ketentuan kesehatan dan analisa.
Pada sidang Codex Ad Hoc Intergovermental Task Force On animal feeding ini, Utusan dari Indonesia mengusulkan beberapa hal prinsip yang apabila tidak dirubah akan mempengaruhi kemampuan daya saing pakan ternak Indonesia secara signifikan. Aspek-aspek yang diusulkan Indonesia untuk
dirubah diantaranya adalah : keharusan untuk menggunakan air irigasi yang bebas residu bagi bahan bak u ternak dan keharusan m enerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan sistim jaminan mutu HACCP bagi semua pabrik pakan ternak.
Untuk usulan pertama, kata bebas residu diganti dengan dibawah batas maksimum residu (MRL) sesuai dengan standar internasional. Kalimat ini bermakna air irigasi dapat digunakan sepanjang residu yang dikandung masih dalam ambang batas sesuai dengan ketentun standar Internasional. Usulan ini muncul akibat sulitnya negara berkembang termasuk Indonesia memenuhi persyaratan air irigasi bebas residu.
Usulan kedua kata “dan” diantara GMP dan HACCP diganti dengan “bila memungkinkan”. Usulan ini dilontarkan mengingat hampir semua pabrik pakan di Indonesia telah menerapkan GMP, tetapi belum mampu menerapkan HACCP. Kata bila memungkinkan merupakan usulan yang paling dapat diterima, kerana HACCP sudah menjadi standar jaminan mutu Internasional. Kedua usulan ini didukung dan disetujui oleh Komite. Informasi selengkapnya hubungi redaksi Infomutu. (Sumber Laporan Sidang Codex on Animal Feeding ke 4, Syukur Iwantoro). sambungan dari hal. 1
Standar Internasional ...
ANDA INGIN BER-IKLAN DI INFOMUTU ?
HUB : REDAKSI INFOMUTU
TELP.: (021) 78842042 EXT.103
a) Kadar air (maksimum) 14,0 %
b) Protein kasar 18,0 - 23,0 %
c) Lemak kasar 2,5 - 7,0 %
d) Serat kasar (maksimum) 5,0 %
e) Abu 5,0 - 8,0 %
f) Calcium (Ca) 0,9 - 1,2 %
g) Phosphor (P) 0,7 - 1,0 %
h) Aflatoxin (maksimum) 50 ppb
i) L-Lysine (minimum) 1,10 %
j) DL-Methionine (minimum) 0,50 % Spesifikasi Persyaratan Mutu
anak ayam ras pedaging Sesuai SNI 01-3930-1995
DOC : Masalah dan Solusinya
(bagian 1)
Beberapa minggu terakhir ini industri unggas khususnya industri ayam potong broiler mendapat guncangan hebat, dan membuat mati suri para produsen DOC (Day old Chicken) atau bibit anak ayam umur sehari. Pasalnya DOC yang biasanya diminati oleh peternak dan breeder untuk dibesarkan sebagai ayam potong, saat ini nyaris tidak berharga. Harga DOC pada keadaan normal adalah 2500 - 3000 rupiah perekor, dan saat ini DOC hanya dihargai 500 - 600 rupiah perekornya. Itupun masih banyak peternak yang enggan membelinya. Apa gerangan yang terjadi, sehingga menyebabkan gunjang ganjing industri ayam broiler.
Menurut beberapa praktisi unggas, masalah ini merupakan masalah yang klasik terjadi, tetapi formula pemecahan masalahnya belum ditemukan. Masalah ini konon berawal dari meningkatnya impor Grand Parents Stock (GPS) untuk memproduksi DOC 18.000.000 perminggunya. Rekomendasi ini diberikan setelah memperhitungkan kebutuhan k o ns u m en d an d a ya s er a p p e t e rn a k d o m es t i k . N a m u n pa d a kenyataannya saat ini dihasilkan 24.000.000 DOC tiap minggunya, sehingga terjadi oversupply DOC. Dengan demikian sesuai dengan t e o r i de m an d s u p p l y harga akan segera turun drastis.
A d a s at u f e n o m e n a
y a n g be r s i f a t p a r a d o k s
d e n g a n kenyataan ini.
D e n g a n membanjirnya
DOC dipasaran, otomatis diikuti
d e n g a n p e n u r u n a n
harga DOC yang t er j u n b e ba s
s am p a i n y ar i s t ak b er h a rg a l ag i . D e n ga n k on d i s i h ar g a p a k a n da n ob a t o b at a n ya n g stabil, semes tinya h a rg a di t i n gk a t konsumen ayam potong j ug a t u r u n s e s u a i d e n g a n p e n ur u n an h ar g a D O C . Na m u n k e nya t aa n dipasaran menunjukkan bahwa harga ayam potong masih stabil pada angka 8000- 9000 rupiah perkilonya, tetapi harga ayam dikandang turun 3000 rupiah.
Permasalahan harga DOC ini akan makin kompleks, bila dilihat dari akibatnya. Dengan DOC yang nyaris tidak berharga ini maka produsen DOC akan lebih senang menjual telur-telur calon DOC, dalam bentuk telur. Telur ini dikenal sebagai telur putih. Padahal sampai saat ini pasokan telur dipasaran telah dianggap sesuai dengan permintaan konsumen. Bisa dibayangkan dengan dijualnya telur bibit sebagai telur konsumsi dengan segera akan memukul pelaku bisnis ayam petelur karena berlebihnya supply dibandingkan permintaan akan mengakibatkan turunnya harga telur dengan segera.
Permasalahan lain yang terkait dan membuat masalah ini makin bak benang kusut, adalah dengan rendahnya harga ayam potong dikandang, akan membuat produsen ayam potong lebih memilih
mengistirahatkan kandangnya, daripada harus menanggung kerugian yang terus menerus. Berhentinya peternak-peternak ini berproduksi, otomatis akan membuat pelaku yang terkait dengan usaha ternak ayam potong ini akan mati suri. Industri yang juga akan terpukul dengan mati surinya peternak ayam broiler antara lain industri obat hewan khususnya unggas, dan industri pakan ternak terutama perusahaan dengan skala menengah kecil.
Beberapa praktisi unggas mensinyalir bahwa oversupply terjadi akibat permainan kartel kartel besar produsen DOC. Permainan itu sendiri disebabkan karena munculnya breeder-breeder menengah kecil, yang dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi industri DOC itu sendiri. Dengan cara ini hanya industri yang bermodal kuat yang dapat bertahan dan dengan demikian jaringan industri DOC mampu meyakinkan bahwa usaha peternakan ayam potong, belum dapat dijadikan dengan skala usaha kecil dan menengah.
Pada rantai tata niaga ayam potong, terdapat perantara diantara peternak dan konsumen yang disebut sebagai pedagang perantara (Brooker). Pada tingkat konsumen brooker memegang peranan dalam menentukan harga. Brooker menjadi penentu pada harga ditingkat konsumen, karena selama ini hanya brooker yang mengetahui rantai tataniaga yang terkait dengan pemasaran ayam broiler. Pada keadaan seperti saat ini, dimana terjadi oversupply ditingkat kandang, dan permintaan ditingkat konsumen stabil maka yang paling banyak meraup keuntungan adalah para brooker ini.
Sesungguhnya apabila ditarik benang merah permasalahan DOC, akar permasalahan sampai saat ini Grand Parents Stock masih diimpor dari mancanegara, tergantung dari spesies yang diinginkan. Grand Parents Stock memiliki life time tertentu. Dengan demikian tanpa upaya menghasilkan strain local pedaging, DOC akan tetap menjadi masalah klasik yang akan terjadi dikemudian hari, dikarenakan kebutuhan protein hewani yang terus meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan jumlah penduduk Indonesia. (Bintang/ 10/03/03)
Lengkapi koleksi
referensi anda...
Bulletin
INFOMUTU 2002
Harga :
Rp.50.000,-(persediaan terbatas)
01 SNI Pertanian dan Penerapannya.
03 Peningkatan Mutu Pangan untuk Internasional
04 Hambatan produk hortikultura di Taiwan 05 Alasan FMD dipertanyakan Argentina 06 Komite SPS Nasional
07 Akreditasi di Departemen Pertanian 08 Dilema : Pemberlakuan SNI Pertanian 09 Sertifikasi Bertahap menuju Pertanian
Organik
10 Peraturan Baru Produk Pangan ke AS 11 Era AFTA : Laboratorium Domestik 12 Penerapan ISO 9001:2000
Edisi 02 Headline
Hubungi Redaksi INFOMUTU : Gd.E Lt.7 Kanpus Deptan, Jl. Harsono
RM3, Ragunan Jakarta Selatan 12550 Telp.021-78842042 ext.103 Email : [email protected]