• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjel"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan

kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang

memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua

kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith, 1984:7).

Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana

keputusan harus diambil (The belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil

antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance

evaluation role). Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua

(Eisenhardt,1989:58), yaitu positive agency research dan principal agent

research. Positve agent research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme

pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik tujuan antara pemilik

(stockholder) dengan manajer. Sementara itu principal agent research

(2)

besar penekanan pada hubungan principal dan agent. Principal-agent research

mengungkapkan bahwa hubungan agent-principal dapat diaplikasikan secara

lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja,

lawyer dengan kliennya, auditor dengan auditee.

Agency theory tidak dapat dilepaskan dari kedua belah pihak diatas, baik prinsipal maupun agen merupakan pelaku utama dan keduanya mempunyai

bargaining position masing-masing dalam menempatkan posisi, peran dan kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses pada informasi

internal perusahaan sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek operasional

perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara

riil dan menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi, tujuan, kepentingan dan latar belakang

prinsipal dan agen yang berbeda dan saling bertolak belakang tersebut akan

menimbulkan pertentangan dengan saling tarik menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain.

Berkaitan dengan auditing, baik prinsipal maupun agen diasumsikan

sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, dimana setiap tindakan yang

dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi

kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Teori

keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent) akan

selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (principal), sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham (Copeland dan Weston,1992:20).

(3)

seperti perusahaan dalam kondisi financial distress. Agen sebagai seorang manajer akan mengambil keputusan untuk melakukan berbagai strategi guna

mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan.

Disisi lain agen merupakan pihak yang diberikan kewenangan oleh

prinsipal berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan

kepadanya. Teori keagenan menyatakan bahwa dalam pengelolaan perusahaan

selalu ada konflik kepentingan (Brigham dan Gapenski,1996:415) antara (1)

manajer dan pemilik perusahaan (2) Manajer dan bawahannya, (3) Pemilik

perusahaan dan kreditor. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang

melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan

oleh pihak-pihak tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat

kinerja keuangannya yang tercermin dalam laporan keuangan.

Lebih lanjut dalam agency theory, pemilik perusahaan membutuhkan

auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak

perusahaan. Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk memberikan

legitimasi atas kinerja yang mereka lakukan (dalam bentuk laporan keuangan),

sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Disisi lain,

kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka

kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar digunakan sesuai

dengan persetujuan yang ada, sehingga kreditor bisa menerima bunga atas

pinjaman yang diberikan. Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak

independen memerlukan biaya atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit,

(4)

Biaya pengawasan (monitoring cost) merupakan biaya untuk mengawasi perilaku

agent apakah agent telah bertindak sesuai kepentingan principal dengan melaporkan secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan kepada manajer.

Uraian tersebut diatas memberi makna bahwa auditor merupakan pihak yang

dianggap dapat menjembatani kepentingan pihak pemegang saham (principal)

dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006:78) termasuk menilai kelayakan strategi manajemen dalam upaya untuk

mengatasi kesulitan keuangan perusahaan.

Auditor independen melakukan fungsi pengawasan atau monitoring atas

pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan, sehingga

auditor akan melakukan proses audit terhadap kewajaran laporan keuangan yang

terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus

kas termasuk catatan atas laporan keuangan yang kemudian akan memberikan

pendapat atas pekerjaan auditnya dalam bentuk opini audit. Auditor independen

melakukan pengawasan atau monitoring karena manajer berkeinginan untuk

menyajikan laporan keuangan agar tampak lebih baik dari kondisi senyatanya.

Sejalan dengan pendekatan audit topdown holistic, auditor berkewajiban untuk mengevaluasi resiko bisnis klien (Boynton, 2002:211). Perusahaan yang

mengalami financial distress memiliki resiko bisnis yang lebih besar. Oleh karena itu, auditor akan mempertimbangkan rencana dan tindakan strategi yang

(5)

2.1.2 Auditing

Arens et al (2010:4) telah mendefinisikan audit:

Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang

informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapka independen dan kompeten.”

Berikut ini adalah penjelasan mengenai unsur-unsur penting yang

mendasari pengertian auditing tersebut (Mulyadi, 2002: 9):

a. Proses sistematik

Auditing merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian

langkah atau prosedur yang logis terstruktur dan jelas tujuannya bagi

pengambilan keputusan dan audit bukan merupakan proses yang tidak

terancang dan asal jadi.

b. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif

Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang

akan mempengaruhi proses keputusan auditor. Bukti diartikan sebagai semua

informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi

yang sedang diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit

dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pernyataan lisan dari pihak

yang diaudit (auditee), komunikasi tertulis dengan pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor. Demi tercapainya sasaran dari kegiatan auditing

ini, diperlukan bukti-bukti dengan mutu dan jumlah yang memadai.

(6)

kelayakan informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang

merupakan bagian penting dari audit.

c. Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi

Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi adalah hasil proses

akuntansi. Akuntasi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan

penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam

bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan

yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Setiap kali audit dilakukan,

ruang lingkup pertanggungjawaban auditor harus dinyatakan dengan jelas,

terutama hal yang harus dilakukan adalah menegaskan entitas atau satuan

usaha yang dimaksud dengan periode waktunya.

d. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan

Ketika melakukan proses audit, tujuan auditor adalah menentukan apakah

pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

e. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan

Penyampaian hasil ini dilakukan dengan tertulis dalam bentuk laporan audit

(audit report) yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya.

Tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada pihak

yang berkepentingan (stakeholder).

2.1.1 Opini Audit

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 110, tujuan audit

(7)

menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material,

posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus

memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara

keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan , maka

laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit

yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor

(PSA NO O1, 2004). Pendapat auditor (opini audit) merupakan bagian dari

laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Opini audit

diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat

memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang

diauditnya. Arens (1996:1) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah

terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor dalam memberikan

pendapat sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.

Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud dalam standar

pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Oleh karena itu,

(8)

menyampaikan kepada pemakai laporannya mengenai informasi penting yang

menurut auditor perlu diungkapkan.

Tujuan dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk memungkinkan

pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak lain yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan menentukan seberapa jauh laporan

keuangan yang dilaporkan oleh auditor dalam laporan audit dapat dipercaya.

Opini auditor terdiri atas lima jenis opini (Arens, 2011:374)

yaitu:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material

sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi

berikut terpenuhi:

a. Seluruh laporan neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, dan laporan

aliran kas dimasukkan dalam laporan keuangan.

b. Tiga standar umum diikuti dalm seluruh penugasan.

c. Bukti yang tepat dan memadai telah diakumulasi dan auditor melakukan

penugasan sesuai dengan cara yang membuat ia dapat memastikan bahwa

ketiga standar pekerjaan lapangan sudah dipenuhi.

d. Laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

(9)

dalam penjelasan tambahan dan bagian lain dalam laporan keuangan sudah

memadai.

e. Tidak ada keadaan yang memerlukan paragraf penjelasan tambahan atau

modifikasi dalam laporan.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified

Opinion with Explanatory Language)

Laporan audit tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi

kata juga telah memenuhi kriteria audit hasil yang memadai dan laporan

keuangan yang disajikan dengan wajar, tetapi auditor yakin perlunya

menyediakan informasi tambahan. Berikut ini adalah penyebab utama dari

adanya paragraf penjelasan atau modifikasi kata dalam laporan standar tanpa

pengecualian :

• Kurangnya penerapan konsisten atas prinsip akuntansi berlaku umum.

• Keraguan atas kelangsungan usaha perusahaan.

• Auditor menyetujui adanya perbedaan dengan prinsip yang wajib

diterapkan

• Penekanan atas suatu hal

• Pelaporan yang melibatkan auditor lain

3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara

wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip

akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk hal-hal yang dikecualikan.

(10)

a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit.

b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material,

dan auditor berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar

c. Adanya salah saji material dalam komponen laporan keuangan.

d. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

e. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan

auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi berterima umum.

5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan

audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan

pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam

kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

2.1.4 Leverage

Harahap (2010:304) mengemukakan bahwa leverage menggambarkan

hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini

mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau kreditur dengan

kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik

seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Walau

(11)

hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena perputaran uang

perusahaan lebih cepat.

Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) dalam pendanaan perusahaan serta menunjukkan kemampuan modal

perusahaan untuk menutupi seluruh hutangnya. Semakin rendah DER perusahaan

maka semakin baik kondisi perusahaan tersebut.

Literatur yang memuat biaya-biaya berisi banyak contoh tentang

penyelidikan empiris mengenai cara menghitung leverage sebagai proxy untuk

hutang. Literatur ini berpendapat bahwa level hutang yang lebih tinggi pada asset

adalah berkaitan dengan biaya yang lebih tinggi. Peneliti mengontrol keteraturan

empiris bahwa rasio hutang pada asset bervariasi diantara perusahaan-perusahaan

dengan cara membandingkannya. Tingginya tingkat hutang melibatkan resiko

keuangan klien lebih tinggi. Resiko keuangan dari perusahaan meningkat, auditor

memiliki insentif untuk lebih waspada dalam menjalankan tugasnya, Nelson et al

(1988) berpendapat bahwa jika resiko klien meningkat, auditor menanggapinya

dengan meningkatkan usaha atau biaya.

2.1.5 Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya atau menganalisa dan

menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan

(12)

kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan

hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk

persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar

dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika

berada diatas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah

hutang lancar.

Isu-isu seperti kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas, belum

digunakan untuk mengeluarkan batasan kredit, kesamaan perusahaan (yang

sedang digunakan untuk perbandingan) dan aspek distribusi tidak bias ditangkap

dalam current rasio lancar. Meskipun terbatas, rasio ini digunakan secara luas

dalam analisis laporan keuangan. Dari perspektif auditor kemungkinan pemegang

saham litigasi akan meningkat dengan penurunan rasio lancar karena rasio lancar

yang lebih rendah artinya kemungkinan terjadi kebangkrutan perusahaan lebih

besar. Sekali lagi Nelson et al (1988:383) berpendapat bahwa upaya audit yang

meningkat sejalan dengan peningkatan risiko klien. Dengan demikian kualifikasi

audit harus menjadi fungsi negatif dari likuiditas perusahaan. Secara ekstrem

masalah likuiditas yang parah akan menyebabkan going concern. 2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba

melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas,

(13)

Adapun rasio yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan

untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh

laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Perputaran aktiva ditunjukkan

melalui seberapa besar volume penjualannya.

Semakin besar rasio ini maka menunjukkan perusahaan mampu

menghasilkan laba dan volume penjualan yang besar. Namun apabila rasio

ROA semakin kecil, maka hal ini menunjukkan bahwa laba perusahaan kecil

dikarenakan penjualan sedikit sehingga mengakibatkan perputaran aktiva lambat.

Profitabilitas suatu perusahaan menentukan kelangsungan hidup perusahaan

tersebut. Profitabilitas juga berhubungan positif dengan kompensasi manajemen.

Argumen bahwa probabilitas menerima kualifikasi audit yang meningkat

ketika profitabilitas menurun dapat dilihat dari berbagai perspektif. Pertama,

keuntungan yang menurun, meningkatkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

Kedua, keuntungan yang menurun jauh lebih cenderung mengarah pada metode

akuntansi yang dibuat oleh para manajer dalam upaya mereka untuk

mempertahankan kompensasi mereka. Ketiga, perusahaan yang dikelola dengan

buruk cenderung menerima publisitas lebih besar dan menyoroti para pemegang

saham. Keempat, kemungkinan terjadinya litigasi oleh pemegang saham karena

meningkatnya kinerja auditor sebagai ancaman pada kelangsungan hidup

perusahaan. Kelima, klien beresiko ditinjau lebih teliti oleh auditor, sebagai syarat

untuk terhindar dari kerugian karena litigasi (Nelson et al,1988:383).

2.1.7 Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian

(14)

1. Seluruh laporan ( neraca, laporan laba/rugi, laporan saldo laba, dan laporan

aliran kas ) dimasukkan dalam laporan keuangan.

2. Tiga standar umum diikuti dalam seluruh penugasan.

3. Bukti yang tepat dan memadai telah diakumulasi dan auditor melakukan

penugasan sesuai dengan cara yang membuat ia dapat memastikan bahwa

ketiga standar pekerjaan lapangan sudah dipenuhi.

4. Laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

umum di Indonesia. Hal ini juga berarti pengungkapan yang dimasukkan

dalam penjelasan tambahan dan bagian lain dalam laporan keuangan sudah

memadai.

5. Tidak ada keadaan yang memerlukan paragraf penjelasan tambahan atau

modifikasi dalam laporan.

Saat kondisi tersebut dipenuhi, laporan standar audit tanpa pengecualian dapat

diterbitkan. Laporan standar audit tanpa pengecualian sering disebut sebagai opini

bersih karena tidak ada kondisi yang mensyaratkan kualifikasi atau modifikasi

dalam opini auditor. Laporan standar audit tanpa pengecualian merupakan opini

audit yang paling umum. Kadang-kadang, kondisi di luar kendali auditor atau

klien yang menyebabkan opini bersih tidak dapat diterbitkan. Dalam banyak hal,

perusahaan memadai atas pencatatan akuntansi untuk menghindari kualifikasi atau

modifikasi dari auditor. Jika salah satu atau beberapa dari lima persyaratan untuk

laporan standar audit tanpa pengecualian tidak dipenuhi, maka laporan tersebut

(15)

laporan tanpa opini atau opini tidak wajar dibandingkan dengan laporan tanpa

pengecualian dengan paragraf penjelasan.

2.1.8 Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas

Pendapat wajar dengan pengecualian (Unqualified Opinion with Explanatory Language) menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

ekuitas dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang

dikecualikan.

Pendapat ini dinyatakan bilamana :

• Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup

audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat

menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak

menyatakan tidak memberikan pendapat.

• Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi

penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang

berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak

wajar. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus

menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf

terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia harus juga

mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf

(16)

Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian

besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada

keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya

sebagai going concern, auditor diizinkan untuk memilih apakah akan

mengeluarkan unqaulified opinion with explanatory language atau disclaimer

opini.

PSA 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa, keraguan yang besar tentang

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going

concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku,

meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang

dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup paragraf,

kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk

mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan.

Keadaan tersebut meliputi :

a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independent

lain.

b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena

keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan

menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan

(17)

c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor

yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas,

namun setelah mempertimbangangkan rencana manajemen, auditor

berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif

dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

d) Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam

penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.

e) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan

keuangan komparatif.

f) Data kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar

Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review.

g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang

penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh

Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang

berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat

menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan

tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.

h) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan

auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan.

(18)

usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu

pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan

suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan

beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi,

kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang

dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit

atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk

menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana

bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan

untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen,

auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak

mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan

tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya.

Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan

(contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan

dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh

(19)

melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari

luar dan kegiatan serupa yang lain (PSA No. 30).

2.2 Kerangka Konseptual

Pada bagian ini dijelaskan dan digambarkan mengenai kerangka konseptual penelitian. Kerangka konseptual penelitian menunjukkan perbandingan antara 3

faktor yaitu Leverage, Likuiditas, Profitabilitas pada opini audit wajar tanpa pengecualian dan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas.

• Rasio leverage menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas

(modal) dalam pendanaan perusahaan serta menunjukkan kemampuan

modal perusahaan untuk menutupi seluruh hutangnya. Semakin rendah

rasio leverage (DER) maka semakin besar perusahaan tersebut menerima opini audit wajar tanpa pengecualian.

Current Ratio menginformasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang

paling liquid yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika nilai Current Ratio perusahaan tinggi maka semakin bagus kemampuan likuiditas perusahaan. Oleh karena itu jika perusahaan memiliki nilai Current ratio

yang rendah maka auditor cenderung akan memberikan opini audit wajar

tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas.

Return On Assets (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang

(20)

nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu

masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa

perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu

kelangsungan hidup perusahaan tersebut, dan perusahaan tersebut akan

menerima opini audit wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas.

Perusahaan yang Menerima Perusahaan yang Menerima Opini

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

diturunkan melalui teori, serta suatu pernyataan yang masih diuji kebenarannya

secara empiris (Sekaran, 2006).

Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh

hutang atau kreditur dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh

modal. Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih

(21)

sebagian besar melalui hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena

perputaran uang perusahaan lebih cepat. Rasio leverage yang digunakan untuk

penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan

perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) dalam pendanaan perusahaan

serta menunjukkan kemampuan modal perusahaan untuk menutupi seluruh

hutangnya. Semakin rendah DER perusahaan maka semakin baik kondisi

perusahaan tersebut, dan kemungkinan akan menerima opini audit wajar tanpa

pengecualian pun lebih besar.

H1 : Perusahaan yang menerima laporan audit wajar tanpa pengecualian akan

memiliki rasio leverage yang lebih rendah daripada Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas.

Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya atau menganalisa dan

menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan . Tingkat

likuiditas perusahaan dapat diukur melalui current ratio. Current ratio dihitung dengan cara aktiva lancar dibagi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh

mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi

kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat

dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio

lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua

hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau

(22)

berarti jika perusahaan memiliki current ratio yang rendah maka perusahaan tersebut tidak dapat menutupi hutangnya dan kemungkinan untuk mendapat opini

wajar tanpa pengecualian oleh auditor akan lebih kecil, sebab auditor hanya akan

memberikan opini audit wajar tanpa pengecualian jika current ratio pada laporan keuangan itu stabil sehingga dapat menutupi hutang. Jika current ratio nya rendah maka perusahaan tersebut akan mendapat opini audit wajar tanpa pengecualian

dengan bahasa penjelas oleh auditor.

H2 : Perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian akan

memiliki current rasio yang lebih tinggi daripada Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari

kegiatan bisnis yang dilakukan. Profitabilitas diukur dengan return on asset, apabila nilai return on asset semakin tinggi mencerminkan semakin baik kondisi perusahaan dikarenakan perusahaan mampu menghasilkan laba yang merupakan

good news bagi perusahaan, sehingga perusahaan yang memiliki good news akan menerima opini audit wajar tanpa pengecualian oleh auditor independen.

Berkaitan dengan teori agensi, keputusan auditor mengeluarkan opini audit

dengan melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan perusahaan, jika laporan

keuangan tersebut baik dan sesuai dengan prinsipal umum auditor akan membuat

keputusan opini wajar tanpa pengecualian untuk perusahaan tersebut, sebaliknya

jika setelah dievaluasi ternyata banyak terdapat kekurangan penerapan konsisten

atas prinsip akuntansi berlaku umum, tidak dapat menutupi hutang sehingga

(23)

keputusan untuk mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan

bahasa penjelas untuk perusahaan tersebut.

H3: Perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian akan

Referensi

Dokumen terkait

Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit yang merupakan salah satu pozzolan buatan yang memiliki silika yang cukup tinggi maka pozzolan ini dapat dipakai sebagai bahan tambahan

Hal ini berarti lansia laki- laki mempunyai tingkat keseimbangan lebih baik dengan kriteria risiko jatuh rendah, sedangkan lansia perempuan mempunyai tingkat

Foto torak pada umumnya dilakukan pada kasus dengan infeksi yang diragukan etiologinya spesifik atau non spesifik, bronkiektasis dan proses paru yang lain yang secara klinis

Perbedaan Kadar Histamin Plasma antara Penderita Acute Coronary Syndrome dan Stable Coronary Artery Disease. Indah Sukmawati

Hence, the writer‟s assumption is that by using SQ3R technique in teaching reading, especially reading recount text, can help students to comprehend the text efficiently

[r]

Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu PT Maulina Cipta Rasa sebagai pertimbangan dalam melakukan pengembangan produk dari sisi kualitas produk, kualitas

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat