• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arahan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019 - DOCRPIJM 2ca3b35c1b BAB IIIBAB 3 ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAH PENATAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arahan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019 - DOCRPIJM 2ca3b35c1b BAB IIIBAB 3 ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAH PENATAAN"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG CIPTAKARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.1.Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. Arahan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

(2)

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

(3)

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melaui pembinaan dan pengawasan khususnya BGN, penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan banunan hijau, dan menciptakan building codes.

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

A. Arah Kebijakan dan Strategi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya

(Tahun 2015-2019)

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

(4)

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

(5)

Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang dibeikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Tabel 3.1.

Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pendekatan Strategi Pelaksanaan

Membangun Sistem 1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/ perbatasan/pulau terluar)

3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan Fasilitasi Pemda 1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda

Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan.

Pemberdayaan 1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui

Masyarakat kegiatan Pamsimas, Snaimas, dan P2KP.

2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Sumber : Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR Tahun 2015-2019

(6)

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Gambar 3.1.

(7)

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Tabel 3.2. Daftar 35 WPS

Kelompok WPS WPS

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-

Api;

Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru;

Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang;

Malang-Surabaya Bangkalan;

Yogyakarta-Solo-Semarang;

Balikpapan-Samarinda-Maloy;

Manado-Bitung-Amurang;

Makassar-Pare Pare- Mamuju

WPS Pertumbuhan Terpadu Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Seram

Kemaritiman

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Bintan-Karimun;

Kemaritiman Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang)

WPS Konektivitas Keseimbangan Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi;

Pertumbuhan Terpadu Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi

WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sibolga-Padang-Bengkulu;

Berkembang Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang;

Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya;

Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas;

Gorontalo- Bolaang Mongondow;

Palu-Banggai; Sorong-Manokwari;

Manokwari-Bintuni

WPS Konektivitas dan Pusat Denpasar-Padang Bay

Pertumbuhan Wisata

WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sabang-Banda Aceh-Langsa

Berkembang dan Hinterland WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterland dan Perbatasan

(8)

Kelompok WPS WPS

WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Hinterland

WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata

Labuan Bajo – Ende

WPS Pertumbuhan Wisata dan Hinterland

Pulau Sumbawa

WPS Perbatasan Temajuk – Sebatik

WPS Aksesibilitas Baru Nabire – Enarotali – (Ilaga-Timika) – Wamena WPS Pulau Kecil Terluar Pulau-Pulau Kecil Terluar (tersebar)

Sumber : Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR Tahun 2015-2019

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

(9)

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014.

(10)

15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi GAP pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

• Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

• Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;

• Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;

• Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

• Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;

• Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;

• Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;

(11)

• Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan perbatasan

Gambar 3.2.

Strategi Gerakan 100-0-100

3.1.2.Arahan Penataan Ruang

A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Semarang

Tujuan penataan ruang menurut RTRW Kota Semarang (2010-2030) yaitu mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional yang mempertimbangkan keserasian fungsi pelayanan regional dan lokal. Dalam rangka

perwujudan tujuan penataan ruang Kota Semarang tersebut, maka tujuan tersebut perlu diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi. Kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas:

 Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang

B. Rencana Struktur Ruang Kota Semarang

1. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

(12)

Struktur hirarki kawasan di Kota Semarang dibedakan menjadi 2 kelompok utama, yaitu ; hirarki pusat pelayanan primer (yang terkait fungsi Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah) dan hirarki pusat pelayanan sekunder (fungsi internal perkotaan).

a. Pusat Pelayanan Primer

Kawasan/ kegiatan dalam konteks ini sebenarnya merupakan turunan given dari pemerintah pusat dan provinsi yang ditetapkan melalui RTRW Nasional dan RTRW Provinsi. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya diperuntukkan bagi Kota Semarang saja, tetapi dapat dimanfaatkan oleh penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Jenis kegiatan yang mencerminkan Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah, adalah :

Simpul transportasi

Jenis kegiatan simpul transportasi yang ditetapkan sebagai pusat pelayanan regional dan nasional adalah : bandar udara, pelabuhan laut, terminal angkutan jalan raya, stasiun kereta api. Keberadaan simpul transportasi akan sangat mempengaruhi peranan Kota Semarang sebagai salah satu Kota yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) oleh Rencana Tata Ruang Wilayah nasional (RTRWN). Keberadaan fasilitas transportasi ini harus dukungan kebijakan pengembangan yang spesifik, seperti; Penerapan KKOP (kawasan keselamatan operasi penerbangan) untuk bandara, kawasan pengembangan pelabuhan laut, serta penerapan sistem terminal terpadu untuk pergerakan darat, laut dan udara.

Pendidikan

Pendidikan yang dikembangkan dalam hirarki ini adalah pendidikan tinggi dan pendidikan khusus. Jenis pendidikan tinggi dikembangkan di Kawasan Pendidikan Tembalang, Sekaran, Pedurungan. Sedangkan pendidikan khusus (Akademi Kepolisian) dikembangkan Kecamatan Gajahmungkur.

Olah Raga

Kawasan olah raga dan rekreasi yang memiliki skala pelayanan regional dan nasional adalah GOR Jatidiri yang berlokasi di Kecamatan Gajahmungkur  Perkantoran

(13)

Budaya

(14)

Tabel 3.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang di Kota Semarang

POKOK –POKOK PENGEMBANGAN KEBIJAKAN STRATEGI

Pengembangan fungsi regional dan nasional

Peningkatan peranan Kota Semarang

sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah

melalui peningkatan fasilitas transportasi

Darat, Laut dan Udara

Meningkatkan peranan terminal angkutan jalan raya dan Kereta api dalam melayani pergerakan manusia dan barang. Pengembangan lokasi terminal angkutan umum jalan raya dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi pergerakan regional yang terjadi di Kota Semarang.

Meningkatkan peranan Pelabuhan Laut sebagai pintu gerbang pergerakan manusia dan barang dalam rangka peningkatan hubungan antara Kota Semarang (dan Jawa Tengah pada umumnya) dengan kota dan provinsi lain.

Meningkatkan akses perjalanan Udara ditingkat nasional dan internasional melalui pembangunan Bandar Udara baru dilokasi yang lebih memungkinkan terwujudnya

pengembangan Bandara Pembukaan potensi investasi perdagangan,

jasa, dan industri melalui penyediaan kawasan strategis pada koridor Jalan Siliwangi- Kawasan Pusat Kota- Jalan Kaligawe dan Jalan Majapahit

Mengembangkan kawasan PETAWANGI (Peterongan-Tawang-Siliwangi) sebagai CBD kota semarang.

Mewujudkan kawasan industri (industrial estate) yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana kegiatan industri yang memadai

Pengembangan fungsi jasa perhotelan dan convention centre sebagai pendukung tumbuhnya kegiatan ekonomi skala regional, nasional dan internasional di kawasan atas dengan dukungan alam yang hijau dan nyaman

Mengembangkan kawasan Bendan Duwur sebagai kawasan jasa perhotelan dan convention centre.

Mengembangkan kawasan hutan kota di kawasan Bendan Duwur

Pengembangan kawasan metropolitan Semarang

Penciptaan kondisi ruang kota yang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi sebagai simpul perkembangan nasional dan regional, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing global

Meningkatkan dan pemantapan peran Kawasan Simpanglima sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional dan nasional.

(15)

POKOK –POKOK PENGEMBANGAN KEBIJAKAN STRATEGI

Pengembangan ruang kota yang memacu perkembangan potensi pusat perkembangan regional segitiga Semarang, Solo dan

Jogyakarta (JOGLOSEMAR)

Koordinasi pembentukan ikon kota bersama antar daerah yang termasuk dalam kawasan segitiga JOGLOSEMAR

Meningkatkan kerja sama sektor pariwisata antar daerah yang termasuk dalam kawasan segitiga JOGLOSEMAR

Meningkatkan keterhubungan antara kawasan segitiga JOGLOSEMAR dengan pengembangan moda transportasi yang representatif.

Perwujudan kondisi ruang kota yang mampu mendorong keterikatan dan pengembangan timbal balik dengan kawasan

metropolitannya (KEDUNGSAPUR)

Pengembangan sistem transportasi intermoda yang menghubungkan Kota Semarang dengan daerah sekitarnya Pengembangan kerja sama peyediaan prasarana dan utilitas yang terpadu dengan daerah sekitarnya

Pengembangan struktur pelayanan kegiatan Kota Semarang

Pemantapan pelayanan fungsi primer Pengembangan perdagangan dan jasa di kawasan PETAWANGI.

Peningkatan pengelolaan dan pengembangan kawasan pendidikan di Tembalang dan Sekaran.

Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana transportasi (pelabuhan laut Tanjung Mas dan terminal bis Mangkang, Banyumanik dan Terboyo),

Pengembangan dan peningkatan fasilitas Olah raga (GOR Jatidiri).

Peningkatan kualitas kawasan perkantoran (perkantoran pemerintah provinsi di Jalan Pahlawan dan Jalan Madukoro). Pemantapan peran kawasan budaya (kawasan PRPP dan Masjid Agung Jawa Tengah), dan industri di BWK IV dan BWK X.

Pengembangan kawasan jasa pemasaran agro di kawasan BWK V

Pengembangan pelayanan sekunder Pengembangan simpul-simpul pusat BWK sebagai pusat perdagangan-jasa skala BWK

(16)

POKOK –POKOK PENGEMBANGAN KEBIJAKAN STRATEGI

perbelanjaan/niaga, dan transportasi. Pengembangan pelayanan perbatasan Kecamatan Genuk;

- Pengembangan fungsi pelayanan transportasi Kecamatan Semarang Timur

- Pengembangan fungsi pelayanan perdagangan-jasa - Pengembangan fungsi pelayanan transportasi Kecamatan Banyumanik

- Pengembangan fungsi pelayanan perdagangan-jasa - Pengembangan fungsi pelayanan transportasi Kecamatan Ngaliyan & Tugu (Mangkang)

(17)

Tabel 3.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang di Kota Semarang

POKOK –POKOK PENGEMBANGAN KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan pengelolaan kawasan lindung

Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi

Melakukan penghijauan kawasan-kawasan yang memiliki kelerengan >40%

Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih fungsi

Pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi

Melestarikan bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah;

Melestarikan karakter perumahan lama yang mendukung kawasan cagar budaya

Peningkatan penyediaan dan kualitas RTH Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain

Mengembalikan fungsi RTH yang telah beralih fungsi secara bertahap

Pengembangan kawasan RTH di kawasan pusat kota Peningkatan pengelolaan kawasan

budidaya

Pengendalian alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan rencana tata ruang

Menyusun peraturan zonasi kawasan yang sedang berkembang maupun yang baru berkembang

Meningkatkan sistem pengendalian pemanfaatan ruang melalui penggunaan sistem informasi geografis

Perwujudan pemanfaatan ruang yang effiien dan kompak

Mengembangkan kawasan perumahan secara vertikal lengkap dengan sarana dan prasarana lingkungannya di BWK I, II, dan III

Mengendalikan perkembangan perumahan, perdagangan dan jasa di kawasan bagian atas Kota Semarang

Menetapkan KDB rendah dan KDH tinggi di kawasan Kota Semarang bagian atas

Peningkatan pengelolaan kawasan pesisir Reklamasi Pantai (Pengembangan Waterfront City Pantai) Mengembangkan kolam tampung air (retarding basin) Mengembangkan Hutan Bakau.

(18)

POKOK –POKOK PENGEMBANGAN KEBIJAKAN STRATEGI

industri dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan perkotaan

Membatasi pertumbuhan dan pengembangan kegiatan industri padat karya di kawasan industri Genuk dan Tugu dan mengarahkan jenis industri yang mengandalkan SDM terdidik dan ramah lingkungan.

(19)

b. Pusat Pelayanan Sekunder

Hirarki internal Kota semarang direncanakan berisi tentang kegiatan komersial (perdagangan dan jasa) dan fasilitas umum yang menjadi pusat pelayanan bagi Kota Semarang dan Sekitarnya, sampai dengan pusat pelayanan lingkungan. Hirarki internal di Kota Semarang dalam RTRW 2010-2030 di rencanakan terdiri dari :

Kawasan Pusat Pelayanan Kota

Kawasan ini direncanakan sebagai pusat utama kota dengan skala pelayanan regional. Kawasan ini direncanakan sebagai pusat perdagangan-jasa dan fasilitas umum modern dengan dukungan permukiman perkotaan. Permukiman perkotaan yang dimaksud adalah ; Rumah Deret, Townhouse, Rumah Susun Rendah, Rumah Susun Sedang, dan Rumah Susun Tinggi1. Kawasan yang direncanakan memiliki hirarki pelayanan I adalah kawasan segitiga PETAWANGI (Peterongan, Tawang, Siliwangi)

Kawasan Sub Pusat Pelayanan Kota Perbatasan

Kawasan ini direncanakan di daerah perbatasan Kota Semarang dengan daerah sekitarnya. Kegiatan komersial yang dikawasan ini selain akan melayani bagian wilayah kota (BWK) Semarang (pelayanan distrik), diharapkan juga melayani kawasan perbatasan diluar Kota Semarang. Kawasan yang direncanakan memiliki hirarki pelayanan II adalah kawasan pusat pelayanan Pedurungan, Banyumanik, Ngaliyan (BSB), dan Mangkang.

Kawasan Sub Pusat Pelayana BWK

Kawasan ini direncanakan hanya akan melayani bagian wilayah kota (BWK) Semarang (pelayanan distrik). Kawasan yang direncanakan memiliki hirarki pelayanan III adalah kawasan pusat pelayanan Tembalang, Gunungpati, dan Mijen.

1

Rumah Deret : Bangunan berada di bawah satu atap yang sama untuk beberapa unit hunian. Umumnya memiliki halaman hanya di bagian depan bangunan. Umumnya hanya memiliki 1 lantai Townhouse : Bangunan gandeng yang hanya dipisahkan oleh dinding. Tiap-tiap unit hunian memiliki atap

(20)

c. Pusat Pelayanan Tersier

Kawasan ini direncanakan hanya akan melayani unit lingkungan/ blok. Jenis kegiatan yang direncanakan di kawasan ini harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat pada blok yang bersangkutan.

2. Rencana Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK)

Mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi pelaksanaan pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka pembagian BWK di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas administratif. Untuk itu, dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun 2010-2030 pembagian BWK ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.5.

Pembagian BWK di Kota Semarang

BWK WILAYAH

BWK I  Kecamatan Semarang Tengah  Kecamatan Semarang Timur  Kecamatan Semarang Selatan BWK II  Kecamatan Gajahmungkur

 Kecamatan Candisari BWK III  Kecamatan Semarang Barat

 Kecamatan Semarang Utara BWK IV  Kecamatan Genuk

BWK V  Kecamatan Gayamsari  Kecamatan Pedurungan BWK VI  Kecamatan Tembalang BWK VII  Kecamatan Banyumanik BWK VIII  Kecamatan Gunungpati BWK IX  Kecamatan Mijen BWK X  Kecamatan Ngaliyan

 Kecamatan Tugu

Sumber : RTRW Kota Semarang Tahun 2010-2030

Arahan pengembangan BWK di Kota Semarang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :

1) Setiap BWK memiliki pusat pelayanan yang berada pada pusat-pusat aktivitas, skenario skala pelayanan masing-masing BWK ini ditetapkan sebagai berikut :  BWK I, BWK II, dan BWK III merupakan satu kesatuan kawasan pusat

Kota Semarang yang memiliki hirarki pelayanan kegiatan lebih tinggi di bandingkan BWK lainnya

 BWK lain yang berfungsi sebagai sub pusat dengan lokasi penyebaran di

(21)

2) Hubungan antara BWK pusat kota dan BWK sub pusat dihubungkan oleh jalan konsentris, sedangkan antar BWK sub pusat dihubungkan oleh jalan radial yang sekurang-kurang memiliki hirarki kolektor sekunder.

 Setiap BWK memiliki fungsi pelayanan primer dan fungsi pelayanan

(22)

Tabel 3.6. Rencana Pengembangan Fungsi Primer dan Sekunder di Masing-Masing BWK Kota Semarang

NO PELAYANAN PRIMER PELAYANAN SEKUNDER KETERANGAN

NASIONAL REGIONAL PERBATASAN KOTA BWK

I  Perdagangan

 Fungsi perdagangan & jasa di BWK I merupakan pengejawantahan Central Bussines

District (CBD) Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Sehingga kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan ini direncanakan memiliki skala pelayanan regional-nasional.

 Pusat pemerintahan skala pelayanan regional-nasional dikawasan ini tetap dipertahankan di Jl. Pahlawan

 Fungsi pemerintahan skala pelayanan kota yang dipertahankan di BWK I adalah balai kota. Kawasan balai kota ini akan diisi oleh kantor walikota, DPRD dan institusi-institusi tertentu pendukung utama aktivitas walikota.

II  Pendidikan khusus

 Pendidikan  Perdagangan

& Jasa

 Pendidikan khusus yang ada di BWK yang memiliki pelayanan regional-nasional adalah Akademi Kepolisian.

 Fungsi kawasan pendidikan perguruan tinggi swasta yang berada di Bendan sebagian masih dipertahankan, hanya saja pelayanan diturunkan untuk skala pelayanan kota.

 Pelabuhan laut diharapkan akan terus berkembang sebagai pintu gerbang dan pendorong perkembangan semarang.

 Bandara A Yani diharapkan akan hanya berfungsi sebagai bandara militer, fungsi pelayanan sipil diarahkan keluar wilayah Kota Semarang.  Kegiatan budaya yang dikembangkan di BWK III adalah PRPP

 Kawasan perdagangan dan jasa yang ada dikoridor Jl. Siliwangi direncanakan memiliki skala pelayanan kota.

IV  Industri  Perdagangan &

 Industri di BWK IV secara umum masih dipertahankan, hanya saja intensitas jenis industri yang bersifat padat karya dikurangi, dan diganti dengan industri yang lebih mengedepankan teknologi.

 Perdagangan & Jasa di BWK IV diarahkan untuk bisa melayani penduduk Kecamatan Sayung & Karangtengah (Kab. Demak)

V  Transportasi

 Pendidikan  Budaya

 Perdagangan & Jasa

 Pemerintahan Semua fungsi dengan pelayanan lingkungan hingga kecamatan/ distrik terdapat terdapat

 Kegiatan budaya yang dikembangkan di BWKV adalah Masjid Agung Jawa Tengah

(23)

NO PELAYANAN PRIMER PELAYANAN SEKUNDER KETERANGAN

NASIONAL REGIONAL PERBATASAN KOTA BWK

di BWK V  Perdagangan & Jasa di BWK V diarahkan untuk bisa melayani penduduk Kecamatan Mranggen & Karangawen (Kab. Demak)

VI Pendidikan Perdagagangan &

Jasa

 Kesehatan Semua fungsi dengan

pelayanan lingkungan hingga kecamatan/ distrik terdapat terdapat di BWK VI

 Pendidikan skala regional-nasional diarahkan di kawasan pendidikan Tembalang

 Fasilitas kesehatan pelayanan kota di kawasan ini berupa RSU.

VII Militer  Perdagangan &

Jasa

 Kegiatan perdagangan yang dikembangkan di BWK VII diharapkan mampu melayani penduduk Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Ungaran & Bergas (Kabupaten Semarang)

 Fasilitas kesehatan pelayanan perbatasan di kawasan ini berupa RSU.

VIII Pendidikan Pertanian

perkotaan

 Pendidikan skala regional-nasional diarahkan dikawasan pendidikan Sekaran.

 Wilayah Kecamatan Gunungpati diarahkan untuk menjadi kawasan pertanian modern dengan produk-produk konsumsi masyarakat Kota, seperti : buah-buahan, bunga, dsb.

IX Perdagangan &

Kegiatan perdagangan dan jasa di Wilayah Mijen direncanakan melayani penduduk Kecamatan Mijen dan sebagai wilayah Kecamatan Boja (Kab. Kendal)

 Industri di BWK X secara umum masih dipertahankan, hanya saja luas & intensitas jenis industri yang bersifat padat karya dikurangi, dan diganti dengan industri yang lebih mengedepankan teknologi.

Perdagangan & Jasa di BWK X (Mangkang) diarahkan untuk bisa melayani penduduk Kecamatan Kaliwungu (Kab. Kendal)

(24)
(25)
(26)

3.1.3.Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Semarang adalah:

1. Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

a. Kawasan Cepat Berkembang

Kawasan strategsi cepat berkembang di Kota Semarang adalah; Kawasan PETA WANGI (Peterongan – Tawang - Siliwangi). Kawasan segitiga ini merupakan kawasan pusat kota yang memiliki kekuatan pengembangan yang sangat besar. Potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan perdagangan dan jasa.

b. Kawasan Perlu Penanganan Khusus

Kawasan perlu penanganan khusus adalah; kawasan yang memerlukan dukungan kegiatan dan penataan lingkungan agar kegiatan yang berkembang di kawasan ini dapat menunjang satu sama lainnya. Kawasan yang direncakan sebagai kawasan stretegis perlu penanganan khusus adalah ; Kawasan Pelabuhan Tanjung Mas. Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota Semarang. Namun demikian lingkungan yang ada disekitar kawasan pelabuhan perkembangan kurang tertata dan kurang mendukung keberadaan fungsi pelabuhan laut.

c. Kawasan Perlu Penataan Lingkungan

Kawasan yang perlu mendapatkan penataan lingkungan (environment) adalah Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang. Di kawasan ini akan dikembangkan Waduk Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Selain fungsi hidrologi kawasan Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang juga akan dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya. Adanya percampuran fungsi konservatif dan budidaya ini menyebabkan kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang perlu di kelola dengan baik agar fungsi budidaya tidak sampai menganggu fungsi konservatif.

d. Kawasan Perlu Kerja Sama Dengan Daerah Sekitarnya

(27)

1) Kawasan Genuk - Sayung  Pengembangan industri

 Transportasi (Pengelolaan pelajon/ commuter)  Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya  Penanganan rob dan banjir

2) Kawasan Pedurungan - Mranggen  Pengembangan industri

 Transportasi (Pengelolaan pelajon/ commuter)  Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya

3) Kawasan Mangkang – Kaliwungu  Pengembangan industri

 Transportasi (Pengelolaan pelajon/ commuter)  Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya  Penanganan rob dan banjir

4) Kawasan Banyumanik – Ungaran

 Perkembangan kawasan perdagangan & jasa  Penyediaan fasilitas transportasi (terminal)

 Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya

5) Kawasan DAS Kaligarang

 Perkembangan kawasan terbangun di hulu DAS Kaligarang

 Pola kerja sama pengelolaan kawasan DAS Kaligarang dalam tataran Pemerintah

Kabupaten/ Kota.

2. Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya

Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama. Kawasan bersejarah Kota Lama merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

3. Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam Atau Teknologi Tinggi

(28)

4. Kawasan Strategis Bidang Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang. Pembangunan Bendungan/ Waduk Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan/waduk ini direncanakan berlokasi di Kecamatan Mijen dan Gunungpati. Selain fungsi hidrologi kawasan Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang juga akan dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya.

3.1.4.Arah Rencana Pembangunan Daerah

(29)
(30)

A. Visi, Misi RPJP Kota Semarang Tahun 2005–2025

Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun 2005-2025 adalah :

“ Semarang Kota Metropolitan yang religius, tertib dan berbudaya“

Kota Metropolitan, mengandung arti bahwa Kota Semarang mempunyai sarana prasarana

yang dapat melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan hinterland-nya dengan aktivitas ekonomi utama berupa perdagangan, jasa, dan industri serta didukung sektor ekonomi lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Metropolitan juga mengandung makna dapat menjamin kehidupan masyarakatnya yang aman, tentram, lancar, asri, sehat dan berkelanjutan.

Religius, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Semarang meyakini kebenaran ajaran

dan nilai-nilai agama/kepercayaan serta mengamalkannya dalam wujud keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjunjung tinggi toleransi dan kepedulian

dalam menjalankan kehidupannya.

Tertib mempunyai arti bahwa setiap masyarakat secara sadar menggunakan hak dan

menjalankan kewajibannya dengan sebaikbaiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur dan pasti, senantiasa berpedoman pada sistem ketentuan perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya sikap disiplin, teratur, menghargai waktu sebagai ciri perilaku hidup masyarakat yang maju.

Berbudaya mempunyai arti bahwa setiap perilaku kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal, norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta diyakini sebagai nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial sebagai identitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

Dalam mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui 5 misi pembangunan daerah sebagai berikut :

(31)

disertai toleransi yang tinggi dengan tetap memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.

2) Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan politik yang demokratis dan bertanggung jawab, adalah penyelenggaraan pemerintah yang diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia.

3) Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional.

4) Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras, serasi, seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5) Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada penanggulangan kemiskinan, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak serta mitigasi bencana.

3.1.4.1. Strategi dan Arah PembangunanRPJP Kota Semarang Tahun 2005–2025

Beberapa strategi dalam RPJP Kota Semarang Tahun 2005–2025 yaitu: 1. Strategi Peningkatan Kualitas SDM

Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manusia serta memberi ruang cukup bagi tumbuhnya partisipasi masyarakat pada berbagai bidang pembangunan, yang bertujuan memberdayakan SDM sesuai peran dan fungsi pada kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah. Selain itu strategi pembangunan ini juga mencakup upaya peningkatan kualias SDM aparatur dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

(32)

Strategi ini bertujuan mengurangi kesenjangan dan menjaga keseimbangan pertumbuhan pembangunan di semua wilayah agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.

3. Strategi Percepatan

Strategi ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan dan mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

4. Strategi Pemberdayaan

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat, swasta maupun dunia usaha dalam pembangunan.

5. Strategi Kesinambungan

Strategi ini bertujuan untuk mewujudkan serangkaian kegiatan pembangunan yang berkelanjutan, dengan jalan mengantisipasi segala gejala dan dampak perkembangan pembangunan yang terkoordinasi, tersinkronisasi serta terintegrasi dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang dimiliki.

6. Strategi Keserasian

Strategi ini bertujuan agar terjadi keharmonisan hubungan berbagai elemen masyarakat didalam pelaksanaan pembangunan. Keserasian juga dimaksudkan dalam pola hubungan kerja antara unit atau lembaga pemerintah dan antar wilayah pembangunan, sehingga dapat dikembangkan kerjasama internal/lembaga, serta kerjasama eksternal lintas daerah baik antar pemerintah maupun antar pelaku pembangunan dalam membangun kota dengan berbagai bentuk kerjasama.

Sedangkan untuk arah pembangunan jangka panjang daerah Kota Semarang Tahun 2005-2025 selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan sumberdaya manusia Kota Semarang yang berkualitas, diarahkan pada : a) Pengendalian laju pertumbuhan melalui pengendalian angka kelahiran pemerataan

persebaran penduduk dan pengaturan arus urbanisasi serta mewujudkan keluarga sejahtera;

b) Perluasan lapangan kerja, peningkatan kualitas tenaga kerja, kesejahteraan dan perlindungan serta kemandirian tenaga kerja yang berwawasan wirausaha (enterpreneur) sehingga mampu bersaing di era global;

(33)

upaya pemenuhan standar pendidikan dan pencapaian sekolah standar nasional dan atau bertaraf internasional;

d) Peningkatan pelayan, aksesibilitas, dan sarana prasarana perpustakaan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi dan budaya baca masyarakat;

e) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan, pengembangan jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama keluarga miskin, peningkatan kualitas dan kuantitas pendayagunaan tenaga kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat; Pemerataan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan;

f) Peningkatan sikap dan perilaku pemuda yang beriman, mandiri, inovatif, kreatif, berwawasan kebangsaan dan cinta tanah air sehingga mampu berpartisipasi pemuda dalam pembangunan;

g) Peningkatan pembudayaan olahraga masyarakat menuju masyarakat sehat dan olah raga prestasi yang didukung oleh sarana prasarana olahraga yang memadahi;

h) Peningkatan kesadaran akan pelestarian, penghayatan dan kebanggan nilai-nilai budaya tradisional, benda dan bangunan bersejarah serta cagar budaya sebagai jati diri dan identitas masyarakat;

i) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ajaran agama/kepercayaan, meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama/kepercayaan dengan mengembangkan dan menciptakan harmonisasi antar dan inter kelompok umat beragama yang penuh toleransi dan tenggang rasa serta fasilitasi pengembangan sarana prasarana peribadatan;

j) Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dalam menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan keunggulan kompetitif daerah.

2. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan politik yang demokratis, dan bertanggung jawab, diarahkan pada :

(34)

b) Peningkatan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan prinsip good governance guna memperkuat pelaksanaan otonomi daerah yang di dukung oleh penerapan e-government dan pengembangan kerjasama antar wilayah baik regional, nasional maupun internasional;

c) Peningkatan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumbersumber pendapatan yang potensial serta dikelola dengan mengembangkan prinsip-prinsip akuntabel, transparan, ekonomis, efisien dan efektif guna mewujudkan kemandirian pembangunan daerah;

d) Peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, beretika dan bertanggungjawab serta anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

e) Pengembangan pelayanan pemerintahan yang semakin baik, dengan menerapkan sistem informasi manajemen daerah yang didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang handal untuk mewujudkan pelayanan prima;

f) Penciptaan lingkungan yang aman dan tertib serta antisipatif terhadap munculnya kerawanan-kerawanan sosial, politik dan ekonomi;

g) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat dalam rangka membentuk budaya hukum dan penghargaan terhadap hak asasi manusia (HAM) serta memperkuat perwujudan sistem hukum nasional, mendorong partisipasi masyarakat dalam penegakkan dan ketaatan terhadap hukum;

h) Peningkatan peran dan fungsi komunikasi yang mendorong terwujudnya masyarakat yang responsif terhadap informasi yang didukung oleh keterbukaan informasi publik yang bertangunggung jawab

3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, diarahkan pada :

a) Pengembangan sektor-sektor ekonomi daerah yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan berdaya saing global;

b) Pengembangan kualitas produk-produk perindustrian secara kreatif dan inovatif sehingga mampu bersaing dengan pasar global;

c) Pengembangan koperasi dan UMKM dalam rangka membangun ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada kesejahteraan anggota serta mampu memberikan nilai lebih serta pengembangan lembaga keuangan daerah untuk memberikan alternatif pendanaan pada pelaku ekonomi;

(35)

e) Pengembangan produk-produk pertanian yang mempunyai nilai tinggi dan berorientasi pada ketersediaan bahan pangan, kelestarian sumberdaya lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

f) Pengembangan produk-produk perikanan yang mempunyai nilai ekonomis dan berorientasi pada ketersediaan bahan pangan, kelestarian sumberdaya lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

g) Pengendalian eksploitasi dan eksplorasi pemanfaatan komoditas pertambangan; h) Pengembangan pasar tradisional yang maju, mampu memberikan ruang usaha dan

lapangan kerja bagi masyarakat dan mampu bersaing dengan pasar modern;

i) Pengembangan produk-produk wisata baik berupa wisata alam, buatan, budaya maupun wisata religius yang mampu mendorong minat wisatawan.

4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, diarahkan pada : a) Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam yang efektif

berdasarkan tata kelola yang baik melalui pendidikan, perumusan kebijakan yang berwawasan lingkungan, penegakan hukum, dan partisipasi masyarakat;

b) Penanganan yang terintregrasi dalam sistem pengelolaan sampah dan limbah yang ramah terhadap lingkungan serta menjamin daya dukung pembangunan berkelanjutan;

c) Pengelolaan ruang terbuka hijau dalam rangka mencapai manfaat ekologi, sosialogi, ekonomi dan estetika kota;

d) Pengembangan struktur ruang dan pola ruang Kota Semarang dengan mempertimbangkan fungsi nasional dan regional, pengembangan kawasan metropolitan Semarang, dan Pengembangan struktur pelayanan kegiatan Kota Semarang;

e) Pengembangan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta terwujudnya sistem transportasi yang terintegrasi antara moda transportasi darat (jalan raya dan rel kereta api), moda laut, dan moda tranportasi udara. Pengembangan sistem transportasi diprioritaskan bagi tersedianya moda transportasi aman, nyaman, cepat dan pengembangan transportasi masal (mass rapid transport);

f) Pengembangan sistem jaringan jalan yang efektif dan efisien sesuai dengan hirarki dan fungsi jalan, serta terwujudnya sistem jaringan jalan yang terintegrasi antara moda transportasi darat (jalan raya dan rel kereta api);

(36)

prasarana permukiman dan mendorong tercapainya pengelolaan kawasan perumahan permukiman berbasis masyarakat;

h) Pengembangan sarana prasarana drainase dengan pendekatan pengelolaan kawasan hulu dan hilir dalam suatu daerah tangkapan air (cathment area) / Daerah Aliran Sungai yang berfungsi sebagai penanganan banjir dan Rob serta koordinasi penanganan terpadu antar wilayah dalam satu daerah tangkapan air / Daerah Aliran Sungai;

i) Pengembangan sumber daya air untuk penyediaan air yang berkelanjutan, peningkatan cakupan pelayanan kebutuhan air bersih serta penanganan sumber daya air secara terpadu lintas wilayah;

j) Pengembangan fasilitas telekomunikasi untuk mendukung kota dalam skala metropolitan;

k) Peningkatan penyediaan energi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dunia usaha dan transportasi.

5. Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat, diarahkan pada :

a) Peningkatan perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga miskin secara adil, merata, partisipatif, koordinatif, sinergis dan saling percaya guna mempercepat penurunan jumlah warga miskin;

b) Peningkatan sistem pengarusutamaan gender dengan memperkuat kelembagaan perempuan dan anak, kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan serta perlindungan anak, remaja dan perempuan dari segala bentuk diskriminasi dan eksploitasi;

c) Pencegahan, Penaggulangan, dan pengurangan masalah-masalah sosial dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat penyandang masalah sosial seperti fakir miskin, tuna susila, gelandangan, pengemis, penjudi, korban napza, penyandang HIV-AIDs, wanita rawan sosial, lanjut usia, anak terlantar, anak jalanan, serta keluarga penyandang masalah sosial/ psikologis;

(37)

3.1.4.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang

A. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015

Visi Kota Semarang berdasarkan RPJMD (2010-2015) mendasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) 2005-2025 dan penelusuran jejak historis Kota Semarang sebagai kota niaga dimana pada jaman dahulu pernah dinyatakan sebagai Kota Niaga terbesar kedua sesudah Batavia.Visi tersebut dirumuskan sebagai berikut:

“Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera”

Visi tersebut memiliki empat kunci pokok yakni Kota Perdagangan, Kota Jasa, Kota Berbudaya, dan Masyarakat yang Sejahtera.

1. Kota Perdagangan, mengandung arti Kota yang mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi yang menitikberatkan pada aspek perniagaan sesuai dengan karaktristik masyarakat kota, yang didalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang punggung pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak meninggalkan potensi lainnya. Pengembangan kota perdagangan diarahkan pada upaya untuk lebih meningkatkan produktifitas, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Dari pemahaman tersebut, karakteristik Semarang sebagai kota perdagangan mengandung beberapa aspek penting, diantaranya :

a) Pusat kegiatan (Center Point) distribusi dan transaksi barang dan jasa.

Pengembangan Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan mengedepankan konsep pembangunan yang mengarah pada terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi barang dan jasa.

b) Pengembangan jejaring (networking) dan kerjasama perdagangan

Pengembangan Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan juga bermakna bahwa pembangunan perekonomian daerah harus didasarkan pada terbangunnya jejaring dengan daerah – daerah lain, terutama daerah penyangga (hinterland). Dengan demikian Kota Semarang akan dapat menjadi sentra aktivitas distribusi perdagangan barang dan jasa baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun internasional.

c) Pengembangan potensi ekonomi lokal

(38)

potensi lokal agar memiliki nilai tambah ekonomi, yang diharapkan menjadi ikon Kota Semarang. Beberapa potensi dasar yang dimiliki dan layak dikembangkan sebagai daya tarik kota Semarang adalah pada aspek industri, dalam konteks ini adalah industri kecil dan menengah yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan, seperti batik, lumpia, bandeng, industri olahan, dan lain-lain. Disamping itu potensi ini juga harus didukung dengan pengembangan pasar tradisional yang memiliki daya tarik dan daya saing terhadap pasar modern.

2. Pengembangan sarana prasarana penunjang

Disamping sarana prasarana fisik seperti jalan, jembatan, pelabuhan laut, terminal peti kemas, bandar udara internasional, hotel, perbankan, terminal, dan juga sarana penunjang yang sifatnya non fisik, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) dan regulasi/kebijakan.

3. Kota Jasa, sebutan sebagai kota jasa sebenarnya tidak lepas dari status kota perdagangan, karena perdagangan akan selalu terkait dengan persoalan perniagaan atau proses transaksi dan distribusi barang dan jasa. Kota Jasa lebih menekankan pada fungsi kota dalam pelayanan publik di berbagai bidang. Sebagai kota jasa dengan demikian mencakup kesiapan kota dalam melaksanakan berbagai fungsi, diantaranya : a) Penyediaan jasa layanan publik secara memadai, baik mencakup standar pelayanan

sesuai kualitas yang diharapkan masyarakat, pengaturan / regulasi yang dapat memberikan jaminan mutu pelayanan, maupun kualitas sumber daya manusia dalam pelayanan.

b) Penyediaan fasilitas penunjang yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, seperti hotel, perbankan, transportasi, kesehatan (Rumah Sakit), pendidikan, telekomunikasi, Ruang Pamer Ruang Pertemuan, dan lain sebagainya.

c) Berorientasi dan mengutamakan kepantingan masyarakat sebagai pelanggan, dalam arti menempatkan masyarakat sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya (Customer engagement)

d) Mindset dan perilaku melayani bagi bagi masyarakat yang dapat mendorong terciptanya budaya pelayanan

4. Kota Berbudaya, mengandung arti bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

(39)

dan penghormatan terhadap hak azazi manusia.

5. Sejahtera, mengarah pada tujuan terlayani dan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dan rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang.

Dalam mewujudkan visi, ditempuh melalui 5 misi pembangunan daerah sebagai berikut : 1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarangyang berkualitas,

adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kualitas SDM yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi luhur disertai teloransi yang tinggi dengan tetap memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME; 2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien serta menjujunjung tinggi

supremasi hukum, adalah penyelenggaraan pemerintahan yang diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum; 3. Mewujudkan kemandirian dan dayua saing daerah, adalah pembangunan yang diarahkan

pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi unggulan daerah, berorientasi ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang memiliki daya saing baik ditingkat lokal, nasional, maupun internasional;

4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan pemanfaatan tata ruang dan pembangunan infrastruktur wilayah secara efektif dan efisien dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat kota dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang memiliki kehidupan yang layak dan bermartabat serta terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

3.1.4.3. Strategi dan Arahan Kebijakan Pembangunan RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015

(40)

Tabel 3.7. Strategi dan Arah Kebijakan dalam RPJMD Kota Semarang

NO. TUJUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 Mewujudkan Sumber

Daya Manusia dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas

Pengembangan sekolah murah  Pengembangan BOS, BPP, Beasiswa dan Beasiswa siswa tidak mampu;

 Subsidi satuan pendidikan sampai dengan pendidikan menengah.

Pengembangan kualitas layanan pendidikan  Pengembangan manajemen berbasis sekolah (MBS);

 Peningkatan kualitas dan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan;  Fasilitasi pengembangan sarana prasarana belajar;

 Fasilitasi siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Pengembangan pendidikan non formal dan informal  Fasilitasi kegiatan PKBM dan lembaga pendidikan ketrampilan (sanggar belajar);

 Fasilitasi pendidikan vokasi. Peningkatan akses dan cakupan serta mutu pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat

 Peningkatan kualitas layanan puskesmas dan rumah sakit;

 Fasilitasi pengembangan puskesmas rawat inap dan rumah sakit kelas III;  Rintisan Jaminan Kesehatan seluruh masyarakat (universal coverage). Pengurangan resiko terjadinya penyakit, kecelakaan

dan dampak bencana

 Pengembangan paradigma hidup sehat;  Pengembangan sistem surveilance;

 Fasilitasi dan pemberdayaan kesehatan masyarakat;  Pengembangan posyandu anak dan lansia;

Peningkatan dan pemerataan infrastruktur dan manajemen kesehatan

 Menyediakan sarana prasarana dan sumber daya termasuk obat dan perbekalan untuk meningkatkan kapasitas dan aksesbilitas kesehatan;  Mengembangkan sistem informasi, manajemen dan administrasi kesehatan. Promosi pelayanan dan pendidikan kesehatan

masyarakat

 Pengembangan upaya kesehatan promotif

Peningkatan kualitas SDM Kesehatan  Fasilitasi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

Pengembangan dan peningkatan penyediaan pelayanan Keluarga Berencana

 Fasilitasi sarana dan prasarana pelayanan Keluarga Berencana

Peningkatan cakupan pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas

 Fasilitasi kegiatan promotif dan kaderisasi Keluarga Berencana

Peningkatan kesadaran reproduksi sehat, keluarga berencana dan keluarga sejahtera

 Fasilitasi dan penguatan kelembagaan kelompok-kelompok binaan;  Fasilitasi dan penguatan profesionalisme tenaga penyuluh.

Pengembangan sistem informasi administrasi

kependudukan

 Fasilitasi sarana prasana Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK);

(41)

NO. TUJUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

 Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan.

Peningkatan penempatan tenaga kerja  Fasilitasi pengembangan calon tenaga kerja yang berkualitas dan produksif. Peningkatan perluasan kesempatan kerja dan

perlindungan tenaga kerja

 Fasilitasi informasi bursa kerja baik dalam negeri maupun luar negeri;  Fasilitasi “Job Matching”

 Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial danpenguatan lembaga/serikat perburuhan.

Peningkatan kualitas kegiatan kepemudaan  Fasilitasi penguatan kelembagaan dan kegiatan kepemudaan;  Fasilitasi pengembangan kesadaran berbangsa dan bernegara;  Pengembangan jiwa kepeloporan dan kemandirian pemuda. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan

prasarana olahraga

 Fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana olahraga berstandar nasional dan internasional (sport centre)

Pemasyarakatan olahraga  Fasilitasi pengembangan olahraga masyarakat;

 Fasilitasi dan partisipasi event-event olahraga.

Pembinaan atlit dan pelaku olahraga  Penguatan organisasi dan manajemen pengelolaan olahraga;

 Fasilitasi pengkaderan atlit;

 Fasilitasi kelompok dan atlit berprestasi.

Pengembangan budaya baca masyarakat  Fasilitasi dan pengembangan sarana dan prasarana perpustakaan berbasis

IT;

 Pengembangan manajemen perpustakaan modern.

Peningkatan kecintaan terhadap seni dan budaya lokal  Fasilitasi penyelenggaraan pagelaran seni dan event-event kebudayaan lokal;

 Pengembangan sarana dan prasarana seni dan kebudayaan;  Pengembangan identitas Kota.

Pelestarian Benda dan Bangunan Cagar Budaya  Perlindungan, pelestarian dan revitalisasi benda dan bangunan cagar budaya;

 Fasilitasi keterlibatan masyarakat dalam mengelola dan melestarian benda/bangunan cagar budaya.

Penciptaan kehidupan masyarakat yang harmonis dan kondusif

 Pengembangan sikap toleransi inter dan antar pemeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Fasilitasi kegiatan keagamaan dan bantuan sarana prasarana peribatan.

2 Mewujudkan

Pemerintahan Kota yang Efektif dan Efisien,

Penanaman rasa cinta tanah air dan wawasan kebangsaan

 Fasilitasi pendidikan politik dan wawasan kebangsaan  Fasilitasi penguatan kelembagaan demokrasi

(42)

NO. TUJUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum

dan aman keamanan serta Fasilitasi keamanan dan ketertiban

Pengembangan infra dan supra struktur politik  Fasilitasi peran dan fungsi lembaga legislatif;

 Pengembangan hubungan kemitraan eksekutif dan legislatif;  Penguatan kemampuan SDM anggota legislatif;

 Penguatan komunikasi politik. Pengembangan jaringan dan sistem informasi

manajeman Teknologi Informatika

 Pengembangan pelayanan publik berbasis digital goverment service;  Pengembangan sistem informasi manajemen pemerintahan yang

terintegrasi. Pengembangan sistem perencanaan daerah yang

partisipatif

 Fasilitasi proses perencanaan teknokratik, politik, partisipatif, top down – bottom up

 Fasilitas peningkatan peran masyarakat dalam melakukan kontrol serta evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

Penguatan kapasitas kelembagaan perencana  Fasilitasi proses perencanaan taktis strategis bidang pemerintahan, sosial budaya, ekonomi dan perencanaan pengembangan wilayah dan

infrastruktur

 Pengembangan keterbukaan informasi perencanaan  Pengembangan data dan informasi daerah berbasis IT

 Peningkatan publikasi dan dokumentasi produk-produk perencanaan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan

sumber-sumber pendapatan yang sah

 Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah  Penyehatan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Peningkatan manajemen asset daerah  Peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan asset daerah terpadu

Peningkatan manajemen keuangan daerah  Peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan keuangan daerah

terpadu.

Peningkatan kualitas kebijakan pemerintah  Fasilitasi dan penguatan pelayanan kebijakan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

 Penguatan kelembagaan dan ketatalaksanaan

 Pengembangan budaya kerja aparatur yang profesional yang bebas  Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN);

 Peningkatan pelayanan publik;

 Pembentukan unit pengadaan barang dan jasa  Pengembangan e-procurement.

(43)

NO. TUJUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

 Pengembangan pola pikir yang transparan;  Penerapan prinsip reward and punishment;  Pengembangan Jabatan Fungsional.

Peningkatan kemampuan dan kapasitas Aparatur  Peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

 Penguatan kelembagaan pendidikan dan pelatihan.

Penguatan otonomi daerah  Fasilitasi kebijakan penguatan otonomi daerah;

 Fasilitasi pengembangan kerjasama daerah, nasional dan internasional;  Pengembangan tertib administrasi pertanahan

 Fasilitasi pengembangan kerjasama dengan pihak ke III.  Fasilitasi pengembangan Corporate Social Responsibility (CSR)

Peningkatan pengawasan internal  Pengembangan sistem pengawasan preventif;

 Penyelesaian kasus-kasus pelanggaran dan indisipliner aparatur.

Peningkatan pelayanan prima  Pengembangan SOP dan SPM serta OSS;

 Pengembangan standar pelayanan ISO;

 Pemenuhan sarana prasarana pelayanan publik;  Pengembangan SIM pelayanan publik berbasis TI.  Pembudayaan zona integritas.

Pengembangan data dan informasi  Pengembangan data dan informasi terintegrasi.

 Peningkatan sarana dan prasarana kearsipan;

 Fasilitasi manajemen pengelolaan arsip menuju pengelolaan berbasis IT.

Pengembangan pengamanan swakarsa  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengamanan lingkungan dan

asset negara/daerah;

 Pengembangan partisipasi perlindungan masyarakat;

 Penguatan kelembagaan dan SDM Perlindungan Masyarakat dan  Ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Penciptaan budaya disiplin, tertib dan aman  Operasi penegakan hukum dan peraturan

 Peningkatan sarana prasarana ketentraman dan ketetiban;  Mewujudkan Kepastian hukum daerah.

Penyiapan pranata kebijakan ketebukaan informasi publik

 Fasilitasi pengembangan kelembagaan keterbukaan informasi publik;  Desiminasi keterbukaan informasi publik;

 Pengembangan budaya santun komunikasi.

Gambar

Tabel 3.1.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Tabel 3.5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyajian sama dengan PSAK 2004, kecuali tidak ada lagi: (1) asset keuangan; (2) property investasi yang diukur dengan nilai wajar; (3) asset bilogik yang

Pada sistem ini, pemrosesan penumpang dan barang ditangani oleh masing-masing maskapai penerbangan yang menempati bagian bangunan (unit) yang terpisah serta

Adapun variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu kualitas produk pada Avocado Mocha Cream Cake yang dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi alpukat

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat

Apabila dilihat dari lima kontruk kualitas belanja daerah, hampir semua kontruk belanja daerah Kabupaten Serang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi setiap

Pada perlakuan dosis pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap semua variabel pengamatan kecuali bobot 1000 butir gabah bernas dan hasil panen per petak. Interaksi

Subjck yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar. yang b<~rusia

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa