BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecerdasan Emosional
2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional
Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain
akademik yang dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah Gardner.
Kecerdasan lain itu disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi
(Goleman, 2000 :65). Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk
menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Seorang ahli
kecerdasan emosi, Goleman (2000:8) mengatakan bahwa“yang dimaksud dengan
kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan mengontrol diri, memacu,
tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri. Kecakapan tersebut mencakup
pengelolaan bentuk emosi baik yang positif maupun negatif”.Ahmad Purba
(1999:25) berpendapat bahwa: “kecerdasan emosi adalah kemampuan dibidang
emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi,kemampuan mengendalikan emosi,
semangat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain atau
empati”.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan Patton (1998:76) bahwa
penggunaan emosi yang efektif akan dapat mencapai tujuan dalam membangun
hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan kerja. Kecerdasan emosi dapat
diukur dari beberapa aspek-aspek yang ada.Goleman (2001:56) mengemukakan
1. Kesadaran diri (Self awareness)
Merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan
dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat
keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atau
kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu
mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya. Tercakup didalamnya
indikatornya adalah Tahu dan mengerti dengan apa yang diucapkan dan
yang dilakukan, Memiliki keasadaran terhadap tanggung jawab yang
dimilikinya, Mengenal dan memahami serta menerima diri dengan
berbagai bentuk kelebihan dan kekurangan.
2. Pengendalian diri (Self management)
Merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri,
mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap
katahati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan
sehari-hari.Tercakup indikator didalamnya adalah Mengendalikan emosi,
Kewaspadaan, Adaptibilitas.
3. Motivasi (Motivation)
Merupakan kemampuan yang paling dalam untuk menggerakkan
dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta
bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari
kegagalan dan frustasi.
4. Empati (social awareness)
Merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan olehorang
lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan
tipe individu. Tercakup indikator didalamnya perhatian, Pengambilan
perspektif ,danFantasi.
5. Hubungan yang baik antar sesama (Relationship management)
Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik
ketikaberhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta
mempertahankanhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi,
memimpin, bermusyawarah,menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama
dalam tim. Tercakup indikator didalamnya Disenangi orang lain, Memiliki
kesetiakawanan, Memiliki sikap menghormati orang lain.
2.1.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Le Dove (Goleman, 1997:54) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:
1. Fisik
Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh
terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf
emosinya.Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks
(kadang kadang disebut juga neo konteks).Sebagai bagian yang berada
dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi
sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan
emosi seseorang.Konteks, bagian ini berupa bagian berlipat-lipat
kira-kira 3 milimeter yang membungkus hemisfer serebral dalam
otak.Konteks berperan penting dalam memahami sesuatu secara
mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan
selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.Konteks khusus lobus
terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.System limbic, bagian
ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam
hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan
emosi dan implus.Sistem limbic meliputi hippocampus, tempat
berlangsungnya proses pembelajaran emosi dantempat disimpannya
emosi. Selain itu ada amygdala yang dipandang sebagai pusat
pengendalian emosi pada otak.
2. Psikis
Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga
dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan
psikis.Secara fisik terletak di bagian otak yaitu konteks dan sistem
limbic, secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non
keluarga.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator
Kecerdasan Emosional dari tiap masing-masing dimensi menurut Daniel
Goleman(2000) adalah kesadaran secara emosional, penilaian diri yang
kuat serta kepercayaan diri terhadap dimensi kesadaran diri. Pada dimensi
pengendalian diri, indikatornya adalah mampu mengendalikan diri pribadi,
adaptabilitas dan berhati-hati. Pada dimensi motivasi, indikatornya adalah
dorongan untuk berprestasi, inisiatif yang tinggi dan optimisme. Pada
dimensi empati indikatornya adalah memahami orang lain,
pada dimensi kemampuan sosial indikatornya adalah komunikasi,
manajemen konflik juga membangun ikatan.
2.2Kecerdasan Spiritual
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual
Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan laindisamping
kedua kecerdasan diatas, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar danMarshal (2001:16)
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai rasa moral,kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dancinta serta
kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahamansampai pada
batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baikdan jahat,
membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita darikerendahan.
Kecerdasan tersebut menempatkan perilaku dan hidup kita dalamkonteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwatindakan atau jalan
hidup sesorang lebih bernilai dan bermakna (Zohar danMarshal, 2000 :97).
Eckersley (2000 :43) memberikan pengertian yang lain
mengenaikecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai
perasaan intuisiyang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas didalam
hidup kita.Konsep mengenai kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan
dunia kerja,menurut Ashmos dan Duchon (2000 :112) memiliki tiga komponen
yaitu kecerdasaanspiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja
yang memiliki artidan komunitas.
Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar
bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki.Ia memberi arah
fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang
menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan
sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin,
mental, moral.
Mccormick (1994 :21) dan Mitroff and Denton (1999 : 35),
dalampenelitiannya membedakan kecerdasan spriritual dengan religiusitas
didalam lingkungan kerja. Religiusitas lebih ditujukan pada hubungannya dengan
Tuhansedangkan kecerdasan spiritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang
dalamdan terikat antara manusia dengan sekitarnya secara luas.
Berman (2001 :67) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ)dapat
memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia juga
mengatakan bahwa kecerdasan spiritual juga dapat membantu sesoranguntuk
dapat melakukan transedensi diri.
Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQdan EQ,
oleh karena itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandanghanya
menyumbangkan sebagian dari penentu kesuksesan sesorang dalamhidup.Ada
faktor lain yang ikut berperan yaitu kecerdasan spiritual yang lebihmenekankan
pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekananagama saja
(Hoffman, 2002 :56).
Agus Nggermanto (2002 :55): “sesorang yang memiliki SQ tinggi adalah
orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap
sisikehidupan serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan
Sukidi (dalam Setyawan, 2004 :72) mengemukakan tentang nilai-nlai dari
kecerdasan spritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yangbanyak
dibutuhkan dalam dunia bisnis, diantaranya adalah:
1. Mutlak jujur
Kata kunci pertama untuk sukses didunia bisnis selain berkata benar
dankonsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini
merupakanhukum spiritual dalam dunia usaha.
2. Keterbukaan
Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam didalam dunia usaha,maka
logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah
berpartisipasi dijalan menuju dunia yang baik.
3. Pengetahuan diri
Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan
dalamkesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha sangat
memperhatikandalam lingkungan belajar yang baik.
4. Fokus pada kontribusi
Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan
memberidaripada menerima.Hal ini penting berhadapan dengan
kecenderunganmanusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi
kewajiban.Untukitulah orang harus pandai membangun kesadaran diri
untuk lebih terfokuspada kontribusi.
5. Spiritual non dogmatis
Komponen ini merupakan nilai dari kecerdasan spiritual
dimanadidalamnya terdapat kemampuan untuk bersikap fleksibel,
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup oleh visi dan
nilai.
2.2.2 Ciri Ciri Kecerdasan Spiritual 1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat
Prinsip itu adalah hal yang harus ada.Tidak boleh tidak.Orang yang
mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi dia akan mempunyai
prinsip tertentu dalam hidupnya, agar hidupnya bermakna dan
bermanfaat. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar
semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
Disamping memiliki prinsip, orang yang mempunyai kecerdasan
spiritual yang baik dia akan mempunyai visi atau tujuan dari hidupnya.
Agar dia tidak hidup seenaknya tanpa ada tujuan apapun.Sehingga dia
beranggapan bahwa hidupnya ini mempunyai makna dan hidup yang
dijalaninya tidak sia-sia.
2. Kesatuan dan keragaman
Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi dia
memandang manusia itu sama. Dia memandang bahwa keberagaman
itu yang membuat kita menjadi satu.Tony Buzan mengatakan bahwa
“kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia
termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau
sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat.
3. Memaknai
Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau
Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian. Mengenai hal ini Covey
meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup.Ia
mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri
sendiri: Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus
saya lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini;
langkah bijaksana yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan
menjalani hati nurani kita yang berbisik mengenai jawaban atas
pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi
semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas.
4. Kesulitan dan penderitaan
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik, dia akan
mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan yang sedang dia
alami. Dan dia akan mampu untuk mengatasi kesulitan itu.
2.2.3 Faktor Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Spiritual
Faktor- faktor yang mempengauhi kecerdasan spiritual menurut Sinetar
yaitu intuitif, kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap semua
orang, mempunyai faktor yang mendorong kecerdasan spiritual.
Menurut Ary Ginanjar Agustian adalah inner value yang berasal
dari dalam diri(suara hati) seperti transparency(keterbukaan),
responsibility(tanggung jawab), accountability(kepercayaan),
fairness(keadilan, dan social wereness(kepedulian sosial).Faktor yang
kedua adalah drive, yaitu dorongan atau usaha untuk mencapai
Jadi dapat kita simpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan spiritual tak hanya dari dalam diri
individu saja tapi juga dari luar.Dari penjelasan diatas dapat kita
simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
spiritual adalah:
1. Faktor eksternal
a. Lingkungan keluarga.
Keluarga adalah pembelajaran pertama bagi anak.Untuk itu segala
kecerdasan bermula dan dipengaruhi oleh keluarga.Begitu juga dengan
kecerdasan spiritual anak.Keluarga berpengaruh besar dalam
membentuk kecerdasan spiritual anak.
b. Lingkungan sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga formal yang juga mempengaruhi
kecerdasan spiritual anak.Karena disekolah ini anak banyak
memperoleh pengetahuan.Tak hanya pengetahuan tapi juga nilai.Jika
guru memberi nilai kehiduan yang baik, maka itu akan membuat
kecerdasan spiritual anak akan baik. Sehingga anak mampu memaknai
hidupnya dengan baik.
c. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat akan mempengaruhi terhadap kecerdasan
spiritual anak. Karena anak disamping tinggal dilingkungan keluarga,
anak juga hidup dalam masyarakat.Jika masyarakat mempunyai
budaya atau kebiasaan yang baik maka anak akan terbiasa juga untuk
melakukan hal –hal yang baik. Sehingga secara tak langsung
masyarakat yang selalu melakanakan kewajiban agama, masyarakat
yang selalu menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang berada
disekitar mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dari
Kecerdasan Spiritual menurut Setyawan(2004) untuk tiap masing-masing
dimensi adalah keyakinan untuk jujur, enggan melakukan kecurangan dan
bekerja dengan benar serta melawan konvensi terhadap dimensi mutlak
jujur. Selanjutnya pada dimensi keterbukaan, terdapat indikator berupa
keterbukaan dalam bekerja, menerima kritikan dan mampu memberi saran
atau masukan untuk perusahaan. Pada dimensi pengetahuan diri,
indikatornya adalah paham akan tugas diri, kemampuan berinovasi dan
mengembangkan diri sendiri. Untuk dimensi fokus pada kontribusi
indikatornya adalah bersungguh-sungguh, fokus dalam menangani tugas
dan tingkar kesadaran yang tinggi. Terakhir, untuk dimensi spiritual non
dagmatis indikatornya adalah fleksibel dalam bersikap atau tidak
memihak, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai serta
kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan masalah.
2.3Kinerja
2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang
merupakanefektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannyaberdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
merekalakukandidalamsuatuorganisasi untuk memenuhi standar perilaku
yangtelahditetapkan agarmembuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan
(Winardi, 1996 : 21).
Seperti juga dengan apa yang dikemukakan oleh Mohammad Asad (1995
:97) “kinerja merupakan kesuksesan sesorang didalam melaksanakan suatu
pekerjaan dan kinerja tersebut pada dasarnya adalah hasil kerja seorangkaryawan
selama periode tertentu”.
Dessler (1997 :46) memberikan pengertian yang lain tentang kinerja yaitu
“kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada
hasil kerjanya.” sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002 : 151): “kinerja
pada dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh
karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberikan kontribusi kepada organisasi”.
Winardi (1996 :201) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhikinerja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi motivasi, pendidikan,
kemampuan,keterampilan dan pengetahuan dimana kesemuanya tersebut bisa
didapat daripelatihan.Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan kerja, kepemimpinan,
hubungankerja dan gaji.
Bernadin (1993 :65) menjelaskan bahwa kinerja sesorang dapat diukur
berdasarkan indikator-indikator yang dihasilkan dari pekerjaan yang bersangkutan
1. Kualitas
Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil akhir yang dicapai
mendekati sempurna dalam arti memenuhi tujuan yang diharapkan
oleh perusahaan.
2. Kuantitas
Kuantitas adalah jumlah yang dihasilkan yang dinyatakan dalam
istilahsejumlah unit kerja atau jumlah siklus aktivitas yang dihasilkan.
3. Ketepatan waktu
Tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan tersebut pada waktu
awalyang diinginkan.
4. Kemandirian
Karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan
dariorang lain.
5. Komitmen
Komitmen berarti bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab
penuh terhadap pekerjaannya.
Mathis dan Jackson (2002 :73), lebih lanjut memberikan standar
kinerjasesorang yang dilihat kuantitas output, kualitas output, jangka waktu
output,kehadiran ditempat kerja dan sikap kooperatif. Standar kinerja tersebut
ditetapkan berdasarkan kriteria pekerjaan yaitu menjelaskan apa-apa saja
yangsudah diberikan organisasi untuk dikerjakan oleh karyawannya, oleh karena
itukinerja individual dalam kriteria pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan
denganstandar yang ada dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada seluruh
outputproduksi atau lebih dikenal dengan standar kinerja numerik dan standar
kinerjanon numerik.
Kinerja karyawan setiap periodik perlu dilakukan penilaian.Hal ini
karenapenilaian kinerja karyawan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai
analisis untuk kebutuhan dilaksanakannya pelatihan (Ivancevich, 2001 :31).
Penilaian kinerjaadalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan
pekerjaan merekaketika dibandingkan dengan satu set standar dan
kemudianmengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis dan Jackson,
2002 :43).
Penilaian kinerja mempunyai dua kegunaan utama.Penilaian
pertamaadalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan
sepertimisalnya untuk promosi.Kegunaan yang lain adalah untuk
pengembanganpotensi individu (Mathis dan Jackson, 2002 :78). Hal yang sama
juga diungkapkanoleh Desler (1997 : 47) bahwa tiga tujuan dari penilaian kinerja
yaitu memberikaninformasi tentang dapat dilakukannya promosi atau penetapan
gaji, meninjauperilaku yang berhubungan dengan kerja bawahan dan untuk
perencanaan danpengembangan karir karyawan karena penilaian memberikan
suatu peluangyang baik untuk meninjau rencana karir seseorang yang dilihat dari
kekuatan dankelemahan yang diperlihatkannya.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Michael Zwell (dalam Wibowo, 2007 :71) mengungkapkan bahwaterdapat
faktor yang dapat mempengruhi kompetensi seseorang, yaitu:pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, keyakinan, pengalaman,karakteristik pribadi, motivasi,
Menurut Bernadin (2007), indikator-indikator yang terdapat dalam kinerja
meliputi:
1) Kualitas
Pada dimensi ini dapat dilihat beberapa unsur, diantaranya adalah kerja
sesuai dengan standard perusahaan, kemampuan dalam ketelitian dan disiplin.
2) Kuantitas
Pada dimensi ini dapat dilihat beberapa unsur, yaitu: memiliki target dalam
bekerja, mencapai suatu target dan menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dengan
tepat dan efisien.
3) Ketepatan Waktu
Waktu adalah hal yang penting dalam mendukung kinerja karyawan, oleh
karena itu dapat dilihat beberapa indikator diantaranya adalah sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan, tidak menunda-nunda waktu dalam bekerja serta
memiliki kecepatan dalam memanfaatkan waktu.
4) Efektifitas
Efektif atau tidaknya suatu pekerja dapat dilihat dari beberapa indikator
berikut ini yaitu, mampu dalam memeperoleh keuntungan yang lebih, hadir tepat
waktu, serta berinovasi dalam melakukan perkerjaan.
5) Kemandirian
Adapun indikator dari dimensi kemandirian adalah suka terhadap
tantangan, mengandalkan diri sendiri dalam bertindak serta berupaya untuk
menjadi pekerja yang bisa diandalkan.
6) Komitmen
Hal ini mencakup beberapa indikator, diantaranya adalah kemampuan
2.4Hubungan Antar Variabel
2.4.1 Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Karyawan Dunia kerja mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus
dihadapi oleh karyawan, misalnya persaingan yang ketat, tuntutan tugas,suasana
kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain.
Masalah-masalah tersebut dalam dunia kerja bukanlah suatu hal yang hanyamembutuhkan
kemampuan intelektualnya, tetapi dalam menyelesaikan masalahtersebut
kemampuan emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak diperlukan.Bila sesorang
dapat menyelesaikan masalah-masalah didunia kerja yang berkaitandengan
emosinya maka dia akan menghasilkan kerja yang lebih baik. Agustian (2001
:65) berdasarkan penelitian dan pengalamannya dalam memajukan organisasi atau
institusi pemerintahan berpendapat bahwa keberadaan kecerdasan emosional yang
baikakan membuat seorang karyawan menampilkan kinerja dan hasil kerja yang
lebih baik. Daniel Goleman, seorang psikolog ternama, dalam bukunya pernah
mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya
cognitive intelligence saja yang dibutuhkan tetapi juga emotional intelligence
(Goleman, 2000 :22). Secara khusus para pemimpin perusahaan membutuhkan
EQ yang tinggi karena dalam lingkungan organisasi, berinteraksi dengan
banyakorang baik didalam maupun dilingkungan kerja berperan penting
dalammembentuk moral dan disiplin para pekerja.
Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor
intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang
dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan
kinerjayang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004
kombinasi kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang
optimal.” Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi.Salovey
(dalam Goleman, 2000 :99) seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri
sendiri merupakan landasan keberhasilan dan terwujudnya kinerja yang tinggi
disegala bidang.
Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (2001:43) dan
Chermiss (1998:21) terhadap beberapa subjek penelitian dalam
beberapaperusahaan maka hasil yang didapat menunjukan bahwa karyawan
yangmemiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja
yanglebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas
yangdiberikan karyawan tersebut terhadap perusahaan. Chermiss juga
mengungkapkan bahwa walaupun sesorang tersebut memiliki kinerja yang
cukupbaik tapi apabila dia memiliki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi
dengan orang lain secara baik maka kinerjanya tidak akan dapat berkembang.
2.4.2 Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja Karyawan Kecerdasan spiritual merupakan perasaan terhubungkan dengan diri
sendiri, orang lain dan alam semesta secara utuh. Pada saat orang bekerja,maka ia
dituntut untuk mengarahkan intelektualnya, tetapi banyak hal yangmembuat
seseorang senang dengan pekerjaannya. Seorang pekerja dapatmenunjukkan
kinerja yang prima apabila dia sendiri mendapatkan kesempatanuntuk
mengekspresikan seluruh potensi diri sebagai manusia.Hal tersebut akandapat
muncul bila seseorang dapat memaknai setiap pekerjaannya dan
Kecerdasan spiritual mengajarkan orang untuk mengekspresikan
danmemberi makna pada setiap tindakannya, sehingga bila ingin
menampilkankinerja yang baik maka dibutuhkan kecerdasan spiritual (Ningky
Munir, 2000 :44). Penelitian yang dilakukan Wiersma (2002 :74) memberikan
bukti tentangpengaruh kecerdasan spiritual dalam dunia kerja. Ia meneliti tentang
bagaimanapengaruh spiritualitas dalam perilaku pengembangan karir. Penelitian
inidilakukan selama tiga tahun dengan melakukan studi kualitatif terhadap
16responden.Hasil penelitian yang dilakukannya ternyata menunjukan
bahwakecerdasan spiritual mempengaruhi tujuan sesorang dalam mencapai
karirnya didunia kerja.Seseorang yang membawa makna spiritualitas dalam
kerjanya akan merasakan hidup dan pekerjaannya lebih berarti. Hal ini
mendorong danmemotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan kinerja yang
dimilikinya, sehinggadalam karir ia dapat berkembang lebih maju. Hasil
penelitian ini sama denganapa yang pernah dilakukan Biberman dan Whittey
(1997 :65). Merekamengemukakan hubungan antara kecerdasan spiritual dengan
pekerjaan.Kecerdasan spiritual ternyata memberikan pengaruh pada tingkah
lakuseseorang dalam bekerja.
Saat ini dunia kerja membawa lebih banyak konsentrasi pada
masalahspiritual.Para pekerja mendapatkan nilai-nilai hidup bukan hanya dirumah
saja,tetapi mereka juga mencari setiap makna hidup yang berasal dari
lingkungankerja mereka.Mereka yang dapat memberi makna pada hidup mereka
danmembawa spritualitas kedalam lingkungan kerja mereka akan membuat
merekamenjadi orang yang lebih baik, sehingga kinerja yang dihasilkan juga lebih
baikdibanding mereka yang bekerja tanpa memiliki kederdasan spiritual
Kecerdasan spritual yang dimiliki setiap orang tidaklah sama. Hal
tersebuttergantung dari masing-masing pribadi orang tersebut dalam memberikan
maknapada hidupnya.Kecerdasan spritual lebih bersifat luas dan tidak terbatas
padaagama saja.Perbedaan yang dimiliki masing-masing individu akan
membuathasil kerja juga berbeda (Muhammad Idrus, 2002 :52).
2.5Tinjauan Penelitian Terdahulu
Rangkaian penelitian terdahulu diringkas dlam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Rangkaian Penelitian Terdahulu
Penelitian Judul Variabel Hasil Penelitian
- Kinerja Karyawan
dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sumber: S.K Chakkraborty dan Debongsu Chakkaraborty (2004), Claudia Angelika Wijaya (2007), Jamaludin (2011), Triana Fitriastuti (2013), Anis Choiriah (2013), Sesilia Dwi Rini W (2011), M. Djasuli (2004), Lisda Rahmasari (2012)
2.6Kerangka Konseptual
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja seperti telah dijelaskan
di atas bahwa kecerdasan emosional, menurut Goleman (1998: 44), di antaranya
mencakup aspek kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati, dan kemampuan
bekerjasama. Lebih lanjut dikatakan oleh Goleman bahwa faktor kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi sukes karier, sedangkan 80%
adalah sumbangan faktor lain, termasuk kecerdasan emosional. Selaras dengan
pendapat Goleman tersebut, Segal (2000: 27) juga menyatakan pentingnya
kecerdasan emosional, terutama dalam hal pekerjaan. Menurutnya kecerdasan
emosional memiliki peran penting di tempat kerja; di samping juga berperan di
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pengalaman romantis dan kehidupan
spiritual. Bahkan kesadaran emosi membuat keadaan jiwa makin diperhatikan
sehingga memungkinkan dapat menentukan pilihan-pilihan yang lebih baik
tentang apa yang akan dikerjakan, bagaimana menjaga keseimbangan antara
kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain, dan dalam memilih pasangan hidup.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka terlihat bahwa kecerdasan emosional
mengandung aspek-aspek yang sangat penting yang dibutuhkan dalam bekerja.
Seperti kemampuan memotivasi diri sendiri, mengendalikan emosi, mengenali
emosi orang lain, mengatasi frustasi, mengatur suasana hati, dan faktor-faktor
karyawan dalam bekerja, maka akan membantu mewujudkan kinerja yang baik.
Dengan demikian dapat terlihat jelas bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
pada kinerja karyawan.
Dasar penyusunan kerangka pikir penelitian ini diawali dari pemikiran
bagaimana kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap
kinerja karyawan dan hasil penelitian.Kerangka konseptual menjelaskan secara
teoritis pertautan antar variabel yang diteliti.Pertautan antar variabel yang disusun
dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis.
Kecerdasan emosional menurut Goleman (2002 :78) adalah kemampuan
kemampuan yang mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan dan
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Goleman (2002 :94) membagi aspek
aspek kecerdasan emosional menjadi 5 wilayah yang menjadi pedoman dalam
mencapai kesuksesana atau produktivitas dalam bekerja yaitu kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan kemampuan sosial.
Kecerdasan spriritual adalah sebagai rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dancinta serta
kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahamansampai pada
batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baikdan jahat,
membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita darikerendahan.
Kinerja karyawan merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang
merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
Skema Gambar 2.1
Sumber: Goleman (2002:78)
2.7Hipotesis
Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh secara
parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan pada Dinas Perhubungan
Sumatera Utara. Kecerdasan
Emosional
(X1)
Kinerja Karyawan
(Y) Kecerdasan
Spiritual