EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
ARDELIMAS ARS
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH: ARDELIMAS ARS
110308046
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S ) Ketua
ABSTRAK
ARDELIMAS ARS : Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SUMONO dan ADIAN RINDANG.
Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras memerlukan evaluasi kinerjanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, ketersediaan dana, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani. Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan pemerintah adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja kelembagaan petani adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi adalah baik dengan nilai 3, tingkat kecukupan air adalah cukup dengan nilai 3, ketersediaan dana adalah memadai dengan nilai 3, Sumber daya manusia adalah memadai dengan nilai 3. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras dapat dikatagorikan dalam keadaan sangat baik dengan nilai 3,36.
Kata kunci : Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi Bandar Sidoras
ABSTRACT
ARDELIMAS ARS : The operation work evaluation and maintenance of Bandar Sidoras irrigation system in Percut Sei Tuan District Deli Serdang regency, suvervised by SUMONO and ADIAN RINDANG.
Operation and maintenance of Bandar Sidoras irrigation system require performance evaluation. This study was conducted to evaluate the performance of operation and maintenance of Bandar Sidoras irrigation system. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were: functional performance and network infrastructure of irrigation, water sufficiency level, the level of accuracy of the provision of water, management of government institution, the availability of fund, human resources and farmer institutional performance. The results showed that the level of accuracy of the water supply was very precise with a value of 4, the management of government institution was very good with a value of 4, the farmer institution performance was very good with a value of 4, functional performance and irrigation network infrastructure was well with the value 3, the adequacy of the water was enough with the value 3, the availability of funding was adequate with the value of 3, Human resources were adequate with the value of 3. In general, the performance of operation and maintenance of the Bandar Sidoras irrigation system can be categorized as in good condition with a value of 3.36.
RIWAYAT HIDUP
Ardelimas ARS, dilahirkan di Medan pada tanggal 4 Agustus 1993, dari
Ayah Slamet AR dan Ibu Mujiem. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMA ANGKASA LANUD MEDAN dan
pada tahun 2011 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SNMPTN tertulis. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Mahasiswa
Teknik Pertanian (IMATETA) FP USU. Penulis pernah menjadi asisten
praktikum Mekanika Fluida pada tahun 2014, dan menjadi asisten praktikum Ilmu
Ukur Wilayah pada tahun 2015.
Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama satu
bulan di PT Socfindo Aek Loba Asahan, Sumatera Utara pada bulan Juli sampai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Sistem Irigasi Bandar Sidoras Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupatn Deli
Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di
Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah
mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S selaku ketua pembimbing skripsi
dan Adian Rindang STP, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis
sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Disamping itu penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program
Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2015
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
DAFTAR SINGKATAN...v
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi ... 4
Jaringan Irigasi ... 5
Kinerja Sistem Irigasi ... 7
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi ... 8
Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 13
Kinerja Pelayanan Air ... 18
Kinerja Kelembagaan Pemerintah... 20
Kinerja Kelembagaan Petani ... 24
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
Bahan Penelitian... 27
Metode Penelitian ... 27
Prosedur Penelitian ... 27
Parameter Penelitian ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras ... 30
Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 32
Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 33
Tingkat Kecukupan Air ... 34
Tingkat Ketepatan Pemberian Air ... 35
Manajemen Kelembagaan ... 36
Ketersediaan Dana...38
Sumber Daya Manusia ... 40
Kinerja Kelembagaan Petani ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44
Saran ... 45
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Komponen penilaian kinerja O & P sistem irigasi ... 10
2. Bobot penilaian kinerja O & P sistem irigasi ... 12
3. Kriteria O & P sistem irigasi ... 13
4. Klasifikasi kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi ... 15
5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi ... 15
6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi... 16
7. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi ... 17
8. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras ... 31
9. Jadwal pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 49
2. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi kewenangan pusat ... 50
3. Analisa data kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras ... 51
4. Analisa data kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras.. 53
5. Personalia Sumber Daya Manusia DI Bandar Sidoras ... 55
6. Iuran P3A musim tanam April-September Bandar Sidoras ... 56
7. Hasil wawancara terhadap petugas operasi bendung Irigasi Bandar Sidoras .... 57
8. Hasil wawancara terhadap Ketua GP3A Bandar Sidoras ... 60
9. Kinerja O&P jaringan irigasi Medan Krio ... 62
10. Foto bendung irigasi Bandar Sidoras ... 63
11. Foto saluran primer Bandar Sidoras Kanan ... 64
12. Foto saluran primer Bandar Sidoras Kiri ... 65
13. Foto Bangunan Talang ... 66
14. Foto Pintu Ulir ... 67
DAFTAR SINGKATAN
AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
DI : Daerah Irigasi
GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air
KPA : Kehandalan Penyampaian Air
O & P : Operasi dan Pemeliharaan
P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air
POB : Petugas Operasi Bendung
PPA : Petugas Pintu Air
PSDA : Pengelolaan Sumber Daya Air
RPA : Rencana Pembagian Air
RTTD : Rencana Tata Tanam Detail
RTTG : Rencana Tata Tanam Global
ABSTRAK
ARDELIMAS ARS : Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SUMONO dan ADIAN RINDANG.
Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras memerlukan evaluasi kinerjanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, ketersediaan dana, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani. Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan pemerintah adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja kelembagaan petani adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi adalah baik dengan nilai 3, tingkat kecukupan air adalah cukup dengan nilai 3, ketersediaan dana adalah memadai dengan nilai 3, Sumber daya manusia adalah memadai dengan nilai 3. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras dapat dikatagorikan dalam keadaan sangat baik dengan nilai 3,36.
Kata kunci : Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi Bandar Sidoras
ABSTRACT
ARDELIMAS ARS : The operation work evaluation and maintenance of Bandar Sidoras irrigation system in Percut Sei Tuan District Deli Serdang regency, suvervised by SUMONO and ADIAN RINDANG.
Operation and maintenance of Bandar Sidoras irrigation system require performance evaluation. This study was conducted to evaluate the performance of operation and maintenance of Bandar Sidoras irrigation system. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were: functional performance and network infrastructure of irrigation, water sufficiency level, the level of accuracy of the provision of water, management of government institution, the availability of fund, human resources and farmer institutional performance. The results showed that the level of accuracy of the water supply was very precise with a value of 4, the management of government institution was very good with a value of 4, the farmer institution performance was very good with a value of 4, functional performance and irrigation network infrastructure was well with the value 3, the adequacy of the water was enough with the value 3, the availability of funding was adequate with the value of 3, Human resources were adequate with the value of 3. In general, the performance of operation and maintenance of the Bandar Sidoras irrigation system can be categorized as in good condition with a value of 3.36.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah Indonesia senantiasa memberikan perhatian serius pada
pembangunan disektor pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian
guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri yang senantiasa bertambah
sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk. Pengelolaan irigasi merupakan
salah satu sektor pendukung utama bagi keberhasilan pembangunan pertanian
untuk meningkatkan produksi beras. Namun dalam pengembangannya kinerja
pengelolaan irigasi telah mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa
hal seperti : kegiatan perawatan, perbaikan atau pemeliharaan jaringan irigasi
yang tertunda, kerusakan karena ulah manusia dan bencana alam. Hal-hal tersebut
menyebabkan kerusakan pada jaringan irigasi.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Tahun 2014 menyatakan
bahwa, saat ini total jaringan irigasi yang rusak mencapai 52% atau mencakup 3,3
juta hektar (Harian Kompas tanggal 11 Desember 2014, hal 18 kolom 3-6).
Berkenaan dengan hal tersebut perlu adanya upaya perbaikan jaringan irigasi yang
rusak untuk meningkatkan produktifitas padi pada lahan/sawah beririgasi.
Peningkatan fungsi jaringan irigasi tidak terlepas dari operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi tersebut.
Operasi dan pemeliharaan (O&P) irigasi merupakan suatu pekerjaan
dalam pengelolaan irigasi yang bersifat lestari dan mandiri. Lestari berarti
pekerjaan O&P yang dilaksanakan secara rutin, teratur, terus-menerus, dalam
sebagainya). Pekerjaan O&P juga bersifat mandiri, karena pekerjaan O&P
dilaksanakan oleh petugas-petugas O&P sendiri. Sedangkan biaya O&P dapat
berasal dari petani dan pemerintah serta penerima manfaat air irigasi lainnya
(Pasandaran, 1991).
Provinsi Sumatera Utara sebagai penghasil beras di tanah air akan
diprogramkan menjadi lumbung beras nasional. Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2012, mengatakan beras yang dihasilkan daerah
tersebut cukup banyak dan melebihi dari kebutuhan yang diperlukan masyarakat.
Produksi padi di Sumut mampu mencapai 2.715.990 ton hingga akhir Agustus
2012. Bahkan, jumlah produksi tersebut mencapai 72,12 persen dari target hingga
akhir tahun sebanyak 3.765.745 ton. Oleh karena itu, Sumut bisa mencapai
predikat lumbung beras secara nasional (Pemprovsu, 2012).
Deli Serdang merupakan sentra pertanian di Sumatera Utara yang
memiliki luas lahan pertanian 90.234 hektar atau 36,27% dari luas daerah Deli
Serdang yang tercatat 249.772 hektar. Berbagai program yang di laksanakan
Pemerintah Daerah menjadikan Deli Serdang lumbung pangan Sumatera Utara
yang menghasilkan padi 290.516 ton sehingga surplus 32.130 ton. Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki
potensi cukup besar dalam bidang pertanian, dimana lahan sawah irigasi seluas
25.002 ha, lahan sawah non irigasi seluas 19.365 ha dan lahan kering ladang
seluas 46.234 ha (Pemkab Deli Serdang, 2013).
Berkaitan dengan hal tersebut, jaringan irigasi Daerah Irigasi (DI) Bandar
Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah
mencapai ± 3017 Ha. Daerah Irigasi (DI) Bandar Sidoras terbagi menjadi dua
yaitu persawahan Bandar Sidoras Kiri dengan luas 1.048 Ha dan Persawahan
Bandar Sidoras Kanan dengan Luas 1.969 Ha dimana terdapat pengembangan
jaringan irigasi di daerah irigasi kanan. Sumber pengairan irigasi ini
memanfaatkan aliran air sungai Bandar Sidoras yang merupakan aliran dari sungai
Percut dengan mengandalkan bendung yang terbuat dari karet. Dengan adanya
suatu pengembangan jaringan irigasi di daerah Bandar Sidoras, maka perlu
diadakannya evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan
pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk dapat melakukan penelitian di
Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai evaluasi kinerja sistem irigasi.
3. Bagi masyarakat, sebagai gambaran serta informasi mengenai kinerja sistem
irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006, pengertian irigasi
merupakan usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Harsoyo dan Suhadi
(1982) mengemukakan bahwa tujuan utama dari irigasi adalah membasahi tanah
guna menciptakan keadaan lembab pada daerah perakaran untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman. Di samping tujuan utama tersebut, tersedianya air
irigasi akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
a) Mempermudah pengelolaan tanah sawah. b) Memberantas tumbuhan
penggangu. c) Mengatur suhu tanah dan tanaman. d) Memperbaiki kesuburan
tanah. e) Membantu proses pencucian tanah (Supriyadi, 2008).
Sistem irigasi merupakan sistem saluran, yang dipergunakan untuk
mendistribusikan air dari sumber berupa sungai, danau atau sumur bor (air tanah)
ke unit-unit irigasi. Pada daerah irigasi yang kecil satun saluran saja mungkin
sudah cukup. Pada daerah irigasi yang luas diperlukan sistem saluran yang lebih
kompleks. Saluran biasanya dibuat dari timbunan tanah disekitarnya dan di lapisi
dengan beton atau plastik (Ginting, 2014).
Sistem irigasi dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu : prasarana fisik,
produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Bangunan irigasi mengalami penurunan
Jaringan Irigasi
Berdasarkan Keputusan Menteri PU No. 498 Tahun 2005 Jaringan irigasi
adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan,
dan pembuangan air irigasi. Rencana operasi jaringan irigasi merupakan
rancangan upaya untuk memanfaatkan air dan jaringan irigasi secara optimal
seperti pengaturan pintu-pintu pada bangunan air (bendung, bangunan, dll) untuk
menyadap air dari sumber air, mengalirkan air kedalam jaringan irigasi,
memasukkan air ke petak-petak sawah serta membuang kelebihan air ke saluran
pembuang.
Jaringan irigasi berfungsi untuk mendistribusikan air dari sumbernya ke
areal pertanian. Irigasi dimaksudkan untuk menjamin target produksi dapat
dicapai dan penggunan air sesuai dengan keperluan air tanaman dengan biaya
operasi dan pemeliharaan minimal (Majuar, 2013).
Dilihat dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Direktorat Jendral
pengairan mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan
sederhana, tidak di lengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengukur sehingga
air irigasinya tidak dapat diatur dan tidak terukur, dan efisiensinya rendah.
b) Irigasi setengah teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu
pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan saja, sehingga air hanya
teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dan efisiensinya sedang.
c) Irigasi teknis, yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur dan
sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan
efisiensinya tinggi (Supriyadi, 2008).
Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi
pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi
pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter.
Ditinjau dari letaknya, saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi
saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung (Mawardi, 2007).
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen serta
bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat
pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran
dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak
yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan
petak sawah sebagai satuan terkecil. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan
di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di
petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak sekunder terdiri
dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda
topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat
berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Petak
primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil
Kinerja Sistem Irigasi
Kinerja jaringan irigasi adalah fungsi dari sejumlah variabel teknis, fisik,
sosial dan ekonomi. Satu variabel indikator tidak dapat digunakan untuk
mengukur semua aspek kinerja ataupun tindakan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja. Indikator kinerja diperhitungkan berdasarkan aspek
organisasian P3A, infrastruktur jaringan dengan sub indikator saluran pembawa,
bangunan bagi/sadap dan jalan usaha tani, dan pengaturan air dengan sub
indikator pendistribusian air, pengawasan penggunaan air dan pemeliharaan
jaringan (Majuar, 2013).
Kinerja jaringan irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung
ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi (command area) yang kondusif
untuk penerapan pola tanam yang direncanakan. Kinerja jaringan irigasi yang
buruk mengakibatkan luas areal sawah yang irigasinya baik menjadi berkurang.
Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya
water stress yang dialami tanaman (baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air)
sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Kerugian
yang timbul akibat water stress tidak hanya berupa produktivitas tanaman sangat
menurun, tetapi mencakup pula mubazirnya sebagian masukan usaha tani yang
telah diaplikasikan (pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain). Perbaikan kinerja
jaringan irigasi mencakup perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Secara
normatif, monitoring dan evaluasi kinerja jaringan di level primer dan sekunder
telah dilakukan oleh instansi terkait dan program rehabilitasinya telah pula
Setiap komponen indikator kinerja sistem irigasi memiliki rentang nilai 1
hingga 4. Komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dalam Setyawan,
dkk., (2011) dapat dilihat pada Tabel 2. Komponen indikator yang telah diketahui
nilai atau skornya, dikalikan dengan bobotnya, kemudian dijumlahkan sehingga
diperoleh jumlah nilai total komponen-komponen indikator dengan rentang
nilai 1 hingga 4. Setelah itu ditentukan kriteria kinerja sistem irigasi berdasarkan
Tabel 3. Secara sederhana perhitungan jumlah nilai total komponen-komponen
indikator kinerja sistem irigasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Σ I = I1 x B1 + I2 xB2 … … + In x Bn ………(1)
dimana :
I = Jumlah nilai total komponen indikator kinerja sistem irigasi
I = Nilai komponen Indikator
B = Bobot indikator ( % )
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi
Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau dan mengevaluasi (Direktorat Pengolahan Air Irigasi, 2014).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006
Tentang Irigasi menyatakan bahwa : Pasal 1 (38) Pemeliharaan jaringan irigasi
berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
Adapun kegiatan operasi jaringan irigasi dalam Sudarmanto (2013) ialah :
- Pengumpulan data (debit, curah hujan, luas tanam, dan lain-lain).
- Membuat rencana penyediaan air tahunan, rencana tata tanam tahunan, rencana
pengeringan dan lain-lain.
- Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan membuat
laporan permintaan air, mengisi papan operasi dan mengatur bukaan pintu).
- Mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai
banjir.
- Mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur.
- Koordinasi antar instansi terkait
- Monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi.
- Kalibrasi alat pengukur debit.
Pemeliharaan jaringan irigasi dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan pemeliharaan mendadak.
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi yang
dilaksanakan tiap hari secara teratur oleh petugas O&P. Kegiatan tersebut
meliputi pekerjaan teknis, administrasi dan manajemen. Pemeliharaan berkala
hampir sama dengan rutin, hanya bedanya waktu pelaksanaan tidak tiap hari,
tetapi hanya beberapa hari/minggu/bulan sekali, dan dikerjakan juga secara
teratur oleh petugas O&P tingkat seksi ke bawah. Pemeliharaan jaringan irigasi
secara mendadak diadakan kalau terjadi ketimpangan atau kerusakan bangunan
bumi dan sebainya. Pekerjaan dilaksanakan baik petugas O&P tingkat seksi
atas, maupun oleh pihak ketiga kontraktor (Pasandaran, 1991).
Komponen, kriteria dan katagori penilaian kinerja Operasi dan
Pemeliharaan (O& P) Irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen penilaian kinerja O & P sistem irigasi
Komponen Penilaian Kriteria Penilaian Kategori Penilaian
Kinerja fungsional Infrastruktur jaringan irigasi
Kondisi Fisik Infrastruktur Baik, Rusak Sedang, Rusak Berat
Kondisi Fungsional Infrastruktur
Baik, Terganggu Ringan, Terganggu Berat
Kinerja Pelayanan Air Tingkat Kecukupan Air Berlebih, cukup, kurang
Tingkat Ketepatan Pemberian Air
Tepat, kadang terlambat, Sering Terlambat
Kinerja Kelembagaan
Pemerintah Manajemen Kelembagaan Baik, Cukup, Kurang Ketersediaan Dana Berlebih, cukup, kurang SDM Berlebih, cukup, kurang
Kinerja Kelembagaan Petani
Struktur Kelembagaan (AD/ART, anggota, Program Kerja), Prasarana (fasilitas dan dana) dan keaktifan anggota
Baik, Cukup, Kurang
Sumber : Setyawan, dkk., 2011.
Manajemen Operasi dan Pemeliharaan (O&P) yang meliputi perencanaan,
pengawasan dan evaluasi merupakan suatu kesatuan yang utuh dan merupakan
sistem proses. Manajemen O&P yang optimal membutuhkan monitoring yang
kontiniu untuk mendapatkan data dan informasi sebagai landasan evaluasi untuk
menentukan langkah atau tindakan selanjutnya agar dapat dipertahankan
keberlanjutan fungsi dan manfaat jaringan-jaringan irigasi tersebut sesuai dengan
tujuan pengolahannya. Evaluasi sebagai bagian dalam Operasi dan Pemeliharaan
(O&P) sistem irigasi merupakan umpan balik (feedback) dalam manajemen irigasi
Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi dilaksanakan sesuai dengan norma, standar,
pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 56 (1) Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan
tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya. (2) Perkumpulan petani pemakai air dapat
berperan serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan
sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (3) Perkumpulan petani
pemakai air dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder. (4) Operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan atas dasar rencana tahunan
operasi dan pemeliharaan yang disepakati bersama secara tertulis antara
pemerintah, perkumpulan petani pemakai air, dan pengguna jaringan irigasi di
setiap daerah irigasi. (5) Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi
hak dan tanggung jawab P3A.
Program pembangunan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan
pengelolaan sumber daya air dalam Dinas PSDA (2013) adalah sebagai berikut :
a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengelolaan
sumber daya air yang merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun
pada daerah irigasi dan rawa untuk luasan 1000 sampai dengan 3000 Ha atau
daerah lintas kabupaten/kota.
b. Rehabilitasi atau perbaikan dan pembangunan infrastruktur jaringan irigasi,
rawa dan jaringan pengelolaan sumber daya air untuk luasan 1000 sampai
c. Pembinaan dan pembiayaan organisasi pemakai air dalam pengelolaan jaringan
pengelolaan sumber daya air untuk luasan 1000 sampai dengan 3000 Ha atau
daerah lintas kabupaten/kota.
Untuk menilai kinerja operasi dan penilaian kinerja operasi dan
pemeliharaan sistem irigasi, maka perlu diketahui bobot penilaian kinerja operasi
dan pemeliharaan sistem irigasi untuk setiap kriteria penilaian. Bobot penilaian
operasi dan pemeliharaan kinerja sistem irigasi, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bobot penilaian kinerja O & P sistem irigasi
Setelah bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
diketahui, maka dapat dianalisis kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi, dengan menggunakan Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria O & P sistem irigasi
No Jumlah Skor Kriteria
1. 3 – 4 Sangat Baik
2. 2 – 2,9 Baik
3. 1 – 1,9 Sedang
4. < 1 Buruk
Sumber : Setyawan, dkk., 2011
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 dinyatakan
bahwa : Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan
perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara
terus menerus. Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :
a. Inventarisasi kondisi jaringan irigasi.
b. Perencanaan.
c. Pelaksanaan.
d. Pemantauan dan evaluasi.
Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi meliputi kondisi fisik
infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi. Berdasarkan
Peraturan Menteri No. 32 tahun 2007 Tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi dinyatakan bahwa inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk
mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh aset irigasi
setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap tahun
mengacu pada ketentuan/pedoman yang berlaku. Untuk kegiatan pemeliharaan
dari inventarisasi tersebut yang sangat diperlukan adalah data kondisi jaringan
irigasi yang meliputi data kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.
Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi
Pengertian infrastruktur irigasi merujuk pada sistem fisik dalam
menyediakan pengairan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Sistem
infrastruktur irigasi dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau
struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem irigasi dalam menumbuhkan sistem
ekonomi masyarakat. Persoalan infrastruktur irigasi dapat menjadi masalah yang
besar. Setelah krisis ekonomi, perbaikan dan penambahan infrastruktur irigasi
tidak terjadi (Supriyadi, 2008).
Pemeliharaan jaringan irigasi meliputi : perawatan, perbaikan, pencegahan
dan pengamanan. Dalam pemeliharaan jaringan irigasi juga terdapat kegiatan
inspeksi jaringan irigasi, yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan
secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi
jaringan irigasi (Mansoer, 2013).
Kondisi fisik jaringan irigasi menyangkut jumlah, dimensi, jenis dan
keadaan fisik suatu jaringan irigasi. Dalam Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat diklasifikasikan seperti yang
Tabel 4. Klasifikasi kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Tingkat Kerusakan Jaringan Klasifikasi Keterangan 1. < 10 % Kondisi Baik Pemeliharaan rutin 2. 10- 20 % Kondisi Rusak Ringan Pemeliharaan berkala 3. 21-40 % Kondisi Rusak Sedang Pemeliharaan berat 4. >40 % Kondisi Rusak Berat Rehabilitasi
Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
Sedangkan untuk kriteria kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Kondisi Fisik Infrastruktur Kriteria 1. Tingkat kerusakan < 10 % Sangat Baik 2. Tingkat kerusakan 10% - 20 % Baik 3. Tingkat kerusakan 21% - 40 % Buruk 4. Tingkat kerusakan > 40 % Sangat Buruk
Penilaian kondisi fisik infrastruktur dalam Mansoer (2013) dapat diketahui
dengan cara berikut :
- Indikator Bangunan utama (Bu) : Mercu bendung, penguras, intake dan kantong
lumpur yang berfungsi baik (Buf) / jumlah total Bangunan utama (But)
kemudian dikali bobotnya.
Atau : Bu = Buf
But x bobot ………...………(2)
Bangunan utama terdiri dari : bendung, bendungan, free intake ataupun pompa.
- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) / panjang
saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Is = Sf
St x bobot ………...………(3)
Saluran yang dimaksud ialah saluran primer, sekunder dan tersier.
- Indikator bangunan (Ib) : Jumlah bangunan yang berfungsi baik (Bf) / jumlah
bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Ib = Bf
Bangunan yang dimaksud ialah mencakup bangunan-bangunan yang menunjang
kegiatan irigasi di suatu daerah irigasi. Bangunan-bangunan tersebut dapat
berupa : bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan talang, siphon,
gorong-gorong, jembatan dan lain sebagainya.
Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase
kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :
Kondisi fisik infrastruktur = Bu + Is + Ib ………...………(5)
Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisi fisik jaringan irigasi,
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Indikator Bobot (%)
1. Bangunan Utama 38.65
2. Saluran Pembawa 31.65
3. Bangunan pada Saluran 29.65
Sumber : Mansoer (2013)
Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik,
maka hampir dapat dipastikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya
juga demikian. Penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat
dilakukan dengan cara berikut :
- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf)/panjang
saluran total (St) kemudian dikali 100%.
Atau : Is = Sf
St x 100% ………...………(6)
- Indikator bangunan irigasi (Ib) : Jumlah bangunan irigasi yang berfungsi baik
Atau : Ib = Bf
Bt x 100% ………...………(7)
Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase
kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :
Kondisi fungsional infrastruktur = Is +Ib
2
……….…..(8)
Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi, seperti yang
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi
No. Kondisi Fungsional Infrastruktur Kriteria 1. Tingkat kerusakan fungsional jaringan < 10 % Sangat Baik 2. Tingkat kerusakan fungsional jaringan 10% - 20 % Baik 3. Tingkat kerusakan fungsional jaringan 21% - 40 % Buruk 4. Tingkat kerusakan fungsional jaringan> 40 % Sangat Buruk
Tindakan Perbaikan Infrastruktur Irigasi merupakan upaya perbaikan
dalam hal; a) perbaikan jaringan irigasi (Tindakan Perbaikan Infrastruktur Irigasi
ini bertujuan untuk memperbaiki jaringan-jaringan irigasi yang telah rusak dan
kurang perawatan), b) perbaikan jaringan irigasi teknis, perbaikan jaringan irigasi
setengah teknis, c) perbaikan jaringan irigasi sederhana, d) pengembangan irigasi
baru (perbaikan irigasi melalui pengembangan irigasi baru seperti pembangunan
waduk atau bendungan), e) pengembangan irigasi tata air mikro, dan
pengembangan irigasi pompa (Supriyadi, 2008).
Menurut Pasandaran (1991), untuk menjaga kondisi fungsional
infrastruktur jaringan irigasi dapat dilakukan melalui tindakan pengelolaan
jaringan irigasi di antaranya dengan kegiatan operasi jaringan, pemeliharaan, serta
Kinerja Pelayanan Air
Indikator kinerja pelayanan air meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat
ketepatan pemberian air.
Tingkat kecukupan air
Masalah air bagi tanaman pangan tidak hanya didominasi oleh daerah
beriklim kering. Di daerah beriklim basah air juga merupakan faktor pembatas
terhadap tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Keberhasilan suatu kegiatan
pertanian sangat ditentukan oleh perimbangan antara jumlah air yang tersedia di
lahan dengan jumlah air yang dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhannya.
Jumlah air yang tersedia pada suatu lahan pertanian dapat dilihat dari kondisi
curah hujan, sedangkan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
digambarkan dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi. Jumlah
air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan akan mengalami fluktuasi dari
waktu ke waktu, sehingga pada suatu peiode dapat terjadi kelebihan air dan pada
periode lainnya dapat terjadi kekurangan air bagi tanaman (Hidayat, dkk., 2006).
Tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air
untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu. Pada areal beririgasi,
lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan
harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga
dilakukan pada lahan beririgasi. Biasanya setelah satu tahun menanam padi,
untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari
antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang
sari ditanam di pematang sawah, berupa kacang-kacangan (Prihatman, 2000).
Tingkat Ketepatan Pemberian Air
Dampak perubahan perilaku kekeringan memunculkan masalah dalam
kegiatan pertanian, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman. Data
lapangan juga menunjukkan kekeringan agronomis tidak hanya terjadi pada lahan
kering dan tadah hujan, tetapi juga melanda lahan sawah beririgasi, baik irigasi
semiteknis maupun teknis. Sehingga kondisi ini memunculkan masalah baru pula
terutama dalam hal ketepatan waktu pemberian air ke areal lahan. Penentuan
kebutuhan air tanaman didasarkan pada jenis tanaman yang ada dan atau rencana
tanam untuk masa yang akan datang. Sedangkan ketersediaan air didasarkan pada
potensi air hujan, air sungai dan sumber air lainnya. Faktor kehilangan air,
disamping untuk tanaman itu sendiri juga diperhitungkan kehilangan air karena
perkolasi, evapotranspirasi serta efisiensi penyampaian atau penyaluran air dari
sungai atau bendungan (Suprapto, dkk., 2008).
Rencana Pembagian Air (RPA) berdasarkan Keputusan Menteri PU No.
498 Tahun 2005 adalah rencana pemberian air pada setiap pintu ukur tersier dan
pintu ukur pada bangunan bagi/pengontrol, selama 1 tahun, berdasarkan Rencana
Tata Tanam yang telah disepakati oleh Lembaga Pengelola Irigasi yang
berwenang. RPA akan memudahkan pelaksanaan pembagian air, terlebih untuk
Daerah Irigasi Besar adalah mutlak dan sangat diperlukan. Jika debit sungai
tersedia cukup dan petani melaksanakan tanam sesuai rencana (waktu dan luas),
penyimpangan terhadap Rencana Tata Tanam, misalnya : debit sungai mengecil
(tak sesuai rencana), petani menanam di luar rencana. Tingkat ketepatan
pemberian air erat kaitannya terhadap tingkat kecukupan air. Jika tingkat
kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi
kebutuhan air untuk keperluan tertentu, maka tingkat ketepatan pemberian air
dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi untuk menyatakan kesesuaian waktu
pemberian air sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
Kinerja Kelembagaan Pemerintah
Indikator kelembagaan pemerintah dapat meliputi : manajemen
kelembagaan, ketersediaan dana dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Manajemen Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 Manajemen
kelembagaan meliputi elemen-elemen yang terkait dalam kegiatan O & P sistem
irigasi serta tugas yang dimilikinya.
a. Kepala ranting/pengamat/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/cabang
dinas/korwil.
− Mempersiapkan penyusunan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) dan
Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) sesuai usulan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A)
atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A).
− Rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap
pengairan, Petugas Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung (POB)
serta P3A/GP3A/IP3A.
− Menghadiri rapat di kecamatan dan Dinas PSDA kabupaten.
− Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
operasi.
− Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan P3A/
GP3A/IP3A.
− Membuat laporan kegiatan operasi ke dinas.
b. Petugas mantri/juru pengairan
− Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk
tugas-tugas yang berkaitan dengan operasi.
− Melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur.
− Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit yang
ditetapkan.
− Memberi saran kepada petani tentang awal tanam & jenis tanaman.
− Pengaturan giliran.
− Mengisi papan operasi/eksploitasi.
− Membuat laporan operasi.
− Pengumpulan data debit.
− Pengumpulan data tanaman & kerusakan tanaman.
− Pengumpulan data curah hujan (sesuai kebutuhan daerah).
− Menyusun data mutasi baku sawah (sesuai kebutuhan daerah).
− Melaporkan kejadian banjir kepada ranting/pengamat.
− Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada pengamat.
c. Staf ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
− Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam
pelaksanaan operasi jaringan irigasi.
d. Petugas Operasi Bendung (POB)
− Melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir yang
datang.
− Melaksanakan pengurasan kantong lumpur.
− Membuka dan menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal
yang direncanakan.
− Mencatat besarnya debit yang mengalir atau masuk ke saluran induk pada
blangko operasi.
− Mencatat elevasi muka air banjir.
e. Petugas Pintu Air (PPA)
− Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai
dengan perintah juru/mantri pengairan.
Ketersediaan Dana
Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 mengenai pembiayaan
pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya. Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder
irigasi. Urusan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan juga daerah rawa
menjadi wewenang dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air. Untuk itu, berbagai
program dan kegiatan dilakukan guna meningkatkan kinerja operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi, begitupula untuk daerah rawa.
Adapun progam dari Dinas PSDA tersebut ialah : program pembangunan
dan pengelolaan infrastruktur irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya dengan
kegiatan diantaranya : perencanaan, pengendalian, pengawasan dan pembinaan
O & P jaringan irigasi dan rawa, O & P jaringan Irigasi (1.000 Ha - 3.000 Ha)
dan lintas kabupaten/kota pada UPT PSDA, O & P jaringan rawa (1.000 Ha -
3.000 Ha) dan lintas kabupaten/kota pada UPT PSDA, koordinasi pembina P3A
untuk pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A, konsultasi O & P pengelolaan SDA
Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten/kota, rehabilitasi/perbaikan dan
peningkatan infrastruktur irigasi (luasan 1.000 Ha s/d 3.000 Ha atau daerah lintas
kabupaten/kota) rehabilitasi/ perbaikan dan peningkatan infrastruktur rawa (luasan
1.000 Ha s/d 3.000 Ha atau daerah lintas kabupaten/kota) penunjang kegiatan
program lainnya (Dinas PSDA, 2013).
Ketersediaan dana berdasarkan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
dapat diketahui melalui rencana anggaran biaya yang dihitung berdasarkan
perhitungan volume dan harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di
wilayah setempat. Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi
berasal dari :
a) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN atau APBD.
b) Kontribusi biaya pemeliharaan oleh Perkumpulan Petani Pemakai air.
Bantuan dana untuk irigasi seringkali tersendat-sendat dan sangat rentan
terhadap perubahan jumlah dana imbangan rupiah yang harus disediakan dari
tahun ke tahun. Akan tetapi, kekurangan-kekurangan dalam O & P jaringan utama
bukan hanya karena kurangnya dana, melainkan juga pada cara memanfaatkan
dana-dana yang ada. (Varley, 1993).
Sumber Daya Manusia
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 Sumber daya manusia
menyangkut ketersediaan personil untuk setiap elemen-elemen yang dibutuhkan
dalam suatu sistem irigasi. Berikut adalah kebutuhan tenaga pelaksana O & P
sistem irigasi :
a. Kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5 staff per
5.000 – 7.500 Ha.
b. Mantri/juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha.
c. Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat ditambah
beberapa pekerja untuk bendung besar.
d. Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan bangunan bagi
pada saluran berjarak antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd. 500 Ha.
e. Pekerja/Pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2 - 3 km panjang saluran.
Kinerja Kelembagaan Petani
Peranan Kelembagaan Petani sebagai faktor penting dalam peningkatan
produksi dan pemerataan pendapatan tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, baik
sekarang semakin memperhatikan fungsi dan peranan P3A dalam usaha
pengelolaan air irigasi (Ambler, 1992).
Berdasarkan Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (2014) Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan yang ditumbuhkan/dibentuk petani
yang mendapat manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi,
air permukaan, dan air tanah untuk mewujudkan sistem pengembangan dan
pengelolaan air irigasi yang baik dan berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang
kuat, mandiri, dan berdaya yang pada akhirnya mampu meningkatkan
produktivitas dan produksi pertanian dalam mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan petani. Kelembagaan petani pemakai air adalah lembaga/institusi
yang dibentuk oleh petani, masyakarat dan pemerintah yang bertujuan untuk
melaksanakan pengembangan dan pengelolaan air irigasi untuk mencukupi
kebutuhan air irigasi di lahan pertanian para petani tersebut. Kinerja kelembagaan
petani dapat dilihat dari struktur kelembagaan petani, dalam hal ini ialah
menyangkut P3A, yang meliputi ketersediaan AD/ART, program kerja. Selain itu
kinerja kelembagaan petani dapat pula dilihat dari prasarana dan keaktifan
anggota.
Daerah Irigasi Bandar Sidoras dengan luas areal seluruhnya mencapai ±
3017 Ha, dan daerah tersebut terbagi menjadi dua, yaitu persawahan Bandar
Sidoras Kiri dengan luas 1.048 Ha dan Persawahan Bandar Sidoras Kanan dengan
Luas 1.969 Ha dimana terdapat pengembangan jaringan irigasi di daerah irigasi
kanan. Kinerja kelembagaan petani (DI) Bandar Sidoras yang bermula
membentuk suatu forum atau organisasi yang bersifat sosial oleh pengurus
perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan terbentuklah 5 kepengurusan P3A
yaitu, 1. P3A Air jernih, 2. P3A Saroha, 3. P3A Sipitu Ribu, 4. P3A Sei Tuan dan
5. P3A DOS Roha. Untuk mempersatukan P3A demi kepentingan bersama
dibentuklah suatu organisasi gabungan petani pemakai air (GP3A) yang diberi
nama GP3A Bandar Sidoras Kanan (GP3A Deli Serdang, 2014).
Berdasarkan GP3A Bandar Sidoras (2015) berdirinya GP3A Bandar
sidoras berawal dari jebolnya bendungan Bandar sidoras pada tahun 2011 yang
mengakibatkan petani terkendala mengelola ribuan hektar areal persawahan
selama 3 musim tanam di 3 desa yaitu Desa Cinta Damai, Desa Pematang Lalang,
dan Desa Sei Tuan. Dalam mengatasi masalah tersebut ribuan petani bergotong
royong untuk membendung sungai dengan harapan air dapat mengalir ke irigasi
primer agar dapat mengairi ribuan hektar sawah yang sudah kekeringan. Masalah
tersebut dialami petani selama 3 musim tanam, maka dari itu timbulah niat para
pengurus kelompok tani dan para petani untuk membentuk suatu forum/organisasi
yang bersifat sosial dan secara organisator, teknis dan finansial mampu
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Maret 2015 di
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah : deskripsi jaringan
irigasi yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan peta
jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas PSDA pula.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi lapangan dengan
mengamati parameter yang diteliti. Pengumpulan data primer dan sekunder pada
sistem irigasi yang ditinjau, selanjutnya dievaluasi untuk menilai kinerja sistem
Irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Prosedur Penelitian
1. Pendeskripsian Daerah Irigasi yang meliputi :
a. Letak dan luas daerah irigasi.
b. Kondisi bangunan irigasi
2. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan
wawancara langsung dengan :
2.1. Ketua GP3A, yang meliputi :
b. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan,
prasarana dan keaktifan anggota.
2.2. Petugas Operasi Bendung yang meliputi : jadwal inspeksi jaringan
irigasi.
3. Dikumpulkan data sekunder dari dinas atau pemerintah setempat dalam hal
ini ialah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), yang meliputi :
a. Kondisi fisik infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur.
b. Tingkat kecukupan dan tingkat ketepatan pemberian air.
c. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi : manajemen kelemba-
gaan, ketersediaan dana dan SDM.
4. Dilakukan analisa data dengan menggunakan Persamaan (1).
5. Ditentukan kriteria kinerja O & P sistem irigasi berdasarkan Tabel 3.
Parameter Penelitian
1. Kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang meliputi :
a. Kondisi fisik infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan
Tabel 5.
b. Kondisi fungsional infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan
Tabel 7.
2. Kinerja pelayanan air yang meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat
ketepatan pemberian air
3. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi :
a. Manajemen kelembagaan yang dianalisis berdasarkan data dengan
pemberian nilai dengan kriteria tertentu dalam Tabel 2.
c. Sumber Daya Manusia yang dianalisis berdasarkan data dengan
pemberian nilai dengan kriteria tertentu dalam Tabel 2.
4. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan
(AD/ART, anggota dan program kerja), prasarana dan keaktifan anggota
yang dianalisis berdasarkan data dengan pemberian nilai dengan kriteria
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah Irigasi Bandar Sidoras merupakan salah satu daerah irigasi yang
terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Daerah Irigasi ini
memiliki luas sekitar 3017 Ha, dimana Daerah Irigasi tersebut dibagi menjadi
2 bagian, yaitu persawahan sebelah kanan dengan luas 1.969 Ha dan persawahan
sebelah kiri dengan luas 1048 Ha. Sumber pengairan irigasi daerah tersebut
dengan memanfaatkan aliran air sungai percut dan dibendung dengan bendung
yang terbuat dari karet. Sumber pengairan irigasi dapat dimanfaatkan pada
persawahan yang memiliki 5 P3A yaitu : P3A Air Jernih, P3A Saroha, P3A Sipitu
Ribu, P3A Sei Tuan dan P3A Dos Roha. Kerena air yang dibutuhkan untuk
penanaman sangat mencukupi, maka untuk pemberian air pada petak-petak sawah
setiap P3A dilakukan dengan sistem serentak (GP3A Bandar Sidoras, 2015).
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah skor untuk kinerja Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigsi Bandar Sidoras ialah 3.36 dan dapat dikatagorikan
sangat baik. Nilai tersebut sesuai dengan kriteria Operasi dan Pemeliharaan yang
disajikan pada Tabel 3. Dimana berdasarkan literatur Setyawan, dkk., (2011) yang
menyatakan bahwa rentang jumlah skor untuk kinerja Operasi dan Pemeliharaan
beberapa komponen yang dinilai berada pada kisaran 3 – 4 dikatagorikan sangat
baik. Namun jika dilihat untuk setiap komponen yang dinilai, ada beberapa
Hasil penelitian evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
Bandar Sidoras dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras
Komponen Penilain
Kriteria Penilaian Bobot (%)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah skor kinerja Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras ialah 3.36 dan dikatagorikan sangat
baik. Pada hasil penelitian sebelumnya oleh Muhammad Satria Sebayang (2014).
Dimana pada hasil penelitiannya yang menunjukkan jumlah skor kinerja Operasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Medan Krio ialah 2.22 dan dapat dikatagorikan
baik. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 9, sehingga dapat diketahui bahwa hasil
kinerja Operasi dan Pemeliharaan pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras berbeda
dengan hasil kinerja Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Medan Krio. Setiap
komponen penilaian banyak hasil yang berbeda, bahkan untuk komponen
juga komponen penilaian yang hasilnya sama seperti : Manajemen kelembagaan
yang nilainya 4 dan dikatagorikan sangat baik. Komponen lainnya yang sama
pada SDM dengan nilai 3 dan dikatagorikan memadai. Berikut ini dapat
dijelaskan penilaian untuk setiap komponen kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Daerah Irigasi Bandar Sidoras.
Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi
Tabel 8 memperlihatkan bahwa kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi
Bandar Sidoras ialah baik sehingga nilai komponennya ialah 3. Dari analisis data
yang dilakukan untuk penilaian kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi maka
diperoleh kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras dalam
keadaan baik 79.96 % yang berarti bahwa 20.04 % kondisi infrastruktur jaringan
irigasi Bandar Sidoras dalam keadaan rusak dan perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 3, sehingga dapat diklasifikasikan kondisi fisik infrastruktur jaringan
irigasi Bandar Sidoras rusak ringan dan butuh pemeliharaan berkala. Hal ini
sesuai dengan Tabel 4, yang bersumber Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
yang menyatakan bahwa jika tingkat kerusakan fisik jaringan irigasi 10 – 20 %
maka dapat diklasifikasikan rusak ringan dan perlu pemeliharaan berkala.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kondisi fisik
jaringan irigasi Bandar Sidoras dalam kondisi rusak ringan. Kondisi fisik
infrastruktur jaringan irigasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Dalam hal ini juga
dapat diketahui diperlukannya pemeliharaan rutin pada jaringan irigasi Bandar
Sidoras untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi dalam kondisi rusak ringan atau
berat, serta adanya penanganan dan perbaikan jika terjadi kerusakan pada jaringan
dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat kegiatan inspeksi jaringan irigasi,
yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan secara rutin setiap periode
tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi.
Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kondisi fungsional infrastruktur berkaitan dengan kondisi fisik
infrastruktur jaringan irigasi, pada Tabel 8 yang memperlihatkan bahwa kondisi
fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras dikatagorikan baik dengan
nilai komponen 3. Dari analisis data yang dilakukan untuk penilaian kondisi
fungsional infrastruktur jaringan irigasi maka diperoleh kondisi fungsional
infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras dalam keadaan baik 79.94 % yang
berarti 20.05 % kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya dalam keadaan
rusak dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, sehingga dapat
diklasifikasikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras
rusak ringan.
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi ini erat kaitannya dengan
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Kondisi fisik Jaringan Irigasi Bandar
Sidoras yang mengalami rusak ringan mengakibatkan kondisi fungsional jaringan
irigasi Bandar Sidoras mengalami rusak ringan juga. Namun pada kondisi
kerusakan ringan ini, dengan persentase kerusakan 10 – 20 % berdasarkan Tabel 7
maka masih dapat dikatagorikan baik. Hanya saja pada kerusakan ringan ini perlu
adanya pemeliharaan berkala untuk mengetahui kondisi selanjutnya dan dapat
memperbaikinya bila terjadi kerusakan. Hal ini sesuai dengan literatur Mansoer
(2013) yang menyatakan bahwa dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat
dilakukan secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui
kondisi jaringan irigasi.
Tingkat Kecukupan Air
Tingkat kecukupan air dapat diketahui dengan cara berikut ini. Jika dalam
satu tahun pada suatu areal sawah tertentu dapat ditanami padi 3 kali dan air yang
dialirkan memadai, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikatagorikan sangat
cukup, jika areal sawah dapat ditanami dua kali, maka tingkat kecukupan airnya
dapat dikatagorikan cukup. Jika areal sawah hanya dapat ditanami padi satu kali
dalam setahun meskipun air yang dialirkan sangat memadai, tingkat kecukupan
airnya dapat dikatagorikan kurang dan jika suatu areal sawah hanya dapat satu
kali ditanami padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak memadai, maka
tingkat kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat dikatagorikan sangat
kurang.
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat kecukupan air jaringan irigasi
Bandar Sidoras ialah cukup, dengan nilai komponennya ialah 3. Tingkat
kecukupan air pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras menggunakan sistem pengairan
serentak. Sistem pengairan serentak ialah pemberian air ke petak-petak sawah
secara bersamaan sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan Camat Percut Sei Tuan
atau UPT Percut Sei Tuan. Hal ini dapat dilakukan karena debit air dari bendung
irigasi Bandar Sidoras mencukupi bahkan melebihi untuk memenuhi kebutuhan
air petak-petak sawah. Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini mengairi persawahan
sebelah kanan dan sebelah kiri. Persawahan sebelah kanan mengairi lima P3A,
Roha, sementara itu persawahan sebelah kiri sudah banyak perumahan, jadi
persawahan sebelah kiri tidak seluas persawahan sebelah kanan.
Areal sawah untuk masing-masing P3A di Daerah Irigasi Bandar Sidoras
dapat melakukan penanaman padi 2 kali dalam setahun. Ditinjau dari segi
kecukupan air, Daerah Irigasi Bandar Sidoras perlu dilakukan penanaman padi 3
kali dalam setahun atau 5 kali dalam 2 tahun. Untuk itu perlu dirancang kembali
sistem atau pola penanaman padinya. Hal ini sesuai dengan literatur Prihatman
(2000) yang menyatakan bahwa, pada areal beririgasi lahan dapat ditanami padi 3
kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran
tanaman dengan palawija.
Dari keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan air
untuk Daerah Irigasi Bandar Sidoras memiliki kriteria cukup yaitu penanaman
dapat dilakukan 2 kali dalam setahun dan air yang dibutuhkan mencukupi.
Tingkat Ketepatan Pemberian Air
Tingkat ketepatan pemberian air dapat dianalisis dengan cara berikut ini.
Jika pemberian air telah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama,
maka tingkat ketepatan pemberian airnya dapat dikatagorikan sangat tepat. Jika
jadwal pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati
bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikatagorikan
tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat
ketepatan pemberian airnya dikatagorikan terlambat dan jika jadwal pemberian
airnya terlambat hingga lebih dari 3 hari, maka tingkat ketepatan pemberian
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat ketepatan pemberian air
jaringan irigasi Bandar Sidoras ialah sangat tepat, dengan nilai komponennya
ialah 4. Tingkat ketepatan pemberian air Daerah Irigasi Bandar Sidoras sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan jadwal yang
dikeluarkan Camat Percut Sei Tuan/UPT Percut Sei Tuan. Untuk pemberian air
irigasi ke petak-petak sawah dengan sistem serentak. Apabila air dirasa kurang,
maka pintu air dapat dibuka dan begitu pula apabila air dirasa berlebih maka pintu
air dapat ditutup.
Adapun jadwal pemberian air pada masing-masing P3A Daerah Irigasi
Bandar Sidoras dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jadwal pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras
No Nama P3A Jadwal Pemberian Air
1 Air Jernih April-September Oktober-Maret
2 Saroha April-September Oktober-Maret
3 Sipitu Ribu April-September Oktober-Maret 4 Sei Tuan April-September Oktober-Maret 5 Dos Roha April-September Oktober-Maret
Sumber : Ketua GP3A Bandar Sidoras, 2015.
Manajemen Kelembagaan
Manajemen kelembagaan dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila
kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, POB dan PPA tersedia dalam suatu
sistem irigasi maka manajemen kelembagaannya dapat dikatagorikan sangat baik,
jika salah satu petugas tidak tersedia, maka masih dapat dikatagorikan manajemen
kelembagaan irigasi tersebut baik. Jika dua dari lima kategori petugas di atas tidak
tersedia, maka manajemen kelembagaannya dapat dikatagorikan buruk dan jika
lebih dari dua petugas tidak tersedia dalam suatu sistem irigasi, maka dapat
Tabel 8 memperlihatkan bahwa manajemen kelembagaan jaringan irigasi
Bandar Sidoras ialah sangat baik dengan nilai komponen 4. Setiap elemen yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Bandar
Sidoras telah tersedia. Dari hasil penelitian dan data dari dinas PSDA, dapat
diketahui manajemen kelembagaan yang meliputi elemen-elemen yang terkait
operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras
adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini, terdapat Kepala Ranting. Adapun
tugas dari kepala ranting ialah rapat di kantor Kepala Ranting/
Pengamat/UPTD untuk mengetahui permasalahan O&P dan menghadiri rapat
di kecamatan atau dinas PSDA kabupaten.
b. Petugas Mantri/Juru Pengairan
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini, terdapat Petugas Mantri/Juru
Pengairan. Adapun tugas dari Petugas Mantri/Juru Pengairan ini ialah
membantu kepala ranting/pengamat/UPTD dalam tugas-tugas yang berkaitan
dengan O&P dan melaksanakan instruksi dari Kepala Ranting.
c. Staf Ranting
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat Staf Ranting. Adapun
tugas dari Staf Ranting ini ialah membantu Kepala Ranting/Pengamat/UPTD
d. Petugas Operasi Bendung
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat Petugas Operasi Bendung.
Adapun tugas dari Petugas Operasi Bendung ini ialah membuka dan menutup
pintu pengambilan utama sesuai jadwal yang direncanakan.
e. Petugas Pintu Air
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat Petugas Pintu Air.
Adapun tugas dari Petugas Pintu Air ini ialah membuka dan menutup pintu air
pada saluran sekunder maupun tersier sesuai kebutuhan dan memeriksa kondisi
pintu air apakah masih dapat berfungsi baik atau tidak.
Ketersediaan Dana
Ketersediaan dana dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Jika alokasi
biaya pemeliharaan bersumber dari APBN atau APBD, kontribusi biaya
pemeliharaan oleh P3A dan biaya dari badan usaha atau sumber lainnya telah
sesuai dengan yang direncanakan, maka ketersediaan dana pada suatu sistem
irigasi dapat dikatagorikan sangat memadai, jika biaya yang bersumber dari
APBN atau APBD dan biaya dari P3A telah sesuai dengan yang direncanakan
namun alokasi biaya dari badan usaha tertentu belum sesuai maka ketersediaan
dana suatu sistem irigasi dapat dikatagorikan memadai. Jika ketersediaan dana
hanya bersumber dari APBN dan APBD, namun biaya yang bersumber dari P3A
dan badan usaha tertentu tidak sesuai dengan rencana, maka ketersediaan dana
dalam sistem irigasi tersebut dapat dikatagorikan kurang memadai dan jika
ketersediaan dana dari APBN atau APBD, P3A dan sumber lain tidak tersedia
atau tidak sesui dengan yang direncanakan, maka ketersediaan dana dari sistem