• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kompensasi - Pengaruh Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Usaha Dagang Rapiko Garments Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kompensasi - Pengaruh Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Usaha Dagang Rapiko Garments Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kompensasi

Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan

(2012:118) menyatakan Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk

uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai

imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Sedangkan bagi Bernardin

(2007:252) Kompensasi merujuk pada semua bentuk hasil keuangan dan

tunjangan nyata yang diterima pegawai sebagai bagian dari hubungan kerja.

Mckenna (2006:608) mendefenisikan Kompensasi yaitu mencakup berbagai

aktivitas organisasi yang ditujukan bagi alokasi Kompensasi dan tunjangan bagi

pegawai sebagai imbalan atas usaha dan sumbangan yang dibuat untuk mencapai

tujuan organisasi. Menurut Mutiara Pangabean dalam Subekhi (2012:176)

Kompensasi adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan karyawan sebagai

balas jasa atas kontribusi yang merka berikan kepada organisasi.

Menurut Berger (2008:643) mendefenisikan Kompensasi berdasarkan

klasifikasinya, yang terdiri dari Kompensasi tunai (cash compensation), Kompensasi kotor (gross compensation), dan Kompensasi bersih (net compensation). Kompensasi tunai adalah imbalan dalam bentuk gaji, bonus tunai, dan insentif jangka pendek. Kompensasi kotor adalah imbalan yang berbentuk

biaya penggajian atas semua keuntungan pegawai dan tunjangan baik total

(2)

digunakan dengan membandingkan imbalan yang dihitung setelah pajak.

Kompensasi adalah bentuk pembayaran dalam bentuk manfaat dan insentif untuk

memotivasi karyawan agar produktivitas kerja semakin meningkat (Yani,

2012:139).

Kompensasi dibedakan menjadi dua yaitu kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, upah, dan upah insentif, kompensasi tidak langsung

(indirect compensation atau employeee welfare atau kesejahteraan karyawan). Upah insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan

tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. Upah insentif ini merupakan alat

yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian Kompensasi

(Hasibuan, 2011:118).

Insentif adalah suatu istilah untuk menyebutkan tambahan penghasilan atau

penghasilan yang diberikan di luar gaji tetap. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990:333) ditegaskan bahwa insentif adalah tambahan penghasilan

atau uang, barang dan sebagainya yang diberikan untuk memperbesar atau

menambah gairah kerja.

Insentif biasanya dijadikan sebagai sarana untuk memotivasi karyawan

untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya agar maksimal sebab ia akan

mendapatkan pendapat ekstra gaji atau upah yang telah ditentukan. Tujuan

pemberian insentif adalah untuk menambah pemenuhan kebutuhan keluarga yang

dianggap masih kurang memadai. Berdasarkan beberapa rumusan tentang insentif

(3)

tambahan jasa yang telah dilakukan baik berbentuk uang maupun benda dengan

maksud agar gairah kerja bertambah.

2.1.2.

Jenis-jenis insentif dalam suatu perusahaan/instansi, harus dituangkan

secara jelas sehingga dapat diketahui oleh pegawai dan oleh perusahaan tersebut

dapat dijadikan kontribusi yang baik untuk dapat menambah gairah kerja bagi

pegawai yang bersangkutan.

Jenis-jenis Insentif

Menurut Siagian

1. Piece work, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong kinerja kerja pegawai berdasarkan hasil pekerjaan pegawai yang dinyatakan dalam

jumlah unit produksi.

(2002: 268), jenis-jenis insentif tersebut adalah:

2. Bonus, yaitu insentif yang diberikan kepada pegawai yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang

3. Komisi, yaitu bonus yang diterima karena berhasil melaksanakan tugas dan

sering diterapkan oleh tenaga-tenaga penjualan.

baku terlampaui.

4. Insentif bagi eksekutif, yaitu insentif yang diberikan kepada pegawai

khususnya manajer atau pegawai yang memiliki kedudukan tinggi dalam

suatu perusahaan, misalnya untuk membayar cicilan rumah, kendaraan

bermotor atau biaya pendidikan anak.

5. Kurva “kematangan”. yaitu diberikan kepada tenaga kerja yang karena masa

kerja dan golongan pangkat serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan

penghasilan yang lebih tinggi lagi, misalnya dalam bentuk penelitian ilmiah

(4)

6. Rencana insentif kelompok, yaitu kenyataan bahwa dalam banyak

organisasi, kinerja bukan karena keberhasilan individual melainkan karena

keberhasilan kelompok kerja yang mampu bekerja sebagai suatu tim.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

jenis-jenis insentif adalah:

1. Insentif material. Insentif jenis ini dapat diberikan dalam bentuk:

a. Bonus

b. Komisi

c. Pembagian laba

d. Kompensasi yang ditangguhkan

e. Bantuan hari tua.

2. Insentif non-material, Insentif jenis ini dapat diberikan dalam bentuk:

a. Jaminan sosial

b. Pemberian piagam penghargaan

c. Pemberian promosi

d. Pemberian pujian lisan atau tulisan.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa insentif yang memadai akan

mendorong semangat dan gairah kerja pegawai, sehingga pegawai akan terus

menjaga dan meningkatkan hasil kerjanya yang pada akhirnya akan meningkatkan

keuntungan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan, sehingga instansi

dan pegawai diharapkan lebih solid dalam membangun kebersamaan menuju

(5)

2.1.3.

Tujuan pemberian insentif adalah untuk memenuhi kepentingan berbagai

pihak, yaitu:

Tujuan Pemberian Insentif

1. Bagi perusahaan:

a. Mempertahankan tenaga kerja yang terampil dan cakap agar

loyalitasnya tinggi terhadap perusahaan.

b. Mempertahankan dan meningkatkan moral kerja pegawai yang

ditunjukkan akan menurunnya tingkat perputaran tenaga kerja dan

absensi.

c. Meningkatkan produktivitas perusahaan yang berarti hasil produksi

bertambah untuk setiap unit per satuan waktu dan penjualan yang

meningkat.

2. Bagi pegawai:

a. Meningkatkan standar kehidupannya dengan diterimanya pembayaran

di luar gaji pokok.

b. Meningkatkan semangat kerja pegawai sehingga mendorong mereka

untuk berprestasi lebih baik.

Setiap orang apabila ditawarkan suatu ganjaran yang memberikan hasil yang

cukup menguntungkan bagi mereka, maka mereka dapat termotivasi untuk

memperolehnya. Alat motivasi yang kuat itu adalah dengan memberikan

“insentif”. Pemberian insentif terutama insentif material dimaksudkan agar

kebutuhan materi pegawai terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan materi itu

(6)

perusahaan sehingga output yang dihasilkan dapat meningkat daripada input dan

akhirnya kinerja pegawai dapat meningkat, jadi pemberian insentif merupakan

sarana motivasi yang dapat merangsang ataupun mendorong pegawai agar dalam

diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi peningkatan

kinerja.

2.1.3

Pedoman penyusunan rencana insentif oleh Dessler dalam bukunya yang

diterjemahkan oleh Dharma (2008) dapat juga dijadikan bahan acuan, antara lain

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Sistem Pelaksanaan Pemberian Insentif

1. Pastikan bahwa usaha dan imbalan langsung terkait. Insentif dapat

memotivasi pegawai jika mereka melihat adanya kaitan antara upaya yang

mereka lakukan dengan pendapatan yang disediakan, oleh karena itu

program insentif hendaklah menyediakan ganjaran kepada pegawai dalam

proporsi yang sesuai dengan peningkatan kinerja mereka. Pegawai harus

berpandangan bahwa mereka dapat melakukan tugas yang diperlukan

sehingga standar yang ditetapkan dapat tercapai.

2. Buatlah rencana yang dapat dipahami dan mudah di kalkulasi oleh pegawai.

Para

3. Tetapkanlah standar yang efektif. Standar yang mendasari pemberian

insentif ini sebaiknya efektif, di mana standar dipandang sebagai hal yang pegawai diharapkan dapat mudah menghitung pendapatan yang bakal

diterima dalam berbagai level upaya dengan melihat kaitan antara upaya

dengan pendapatan. Oleh karena itu program tersebut sebaiknya dapat

(7)

wajar oleh pegawai.

4. Jaminlah standar anda. Dewasa ini, para pegawai sering curiga bahwa upaya

yang melampaui standar akan mengakibatkan makin tingginya standar

untuk melindungi kepentingan jangka panjang, maka mereka tidak

berprestasi di atas standar sehingga mengakibatkan program insentif

gagal.

Standar sebaiknya ditetapkan cukup masuk akal,

sehingga dalam upaya mencapainya terdapat kesempatan berhasil 50-50 dan

tujuan yang akan dicapai hendaknya spesifik, artinya tujuan secara

terperinci dan dapat diukur karena hak ini dipandang lebih efektif.

5. Jaminlah suatu tarif pokok per jam

Oleh karena itu penting bagi pihak manajemen untuk memandang

standar sebagai suatu kontrak dengan pegawai anda begitu rencana itu

operasional.

Insentif yang diinginkan telah berjalan efektif, tetapi masih diperlukan lagi

beberapa kondisi yang akan menentukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pekerjaan-pekerjaan individu harus tidak begitu tergantung terhadap

pekerjaan lainnya.

2. Dasar yang kompetitif dan memadai terhadap gaji dan tunjangan-tunjangan

dasar pada puncak di mana insentif dapat menghasilkan pendapatan

variabel.

3. Dampak signifikan individu atau kelompok atas kinerja hasil-hasil yang

penting.

(8)

5. Standar produksi terhadap mana program insentif didasarkan haruslah

disusun dan dipelihara secara cermat.

6. Saat standar produksi selesai disusun, standar tersebut haruslah dikaitkan

terhadap tingkat gaji.

7. Rentang waktu yang masuk akal.

8. Komitmen manajemen terhadap program-program adalah vital bagi

kesuksesannya.

9. Iklim organisasional yang sehat dan positif di mana perjuangan terhadap

keunggulan individu dan kelompok didorong.

2.1.4

Beberapa cara perhitungan atau pertimbangan dasar penyusunan insentif

antara lain sebagai berikut:

Indikator-indikator Pemberian Insentif

1. Kinerja

Besarnya insentif yang diberikan tergantung pada banyak sedikitnya hasil

yang dicapai dalam waktu kerja pegawai. Cara ini dapat diterapkan apabila

hasil kerja diukur secara kuantitatif, memang dapat dikatakan bahwa cara ini

dapat mendorong pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif

dalam bekerja.

Pegawai yang dapat bekerja cepat dan berkembang tinggi sangat

diuntungkan. Sebaliknya sangat tidak favourable bagi pegawai yang

(9)

2. Lama Kerja

Besarnya insentif yang diberikan ditentukan atas dasar lamanya pegawai

melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Cara perhitungannya

dapat menggunakan per jam, per hari, per minggu ataupun per bulan. Cara

umum yang diterapkan apabila ada kesulitan dalam menerapkan pemberian

insentif berdasarkan kinerja.

Namun terdapat kelemahan dan kelebihan dengan cara ini, antara

lain sebagai berikut:

1) Kelemahan

a. Mengakibatkan mengendornya semangat kerja pegawai yang

sesungguhnya mampu berproduksi lebih dari rata-rata.

b. Tidak membedakan usia, pengalaman dan kemampuan pegawai.

c. Membutuhkan pengawasan yang ketat agar pegawai

sungguh-sungguh bekerja.

d. Kurang mengakui adanya kinerja pegawai.

2) Kelebihan

a. Dapat mencegah hal-hal yang tidak atau kurang diinginkan seperti:

pilih kasih, diskiminasi maupun kompetisi yang kurang sehat.

b. Menjamin kepastian penerimaan insentif secara periodik

c. Tidak memandang rendah pegawai yang cukup lanjut usia.

3) Senioritas

Pemberian insentif didasarkan pada masa kerja atau senioritas pegawai

(10)

menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi. Semakin senior seorang

pegawai semakin tinggi loyalitasnya pada organisasi.

Kelemahan cara ini adalah mereka yang senior belum tentu memiliki

kemampuan yang menonjol, sehingga mungkin sekali pegawai muda (junior) yang kemampuannya menonjol akan dipimpin oleh pegawai senior yang tidak

menonjol. Dengan demikian dapat timbul situasi di mana para pegawai junior

yang energik dan mampu keluar dari perusahaan/instansi.

1. Kebutuhan

Besarnya insentif yang diberikan pada pegawai didasarkan pada tingkat

urgensi kebutuhan hidup yang layak dari pegawai. Ini berarti insentif yang

diberikan adalah wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi

sebagian kebutuhan pokok, tidak berlebihan namun tidak berkekurangan.

Hal seperti ini memungkinkan pegawai untuk dapat bertahan dalam

perusahaan/instansi.

2. Keadilan dan Kelayakan

a. Keadilan

Besar insentif yang diberikan tidaklah harus sama rata tanpa pandang

bulu, tetapi harus terkait pada adanya hubungan antara pengorbanan

(input) dengan (output). Sehingga yang seharusnya dinilai adalah pengorbanan yang diperlukan oleh suatu jabatan. Input dari suatu

jabatan ditunjukkan oleh spesifikasi yang harus dipenuhi oleh orang

yang memangku jabatan tersebut. output yang diharapkan. Output ini

(11)

di mana di dalamnya terkandung rasa keadilan yang sangat diperhatikan

sekali oleh setiap pegawai penerima insentif tersebut.

b. Kelayakan

Besar insentif yang diberikan harus layak. Layak pengertiannya

membandingkan besarnya insentif dengan perusahaan lain yang

bergerak dalam bidang usaha sejenis. Apabila insentif di dalam

perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan

perusahaan lain, maka perusahaan/instansi mendapat kendala berupa

menurunnya kinerja pegawai yang dapat diketahui dari berbagai bentuk

akibat ketidakpuasan pegawai mengenai insentif tersebut.

Sumber Bagan: Rekayasa Berdasarkan Uraian

Gambar 2.1.

Skema Penyusunan Insentif Pegawai

Insentif

Keadilan dan Kelayakan Senioritas

Kebutuhan Lama Kerja

Kinerja

(12)

2.2. Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi adalah pemberi dorongan kepada seseorang (orang lain atau diri

sendiri) untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Oleh karena itu

sebagaimana dikatakan Robbins (2009:214), motivasi adalah proses yang

berperan pada inisitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah

pencapaian sasaran.

Ada yang mengatakan motivasi sebagai kekuatan yang kompleks,

mendorong keinginan, keadaan ketegangan, atau psikhologi internal lainnya yang

mekanisme mulai menjaga aktivitas maju untuk mencapai sasaran personil. Terry

dalam Hasibuan (2006:184), motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri

seseorang individu dan merangsangnya untuk melakukan tindakan.

Mulyasa (2003:112), motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang

menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik

akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Contoh seorang

siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi. Namun

pendapat yang lebih khusus disebutkan oleh David (2003) dan rekannya yang

mengatakan bahwa, motivasi terdiri atas tiga need (kebutuhan), yaitu : need of achievement (kebutuhan akan prestasi) disingkat n Ach, need of power

(kebutuhan akan kekuasaan, kemampuan /kekuatan) disingkat n Pow, dan need of affiliation (kerjasama, gabungan/hubungan) disingkat n Aff.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi adalah suatu pendorong

(13)

diri maupun dari luar diri sendiri yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagaimana

dikatakan Sardiman (2006:83), yaitu:

1. Tekun menghadapi tugas

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

4. Lebih senang bekerja mandiri

5. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin

6. Dapat mempertahankan pendapatnya

7. Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Kerja dapat diartikan dengan perbuatan dalam melakukan sesuatu. Kerja

adalah melaksanakan sesuatu menurut semestinya. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2002:428) disebut bahwa kerja adalah :kegiatan melakukan sesuatu.

Atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Mencermati pengertian

motivasi dengan kerja di atas, dapat diketahui bahwa motivasi kerja adalah

sesuatu yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu baik yang

datangnya dari diri sendiri maupun dari luar diri sendiri.

2.3. Penelitian Terdahulu

Sinara (2011), Penelitian dengan judul “Pengaruh Insentif Terhadap

Motivasi Kerja” yang dilakukan terhadap karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi

Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel insentif materiil dan insentif non materiil terhadap motivasi

(14)

Jaringan Malang menerapkan insentif materiil dan insentif non materiil sebagai

salah satu tambahan balas jasa kepada karyawan untuk meningkatkan motivasi

kerja karyawan. Latar belakang dari penelitian ini adalah bagaimana karyawan

dapat mempunyai motivasi kerja yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan

dengan adanya pemberian insentif. Motivasi kerja karyawan sangat penting,

karena dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka karyawan akan dapat

memacu dirinya untuk berusaha meningkatkan prestasi kerja yang pada akhirnya

nanti berdampak pada peningkatan produktivitas perusahaan.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui gambaran dan signifikansi

pengaruh insentif materiil dan insentif non materiil terhadap motivasi kerja

karyawan. Teori yang dikemukakan meliputi pengertian insentif, tujuan insentif,

jenis-jenis insentif, pedoman pemberian insentif yang efektif, pengertian motivasi

kerja, teori motivasi, jenis-jenis motivasi, proses motivasi, hambatan motivasi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja serta teori yang menjelaskan

tentang pengaruh insentif terhadap motivasi kerja. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode explanatory, dengan menggunakan kuisioner sebagai

alat pengumpul data yang disebarkan kepada 49 karyawan tetap PT. PLN

(Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang sebagai

sampel.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

berganda yang dibantu dengan komputer program SPSS 13.00 for Windows. Dari

hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil bahwa variabel

(15)

berarti bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah pemberian insentif materiil

maka motivasi kerja karyawan juga semakin meningkat. Variabel insentif non

materiil memiliki pengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan yang berarti

bahwa dengan meningkatnya insentif non materiil yang diterima oleh karyawan

maka motivasi kerja juga akan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari koefisien

regresinya, untuk variabel insentif materiil mempunyai koefisien regresi sebesar

0,530. Sedangkan koefisien regresi untuk variabel insentif non materiil sebesar

0,327.

Hasil pengolahan data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa variabel

insentif materiil dan insentif non materiil secara bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Hal ini dapat dilihat

dari nilai Fhitumg sebesar 41,992 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,2317. Saran

yang diajukan untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan dalam penelitian ini

adalah menerapkan pemberian kedua jenis insentif tersebut secara konsisten

mengingat insentif materiil dan insentif non materiil mempunyai pengaruh positif

terhadap motivasi kerja karyawan dan segala bentuk perhatian yang telah

diberikan kepada karyawan dalam bentuk insentif materiil maupun insentif non

materiil hendaknya dilakukan secara berkelanjutan dan terukur sesuai dengan

prestasi kerja karyawan agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal.

2.4. Kerangka Konseptual

Insentif merupakan suatu istilah untuk menyebutkan tambahan pengahsilan

atau penghasilan yang diberikanb di luar gaji tetap, dan didalam Kamus Besar

(16)

uang, barang dan sebagainya yang diberikan untuk memperbesar atau menambah

gairah kerja.

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu dan

merangsangnya untuk melakukan tindakan. Mulyasa (2003:112), motivasi adalah

tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah

suatu tujuan tertentu.

Insentif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat yang dapat

menjelaskan suatu permasalahan karena peningkatan motivasi kerja tidak

selamanya dipengaruhi dalam suatu hubungan pekerjaan, namun motivasi dalam

diri seseorang dapat memperoleh insentif yang ditawarkan dalam suatu

perusahaan. Dengan kata lain motivasi kerja dipengaruhi oleh gaji atau upah yang

baik, pekerjaan yang aman, suasana kerja yang kondusif, penghargaan terhadap

pekerjaan yang dilakukan, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan dan

perintah yang wajar, organisasi atau tempat kerja yang dihargai masyarakat atau

dengan mengupayakan insentif yang besarannya proporsional dan juga bersifat

progresif.

Dengan demikian, peneliti akan membuktikan bahwa insentif yang

diberikan kepada pegawai Usaha Dagang Rapiko Garments Medan, memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja. Adapun kerangka

konseptualnya dapat dilihat gambari berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Motivasi Kerja

(Y) Insentif

(17)

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2005:51). Berdasarkan perumusan masalah di atas penulis

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Read Only Memory (ROM) adalah suatu himpunan dari chip yang berisi bagian dari sistem operasi yang mana dibutuhkan pada saat komputer dinyalakan.. ROM juga

Batako adalah campuran antara semen, agregat, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan. Batako yang dihasilkan oleh industri kecil pada umumnya adalah batako padat.

Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tingkat kemajuan daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional Tingkat kemajuan daerah akan tinggi.

Hasil wawancara dengan Ibu Mas‟ulah, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Kauman Tulungagung, (wawancara pada 17 Januari 2018).. mendengarkan penjelasan dari presentator

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur pemerintah yang ada di Kantor Badan Kepegawaian Kota

Berikut ini akan diberikan contoh berbagai bahan kimia yang dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kita tidak tahu atau tidak menyadari

 Neurologi (Ilmu kedokteran syaraf)  Optalmologi (Ilmu kedokteran mata)  Ontology (Ilmu kedokteran yang. berkaitan dengan kesehatan

the Moroccan regime is very strong, and the support for the people move- ment is nearlyabsent.In short, the King’s popularity and the “absence” of support from