BAB II
KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014
A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia
Kebijakan Pangan adalah kebijakan utama yang harus dimiliki oleh semua
negara, karena kebijakan pangan merupakan suatu bentuku keputusan yang dimiiki
oleh suatu negara dalam mengatur kebutuhan dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan
pangan.Di Indonesia kebijakan pangan mengalami banyak perubahan seiring dengan
berjalannya pembangunan di Indonesia.Sejak Indonesia merdeka, yaitu rezim
pemerintahan Soekarno Indonesia sudah mengenal kebijakan Kasimo sebagai cikal
bakalnya lahirnya kebijakan pangan.Hingga sekarang pada pemerintahan Joko
widodo dengan kebijakan pangan yang pro-kerakyatan dan petani. Adapu pada bab
ini akan dijelaskan sejarah perkembangan kebijakan politik pangan di Indonesia dan
perkembangannya serta secara khusus menjelaskan apa yang menjadi kebijakan
pangan pemerintahan SBY-Boediono pada periode 2009-2014.
A.1.Indonesia dan Pembangunan
Indonesia adalah suatu wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam
dan potensi alam lainnya, hal ini yang menjadi alasan oleh Belanda untuk
menamakan kolonialismenya di Indonesia.Kedatangan Belanda ke Nusantara
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peta komoditi tanaman pangan
rempah-rempah yang harganya cukup tinggi di Eropa.Posisi Nusantara (Indonesia)
yang cukup strategis bagi para pedagang Eropa menjadi lahan persaingan dengan
kongsi dagang lainnya di India dan kawasan Asia bagian Tengah lainnya. Untuk
tanaman rempah-rempah, bangsa Portugis lebih condong mencari di Kawasan
Indonesia Bagian Timur seperti Maluku, Nusa tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat
.Pada masa itu Indonesia berada di posisi yang sangat strategis bagi para
pedagang-pedagang asing, daerah yang memiliki banyak pantai yang landai sehingga para
pedagang dapat berlabuh dan diapit oleh Asia dan Australia. Keuntungan Indonesia
bukan hanya posisinya yang sangat startegis Indonesia juga dilintasi oleh garis
Khatulistiwa19 dan sifat tanahnya yang memungkinkan bisa lebih banyak ditanami
oleh jenis tanaman lain. Kaya akan sumber daya alam memunculkan keinginan
Belanda untuk membentuk kolonialisme di Indonesia dengan menjadikan Indonesia
sebagai sumber bahan – bahan produksinya, disebabkan kondisi geografis Belanda tidak dapat menghaislkan kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Kedatangan Belanda dengan konsep dagang VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie)20 menjadi salah satu indikator masyarakat Indonesia mengenal konsep
dagang Modern dan pola pertanian modern. Pemerintahan VOC di Indonesia
19
Khatulistiwa merupakan sebuah garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet.Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua bagian belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulist iwa
20
membentuk pembangunan dalam sarana dan prasaran dan mendidik masyarkat dalm
mengenal teknologi pertanian. Pada awalnya VOC hanya mengeksplotasi sumber
daya alam, dan pertanian namun niat VOC berubah dengan bmenjadikan Indonesia
sebagai negara bagian dari Belanda.
Proses perjuangan menuju kemerdekaan sangat sulit untuk diperoleh, setelah
lepas dari kolonialisme Belanda, Jepang kembali menjajah Indonesia selama tiga
tahun enam bulan, yang mengantarkan ide bahwa Jepang adalah saudara jauh, namun
pada akhirnya memiliki niatan untuk memonopoli Indonesia sehinggan Jepang
memiliki basis kekuatan di Asia tenggara. Namun Kolonialisme yang dilakukan
Belanda menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara agraris, maritim dan
industri yang berpengaruh di dunia internasional, karena Indonesia mengenal industri
pertanian modern yang diajarkan oleh Belanda.
Dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil bumi dan pernah menjadi salah
satu negera pengekspor beras dan minyak kelapa sawit di dunia industri pangan
internasional, tak lepas dari pengetahuan yang diperoleh dari kolonialisme Belanda ,
dan peran para pemimpin bangsa yang memimpin Indonesia sejak awal
kemerdekaannya hingga sekarang. Pemerintahan Soekarno menjadi Presiden yang
yang mengontrol ketersediaan pangan dan bahan pangan di Indonesia yang menjadi
Perum BULOG (Badan Usaha Logistik) 21
Keberhasilan produksi pangan Indonesia mendunia seiring dengan
berubahnya pemerintahan, swasembada beras pertama yang merupakan bagian dari
pelita IV ( pembangunan lima tahun), yang di canangkan oleh presiden Soeharto
dalam kabinet pembangunan IV merupakan indikator kemajuan Indonesia sebagai
negara agraris. Pembangunan pertanian memang menjadi fokus utama dalam
PELITA IV yang merupakan bagian dari kebijakan Pemerintahan Soeharto.
Kebijakan PELITA IV yang berfokus pada pembangunan pertanian ikut membangun
ketahanan pangan Indonesia di era pemerintahan Soeharto, pada orde baru kasus
krisis pangan jarang terjadi namun pada masa transisi antara orde baru dan reformasi
gejolak dan kisruh yang terjadi membuat kondisi keamanan pangan menurun,
sehingga harga kebutuhan pokok yang disebabkan kurangnya ketersediaan kebutuhan
pangan dan kemampuan pemerintah dalam mengontrol kondisi negara pada masa itu.
Reformasi lahir menjadi jawaban yang diharapkan rakyat setelah 30 tahun di pimpin
oleh orde baru.Adanya masa transisi antara orde baru menjadi era penyesuaian
Indonesia yang sebelumnya di pimpin dengan mekanisme otoriter menjadi Indonesia
yang memiliki demokrasi seutuhnya.
21
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras.Bulog dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967.Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi
Bila melihat era transisi orde baru dan reformasi pemerintah yang masih
disibukan dengan fokus perbaikan dan kebangkitan Indonesia dari keterpurukan pasca
kisruh dan chaos transisi orde baru ke reformasi, pemerintah lebih mengeluarkan
kebijakan yang lebih mengutamakan perbaikan birokrasi dan kebijakan yang
berhubungan dengan industri dan produksi dan melupakan jati diri Indonesia sebagai
negara agraris. Kebangkitan Indonesia menjadi negara yang demokrasi seutuhnya
setelah lepas dari bayangan otorirter era orde baru melahirkan isu kebangiktan
pertanian dan ketahanan pangan.Hal ini mulai menjadi isu yang penting bagi calon
pemimpin lainya dalam pemilihan umum.Pasca Indonesia dilanda bencana kelaparan
pasca kekeringan khususnya daerah Indonesia timur dan Nusa tenggara.presiden SBY
yang memerintah sebanyak dua periode mulai memperhatikan masalah krisis pangan
yang dinilai tidak sesuai dengan wacana kebijakan ketahanan pangan SBY pada
kedua periode kepemimpinan yaitu mencapai swasembada beras.
A. 2 Sejarah Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia
Sejarah lahirnya kebijakan ketahanan pangan sudah ada sejak awal
kemerdekaan, presiden Soekarno mengeluarkan program kasimo 22 Program ini
bertujuan untuk pemenuhan swasembada pangan dengan meningkatkan produksi
pertanian bila melihat kemasa kolonialisme Belanda, pemerintah Belanda pernah
menjalankan kebijakan yang serupa yaitu kebijakan Olie vlek23. Olie vlek adalah
22Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990
Ekonomi orde baru.Jakarta.LP3ES.Hal 39 23
penyuluhan yang berupa upaya meningkatkan pertanian masyarakat Indonesia
menuju yang lebih modern. Program kasimo yang dijalankan oleh presiden soekarno
terbilang gagal, karena banyaknya kendala yang dihadapi pada masa itu selain
rendahnya tingkat pendidikan pada masyrakat, secara umum kurangnya fasilitas yang
mendukung menyebabkan gagalnya program ini. Soekarno kembali lagi
mengeluarkan kebijakan BIMAS yaitu program (bimbingan masyarakat) yang
kembali lagi gagal karena menilai bahwa program bimas sama seperti program
kasimo sebelumnya, selain itu masyarakat beranggapan bahwa kebijakan ini lebih
mementingkan kepentingan pribadi bila dibandingkan rakyat dan menyebabkan krisis
pangan pada tahun 1963, sehingga presiden soekarno mengeluarkan kebijakan jagung
sebagai pengganti pangan 24 Pasca berakhirnya pemerintahan Soekarno pada 12
Maret 1967, dan di gantikan oleh Soeharto maka berakhir juga program dan
kebijakan ketahanan pangan Presiden Soeharto dan keluarnya kebijakan Soeharto
yaitu PELITA25.
Pada era Pemerintahan Soeharto upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah
menjadi fokus utama seiring dengan keluarnya program pembangunan lima tahun
(PELITA) yang di bagi atas empat tahap yaitu I, II, III, IV yang berhasil membawa
Indonesia kepada Swasembada beras pada tahun 1984. Dimana ada tiga tahap
pembangunan pertanian dan pangan di Indonesia dalam era pemerintahan orde baru
24
Ibid hal 40 25
yaitu, 1967-1978 (fase konsolidasi), 1984 (fase swasembada beras), dan yang terakhir
adalah fase yang tidak tercapai diakibatkan gagalnya PELITA yang seharusnya
tinggal landas menjadi tinggal kandas 26. Upaya presiden Soeharto dalam program
swasembada beras membuahkan penghargaan dari FAO (Food Agriculture
Organization) yang menjadi kunci sukses presiden Soeharto dalam menghasilkan
swasembada beras pada tahun 1986 adalah kebijakan dan program pertanian nyang
secara spesifik didalam pelita IV dalam hal teknologi dan revolusi biologi sehingga
menghasilkan bibit unggul dan program dalam mendistribusikan hasil pertaninan
sehingga kebutuhan masyarakat akan beras terpenuhi dan berswasembada. Upaya
presiden Soeharto dengan IPB (Institut pertanian Bogor ) dalam meningkat kualitas
bibit padi dan menghasilkan variets unggul disebut sebagai “Revolusi Hijau” 27 .
Berakhrinya pemerintahan Soeharto 21 Mei 1998 Indonesia memasuki masa transisi
yang ememrlukan adanya penyesuaian antara era orde baru dan reformasi.
Pada masa transisi dari era orde baru ke reformasi, Indonesia berada di posisi
yang fluktatif dengan hadirnya sejumlah tekanan-tekanan dari dalam masyrakat dan
demonstrasi yang menuntut adanya pembaharuan, sehingga harga kebutuhan pokok
melambung tinggi dan isu keamanan pangan semakin menambah kekacuan di
lingkungan masyrakat.Stabilisasi harga ternyata harus ditebus cukup mahal dengan
26
Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia.Jakarta.Kompas. Hal 5-12
27
meminimalkan peran pemerintah (intervensi), termasuk menanggalkan peran
bulog.Penandatanganan Letter of Intent (LoI)28 pada tanggal 21 Oktober 1997 yang di
dalamnya berisikan poin penting di bidang kebijakan pertanian.Bulog harus
meninggalkan praktik monopoli beras dan peran pengawasan terhadap harga -harga
produk pertanian ataupun kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkeh, kedelai, dan
lain-lain.Dalam hal ini, pemerintah tidak lagi diberikan wewenang untuk melakukan
kontrol (intervensi) langsung atas harga komoditi-komoditi utama pangan.Pasca
kejatuhan presiden Soeharto lahirlah kebijakan baru dari sektor industri pangan yaitu
menyerahkan kendali terhadap produksi dan pasar pangan kepada mekanis pasar yang
liberal.
Sedangkan pada era Reformasi adalah era dimana pemerintahan reformasi
melanjutkan kembali sejumlah poin kesepakatan yang harus dipenuhi oleh
pemerintah Indonesia yang tertuang di dalam LoI dengan IMF. Melalui
Undang-Undang No 23 Tahun 1999, dilakukan penghapusan fasilitas pemberikan Kredit
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang selama ini melekat pada Bulog. KLBI
merupakan fasilitas finansial yang diberikan kepada Bulog untuk membeli kelebihan
produksi beras yang dihasilkan oleh petani.Praktis dengan begitu, Indonesia tidak lagi
memiliki payung hukum yang jelas mengenai keberadaan kelembagaan lumbung
28
pangan nasional.29Presiden Megawati melalui Peraturan Pemerintah No 7 Tahun
2003.Pemerintah nampaknya sedikit berhati-hati menetapkan status bulog agar tidak
melanggar ketentuan yang digariskan melalui LoI 1998. Melalui peraturan
pemerintah tersebut, untuk pertama Bulog ditempatkan sebagai lembaga logistik
dengan misi ganda, yaitu misi publik (Public Service Obligation)30 dan misi
komersial atau misi mencari keuntungan. Untuk misi PSO, Bulog diarahkan menjadi
pemasok tunggal bagi program beras miskin (raskin) yang diharapkan mampu
mempengaruhi harga beras (stabilisasi).Melalui peraturan pemerintah itu pula Bulog
ditetapkan status kelembagaannya dari Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) menjadi Perusahaan Umum yang berada di bawah naungan Kementrian
BUMN. Pemerintahan SBY-JK adalah era pemerntahan
Era kepemimpinan SBY-JK, liberalisasi semakin diperluas di sejumlah
komoditas31.Pada prinsipnya, kebijakan tersebut hanya melanjutkan kembali
poin-poin kesepakatan yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan reformasi sebelumnya.
Tetapi tanpa proteksi penuh dari pemerintah, petani lokal akan sulit bertahan ketika
menghadapi pasar bebas. Angka impor komoditi pangan utama terus melonjak,
29
Dikutip dari http://pangan.agroprima.com Selasa 24 Februari 2015 19.23 30
PSO adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh negara akibat disparitas/perbedaan harga pokok penjualan BUMN/swasta dengan harga atas produk/jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah agar pelayanan produk/jasa tetap terjamin dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (publik).http://www.anggaran.depkeu.go.id/PS
31
bahkan untuk komoditi pangan lainnya selain tanaman pangan utama.Paradigma
kebijakan di sektor pertanian dari Presiden Yudhoyono masih meneruskan paradigma
usang yang masih bergantung pada komoditi beras, yaitu orientasi untuk mencapai
swasembada beras.Presiden Yudhoyono sempat pula memberikan kewenangan
monopoli impor beras kepada Bulog di akhir tahun 2007. Tetapi sayangnya,
kewenangan tersebut tidak banyak membantu mengatasi dinamika harga beras di
dalam negeri yang rawan dengan gejolak harga
Adapun sejarah perkembangan kebijakan ketahanan pangan dapat dijelaskan
Table 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia Sejak 1952
(Dikelolah sendiri dari Mears 1984, Mears and Moeljono 1981 dan berbagai sumber)
Orde Rezim
1950-1952: BAMA (Yayasan Bahan Makanan)
1953-1956: YUBM (Yayasan Urusan Bahan Makanan.) Pemerintahan Transisi 1965-1967 1966: Komando Logistik Nasional
(KOLOGNAS)
1967: Dibubarkannya KOLOGNAS 1967: 14/05, Badan Urusan Logistik (BULOG) didirikan
dan berfungsi sebagai pembeli beras tunggal
Swasembada beras 1969: Tambahan tugas Bulog: Manajemen Stok
Penyangga Pangan Nasional – dan penggunaan neraca
pangan nasional sebagai standar ketahanan pangan.
1974: Penggunaan Revolusi Hijau untuk mencapai
Swasembada Beras 1978: Keppres39/1978, Pengembalian tugas Bulog
sebagai kontrol harga untuk gabah, beras, tepung
Swasembada Beras 1995: Penganugerahan pegawai Bulog sebagai Pegawai
Negeri Sipil
1997: Perubahan fungsi Bulog untuk mengontrol hanya
pengontrol harga beras saja.
Reformasi: (Transisi)
Habibi 1998/1999
Swasembada Beras 1998/1999: Penjualan Pesawat IPTN yang ditukar
dengan Beras Thailand. A. Wahid
1999/2000
Swasembada Beras 2000: Penugasan tugas Bulog untuk management logistic
beras (penyediaan, distribus dan control harga)
Reformasi : (setelah 2000)
Megawati 2000/2004
Swasembada Beras 2003: Privatisasi Bulog
2004: No-Option Strategy Kecuali Swasembada Beras.
S. Bambang Yudoyono (SBY) (2004-2009)
Revitalisasi Pertanian 2005: “revitalisasi pertanian” – komitment (janji) untuk
peningkatan pendapatan pertanian untuk GDP,
pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga
kerja dan swasembada beras, jagung serta palawija.
Sumber :Jonatan Lassa, Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1952-2005 hal 6
B. Gambaran deskriptif Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia pada pemerintahan SBY-Boediono
Kemenangan SBY-Boediono,dalam Pemilu 2009 merupakan celah yang
menjadi upaya terbesar Partai demokrat, dan SBY dalam menjalankan Pemerintahan
dalam bentuk marathon pembangunan sejak tahun 2004 – 2009 sampai akhir masa jabatan dalam periode kedua. Sebagai pemimpin negara dan pemerintahan presiden
memiliki hak untuk membentuk kabinet yang berisikan menteri-menteri yang
bertugas dalam membantu presiden dalam menjalankan fungsinya.
Dalam hal memilih siapa-siapa yang memangku jabatan sebagai perpanjangan
tangan presiden terdiri dari tokoh-tokoh yang berasal dari golongan profesional dan
usulan-usulan dari partai anggota koalisi yang berasal dari usulan partai politik
pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di
bergabung setelahnya32. Kabinet yang dibentuk Oleh Presiden SBY pada periode
kedua disebut sebagai Kabinet Indonesia Bersatu II.Susunan Kabinet Indonesia
Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari
setelahnya33.
Dalam kurun waktu 2 Tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu II mengalami
banyak proses reshuffle dengan berbagai alasan. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY
mengumumkan pergantian Menteri Keuangan pada tanggal 18 Oktober 2011,
Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa
wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di
dalam kabinet pada tanggal 13 Juni 2012, Presiden SBY mengumumkan pergantian
Menteri Kesehatan dimana pejabat sebelumnya telah meninggal dunia.34
Bila melihat kembali kenyataan yang terjadi antara masa pemerintahan
Soeharto pada dan SBY-Boediono keduanya pernah mengalami fase pasang surut
dalam masa memimpin di Indonesia.jika ditinjau dari kebijakan-kebijakan dan
rencana dalam sektor pertanian keduanya memiliki rencana dan rancangan untuk
melakukan Swasembada dalam sektor pangan, Presiden Soeharto yang telah berhasil
32
Dikutip http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/10/14/brk,20091014-202673,id.html Rabu 3 Maret 2015 pukul 22.40
33
Dikutip pada http://www.presidensby.info/fokus/2009/10/21/4797.html Selasa 3 Maret 2015 pukul 23.02.WIB
34
melaksanakan swasembada beras pada puncaknya yaitu Tahun 1984 Presiden
Soeharto ketika itu menerima penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO).35
B.1. Visi dan Misi Pemerintahan SBY-Boediono
Guna melanjutkan pembangunan Indonesia yang telah dilaksanakan pada
pemerintahan sebelumnya, meneruskan apa-apa yang sudah baik dan melakukan
Perubahan yang diperlukan (Change) untuk hal-hal yang belum berhasil dilaksanakan
agar mencapai hasil yang lebih baik lagi untuk memajukan Bangsa dan Negara
Indonesia dan memberikan Kesejahteraan bagi segenap Rakyat Indonesia.
Adapun yang menjadi visi dan misi SBY-Boediono adalah Visi :
Terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Misi :
Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera aman dan damai dan meletakan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis.
1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai
Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.
2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good
Corporate Governance.
3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang
cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.
4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan
memberantas korupsi.
35
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa36
Guna mewujudkan visi dan misi pemerintah di Indonesia maka telah dirancang 13 Pokok-pokok Program Kerja sebagai berikut:
1. Melanjutkan Program Pendidikan Nasional. 2. Melanjutkan Program Kesehatan Masyarakat. 3. Melanjutkan Program Pengentasan Kemiskinan.
4. Menciptakan lebih banyak lagi Lapangan Kerja bagi Rakyat Indonesia. 5.Melanjutkan Program Pembangunan Infrastruktur Perekonomian Indonesia. 6.Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras, Gula, Jagung, dsb.
7.Menciptakan Ketahanan Energy dalam menghadapi Krisis Energi Dunia. 8. Menciptakan Good Goverment dan Good Corporate Governance. 9. Melanjutkan proses Demokratisasi.
10.Melanjutkan pelaksanaan Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi. 11. Pengembangan Teknologi.
12. Perbaikan Lingkungan Hidup. 13. Pengembangan Budaya Bangsa.37
C. Konsep Ketahanan dan Kedaulatan Pangan
Ketahanan Pangan, yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara
simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh
penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas
ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap
rumah tangga mengakses pangan yang cukup tinggi bagi masing – masing anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif dan bermanfaat dari waktu kewaktu. Dari
36
Dikutip dari :https://www.academia.edu/9239416/Masa_Pemerintahan_SBY_selama_10_tahun Senin 2 Maret 2015 15.35
37
uraian diatas pebulis membedakan konsep ketahanan dan kedaulatan pangan yakni,
secara global (umum) dan Indonesia secara khusus
C.1 Konsep Global Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan berasal dari kata food security (:eng), yang memiliki arti
yang luas sehingga dapat dinterpretasikan oleh sudut pandang masing-masing, dan
diterjemahkan berdasarkan kondisi lingkungan dan zaman. Pada era Perang dunia ke
II (World war II) krisis pangan terjadi di semua negara, sehingga interpretasi
ketahanan pangan pada masa ini adalah bagaimanaa negara dapat mengatasi
kelaparan yang mendunia pasca perang dunia ke II pada tingkat nasional negara
masing-masing. Sedangkan pada tahun 1970 kekeringan yang melanda Afrika
menyebabkan krisis pangan yang dialami negara-negara Afrika utara dan tengah
sehingga mengharuskan dunia internasional meningkatkan interpretasi terhadap
ketahanan pangan dengan menyediakan sebagian dari stok pangan untuk mengurangi
krisis pangan yang melanda Afrika. Kondisi ini mendapat perhatian dunia sehingga
dilegitimasi melalui sebuah Konferens Pangan Dunia tahun 1974 yang d
selenggarakan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) –Food and Agriculture Organization (FAO). Sehingga memunculkan makna ketahanan pangan dalam
lingkup internasional yaitu berupa hak untuk memiliki pangan secara teratur,
permanen dan bisa mendapatkannya secara bebas, baik secara cuma-cuma maupun
kebudayaan rakyat201416mengkonsums nya. Menjam n pemenuhan hak rakyat untuk
menjalan hidup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, baik secara fisik maupun
mental, serta secara individu maupun kolektif.38
Pemahaman ini memberikan deskripsi kepada dunia bahwa ketahanan pamngan
hanya pada tingkat indvidu, keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebagai
ketersediaan pangan pada tingkat nasional dan global seperti diatas mendapatkan
pencerahannya ketika terjadi krisis pangan, yang sekali lagi terjadi di Afrika pada
pertengahan tahun 1980-an, dimana secara global ketersediaan pangan cukup untuk
memenuh seluruh penduduk dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan pangan yang cukup pada
tingkat nasional dan global tidak secara otomatis menunjukkan kondisi ketahanan
pangan pada tingkat indivdu maupun rumah tangga.Para pakar dan praktis
pembangunan kemudian menyadar bahwa kerawanan pangan bisa terjad dalam
kondisi dimana ketersediaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh pangannya
tidak cukup.39
Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996, yang diselenggarakan oleh
FAO, dengan memberikan pengertian baru berkenaan dengan ketahanan pangan,
yaitu food security exists when all people, at all times, have physical and economic
access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food
38
Di kutip dari dokumen Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Hal 24
39
preferences for an active and healthy life.40Yang berarti ketahanan pangan adalah
situasi dimana semua orang di seluruh dunia memiliki kemampuan secara fisik dan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan kehidupan yang sehat.
C.2 Konsep Pangan, Ketahanan pangan dan Kedaulatan pangan
SBY-Boediono
Pangan adalah pilar utama di dalam kehidupan manusia dalam menjalankan
fungsi sebagai bagian terkecil dalam konteks komunitas masyrakat.Guna menjaga
stabilitas dalam sektor pangan maka Pemerintah yang di dipimpin oleh Presiden
mengunakan fungsinya yaitu dengan mengeluarkan program-program yang
mendukung dan menjaga stabilitas pangan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang
terkait dengan pangan.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang PerlIndungan Lahan PertanIan
Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendefinis kan-ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya baik pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup,baik jumlah maupun mutunya, aman,merata dan terjangkau. - kedaulatan
pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan
kebijakan pangannya yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberi
kan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai
dengan potensi sumberdaya lokal.- kemandirian pangan adalah kemampuan produksi
40
pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik
dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang di dukung oleh
sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.41
Pangan juga menjadi pilar utama bagi pembanguan nasional yang berperan
dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu pangan
menjadi salah satu indikator utama dalam pembangunan,oleh karena itu posisi pangan
dalam pembangunan antara lain sebagai kebutuhan dasar manusia yang
pemenuhannya hak asasi, tidak dapat ditunda dan tidak dapat disubstitusikan,
merupakan budaya yang berasal dari adaptasi manusia dengan lingkungan, komponen
dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia, dan pilar utama bagi pembanguan
nasional yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.42
Adapun yang menjadi kebijakan-kebijakan umum pangan pada masa
pemertintahan SBY-Boediono tercantum dalam perecanaan pembangunan dalm
sektor pertanian.Yaitu kebijakan umum yang bersifat umum terhadap pertanian dan
khusus terhadap pangan. Adapun perencanaan tersebut memainkan peran strategis
sebagai lokomotif perekonomian nasional karena kontribusinya yang sangat nyata:
41
Ibid Hal 25 42
Penyediaan pangan 245 juta penduduk
Penyediaan bahan baku industri
Penyumbang PDB
Penghasil devisa negara
Penyediaan lapangan pekerjaan
Peningkatan pendapatan petani, dan
Pelestarian lingkungan hidup 43
Yang Secara empiris sebagai katup pengaman saat krisis ekonomi, dan secara
socio-historis sebagai landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan, berkontribusi
dalam pengentasan kemiskinan, jaring pengaman sosial, dan pemerataan hasil
pembangunan serta andalan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk
salah satu andalan penghasil energi terbarukan terwujudnya pertanian industrial
unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan
kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani44
Kedaulatan adalah istilah baru dalam sektor Pangan yang menjadi Fondasi
utama dalam kehidupan manusia. “kedaulatan pangan” selalu muncul bersama-sama
dengan “ketahanan pangan” dan “kemandirian pangan”. Ketiga nya selalu muncul
bersamaan, tidak pernah sendirian. Kedaulatan pangan di depan, diikuti dua yang lain
.Ketiga ini menjadi semangat, metode, juga tujuan dalam sektor pangan di Indonesia.
Kedaulatan Pangan adalah hak bangsa dan negara secara mandiri dalam menentukan
kebijakan pangan, menjamin hak atas pangan rakyat, dan memberikan hak bagi
43
Ibid. Hal 4 44
masyarakat untuk menentukan sistem usaha pangannya sesuai dengan potensi sumber
daya lokal45.
Sedangkan kemandirian pangan kemampuan negara dan bangsa dalam
memproduksi pangan yang beranekaragam dari dalam negeri,yang dapat menjamin
pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan, dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan
lokal secara bermartabat.46 Yang menjadi visi dan misi dalam sektor pertanian dan
pangan Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis
sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor,
dan kesejahteraan petani
Sedangkan ketahanan pangan adalah Ketahanan Pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau, dan untuk hidup sehat, aktif, produktif, dan berkelanjutan 47.
Dibawah ini adalah gambar dari skema sistem ketahanan pangan nasional.
45
Ibid.hal 8
46
Ibid.hal 11
47
Gambar 2.1
Sistem Ketahanan Pangan Nasional
Landasan kerja Ukuran kerja Outcome
Sumber :Jurnal.Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI.Pers
Dari skema di atas dapat kita menyimpul bahwa kedaulatan pangan, dan
kemandirian pangan menjadi fondasi terbentuknya ketahanan pangan dan membentuk
proses yang menghasilkan kestabilan (keamanan pangan) yang bertujuan untuk
menjamin kehidupan masyarakat baik perseorangan dan komunitas masyarkat stabil
dan tidak mengalami perubahan dan kekurangan. Pemerintahan SBY-Boediono
memiliki konsep terbentuknya ketahanan pangan dengan mengeluarkan program dan
kebijakan ketahanan pangan nasional melalui departemen pertanian.
Sistem ketahanan pangan nasional dipengaruhi oleh keadaan
ekonomi,sosial dan keadaan hasil pertanian sehingga diperlukan kebijakan yang
menghubungkan ekonomi,pertanian dan pangan,dan tidak lupa memperhatikan bahwa
kebijakan-kebijakan pangan dan ekonomi dengan kebijakan desentralisasi (otonomi
daerah) sehinggan terbentuk sistem ketahanan pangan yang telah memperhatikan
setiap aspek yang menjadi unsur terbentuknya ketahanan pangan. Adapun sistem
ketahanan pangan Indonesia dapat dijelaskan melalui skema di bawah ini.
Gambar 2.2
Sistem Ketahanan Pangan Nasional
Sumber :Jurnal Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI.Pers
Ketahanan dan keamanan pangan adalah Tujuan utama dari Kebijakan Politik
pangan yang dimiliki era pemerintahan SBY – Boediono, guna memperkuat kebijakan pertanian dan sistem ketahan pangan yang lebih bersifat general maka
D. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 adalah kebijakann
yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan visi dan misi pemerintahan SBY
-Boediono yaitu menjaga ketersedian pangan dan guna melanjutkan serta 2014 sebagai
penyempurnaan dari KUKP 2004-2009.48Dengan harapan KUKP ini dapat menjadi
pedoman bagi pemerintah dalam mengimlementasikan kebijakan ketahanan pangan
agar terciptanya ketersediaan pangan baik dari tingkat rumah tangga hingga nasional.
Yang menjadi tujuan KUKP 2010-2014 adalah
Menjadi acuan dan commonplatform bagi para stakeholders ketahanan pangan, mulai dari instansi pemer ntah, sektor swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perguruan tinggi, petani, nelayan,industri, pengolah, pedagang, penyedia jasa lain dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk memberikan kontribusi yang optimal dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Menjadi acuan dasar bagi lembaga pemerintah dan pemerintah daerah untuk membangun sinergi , integrasi dan koordinas , sehingga pai ng tidak kedua lembaga dapat saling menginformasikan kegiatan yang dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektif (good governance),serta secara maksimal dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan.49
Sebagai negara Hukum, setiap kebijakan yang dihasilkan harus memiliki dasar
hukum sebagai fondasi dan akar dari sebuah kebijakan. Dalam menghasilkan KUKP
2010-2014 presiden SBY memiliki dasar hukum agar kebijakan yang dikeluarkan
mengikat yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan pembangunan
pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama
48
Op.citHal 1 49
masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, serta
menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen dan pihak yang
berperandalam mewujudkan ketahanan pangan50
Undang-undang tersebut telah dijabarkandalam beberapa peraturan pemerintah
(PP) antara lain: PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur
tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersediaan pangan, cadangan
pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah
pangan, peran pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan
sumberdaya manusia dan kerjasama internasional.
PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur
pembinaan dan pengawasan di bidang label dan klan pangan dalam rangka
menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan PP Nomor
28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan
dan pengeluaran pangan ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan serta
peran serta masyarakat mengenai hal-hal di bidang mutu dan gizi pangan.51 Serta
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang perikanan yang terkait dengan
Ketahanan Pangan52, Undang-undang Nomor 18 tahun 200953, dan Undang-undang
51
Ibid. Hal 5 52
Nomor 41 Tahun 2009 54 Di samping mengacu pada berbagai dokumen hukum
nasional tersebut,pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada
komitmen bangsa Indonesia dalam berbagai kesepakatan dunia. Indonesia sebagai
salah satu anggota PBB berkomitmen untuk melaksanakan aksi-aksi mengatasi
kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan dunia.
Komitmen tersebut antara lain tertuang dalam Deklarasi World Food Summit
1996 dan ditegaskan kembail dalam Worldfood Summit: five years later 2002, serta
Millenium Development Goals tahun 2000,untuk mengurang angka kemiskinan
ekstrim dan kerawanan pangan dunia sampai setengahnya ditahun 201555
Sedangkanruang lingkup KUKP 2010-2014 mencakup tiga pilar utama yaitu
ketersediaan, distribusi , dan konsumsi pangan.56Pada pilar distribus dan konsumsi
merupakan penjabaran dari aksesbiltas masyarakat terhadap pangan.Jika salah satu
pilar tersebut tidak dipenuh maka suatu negara belum dapat di katakan mempunya
ketahanan pangan yang baik.Walaupun pangan tersedia cukup ditingkat nasional dan
regional, tetap jika akses individu untuk memenuh kebutuhan pangannya tidak
merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.Akses terhadap pangan,
53
Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 adalah tentang pengelolaan hewan ternak
54
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 bahwa alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman terhadap pencapaian ketahanan pangan dan kedaulatan pangan
55
KUKP. Op.cit Hal 6
56
ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut
merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan.57
Dimulai dengan strategi awal membangun fondasi dasar ketahanan pangan
dengan pendekatan jalur ganda (twin-track approach) yaitu memprioritas
pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan
kerja dan pendapatan, serta memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan
rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung agar tidak semakin terpuruk serta
pemberdayaan agar mereka semakin mampu mewujudkan ketahanan pangannya
secara mandiri58. Selain hanya membangun fondasi ketahan pangan, ketersediaan
pangan dan cara mengelola (distribusi) adalah hal yang diperhatikan oleh
SBY-Boediono.
Secara umum tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah untuk
membangun ketahanan dan kemandirian pangan baik ditingkat makro (nasional)
maupun ditingkat mikro (rumahtangga/individu).Pembangunan ketahanan pangan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang harus dirumuskan secara
terpadu dan serasi.Dalam RPJMN(Rencana pembangunan jangka menegah nasional)
2010-2014, pembangunan ketahanan pangan menjad program prioritas ke-5 untuk
menjawab sejumlah tantangan yang dihadap oleh bangsa dan negara di masa
mendatang.
57
Ibid.Hal 25
58
Arah pembangunan ketahanan pangan dalam RPJMN 2010-2014 adalah untuk
meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan, melalu pen ngkatan produksi dan
produkt vitas, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta peningkatan kapasitas
masyarakat pertanian, perikanan dan kehutanan. Arah pembangunan ketahanan
pangan juga mengacu pada hasil KTT Pangan 2009, yang antara lain menyepakat
untuk menjamin pelaksanaan langkah-langkah yang mendesak pada tingkat nasional,
regional dan global untuk merealisas kan secara penuh target MDGs Nomor 1 dan
WFS 1996, yaitu mengurang penduduk kelaparan.
Dengan demikian, mengacu pada RPJMN dan kesepakatan KTT Pangan
tersebut, arah kei jakan umum pembangunan ketahanan pangan nasional 2010-2014
adalah untuk meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan,
meningkatkan sistem distribusi danstabilisas harga pangan dan meningkatkan
pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan.59. Demi mendukung KUKP
pemerintahan SBY-Boediono juga mengeluarkan kebijakan Operasional.
Kebijakan operasional adalah bagian utama dalam kebijakan ketahan pangan,
kebijakan-kebijakan yang termasuk di dalam adalah kebijakan ketersediaan pangan.
Adapun kebijakan ketersedian pangan yaitu :
Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan swasembada jagung, kedele, gula, daging sapi pada tahun 2014 antara lain:
1. rehabilitasi irigasi dan pencetakan sawah 2. subsidi input (pupuk, benih)
3. jaminan harga output (HPP)
59
4. perlindungan dari gagal panen
5. diseminasi teknologi dan revitalisasi penyuluhan
Impor pangan pokok dilakukan bila produksi domestik dan cadangan pangan
tidak memenuhi (the last resort)
Penyediaan beragam pangan berdasarkan potensi sumberdaya dan budaya lokal dengan pendekatan efisiensi dan proteksi :
1. kebijakan promosi dan proteksi
2. pemberdayaan petani dan pelaku usaha sepanjang rantai nilai (value chain)
Menyediakan cadangan beras nasional yang cukup untuk mengatasi gejolak pasokan dan harga.
cadangan beras pemerintah yang memadai sekitar 2 juta ton
cadangan beras dan pangan lain Pemda Prop, Kab/Kota
lumbung pangan masyarakat 60
Berikut ini adalah tabel target swasembada pangan sesuai dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014
KET : 1) GKG,
2) Pipilan Kering (PK), 3) Biji Kering,
4) Karkas
5) Rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (2010-2014)
6) Angka produksi padi tahun 2011 – 2014 mengalami penyesuaian sesuai Direktif Presiden
Sumber : Jurnal Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI.Pers
Kebijakan kedua adalah kebijakan keterjangkuan pangan, yaitu kebijakan yang
menyasar siapa-siapa saja yang menjadi bagian dari kebijakan ketahann pangan,
pendistribusian serta menjamin keamanan dan stabilitas harga dan stabiltas kebutuhan
masyrakat. Adapun yang menjadi bagian dari kebijakan tersebut adalah :
Menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok sepanjang tahun dan pangan strategis pada periode khusus/tertentu (Ramadan, Lebaran, Natal, Tahun Baru). :
Pembelian domestik
Operasi pasar
Penyaluran pangan dengan sasaran penerima tertentu (temporer).
Kebijakan impor/ekspor
Kebijakan fiskal.
Memperlancar distribusi pangan ke seluruh wilayah Nusantara (konektivitas, pengembangan jaringan, dan sistem transportasi).
Melaksanakan penyaluran pangan bagi masyarakat rawan pangan kronis/warga miskin:
saat ini berupa program Raskin (ke depan perlu diperluas menjadi Pangkin)
Pemberian bantuan pangan untuk masyarakat rawan pangan transien akibat bencana alam, sosial, dan ekonomi61
61
Dan kebijakan terakhir adalah kebijakan pangan dan gizi, kebijakan yang
mengatur dan mengontrol kualitas pangan dan tingkat kebutuhan gizi masyarkat
Indonesia,agar tingkat kekurangan gizi menurun dan masyarakat memperoleh gizi
yang cukup. Dan yang menjadi poin penting dalam kebijakan ini adalah
Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan :
Perubahan pola pikir ke arah pola konsumsi B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman),
Optimalisasi pemanfaatan lahan perkarangan / KRPL (kawasan
rumah pangan lestari),
Penguatan UKM (usaha kecil mikro) dalam bisnis pangan olahan
berbasis tepung-tepungan,
Perbaikan gizi keluarga dan kelompok khusus (bumil, busui, balita, kelompok khusus rawan pangan)
Pengembangan, pengawasan, dan penanganan keamanan pangan
olahan dan segar.62
Dan yang menjadi butir-butir penting di dalam kebijakan ketahan pangan presiden SBY adalah :
A. Meningkatkan Ketersedian pangan
1) Menata pertanahan dan tataruang wilayah. : yaitu dengan menyusun ulang
dan menata pembagian tanah dan wilayah yang dipergunakan sebagai
wilayah pertanian dan dipergunakan dalam menghasilkan komoditi
pangan berdasarkan UU No 5/1960 Tentang pokok agraria, dan UU No.
26/2007 tentang Tata Ruang dan UU No. 27/2009 tentang Lahan Pertan an
Pangan Berkelanjutan.
62
2) Antisipasi perubahaniklim: adaptasi dan mitigasi : yaitu Upaya adaptas
dan mitigas perubahan iklim dalam pembangunan pangan nasional di
maksudkan guna mengembangkan pertanian yang tahan
(resilience)terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Mitigasi
dapat dilakukan di sektor energi , sektor pertanian dan kehutanan, serta
disektor kelautan dan perikanan guna meningkatkan kemampuan
sumberdaya pertanian, kehutanan dan lahan didaerah pesisir pantai untuk
menyerap karbon sehingga mengurang efek gas rumah kaca.
3) Meningkatkan produksi domestik: proteksi dan promosi yaitu :
1. Subsidi Pemasaran
lakukan untuk meredam kena kan harga pupuk yang sering terjad pada masa tanam dan untuk mencegah kelangkaan pupuk. Harga pupuk yang terjangkau oleh petani akan memungkinkan petani dapat menggunakan pupuk berimbang yang tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah
2. Subsidi Modal Kerja
3. Peningkatan pembiayaan kelembagaan petani/nelayan melalui
pengembangan skim permodalan yang kondusif bagi petani dan nelayan.
Kegiatan ini meliput upaya-upaya untuk mengatas hambatan yang dialami
petani/nelayan dalam mengakses permodalan dari Perlindungan Pasar
Domestik
Dalam menghadap eraperdagangan global, perlindungan pasar dalam
produsen/konsumen dari praktek perdagangan internasional yang tidak adil.
4. Akselerasi adopsi Teknologi :
perakitan teknologi untuk menghasilkan varietas unggul spesifik lokasi
untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas usaha pertanian,
perikanan dan kehutanan
perbaikan teknologi budidaya untuk menekan kesenjangan hasil antara
tingkat penelitian dan tingkat petani , meningkatkan efisiensi ke arah zero
waste, memperbaiki mempertahankan kesuburan lahan dan meningkatkan
pendapatan petani
B. Mengembangkan Sistem Distribusi Pangan
lembaga keuangan perbankan dan non perbankan
4) Memperlancar sistem distribusi pangan untuk pemerataan pasokan,
stabilisasi harga dan peningkatan akses pangan untuk mengantisipasi
perubahan ekonom global dan perubahan iklim global, dilakukan melalui :
1. Menjamin stabilitas pasokan antar wilayah dan antar waktu melalui
pengembangan sistem distribusi pangan yang efektif :
pengembangan teknologi pengolahan dan penyimpanan produk hasil
panen agar tahan lama dan tidak cepat rusak
pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana distribusi sepert jalan,
yang menjangkau daerah-daerah terpencil dan rawan gangguan
bencana,dan pembangunan pada segmen-segmen yang tidak mampu
dilaksanakan oleh swasta dan memfasilitasi peran swasta untuk
mengembangkan segmenyang menguntungkan;
penghapusan retribusi produk pertanian dan perikanan yang meliputi
penetapan aturan penghapusan retribusi produk pertanian dan perikanan,
penelaahan terhadap peraturan pemerintah dan pemerintah daerah dan
membatalkannya bila masih ada
pemberian subsidi transportasi bagi daerah sangat rawan dan daerah
terpencil antara lain dapat berupa penyediaan pelayanan transportasi
bersubsid oleh pemerintah
2. Mengembangkan sistem distribusi untuk meningkatkan perdagangan antar
wilayahdan atau antar negara
5) Mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah danmasyarakat.
Pengembangan cadangan pangan pemerintah dititikberatkan pada fasilitasi
pengembangan cadangan pemerintah propinsi , kabupaten dan desa agar
setiap jenjang pemerintahan mampu mengatas masalah kerawanan pangan
sesuai kewenangan dan tanggung jawab otonominya.
6) Menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan yaitu Untuk
produsen dan daya beli konsumen, pemerintah harus secara aktif
melakukan upaya-upaya stabilisasi harga pangan melalu koordinasi
dengan pengambil kebijakan dan para pelaku usaha untuk mengamankan
pasokan terutama pada saat terjadi gejolak harga, seperit pada saat panen
raya, pada hari besar keagamaan nasional.
7) Meningkatkan aksesilibitas atas pangan melalui peningkatan kesejahteraan
masyarakat terutama dalam hal peningkatan pendapatan masyarakat
melalu pemberdayaan masyarakat didaerah miskin dan rawan pangan
yang meliputi pendampingan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
agar mampu memaham peluang dan mendayagunakan sumberdaya yang
dimilikinya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga serta
penciptaan lapangan pekerjaan
8) Menangani kerawanan pangan kronis dan ransien
Subsidi/bantuan, dapat dilakukan melalui pemberian bantuan dalam
bentuk food for work, pemberian bantuan dalam bentuk bantuan sosial
untuk daerah rawan pangan ang mengalami bencana alam, peningkatan
efektivitas program Raskin dengan memperbaiki metoda penentuan
kelompok sasaran menggunakan informasi terkini, melibatkan masyarakat
mengawasi proses penyaluran dan memberikan saran/umpan balik
terhadap efektivitas korban Raskin.
Mempercepat pemberdayaan masyarakat miskin melalui pengembangan
kelembagaan yang sudah ada di masyarakat atau bentru agar dapat mapu
untuk mengatasi permasalahan kerawanan pangan yang dihadapinya
dengan kemampuan sendiri tanpa harus bergantung pada pemerintah atau
orang lain disekitarnya , serta mampu untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ketahanan pangan masing-masing.
Pengembangan isyarat dini dan penanggulangan keadaan rawan pangan
dan gizi (SKPG) yaitu terdiri dari peningkatan kepedulian pemerintah dan
masyarakat khususnya di kabupaten terhadap manfaat sistem isyarat dini
serta memf silitasi penerapanya sesuai kondisi setempat. antara lain terdiri
dari penyuluhan, bimbingan dilakukan adalah
Pemanfaatan dan pengelolaan cadangan pangan pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakatuntuk penanggulangan keadaan rawan pangan dan
gizi. Pemanfaatan cadangan pangan pemerintah berupa cadangan beras
pemerintah dapat digunakan atas dasar permintaan Gubernur/Bupati
C.Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan, dilakukan melalui:
9) Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan melalui peningkatan
diversifikasi konsumsi pangan dan gizi seimbang meliputi peningkatan
pengetahuan dan kesadaran pangan dan gizi, keterampilan mengelola
pangan dan konsumsi dengan gizi seimbang, sanitasi dan keamanan
bidang pangan, dan sumber daya keluarga untuk meningkatkan gizi,
pengembangan teknologi pangan yang meliputi perekayasaan atau inovasi
terhadap teknologikearifan lokal dibidang pangan, untuk meningkatkan
kualitas fisik maupun kandungan gizi , daya simpan, dan daya saing
komoditas pangan. Teknologi tepat guna spesifik lokas ini membantu
masyarakat dalam kegiatan produksi , cadangan, distribusi , dan
perdagangan pangan hingga aktivitas jasa boga untuk meningkatkan
ketersediaan pangan serta pendapatan masyarakat; dan diversifikasi
usahatani dan pengembangan pangan lokal dengan memfasilitasi
kelompok masyarakat melalu pendampingan, inovasi terhadap kearifan
lokal dan dukungan input atau permodalan untuk melakukan diversifikasi
usahatani. Hal ini untuk memperkenalkan berbagai peluang peningkatan
pendapatan melalu pendayagunaan sumber-sumber pangan lokal menjadi
bahan pangan yang sehat danbergizi , serta tidak kalah menarik dengan
10)Mendorong perilaku konsumsi pangan yang dapat dilakukan melalu
sosialisasi dan promosi melalui berbagai media massa cetak dan
elektronik, serta sosialisasi secara langsung kepada masyarakat, kampanye
nasional diversifikasi konsumsi pangan, dan memasukkan materi tentang
pangan beragam, bergizi dan seimbang dalam kurikulum sekolah.
11)Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan difokuskan
pada komoditas sayur dan buah segar serta pangan segar lainnya dan
diarahkan pada penyusunan kebijakan dan implementasinya, peningkatan
kesadaran produsen dan konsumen dalam memproduksi, mengedarkan,
perdagangan, dan mengkonsumsi pangan yang aman , peningkatan
pemahaman dan pengetahuan petugas daerah yang menangan ketahanan
pangan monitoring, pengawasan dan pengujian keamanan pangan segar,
penguatan dan pembinaan lembaga yang melakukan Otoritas Kompetens
Keamanan Pangan (OKKPD),dan promosi keamanan pangan segar serta
pengkajian, pengembangan, koordinasi, pemberdayaan, dan kerjasama
kelembagaan keamanan pangan segar.
12)Memfasilitasi pengembangan industri pangan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) difokuskan pada UKM yang memiliki karakteristik yaitu berbasis
sumberdaya lokal sehingga dapat memanfaatkanpotensi secara maksimal
lokal, menerapkan teknolog lokali (indigenious) sehingga dapat
dikembangkan oleh masyarakat lokal dan tersebar dalam jumlah yang
banyak sehingga merupakan alat pemerataan yang efektif.
D. Membangun Sistem Pendukung Ketahanan Pangan yang Kondusif
13)Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan
ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan sangat kompleks
karena terdiri dari berbaga sektor yang saling terkait, untuk itu diperlukan
adanya kerjasama yang sinergis dari seluruh stakeholder ketahanan
pangan terutama masyarakat dan swasta. Peningkatan peran swasta dan
masyarakat dapat dilaksanakan melalu peningkatan kerjasama antara
pemerintahdan swasta melalu CSR (Corporate Social Responsibility)
terkait dengan pemberdayaan masyarakat didaerah rawan pangan,
meningkatkan keterlibatan masyarakat secara partisipatif dalam
penanganan kerawanan pangan, dan mewujudkan ketahanan pangan
didaerahnya masing-masing sesuai dengan budaya setempat
14)Mendorong adanya kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif yaitu
melalui
Kebijakan Fiskal yang Memberikan Insentif bagi Usaha Pertanian. Hal ini
dibidang pertanian dan pengolahan pangan untuk mendorong
pertumbuhan investasi usaha berbasis pertanian dan pangan.
Alokasii APBN dan APBD yang memadai untuk Pengembangan Sektor
Pertanian dan Pangan. Hal ini dilakukan dengan peningkatan kepedulian
dan pemberian pemahaman serta umpan balik kepada lembaga pemerintah
yang berkompeten termasuk lembaga legislatif, untuk memberikan
anggaran memadai bagi sektor pertanian dan pangan
Melaksanakan koordinasi strategis pada tingkat nasional, regional dan
global untuk meningkatkan kepemerintahan, memperbaiki alokasi
sumberdaya, memperbaik duplikas dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi serta bantuan kerawanan pangan, dan mengidentifikasi senjang
dalam melakukan respons terhadap permasalahan.
Menjamin peran penting dari sistem multilateral melalu peningkatan
efisiensi , koordinasi , kemampuan merespon, dan efektivitas institusi
multilateral secara berkelanjutan.
Menjamin dipenuhinya komitmen berkelanjutan bagi para mitra untuk
melakukan investas di sektor pertanian, ketahanan pangan dan gizi, melalu
penyediaan sumberdaya yang diperlukan secara tepat waktu dan dengan
Melakukan investasi yang terencana dimasing-masing negara, yang
diarahkan untuk menyalurkan sumberdaya pada program yang di disain
secara baik dan program yang berorientasi kepada output, serta melakukan
kemitraan global
15.Menguatkan kelembagaan ketahanan pangan dan koordinasi antar daerah
dapat dilakukan dengan: mendorong terbentuknya kelembagaan ketahanan
pangan ditingkat daerah propinsi dan kabupaten/kota sebaga mana yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007dan
kesepakatan gubernur dan bupati /walikota dalam Sidang Dewan
Ketahanan Pangan tahun 2009dan meningkatkan peran Dewan Ketahanan
Pangan dalam ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan koordinasi
dan kerjasama antara instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi , dan
masyarakat.
16.Peningkatan peran pimpinanformal dan nonformal dalam pembangunan
ketahanan pangan Seiring dengan proses otonomi daerah yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000 Tentang Otonom Daerah
yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000,
peran daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan diwilayahnya
menjadi semakin meningkat. Searah dengan pelaksanaan kebijakan
berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan diwilayah
kerjanya.
17.Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
Alokasi anggaran yang memada untuk penelitian dan pengembangan.
Kegiatan ini meliputi peningkatan kepedulian berbagai lembaga terkait
dalam pemerintah dan pemerintah daerah untuk mengalokasiikan
anggaran memadai untuk peneliti an dan pengembangan untuk
menghasilkan teknologi ,informasi, peralatan yang menunjang
terwujudnya ketahanan pangan dan gizi.
Peningkatan kerjasama kemitraan antar lembaga penelitian. Kegiatan ini
adalah mengkoordinasikan substansi dan memadukan sumberdaya
penelitian untukmenjamin efisiensi dan efektivitas penelitian, serta
terlayaninya kebutuhan masyarakat yang beragam oleh sumberdaya
penelitian yang terbatas.
Meningkatkan peran serta masyarakat. Hal inidilakukan dengan
menerapkan sistem penghargaan tingkat nasional kepada mereka yang
telah memberikan kontribus yang signifikan terhadap pembangunan
dibidang pangan dan gizi , untuk memotivas dan memperluas peranserta
lembaga-lembaga pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, organisasi
Meningkatkan kualitas data dan informasi ketahanan pangan, melalu
perbaikan metodologi pengumpulan dan pengolahan data terkait dengan
ketahanan pangan, penyempurnaan dalam penyajian data, peningkatan
kerjasama antar instansi dalam peningkatan kualitas data ketahanan
pangan, dan penyebaran informas ketahanan pangan secara transparan
baik di media cetak maupun elektronik, baik untuk instansipemerintah,
swasta dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan peran pemerintah,
swasta dan masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan.
18.Melaksanakan kerjasama internasional
Penggalangan kerjasama internasional dalam melawan kelaparan dan
kemiskinan. Kegiatan ini dimulai dengan membangun Aliansi Nasional
MelawanKelaparan(ANMK), yaitu untuk membangun kepedulian,
memperkuat komitmen dan mendorong aksi-aksi nyata mencegah dan
mengatasi masalah kelaparan, membangun kemitraan antara pemerintah,
organisasi pemerintah, pelaku usaha dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan kreativtas mengatasi masalah dan melakukan pertukaran
informasi pengalaman berharga dari masing-masing lembaga.
Perbaikan kinerja diplomasiekonomi , politik, sosial, dan budaya untuk
meningkatkan ketahanan pangan. Kegiatan ini meliputi pembekalan
lembaga-lembaga internasional untuk mendukung peningkatan ketahanan
pangan, dan berdasarkan informasi tersebut meningkatkan intensitas
diplomasi dengan fokus yang spesifik dan efektif.
D.3 Sasaran Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2009-2014
Setiap kebijakan pasti memiliki sasaran (target) yang harus dipenuhi, sebagai
hasil (output) dari kebijakan tersebut. Demikan dengan KUKP Pemerintahan
SBY-Boediono yang memiliki target yaitu mencapai pemenuhan ketersedian pangan pada
akhir masa periode menjabat, dan berkurangnya jumlah masyarakat Indonesia yang
mengalami krisis pangan dan gizi buruk. Hal tersebut dijelaskan dalam bentuk
upaya-upaya sebagai berikut :
1. Dipertahankannya ketersediaan energ perikapita minimal 2.200 kkal/hari , dan
penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari
2. Tercapainya peningkatan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi
kecukupan energi minimal 2.000 kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari.
3. Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor
pola pangan harapan (PPH) minimal 1,7 persen per tahun ( dijelaskan pada
Tabel 3.1 Sasaran skor PPH 2010-2014
Tahun Skor PPH
2010 86,4
2011 88,1
2012 89,8
2013 91,5
2014 93,3
Sumber : Kementrian Pertanian diolah dewan BKP
4. Berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan kronIs (yang mengkonsums <
70persen AKG, termasuk balita dan ibu hamil kurang gizi) dan penduduk
miskin minimal 0,5 persen per tahun (dijelaskan pada table 3.2)
Tabel 3.2 Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 2010-2014
Tahun Jumlah penduduk sangat
Rawan Pangan (<70% AKG)
Persentase (%)
2010 23.525.330 10,05
2011 22.591.984 9,53
2012 21.626.739 9,02
2013 20.629.772 8,51
2014 19.601.736 8,00
Sumber : Kementrian Pertanian (Diolah BKP)
5. Tercapainya kemandirian pangan melalui pencapaian swasembada
berkelanjutan untuk beras, jagung dan gula konsumsi, dan pencapaian
swasembada kedelai dan daging sapi pada tahun 2014
6. Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga
pangan yang terjangkau bagi masyarakat kelompok pendapatan menengah
7. Membaiknya akses rumahtangga golongan miskin terhadap pangan.
8. Tercapainya peningkatan cadangan pangan baik cadangan pang an milik
pemerintah pusat dan daerah maupun cadangan pangan masyarakat
9. Tercapainya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
keamanan pangan
10.Berkembangnya kelembagaan ketahanan pangan yang ada di masyarakat
secara partisipatif sebagai upaya untuk meningkatkan keberdayaan dan
kemandirian masyarakatdalam menangan kerawanan pangan dan