• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia - Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono Tahun 2009-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia - Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono Tahun 2009-2014"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014

A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia

Kebijakan Pangan adalah kebijakan utama yang harus dimiliki oleh semua

negara, karena kebijakan pangan merupakan suatu bentuku keputusan yang dimiiki

oleh suatu negara dalam mengatur kebutuhan dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan

pangan.Di Indonesia kebijakan pangan mengalami banyak perubahan seiring dengan

berjalannya pembangunan di Indonesia.Sejak Indonesia merdeka, yaitu rezim

pemerintahan Soekarno Indonesia sudah mengenal kebijakan Kasimo sebagai cikal

bakalnya lahirnya kebijakan pangan.Hingga sekarang pada pemerintahan Joko

widodo dengan kebijakan pangan yang pro-kerakyatan dan petani. Adapu pada bab

ini akan dijelaskan sejarah perkembangan kebijakan politik pangan di Indonesia dan

perkembangannya serta secara khusus menjelaskan apa yang menjadi kebijakan

pangan pemerintahan SBY-Boediono pada periode 2009-2014.

A.1.Indonesia dan Pembangunan

Indonesia adalah suatu wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam

dan potensi alam lainnya, hal ini yang menjadi alasan oleh Belanda untuk

menamakan kolonialismenya di Indonesia.Kedatangan Belanda ke Nusantara

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peta komoditi tanaman pangan

(2)

rempah-rempah yang harganya cukup tinggi di Eropa.Posisi Nusantara (Indonesia)

yang cukup strategis bagi para pedagang Eropa menjadi lahan persaingan dengan

kongsi dagang lainnya di India dan kawasan Asia bagian Tengah lainnya. Untuk

tanaman rempah-rempah, bangsa Portugis lebih condong mencari di Kawasan

Indonesia Bagian Timur seperti Maluku, Nusa tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat

.Pada masa itu Indonesia berada di posisi yang sangat strategis bagi para

pedagang-pedagang asing, daerah yang memiliki banyak pantai yang landai sehingga para

pedagang dapat berlabuh dan diapit oleh Asia dan Australia. Keuntungan Indonesia

bukan hanya posisinya yang sangat startegis Indonesia juga dilintasi oleh garis

Khatulistiwa19 dan sifat tanahnya yang memungkinkan bisa lebih banyak ditanami

oleh jenis tanaman lain. Kaya akan sumber daya alam memunculkan keinginan

Belanda untuk membentuk kolonialisme di Indonesia dengan menjadikan Indonesia

sebagai sumber bahan – bahan produksinya, disebabkan kondisi geografis Belanda tidak dapat menghaislkan kebutuhan-kebutuhan pertanian.

Kedatangan Belanda dengan konsep dagang VOC (Vereenigde Oostindische

Compagnie)20 menjadi salah satu indikator masyarakat Indonesia mengenal konsep

dagang Modern dan pola pertanian modern. Pemerintahan VOC di Indonesia

19

Khatulistiwa merupakan sebuah garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet.Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua bagian belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulist iwa

20

(3)

membentuk pembangunan dalam sarana dan prasaran dan mendidik masyarkat dalm

mengenal teknologi pertanian. Pada awalnya VOC hanya mengeksplotasi sumber

daya alam, dan pertanian namun niat VOC berubah dengan bmenjadikan Indonesia

sebagai negara bagian dari Belanda.

Proses perjuangan menuju kemerdekaan sangat sulit untuk diperoleh, setelah

lepas dari kolonialisme Belanda, Jepang kembali menjajah Indonesia selama tiga

tahun enam bulan, yang mengantarkan ide bahwa Jepang adalah saudara jauh, namun

pada akhirnya memiliki niatan untuk memonopoli Indonesia sehinggan Jepang

memiliki basis kekuatan di Asia tenggara. Namun Kolonialisme yang dilakukan

Belanda menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara agraris, maritim dan

industri yang berpengaruh di dunia internasional, karena Indonesia mengenal industri

pertanian modern yang diajarkan oleh Belanda.

Dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil bumi dan pernah menjadi salah

satu negera pengekspor beras dan minyak kelapa sawit di dunia industri pangan

internasional, tak lepas dari pengetahuan yang diperoleh dari kolonialisme Belanda ,

dan peran para pemimpin bangsa yang memimpin Indonesia sejak awal

kemerdekaannya hingga sekarang. Pemerintahan Soekarno menjadi Presiden yang

(4)

yang mengontrol ketersediaan pangan dan bahan pangan di Indonesia yang menjadi

Perum BULOG (Badan Usaha Logistik) 21

Keberhasilan produksi pangan Indonesia mendunia seiring dengan

berubahnya pemerintahan, swasembada beras pertama yang merupakan bagian dari

pelita IV ( pembangunan lima tahun), yang di canangkan oleh presiden Soeharto

dalam kabinet pembangunan IV merupakan indikator kemajuan Indonesia sebagai

negara agraris. Pembangunan pertanian memang menjadi fokus utama dalam

PELITA IV yang merupakan bagian dari kebijakan Pemerintahan Soeharto.

Kebijakan PELITA IV yang berfokus pada pembangunan pertanian ikut membangun

ketahanan pangan Indonesia di era pemerintahan Soeharto, pada orde baru kasus

krisis pangan jarang terjadi namun pada masa transisi antara orde baru dan reformasi

gejolak dan kisruh yang terjadi membuat kondisi keamanan pangan menurun,

sehingga harga kebutuhan pokok yang disebabkan kurangnya ketersediaan kebutuhan

pangan dan kemampuan pemerintah dalam mengontrol kondisi negara pada masa itu.

Reformasi lahir menjadi jawaban yang diharapkan rakyat setelah 30 tahun di pimpin

oleh orde baru.Adanya masa transisi antara orde baru menjadi era penyesuaian

Indonesia yang sebelumnya di pimpin dengan mekanisme otoriter menjadi Indonesia

yang memiliki demokrasi seutuhnya.

21

Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras.Bulog dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967.Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi

(5)

Bila melihat era transisi orde baru dan reformasi pemerintah yang masih

disibukan dengan fokus perbaikan dan kebangkitan Indonesia dari keterpurukan pasca

kisruh dan chaos transisi orde baru ke reformasi, pemerintah lebih mengeluarkan

kebijakan yang lebih mengutamakan perbaikan birokrasi dan kebijakan yang

berhubungan dengan industri dan produksi dan melupakan jati diri Indonesia sebagai

negara agraris. Kebangkitan Indonesia menjadi negara yang demokrasi seutuhnya

setelah lepas dari bayangan otorirter era orde baru melahirkan isu kebangiktan

pertanian dan ketahanan pangan.Hal ini mulai menjadi isu yang penting bagi calon

pemimpin lainya dalam pemilihan umum.Pasca Indonesia dilanda bencana kelaparan

pasca kekeringan khususnya daerah Indonesia timur dan Nusa tenggara.presiden SBY

yang memerintah sebanyak dua periode mulai memperhatikan masalah krisis pangan

yang dinilai tidak sesuai dengan wacana kebijakan ketahanan pangan SBY pada

kedua periode kepemimpinan yaitu mencapai swasembada beras.

A. 2 Sejarah Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

Sejarah lahirnya kebijakan ketahanan pangan sudah ada sejak awal

kemerdekaan, presiden Soekarno mengeluarkan program kasimo 22 Program ini

bertujuan untuk pemenuhan swasembada pangan dengan meningkatkan produksi

pertanian bila melihat kemasa kolonialisme Belanda, pemerintah Belanda pernah

menjalankan kebijakan yang serupa yaitu kebijakan Olie vlek23. Olie vlek adalah

22Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990

Ekonomi orde baru.Jakarta.LP3ES.Hal 39 23

(6)

penyuluhan yang berupa upaya meningkatkan pertanian masyarakat Indonesia

menuju yang lebih modern. Program kasimo yang dijalankan oleh presiden soekarno

terbilang gagal, karena banyaknya kendala yang dihadapi pada masa itu selain

rendahnya tingkat pendidikan pada masyrakat, secara umum kurangnya fasilitas yang

mendukung menyebabkan gagalnya program ini. Soekarno kembali lagi

mengeluarkan kebijakan BIMAS yaitu program (bimbingan masyarakat) yang

kembali lagi gagal karena menilai bahwa program bimas sama seperti program

kasimo sebelumnya, selain itu masyarakat beranggapan bahwa kebijakan ini lebih

mementingkan kepentingan pribadi bila dibandingkan rakyat dan menyebabkan krisis

pangan pada tahun 1963, sehingga presiden soekarno mengeluarkan kebijakan jagung

sebagai pengganti pangan 24 Pasca berakhirnya pemerintahan Soekarno pada 12

Maret 1967, dan di gantikan oleh Soeharto maka berakhir juga program dan

kebijakan ketahanan pangan Presiden Soeharto dan keluarnya kebijakan Soeharto

yaitu PELITA25.

Pada era Pemerintahan Soeharto upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah

menjadi fokus utama seiring dengan keluarnya program pembangunan lima tahun

(PELITA) yang di bagi atas empat tahap yaitu I, II, III, IV yang berhasil membawa

Indonesia kepada Swasembada beras pada tahun 1984. Dimana ada tiga tahap

pembangunan pertanian dan pangan di Indonesia dalam era pemerintahan orde baru

24

Ibid hal 40 25

(7)

yaitu, 1967-1978 (fase konsolidasi), 1984 (fase swasembada beras), dan yang terakhir

adalah fase yang tidak tercapai diakibatkan gagalnya PELITA yang seharusnya

tinggal landas menjadi tinggal kandas 26. Upaya presiden Soeharto dalam program

swasembada beras membuahkan penghargaan dari FAO (Food Agriculture

Organization) yang menjadi kunci sukses presiden Soeharto dalam menghasilkan

swasembada beras pada tahun 1986 adalah kebijakan dan program pertanian nyang

secara spesifik didalam pelita IV dalam hal teknologi dan revolusi biologi sehingga

menghasilkan bibit unggul dan program dalam mendistribusikan hasil pertaninan

sehingga kebutuhan masyarakat akan beras terpenuhi dan berswasembada. Upaya

presiden Soeharto dengan IPB (Institut pertanian Bogor ) dalam meningkat kualitas

bibit padi dan menghasilkan variets unggul disebut sebagai “Revolusi Hijau” 27 .

Berakhrinya pemerintahan Soeharto 21 Mei 1998 Indonesia memasuki masa transisi

yang ememrlukan adanya penyesuaian antara era orde baru dan reformasi.

Pada masa transisi dari era orde baru ke reformasi, Indonesia berada di posisi

yang fluktatif dengan hadirnya sejumlah tekanan-tekanan dari dalam masyrakat dan

demonstrasi yang menuntut adanya pembaharuan, sehingga harga kebutuhan pokok

melambung tinggi dan isu keamanan pangan semakin menambah kekacuan di

lingkungan masyrakat.Stabilisasi harga ternyata harus ditebus cukup mahal dengan

26

Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia.Jakarta.Kompas. Hal 5-12

27

(8)

meminimalkan peran pemerintah (intervensi), termasuk menanggalkan peran

bulog.Penandatanganan Letter of Intent (LoI)28 pada tanggal 21 Oktober 1997 yang di

dalamnya berisikan poin penting di bidang kebijakan pertanian.Bulog harus

meninggalkan praktik monopoli beras dan peran pengawasan terhadap harga -harga

produk pertanian ataupun kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkeh, kedelai, dan

lain-lain.Dalam hal ini, pemerintah tidak lagi diberikan wewenang untuk melakukan

kontrol (intervensi) langsung atas harga komoditi-komoditi utama pangan.Pasca

kejatuhan presiden Soeharto lahirlah kebijakan baru dari sektor industri pangan yaitu

menyerahkan kendali terhadap produksi dan pasar pangan kepada mekanis pasar yang

liberal.

Sedangkan pada era Reformasi adalah era dimana pemerintahan reformasi

melanjutkan kembali sejumlah poin kesepakatan yang harus dipenuhi oleh

pemerintah Indonesia yang tertuang di dalam LoI dengan IMF. Melalui

Undang-Undang No 23 Tahun 1999, dilakukan penghapusan fasilitas pemberikan Kredit

Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang selama ini melekat pada Bulog. KLBI

merupakan fasilitas finansial yang diberikan kepada Bulog untuk membeli kelebihan

produksi beras yang dihasilkan oleh petani.Praktis dengan begitu, Indonesia tidak lagi

memiliki payung hukum yang jelas mengenai keberadaan kelembagaan lumbung

28

(9)

pangan nasional.29Presiden Megawati melalui Peraturan Pemerintah No 7 Tahun

2003.Pemerintah nampaknya sedikit berhati-hati menetapkan status bulog agar tidak

melanggar ketentuan yang digariskan melalui LoI 1998. Melalui peraturan

pemerintah tersebut, untuk pertama Bulog ditempatkan sebagai lembaga logistik

dengan misi ganda, yaitu misi publik (Public Service Obligation)30 dan misi

komersial atau misi mencari keuntungan. Untuk misi PSO, Bulog diarahkan menjadi

pemasok tunggal bagi program beras miskin (raskin) yang diharapkan mampu

mempengaruhi harga beras (stabilisasi).Melalui peraturan pemerintah itu pula Bulog

ditetapkan status kelembagaannya dari Lembaga Pemerintah Non Departemen

(LPND) menjadi Perusahaan Umum yang berada di bawah naungan Kementrian

BUMN. Pemerintahan SBY-JK adalah era pemerntahan

Era kepemimpinan SBY-JK, liberalisasi semakin diperluas di sejumlah

komoditas31.Pada prinsipnya, kebijakan tersebut hanya melanjutkan kembali

poin-poin kesepakatan yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan reformasi sebelumnya.

Tetapi tanpa proteksi penuh dari pemerintah, petani lokal akan sulit bertahan ketika

menghadapi pasar bebas. Angka impor komoditi pangan utama terus melonjak,

29

Dikutip dari http://pangan.agroprima.com Selasa 24 Februari 2015 19.23 30

PSO adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh negara akibat disparitas/perbedaan harga pokok penjualan BUMN/swasta dengan harga atas produk/jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah agar pelayanan produk/jasa tetap terjamin dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (publik).http://www.anggaran.depkeu.go.id/PS

31

(10)

bahkan untuk komoditi pangan lainnya selain tanaman pangan utama.Paradigma

kebijakan di sektor pertanian dari Presiden Yudhoyono masih meneruskan paradigma

usang yang masih bergantung pada komoditi beras, yaitu orientasi untuk mencapai

swasembada beras.Presiden Yudhoyono sempat pula memberikan kewenangan

monopoli impor beras kepada Bulog di akhir tahun 2007. Tetapi sayangnya,

kewenangan tersebut tidak banyak membantu mengatasi dinamika harga beras di

dalam negeri yang rawan dengan gejolak harga

Adapun sejarah perkembangan kebijakan ketahanan pangan dapat dijelaskan

(11)

Table 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia Sejak 1952

(Dikelolah sendiri dari Mears 1984, Mears and Moeljono 1981 dan berbagai sumber)

Orde Rezim

1950-1952: BAMA (Yayasan Bahan Makanan)

1953-1956: YUBM (Yayasan Urusan Bahan Makanan.) Pemerintahan Transisi 1965-1967 1966: Komando Logistik Nasional

(KOLOGNAS)

1967: Dibubarkannya KOLOGNAS 1967: 14/05, Badan Urusan Logistik (BULOG) didirikan

dan berfungsi sebagai pembeli beras tunggal

Swasembada beras 1969: Tambahan tugas Bulog: Manajemen Stok

Penyangga Pangan Nasional – dan penggunaan neraca

pangan nasional sebagai standar ketahanan pangan.

1974: Penggunaan Revolusi Hijau untuk mencapai

Swasembada Beras 1978: Keppres39/1978, Pengembalian tugas Bulog

sebagai kontrol harga untuk gabah, beras, tepung

Swasembada Beras 1995: Penganugerahan pegawai Bulog sebagai Pegawai

Negeri Sipil

1997: Perubahan fungsi Bulog untuk mengontrol hanya

(12)

pengontrol harga beras saja.

Reformasi: (Transisi)

Habibi 1998/1999

Swasembada Beras 1998/1999: Penjualan Pesawat IPTN yang ditukar

dengan Beras Thailand. A. Wahid

1999/2000

Swasembada Beras 2000: Penugasan tugas Bulog untuk management logistic

beras (penyediaan, distribus dan control harga)

Reformasi : (setelah 2000)

Megawati 2000/2004

Swasembada Beras 2003: Privatisasi Bulog

2004: No-Option Strategy Kecuali Swasembada Beras.

S. Bambang Yudoyono (SBY) (2004-2009)

Revitalisasi Pertanian 2005: “revitalisasi pertanian” – komitment (janji) untuk

peningkatan pendapatan pertanian untuk GDP,

pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga

kerja dan swasembada beras, jagung serta palawija.

Sumber :Jonatan Lassa, Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1952-2005 hal 6

B. Gambaran deskriptif Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia pada pemerintahan SBY-Boediono

Kemenangan SBY-Boediono,dalam Pemilu 2009 merupakan celah yang

menjadi upaya terbesar Partai demokrat, dan SBY dalam menjalankan Pemerintahan

dalam bentuk marathon pembangunan sejak tahun 2004 – 2009 sampai akhir masa jabatan dalam periode kedua. Sebagai pemimpin negara dan pemerintahan presiden

memiliki hak untuk membentuk kabinet yang berisikan menteri-menteri yang

bertugas dalam membantu presiden dalam menjalankan fungsinya.

Dalam hal memilih siapa-siapa yang memangku jabatan sebagai perpanjangan

tangan presiden terdiri dari tokoh-tokoh yang berasal dari golongan profesional dan

usulan-usulan dari partai anggota koalisi yang berasal dari usulan partai politik

pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di

(13)

bergabung setelahnya32. Kabinet yang dibentuk Oleh Presiden SBY pada periode

kedua disebut sebagai Kabinet Indonesia Bersatu II.Susunan Kabinet Indonesia

Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari

setelahnya33.

Dalam kurun waktu 2 Tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu II mengalami

banyak proses reshuffle dengan berbagai alasan. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY

mengumumkan pergantian Menteri Keuangan pada tanggal 18 Oktober 2011,

Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa

wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di

dalam kabinet pada tanggal 13 Juni 2012, Presiden SBY mengumumkan pergantian

Menteri Kesehatan dimana pejabat sebelumnya telah meninggal dunia.34

Bila melihat kembali kenyataan yang terjadi antara masa pemerintahan

Soeharto pada dan SBY-Boediono keduanya pernah mengalami fase pasang surut

dalam masa memimpin di Indonesia.jika ditinjau dari kebijakan-kebijakan dan

rencana dalam sektor pertanian keduanya memiliki rencana dan rancangan untuk

melakukan Swasembada dalam sektor pangan, Presiden Soeharto yang telah berhasil

32

Dikutip http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/10/14/brk,20091014-202673,id.html Rabu 3 Maret 2015 pukul 22.40

33

Dikutip pada http://www.presidensby.info/fokus/2009/10/21/4797.html Selasa 3 Maret 2015 pukul 23.02.WIB

34

(14)

melaksanakan swasembada beras pada puncaknya yaitu Tahun 1984 Presiden

Soeharto ketika itu menerima penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO).35

B.1. Visi dan Misi Pemerintahan SBY-Boediono

Guna melanjutkan pembangunan Indonesia yang telah dilaksanakan pada

pemerintahan sebelumnya, meneruskan apa-apa yang sudah baik dan melakukan

Perubahan yang diperlukan (Change) untuk hal-hal yang belum berhasil dilaksanakan

agar mencapai hasil yang lebih baik lagi untuk memajukan Bangsa dan Negara

Indonesia dan memberikan Kesejahteraan bagi segenap Rakyat Indonesia.

Adapun yang menjadi visi dan misi SBY-Boediono adalah Visi :

Terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur

1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera

2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

Misi :

Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera aman dan damai dan meletakan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis.

1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai

Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.

2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good

Corporate Governance.

3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang

cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.

4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan

memberantas korupsi.

35

(15)

5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa36

Guna mewujudkan visi dan misi pemerintah di Indonesia maka telah dirancang 13 Pokok-pokok Program Kerja sebagai berikut:

1. Melanjutkan Program Pendidikan Nasional. 2. Melanjutkan Program Kesehatan Masyarakat. 3. Melanjutkan Program Pengentasan Kemiskinan.

4. Menciptakan lebih banyak lagi Lapangan Kerja bagi Rakyat Indonesia. 5.Melanjutkan Program Pembangunan Infrastruktur Perekonomian Indonesia. 6.Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras, Gula, Jagung, dsb.

7.Menciptakan Ketahanan Energy dalam menghadapi Krisis Energi Dunia. 8. Menciptakan Good Goverment dan Good Corporate Governance. 9. Melanjutkan proses Demokratisasi.

10.Melanjutkan pelaksanaan Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi. 11. Pengembangan Teknologi.

12. Perbaikan Lingkungan Hidup. 13. Pengembangan Budaya Bangsa.37

C. Konsep Ketahanan dan Kedaulatan Pangan

Ketahanan Pangan, yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara

simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh

penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas

ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap

rumah tangga mengakses pangan yang cukup tinggi bagi masing – masing anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif dan bermanfaat dari waktu kewaktu. Dari

36

Dikutip dari :https://www.academia.edu/9239416/Masa_Pemerintahan_SBY_selama_10_tahun Senin 2 Maret 2015 15.35

37

(16)

uraian diatas pebulis membedakan konsep ketahanan dan kedaulatan pangan yakni,

secara global (umum) dan Indonesia secara khusus

C.1 Konsep Global Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan berasal dari kata food security (:eng), yang memiliki arti

yang luas sehingga dapat dinterpretasikan oleh sudut pandang masing-masing, dan

diterjemahkan berdasarkan kondisi lingkungan dan zaman. Pada era Perang dunia ke

II (World war II) krisis pangan terjadi di semua negara, sehingga interpretasi

ketahanan pangan pada masa ini adalah bagaimanaa negara dapat mengatasi

kelaparan yang mendunia pasca perang dunia ke II pada tingkat nasional negara

masing-masing. Sedangkan pada tahun 1970 kekeringan yang melanda Afrika

menyebabkan krisis pangan yang dialami negara-negara Afrika utara dan tengah

sehingga mengharuskan dunia internasional meningkatkan interpretasi terhadap

ketahanan pangan dengan menyediakan sebagian dari stok pangan untuk mengurangi

krisis pangan yang melanda Afrika. Kondisi ini mendapat perhatian dunia sehingga

dilegitimasi melalui sebuah Konferens Pangan Dunia tahun 1974 yang d

selenggarakan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) –Food and Agriculture Organization (FAO). Sehingga memunculkan makna ketahanan pangan dalam

lingkup internasional yaitu berupa hak untuk memiliki pangan secara teratur,

permanen dan bisa mendapatkannya secara bebas, baik secara cuma-cuma maupun

(17)

kebudayaan rakyat201416mengkonsums nya. Menjam n pemenuhan hak rakyat untuk

menjalan hidup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, baik secara fisik maupun

mental, serta secara individu maupun kolektif.38

Pemahaman ini memberikan deskripsi kepada dunia bahwa ketahanan pamngan

hanya pada tingkat indvidu, keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebagai

ketersediaan pangan pada tingkat nasional dan global seperti diatas mendapatkan

pencerahannya ketika terjadi krisis pangan, yang sekali lagi terjadi di Afrika pada

pertengahan tahun 1980-an, dimana secara global ketersediaan pangan cukup untuk

memenuh seluruh penduduk dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan pangan yang cukup pada

tingkat nasional dan global tidak secara otomatis menunjukkan kondisi ketahanan

pangan pada tingkat indivdu maupun rumah tangga.Para pakar dan praktis

pembangunan kemudian menyadar bahwa kerawanan pangan bisa terjad dalam

kondisi dimana ketersediaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh pangannya

tidak cukup.39

Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996, yang diselenggarakan oleh

FAO, dengan memberikan pengertian baru berkenaan dengan ketahanan pangan,

yaitu food security exists when all people, at all times, have physical and economic

access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food

38

Di kutip dari dokumen Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Hal 24

39

(18)

preferences for an active and healthy life.40Yang berarti ketahanan pangan adalah

situasi dimana semua orang di seluruh dunia memiliki kemampuan secara fisik dan

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan kehidupan yang sehat.

C.2 Konsep Pangan, Ketahanan pangan dan Kedaulatan pangan

SBY-Boediono

Pangan adalah pilar utama di dalam kehidupan manusia dalam menjalankan

fungsi sebagai bagian terkecil dalam konteks komunitas masyrakat.Guna menjaga

stabilitas dalam sektor pangan maka Pemerintah yang di dipimpin oleh Presiden

mengunakan fungsinya yaitu dengan mengeluarkan program-program yang

mendukung dan menjaga stabilitas pangan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang

terkait dengan pangan.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang PerlIndungan Lahan PertanIan

Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendefinis kan-ketahanan pangan adalah kondisi

terpenuhinya baik pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup,baik jumlah maupun mutunya, aman,merata dan terjangkau. - kedaulatan

pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan

kebijakan pangannya yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberi

kan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai

dengan potensi sumberdaya lokal.- kemandirian pangan adalah kemampuan produksi

40

(19)

pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu

menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik

dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang di dukung oleh

sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.41

Pangan juga menjadi pilar utama bagi pembanguan nasional yang berperan

dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu pangan

menjadi salah satu indikator utama dalam pembangunan,oleh karena itu posisi pangan

dalam pembangunan antara lain sebagai kebutuhan dasar manusia yang

pemenuhannya hak asasi, tidak dapat ditunda dan tidak dapat disubstitusikan,

merupakan budaya yang berasal dari adaptasi manusia dengan lingkungan, komponen

dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia, dan pilar utama bagi pembanguan

nasional yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.42

Adapun yang menjadi kebijakan-kebijakan umum pangan pada masa

pemertintahan SBY-Boediono tercantum dalam perecanaan pembangunan dalm

sektor pertanian.Yaitu kebijakan umum yang bersifat umum terhadap pertanian dan

khusus terhadap pangan. Adapun perencanaan tersebut memainkan peran strategis

sebagai lokomotif perekonomian nasional karena kontribusinya yang sangat nyata:

41

Ibid Hal 25 42

(20)

 Penyediaan pangan 245 juta penduduk

 Penyediaan bahan baku industri

 Penyumbang PDB

 Penghasil devisa negara

 Penyediaan lapangan pekerjaan

 Peningkatan pendapatan petani, dan

 Pelestarian lingkungan hidup 43

Yang Secara empiris sebagai katup pengaman saat krisis ekonomi, dan secara

socio-historis sebagai landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan, berkontribusi

dalam pengentasan kemiskinan, jaring pengaman sosial, dan pemerataan hasil

pembangunan serta andalan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk

salah satu andalan penghasil energi terbarukan terwujudnya pertanian industrial

unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan

kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani44

Kedaulatan adalah istilah baru dalam sektor Pangan yang menjadi Fondasi

utama dalam kehidupan manusia. “kedaulatan pangan” selalu muncul bersama-sama

dengan “ketahanan pangan” dan “kemandirian pangan”. Ketiga nya selalu muncul

bersamaan, tidak pernah sendirian. Kedaulatan pangan di depan, diikuti dua yang lain

.Ketiga ini menjadi semangat, metode, juga tujuan dalam sektor pangan di Indonesia.

Kedaulatan Pangan adalah hak bangsa dan negara secara mandiri dalam menentukan

kebijakan pangan, menjamin hak atas pangan rakyat, dan memberikan hak bagi

43

Ibid. Hal 4 44

(21)

masyarakat untuk menentukan sistem usaha pangannya sesuai dengan potensi sumber

daya lokal45.

Sedangkan kemandirian pangan kemampuan negara dan bangsa dalam

memproduksi pangan yang beranekaragam dari dalam negeri,yang dapat menjamin

pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan, dengan

memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan

lokal secara bermartabat.46 Yang menjadi visi dan misi dalam sektor pertanian dan

pangan Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor,

dan kesejahteraan petani

Sedangkan ketahanan pangan adalah Ketahanan Pangan adalah kondisi

terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,

merata, dan terjangkau, dan untuk hidup sehat, aktif, produktif, dan berkelanjutan 47.

Dibawah ini adalah gambar dari skema sistem ketahanan pangan nasional.

45

Ibid.hal 8

46

Ibid.hal 11

47

(22)

Gambar 2.1

Sistem Ketahanan Pangan Nasional

Landasan kerja Ukuran kerja Outcome

Sumber :Jurnal.Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI.Pers

Dari skema di atas dapat kita menyimpul bahwa kedaulatan pangan, dan

kemandirian pangan menjadi fondasi terbentuknya ketahanan pangan dan membentuk

proses yang menghasilkan kestabilan (keamanan pangan) yang bertujuan untuk

menjamin kehidupan masyarakat baik perseorangan dan komunitas masyarkat stabil

dan tidak mengalami perubahan dan kekurangan. Pemerintahan SBY-Boediono

memiliki konsep terbentuknya ketahanan pangan dengan mengeluarkan program dan

kebijakan ketahanan pangan nasional melalui departemen pertanian.

Sistem ketahanan pangan nasional dipengaruhi oleh keadaan

ekonomi,sosial dan keadaan hasil pertanian sehingga diperlukan kebijakan yang

menghubungkan ekonomi,pertanian dan pangan,dan tidak lupa memperhatikan bahwa

(23)

kebijakan-kebijakan pangan dan ekonomi dengan kebijakan desentralisasi (otonomi

daerah) sehinggan terbentuk sistem ketahanan pangan yang telah memperhatikan

setiap aspek yang menjadi unsur terbentuknya ketahanan pangan. Adapun sistem

ketahanan pangan Indonesia dapat dijelaskan melalui skema di bawah ini.

Gambar 2.2

Sistem Ketahanan Pangan Nasional

Sumber :Jurnal Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI.Pers

Ketahanan dan keamanan pangan adalah Tujuan utama dari Kebijakan Politik

pangan yang dimiliki era pemerintahan SBY – Boediono, guna memperkuat kebijakan pertanian dan sistem ketahan pangan yang lebih bersifat general maka

(24)

D. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014

Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 adalah kebijakann

yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan visi dan misi pemerintahan SBY

-Boediono yaitu menjaga ketersedian pangan dan guna melanjutkan serta 2014 sebagai

penyempurnaan dari KUKP 2004-2009.48Dengan harapan KUKP ini dapat menjadi

pedoman bagi pemerintah dalam mengimlementasikan kebijakan ketahanan pangan

agar terciptanya ketersediaan pangan baik dari tingkat rumah tangga hingga nasional.

Yang menjadi tujuan KUKP 2010-2014 adalah

 Menjadi acuan dan commonplatform bagi para stakeholders ketahanan pangan, mulai dari instansi pemer ntah, sektor swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perguruan tinggi, petani, nelayan,industri, pengolah, pedagang, penyedia jasa lain dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk memberikan kontribusi yang optimal dalam mewujudkan ketahanan pangan.

 Menjadi acuan dasar bagi lembaga pemerintah dan pemerintah daerah untuk membangun sinergi , integrasi dan koordinas , sehingga pai ng tidak kedua lembaga dapat saling menginformasikan kegiatan yang dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektif (good governance),serta secara maksimal dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan.49

Sebagai negara Hukum, setiap kebijakan yang dihasilkan harus memiliki dasar

hukum sebagai fondasi dan akar dari sebuah kebijakan. Dalam menghasilkan KUKP

2010-2014 presiden SBY memiliki dasar hukum agar kebijakan yang dikeluarkan

mengikat yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan pembangunan

pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama

48

Op.citHal 1 49

(25)

masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, serta

menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen dan pihak yang

berperandalam mewujudkan ketahanan pangan50

Undang-undang tersebut telah dijabarkandalam beberapa peraturan pemerintah

(PP) antara lain: PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur

tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersediaan pangan, cadangan

pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah

pangan, peran pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan

sumberdaya manusia dan kerjasama internasional.

PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur

pembinaan dan pengawasan di bidang label dan klan pangan dalam rangka

menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan PP Nomor

28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan

dan pengeluaran pangan ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan serta

peran serta masyarakat mengenai hal-hal di bidang mutu dan gizi pangan.51 Serta

Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang perikanan yang terkait dengan

Ketahanan Pangan52, Undang-undang Nomor 18 tahun 200953, dan Undang-undang

51

Ibid. Hal 5 52

(26)

Nomor 41 Tahun 2009 54 Di samping mengacu pada berbagai dokumen hukum

nasional tersebut,pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada

komitmen bangsa Indonesia dalam berbagai kesepakatan dunia. Indonesia sebagai

salah satu anggota PBB berkomitmen untuk melaksanakan aksi-aksi mengatasi

kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan dunia.

Komitmen tersebut antara lain tertuang dalam Deklarasi World Food Summit

1996 dan ditegaskan kembail dalam Worldfood Summit: five years later 2002, serta

Millenium Development Goals tahun 2000,untuk mengurang angka kemiskinan

ekstrim dan kerawanan pangan dunia sampai setengahnya ditahun 201555

Sedangkanruang lingkup KUKP 2010-2014 mencakup tiga pilar utama yaitu

ketersediaan, distribusi , dan konsumsi pangan.56Pada pilar distribus dan konsumsi

merupakan penjabaran dari aksesbiltas masyarakat terhadap pangan.Jika salah satu

pilar tersebut tidak dipenuh maka suatu negara belum dapat di katakan mempunya

ketahanan pangan yang baik.Walaupun pangan tersedia cukup ditingkat nasional dan

regional, tetap jika akses individu untuk memenuh kebutuhan pangannya tidak

merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.Akses terhadap pangan,

53

Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 adalah tentang pengelolaan hewan ternak

54

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 bahwa alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman terhadap pencapaian ketahanan pangan dan kedaulatan pangan

55

KUKP. Op.cit Hal 6

56

(27)

ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut

merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan.57

Dimulai dengan strategi awal membangun fondasi dasar ketahanan pangan

dengan pendekatan jalur ganda (twin-track approach) yaitu memprioritas

pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan

kerja dan pendapatan, serta memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan

rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung agar tidak semakin terpuruk serta

pemberdayaan agar mereka semakin mampu mewujudkan ketahanan pangannya

secara mandiri58. Selain hanya membangun fondasi ketahan pangan, ketersediaan

pangan dan cara mengelola (distribusi) adalah hal yang diperhatikan oleh

SBY-Boediono.

Secara umum tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah untuk

membangun ketahanan dan kemandirian pangan baik ditingkat makro (nasional)

maupun ditingkat mikro (rumahtangga/individu).Pembangunan ketahanan pangan

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang harus dirumuskan secara

terpadu dan serasi.Dalam RPJMN(Rencana pembangunan jangka menegah nasional)

2010-2014, pembangunan ketahanan pangan menjad program prioritas ke-5 untuk

menjawab sejumlah tantangan yang dihadap oleh bangsa dan negara di masa

mendatang.

57

Ibid.Hal 25

58

(28)

Arah pembangunan ketahanan pangan dalam RPJMN 2010-2014 adalah untuk

meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan, melalu pen ngkatan produksi dan

produkt vitas, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta peningkatan kapasitas

masyarakat pertanian, perikanan dan kehutanan. Arah pembangunan ketahanan

pangan juga mengacu pada hasil KTT Pangan 2009, yang antara lain menyepakat

untuk menjamin pelaksanaan langkah-langkah yang mendesak pada tingkat nasional,

regional dan global untuk merealisas kan secara penuh target MDGs Nomor 1 dan

WFS 1996, yaitu mengurang penduduk kelaparan.

Dengan demikian, mengacu pada RPJMN dan kesepakatan KTT Pangan

tersebut, arah kei jakan umum pembangunan ketahanan pangan nasional 2010-2014

adalah untuk meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan,

meningkatkan sistem distribusi danstabilisas harga pangan dan meningkatkan

pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan.59. Demi mendukung KUKP

pemerintahan SBY-Boediono juga mengeluarkan kebijakan Operasional.

Kebijakan operasional adalah bagian utama dalam kebijakan ketahan pangan,

kebijakan-kebijakan yang termasuk di dalam adalah kebijakan ketersediaan pangan.

Adapun kebijakan ketersedian pangan yaitu :

 Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan swasembada jagung, kedele, gula, daging sapi pada tahun 2014 antara lain:

1. rehabilitasi irigasi dan pencetakan sawah 2. subsidi input (pupuk, benih)

3. jaminan harga output (HPP)

59

(29)

4. perlindungan dari gagal panen

5. diseminasi teknologi dan revitalisasi penyuluhan

 Impor pangan pokok dilakukan bila produksi domestik dan cadangan pangan

tidak memenuhi (the last resort)

 Penyediaan beragam pangan berdasarkan potensi sumberdaya dan budaya lokal dengan pendekatan efisiensi dan proteksi :

1. kebijakan promosi dan proteksi

2. pemberdayaan petani dan pelaku usaha sepanjang rantai nilai (value chain)

 Menyediakan cadangan beras nasional yang cukup untuk mengatasi gejolak pasokan dan harga.

 cadangan beras pemerintah yang memadai sekitar 2 juta ton

 cadangan beras dan pangan lain Pemda Prop, Kab/Kota

 lumbung pangan masyarakat 60

Berikut ini adalah tabel target swasembada pangan sesuai dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014

(30)

KET : 1) GKG,

2) Pipilan Kering (PK), 3) Biji Kering,

4) Karkas

5) Rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (2010-2014)

6) Angka produksi padi tahun 2011 – 2014 mengalami penyesuaian sesuai Direktif Presiden

Sumber : Jurnal Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI.Pers

Kebijakan kedua adalah kebijakan keterjangkuan pangan, yaitu kebijakan yang

menyasar siapa-siapa saja yang menjadi bagian dari kebijakan ketahann pangan,

pendistribusian serta menjamin keamanan dan stabilitas harga dan stabiltas kebutuhan

masyrakat. Adapun yang menjadi bagian dari kebijakan tersebut adalah :

 Menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok sepanjang tahun dan pangan strategis pada periode khusus/tertentu (Ramadan, Lebaran, Natal, Tahun Baru). :

 Pembelian domestik

 Operasi pasar

 Penyaluran pangan dengan sasaran penerima tertentu (temporer).

 Kebijakan impor/ekspor

 Kebijakan fiskal.

 Memperlancar distribusi pangan ke seluruh wilayah Nusantara (konektivitas, pengembangan jaringan, dan sistem transportasi).

 Melaksanakan penyaluran pangan bagi masyarakat rawan pangan kronis/warga miskin:

 saat ini berupa program Raskin (ke depan perlu diperluas menjadi Pangkin)

 Pemberian bantuan pangan untuk masyarakat rawan pangan transien akibat bencana alam, sosial, dan ekonomi61

61

(31)

Dan kebijakan terakhir adalah kebijakan pangan dan gizi, kebijakan yang

mengatur dan mengontrol kualitas pangan dan tingkat kebutuhan gizi masyarkat

Indonesia,agar tingkat kekurangan gizi menurun dan masyarakat memperoleh gizi

yang cukup. Dan yang menjadi poin penting dalam kebijakan ini adalah

 Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan :

 Perubahan pola pikir ke arah pola konsumsi B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman),

 Optimalisasi pemanfaatan lahan perkarangan / KRPL (kawasan

rumah pangan lestari),

 Penguatan UKM (usaha kecil mikro) dalam bisnis pangan olahan

berbasis tepung-tepungan,

 Perbaikan gizi keluarga dan kelompok khusus (bumil, busui, balita, kelompok khusus rawan pangan)

 Pengembangan, pengawasan, dan penanganan keamanan pangan

olahan dan segar.62

Dan yang menjadi butir-butir penting di dalam kebijakan ketahan pangan presiden SBY adalah :

A. Meningkatkan Ketersedian pangan

1) Menata pertanahan dan tataruang wilayah. : yaitu dengan menyusun ulang

dan menata pembagian tanah dan wilayah yang dipergunakan sebagai

wilayah pertanian dan dipergunakan dalam menghasilkan komoditi

pangan berdasarkan UU No 5/1960 Tentang pokok agraria, dan UU No.

26/2007 tentang Tata Ruang dan UU No. 27/2009 tentang Lahan Pertan an

Pangan Berkelanjutan.

62

(32)

2) Antisipasi perubahaniklim: adaptasi dan mitigasi : yaitu Upaya adaptas

dan mitigas perubahan iklim dalam pembangunan pangan nasional di

maksudkan guna mengembangkan pertanian yang tahan

(resilience)terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Mitigasi

dapat dilakukan di sektor energi , sektor pertanian dan kehutanan, serta

disektor kelautan dan perikanan guna meningkatkan kemampuan

sumberdaya pertanian, kehutanan dan lahan didaerah pesisir pantai untuk

menyerap karbon sehingga mengurang efek gas rumah kaca.

3) Meningkatkan produksi domestik: proteksi dan promosi yaitu :

1. Subsidi Pemasaran

lakukan untuk meredam kena kan harga pupuk yang sering terjad pada masa tanam dan untuk mencegah kelangkaan pupuk. Harga pupuk yang terjangkau oleh petani akan memungkinkan petani dapat menggunakan pupuk berimbang yang tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah

2. Subsidi Modal Kerja

3. Peningkatan pembiayaan kelembagaan petani/nelayan melalui

pengembangan skim permodalan yang kondusif bagi petani dan nelayan.

Kegiatan ini meliput upaya-upaya untuk mengatas hambatan yang dialami

petani/nelayan dalam mengakses permodalan dari Perlindungan Pasar

Domestik

Dalam menghadap eraperdagangan global, perlindungan pasar dalam

(33)

produsen/konsumen dari praktek perdagangan internasional yang tidak adil.

4. Akselerasi adopsi Teknologi :

 perakitan teknologi untuk menghasilkan varietas unggul spesifik lokasi

untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas usaha pertanian,

perikanan dan kehutanan

 perbaikan teknologi budidaya untuk menekan kesenjangan hasil antara

tingkat penelitian dan tingkat petani , meningkatkan efisiensi ke arah zero

waste, memperbaiki mempertahankan kesuburan lahan dan meningkatkan

pendapatan petani

B. Mengembangkan Sistem Distribusi Pangan

lembaga keuangan perbankan dan non perbankan

4) Memperlancar sistem distribusi pangan untuk pemerataan pasokan,

stabilisasi harga dan peningkatan akses pangan untuk mengantisipasi

perubahan ekonom global dan perubahan iklim global, dilakukan melalui :

1. Menjamin stabilitas pasokan antar wilayah dan antar waktu melalui

pengembangan sistem distribusi pangan yang efektif :

 pengembangan teknologi pengolahan dan penyimpanan produk hasil

panen agar tahan lama dan tidak cepat rusak

 pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana distribusi sepert jalan,

(34)

yang menjangkau daerah-daerah terpencil dan rawan gangguan

bencana,dan pembangunan pada segmen-segmen yang tidak mampu

dilaksanakan oleh swasta dan memfasilitasi peran swasta untuk

mengembangkan segmenyang menguntungkan;

 penghapusan retribusi produk pertanian dan perikanan yang meliputi

penetapan aturan penghapusan retribusi produk pertanian dan perikanan,

penelaahan terhadap peraturan pemerintah dan pemerintah daerah dan

membatalkannya bila masih ada

 pemberian subsidi transportasi bagi daerah sangat rawan dan daerah

terpencil antara lain dapat berupa penyediaan pelayanan transportasi

bersubsid oleh pemerintah

2. Mengembangkan sistem distribusi untuk meningkatkan perdagangan antar

wilayahdan atau antar negara

5) Mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah danmasyarakat.

Pengembangan cadangan pangan pemerintah dititikberatkan pada fasilitasi

pengembangan cadangan pemerintah propinsi , kabupaten dan desa agar

setiap jenjang pemerintahan mampu mengatas masalah kerawanan pangan

sesuai kewenangan dan tanggung jawab otonominya.

6) Menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan yaitu Untuk

(35)

produsen dan daya beli konsumen, pemerintah harus secara aktif

melakukan upaya-upaya stabilisasi harga pangan melalu koordinasi

dengan pengambil kebijakan dan para pelaku usaha untuk mengamankan

pasokan terutama pada saat terjadi gejolak harga, seperit pada saat panen

raya, pada hari besar keagamaan nasional.

7) Meningkatkan aksesilibitas atas pangan melalui peningkatan kesejahteraan

masyarakat terutama dalam hal peningkatan pendapatan masyarakat

melalu pemberdayaan masyarakat didaerah miskin dan rawan pangan

yang meliputi pendampingan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat

agar mampu memaham peluang dan mendayagunakan sumberdaya yang

dimilikinya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga serta

penciptaan lapangan pekerjaan

8) Menangani kerawanan pangan kronis dan ransien

 Subsidi/bantuan, dapat dilakukan melalui pemberian bantuan dalam

bentuk food for work, pemberian bantuan dalam bentuk bantuan sosial

untuk daerah rawan pangan ang mengalami bencana alam, peningkatan

efektivitas program Raskin dengan memperbaiki metoda penentuan

kelompok sasaran menggunakan informasi terkini, melibatkan masyarakat

(36)

mengawasi proses penyaluran dan memberikan saran/umpan balik

terhadap efektivitas korban Raskin.

 Mempercepat pemberdayaan masyarakat miskin melalui pengembangan

kelembagaan yang sudah ada di masyarakat atau bentru agar dapat mapu

untuk mengatasi permasalahan kerawanan pangan yang dihadapinya

dengan kemampuan sendiri tanpa harus bergantung pada pemerintah atau

orang lain disekitarnya , serta mampu untuk berpartisipasi dalam

pembangunan ketahanan pangan masing-masing.

 Pengembangan isyarat dini dan penanggulangan keadaan rawan pangan

dan gizi (SKPG) yaitu terdiri dari peningkatan kepedulian pemerintah dan

masyarakat khususnya di kabupaten terhadap manfaat sistem isyarat dini

serta memf silitasi penerapanya sesuai kondisi setempat. antara lain terdiri

dari penyuluhan, bimbingan dilakukan adalah

 Pemanfaatan dan pengelolaan cadangan pangan pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakatuntuk penanggulangan keadaan rawan pangan dan

gizi. Pemanfaatan cadangan pangan pemerintah berupa cadangan beras

pemerintah dapat digunakan atas dasar permintaan Gubernur/Bupati

(37)

C.Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan, dilakukan melalui:

9) Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan melalui peningkatan

diversifikasi konsumsi pangan dan gizi seimbang meliputi peningkatan

pengetahuan dan kesadaran pangan dan gizi, keterampilan mengelola

pangan dan konsumsi dengan gizi seimbang, sanitasi dan keamanan

bidang pangan, dan sumber daya keluarga untuk meningkatkan gizi,

pengembangan teknologi pangan yang meliputi perekayasaan atau inovasi

terhadap teknologikearifan lokal dibidang pangan, untuk meningkatkan

kualitas fisik maupun kandungan gizi , daya simpan, dan daya saing

komoditas pangan. Teknologi tepat guna spesifik lokas ini membantu

masyarakat dalam kegiatan produksi , cadangan, distribusi , dan

perdagangan pangan hingga aktivitas jasa boga untuk meningkatkan

ketersediaan pangan serta pendapatan masyarakat; dan diversifikasi

usahatani dan pengembangan pangan lokal dengan memfasilitasi

kelompok masyarakat melalu pendampingan, inovasi terhadap kearifan

lokal dan dukungan input atau permodalan untuk melakukan diversifikasi

usahatani. Hal ini untuk memperkenalkan berbagai peluang peningkatan

pendapatan melalu pendayagunaan sumber-sumber pangan lokal menjadi

bahan pangan yang sehat danbergizi , serta tidak kalah menarik dengan

(38)

10)Mendorong perilaku konsumsi pangan yang dapat dilakukan melalu

sosialisasi dan promosi melalui berbagai media massa cetak dan

elektronik, serta sosialisasi secara langsung kepada masyarakat, kampanye

nasional diversifikasi konsumsi pangan, dan memasukkan materi tentang

pangan beragam, bergizi dan seimbang dalam kurikulum sekolah.

11)Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan difokuskan

pada komoditas sayur dan buah segar serta pangan segar lainnya dan

diarahkan pada penyusunan kebijakan dan implementasinya, peningkatan

kesadaran produsen dan konsumen dalam memproduksi, mengedarkan,

perdagangan, dan mengkonsumsi pangan yang aman , peningkatan

pemahaman dan pengetahuan petugas daerah yang menangan ketahanan

pangan monitoring, pengawasan dan pengujian keamanan pangan segar,

penguatan dan pembinaan lembaga yang melakukan Otoritas Kompetens

Keamanan Pangan (OKKPD),dan promosi keamanan pangan segar serta

pengkajian, pengembangan, koordinasi, pemberdayaan, dan kerjasama

kelembagaan keamanan pangan segar.

12)Memfasilitasi pengembangan industri pangan Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) difokuskan pada UKM yang memiliki karakteristik yaitu berbasis

sumberdaya lokal sehingga dapat memanfaatkanpotensi secara maksimal

(39)

lokal, menerapkan teknolog lokali (indigenious) sehingga dapat

dikembangkan oleh masyarakat lokal dan tersebar dalam jumlah yang

banyak sehingga merupakan alat pemerataan yang efektif.

D. Membangun Sistem Pendukung Ketahanan Pangan yang Kondusif

13)Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan

ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan sangat kompleks

karena terdiri dari berbaga sektor yang saling terkait, untuk itu diperlukan

adanya kerjasama yang sinergis dari seluruh stakeholder ketahanan

pangan terutama masyarakat dan swasta. Peningkatan peran swasta dan

masyarakat dapat dilaksanakan melalu peningkatan kerjasama antara

pemerintahdan swasta melalu CSR (Corporate Social Responsibility)

terkait dengan pemberdayaan masyarakat didaerah rawan pangan,

meningkatkan keterlibatan masyarakat secara partisipatif dalam

penanganan kerawanan pangan, dan mewujudkan ketahanan pangan

didaerahnya masing-masing sesuai dengan budaya setempat

14)Mendorong adanya kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif yaitu

melalui

 Kebijakan Fiskal yang Memberikan Insentif bagi Usaha Pertanian. Hal ini

(40)

dibidang pertanian dan pengolahan pangan untuk mendorong

pertumbuhan investasi usaha berbasis pertanian dan pangan.

 Alokasii APBN dan APBD yang memadai untuk Pengembangan Sektor

Pertanian dan Pangan. Hal ini dilakukan dengan peningkatan kepedulian

dan pemberian pemahaman serta umpan balik kepada lembaga pemerintah

yang berkompeten termasuk lembaga legislatif, untuk memberikan

anggaran memadai bagi sektor pertanian dan pangan

 Melaksanakan koordinasi strategis pada tingkat nasional, regional dan

global untuk meningkatkan kepemerintahan, memperbaiki alokasi

sumberdaya, memperbaik duplikas dalam pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi serta bantuan kerawanan pangan, dan mengidentifikasi senjang

dalam melakukan respons terhadap permasalahan.

 Menjamin peran penting dari sistem multilateral melalu peningkatan

efisiensi , koordinasi , kemampuan merespon, dan efektivitas institusi

multilateral secara berkelanjutan.

 Menjamin dipenuhinya komitmen berkelanjutan bagi para mitra untuk

melakukan investas di sektor pertanian, ketahanan pangan dan gizi, melalu

penyediaan sumberdaya yang diperlukan secara tepat waktu dan dengan

(41)

 Melakukan investasi yang terencana dimasing-masing negara, yang

diarahkan untuk menyalurkan sumberdaya pada program yang di disain

secara baik dan program yang berorientasi kepada output, serta melakukan

kemitraan global

15.Menguatkan kelembagaan ketahanan pangan dan koordinasi antar daerah

dapat dilakukan dengan: mendorong terbentuknya kelembagaan ketahanan

pangan ditingkat daerah propinsi dan kabupaten/kota sebaga mana yang

tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007dan

kesepakatan gubernur dan bupati /walikota dalam Sidang Dewan

Ketahanan Pangan tahun 2009dan meningkatkan peran Dewan Ketahanan

Pangan dalam ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan koordinasi

dan kerjasama antara instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi , dan

masyarakat.

16.Peningkatan peran pimpinanformal dan nonformal dalam pembangunan

ketahanan pangan Seiring dengan proses otonomi daerah yang diatur

dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000 Tentang Otonom Daerah

yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000,

peran daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan diwilayahnya

menjadi semakin meningkat. Searah dengan pelaksanaan kebijakan

(42)

berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan diwilayah

kerjanya.

17.Memfasilitasi penelitian dan pengembangan

 Alokasi anggaran yang memada untuk penelitian dan pengembangan.

Kegiatan ini meliputi peningkatan kepedulian berbagai lembaga terkait

dalam pemerintah dan pemerintah daerah untuk mengalokasiikan

anggaran memadai untuk peneliti an dan pengembangan untuk

menghasilkan teknologi ,informasi, peralatan yang menunjang

terwujudnya ketahanan pangan dan gizi.

 Peningkatan kerjasama kemitraan antar lembaga penelitian. Kegiatan ini

adalah mengkoordinasikan substansi dan memadukan sumberdaya

penelitian untukmenjamin efisiensi dan efektivitas penelitian, serta

terlayaninya kebutuhan masyarakat yang beragam oleh sumberdaya

penelitian yang terbatas.

 Meningkatkan peran serta masyarakat. Hal inidilakukan dengan

menerapkan sistem penghargaan tingkat nasional kepada mereka yang

telah memberikan kontribus yang signifikan terhadap pembangunan

dibidang pangan dan gizi , untuk memotivas dan memperluas peranserta

lembaga-lembaga pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, organisasi

(43)

 Meningkatkan kualitas data dan informasi ketahanan pangan, melalu

perbaikan metodologi pengumpulan dan pengolahan data terkait dengan

ketahanan pangan, penyempurnaan dalam penyajian data, peningkatan

kerjasama antar instansi dalam peningkatan kualitas data ketahanan

pangan, dan penyebaran informas ketahanan pangan secara transparan

baik di media cetak maupun elektronik, baik untuk instansipemerintah,

swasta dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan peran pemerintah,

swasta dan masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan.

18.Melaksanakan kerjasama internasional

 Penggalangan kerjasama internasional dalam melawan kelaparan dan

kemiskinan. Kegiatan ini dimulai dengan membangun Aliansi Nasional

MelawanKelaparan(ANMK), yaitu untuk membangun kepedulian,

memperkuat komitmen dan mendorong aksi-aksi nyata mencegah dan

mengatasi masalah kelaparan, membangun kemitraan antara pemerintah,

organisasi pemerintah, pelaku usaha dalam rangka meningkatkan

kemampuan dan kreativtas mengatasi masalah dan melakukan pertukaran

informasi pengalaman berharga dari masing-masing lembaga.

 Perbaikan kinerja diplomasiekonomi , politik, sosial, dan budaya untuk

meningkatkan ketahanan pangan. Kegiatan ini meliputi pembekalan

(44)

lembaga-lembaga internasional untuk mendukung peningkatan ketahanan

pangan, dan berdasarkan informasi tersebut meningkatkan intensitas

diplomasi dengan fokus yang spesifik dan efektif.

D.3 Sasaran Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2009-2014

Setiap kebijakan pasti memiliki sasaran (target) yang harus dipenuhi, sebagai

hasil (output) dari kebijakan tersebut. Demikan dengan KUKP Pemerintahan

SBY-Boediono yang memiliki target yaitu mencapai pemenuhan ketersedian pangan pada

akhir masa periode menjabat, dan berkurangnya jumlah masyarakat Indonesia yang

mengalami krisis pangan dan gizi buruk. Hal tersebut dijelaskan dalam bentuk

upaya-upaya sebagai berikut :

1. Dipertahankannya ketersediaan energ perikapita minimal 2.200 kkal/hari , dan

penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari

2. Tercapainya peningkatan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi

kecukupan energi minimal 2.000 kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari.

3. Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor

pola pangan harapan (PPH) minimal 1,7 persen per tahun ( dijelaskan pada

(45)

Tabel 3.1 Sasaran skor PPH 2010-2014

Tahun Skor PPH

2010 86,4

2011 88,1

2012 89,8

2013 91,5

2014 93,3

Sumber : Kementrian Pertanian diolah dewan BKP

4. Berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan kronIs (yang mengkonsums <

70persen AKG, termasuk balita dan ibu hamil kurang gizi) dan penduduk

miskin minimal 0,5 persen per tahun (dijelaskan pada table 3.2)

Tabel 3.2 Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 2010-2014

Tahun Jumlah penduduk sangat

Rawan Pangan (<70% AKG)

Persentase (%)

2010 23.525.330 10,05

2011 22.591.984 9,53

2012 21.626.739 9,02

2013 20.629.772 8,51

2014 19.601.736 8,00

Sumber : Kementrian Pertanian (Diolah BKP)

5. Tercapainya kemandirian pangan melalui pencapaian swasembada

berkelanjutan untuk beras, jagung dan gula konsumsi, dan pencapaian

swasembada kedelai dan daging sapi pada tahun 2014

6. Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga

pangan yang terjangkau bagi masyarakat kelompok pendapatan menengah

(46)

7. Membaiknya akses rumahtangga golongan miskin terhadap pangan.

8. Tercapainya peningkatan cadangan pangan baik cadangan pang an milik

pemerintah pusat dan daerah maupun cadangan pangan masyarakat

9. Tercapainya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

keamanan pangan

10.Berkembangnya kelembagaan ketahanan pangan yang ada di masyarakat

secara partisipatif sebagai upaya untuk meningkatkan keberdayaan dan

kemandirian masyarakatdalam menangan kerawanan pangan dan

Gambar

Table 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia Sejak 1952 (Dikelolah sendiri dari Mears 1984, Mears and Moeljono 1981 dan berbagai sumber)
Gambar 2.1 Sistem Ketahanan Pangan Nasional
Gambar 2.2 Sistem Ketahanan Pangan Nasional
Tabel 2.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

4. self efficacy berhubungan dengan tingkat kemandirian santri, dalam berproses menjadi pribadi yang reaktif dan proaktif. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka

Dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah robot pemasaran ( sales promotion robot ), yaitu robot beroda dengan sebuah kamera sebagai sensor pendeteksi wajah ( face detection ),

Dari hasil sebuah riset penelitian (Putri et al, 2009) menyatakan bahwa semakin lama waktu pasteurisasi dengan teknik PEF (pada tegangan terbesar 20 kV) maka

Nah, jika Anda sudah punya keyakinan bahwa Anda bisa membuat dan mengelola website sendiri, tentu Anda akan lebih percaya diri untuk membuat website professional yang

Cara* diartS Jsa fceasiuruban toak Can Xeoajiban jwtaa * BealebalJian p airjaajlaa... caa&amp;ab fllbaaaiBgfcoB

Untuk itu, hingga menunggu adanya varietas unggul yang dilepas maka perlu pembenahan sistem pengelolaan produksi benih yang baik, sehingga mampu menyediakan benih di

Berdasarkan hasil diatas, membuktikan bahwa real objects sebagai media dapat membantu kemampuan menulis teks deskripsi siswa kelas VIII SMP 4 Bae Kudus pada tahun

The transfer of literacy skills across languages can be two-way such that children who have become dominant in the school language (e.g., English) can make use of