BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP PERLINDUNGAN ANAK DAN WANITA
A. Perlindungan Anak Dan Wanita Di Indonesia
Dalam kehidupan sehari-hari banyak informasi atau berita mengenai masalah perlindungan anak dan wanita. Masalah ini menjadi isu yang sudah mengglobal baik secara nasional maupun internasional. Hal ini merupakan pembicaraan yang sangat hangat dibicarakan oleh banyak orang akan tetapi tidak yang memahami arti perlindungan anak dan wanita tersebut. Sebelum kita mengetahui apa itu perlindungan anak dan wanita, ada baiknya kita ketahui apa yang dimaksud dengan anak dan wanita terlebih dahulu. Hal ini perlu kita ketahui agar kita memahami jelas tentang perlindungan nantinya dan lebih muda untuk memahaminya.
Yang dimaksud dengan anak dapat kita ketahui dari banyak pendapat. Anak dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam bidang pengetahuan (the body of knowledge), tetapi dapat ditelaah dari pandang sentralistis kehidupan.13
Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:
“Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih ada dalam kandungan.
Beberapa definisi diatas menjelaskan bahwa anak adalah orang yang belum dewasa dan harus dibantu oleh orang dewasa untuk menjalankan kelangsungan hidupnya atau dengan
13
kata lain belum mampu mandiri atau berdiri sendiri untuk menentukn langkahnya. Untuk itu, anak harus dilindungi karena masih lemah dan sering menjadi korban akan suatu perbuatan yang melanggar haknya. Berangkat dari hal ini maka dibutuhkan suatu perlindungan terhadap anak. Jadi yang dimaksud perlindungan Anak adalah upaya perlindungan hukum terhadap kebebasaan dan hak asasi (fundamental rights and freedooms of children) dan berbagai hubungan yang mengenai kesejahteraan Anak.14Mengenai kesejahteraan anak diatur oleh Undang-Undang No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak .Menurut undang –undang ini batas umur anak anak adalah adalah 21 tahun dan belum kawin.15. Orangtua bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Apa yang terjadi terhadap si anak merupakan tanggung jawab orang tua.
Kita harus mengetahui prinsip-prinsip dilakukannya perlindungan terhadap anak. Dimana hal ini meliputi:16
A. Non diskriminasi
B. Kepentingan yang terbaik bagi anak
C. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangannya
D. Penghargaan terhadap pendapat anak
Keempat prinsip inilah yang menjadi dasar perlindungan anak dari perbuatan yang melanggar haknya. Oleh sebab itu sebagai warga negara yang baik kita harus menjujung tinggi perlindungan ini.
Dalam melindungi anak juga ada asas-asas yang dibutuhkan. Asas-asas tersebut17ialah pertama asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah bahwa suatu tindakan yang
14
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak , Mandar Maju, Bandung, 2009, hal 1. 15
Ibid,hal 5. 16
Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia,Citra Aditya, Bandung, 2009, hal 25. 17
menyangkut anak dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan badan judikatif maka kepentingan terbaik bagi anak harus jadi pertimbangan yang utama. Kedua adalah asas untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan adalah bahwa hak-hak asasi yang mendasar bagi anak wajib dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua yang wajib mewujudkan dan tidak meniadakan hak-hak tersebut. Ketiga asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah adanya penghormatan atas hak untuk mengambil keputusan, terutama terhadap hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Inilah yang menjadi dasar agar hak anak tidak dikucilkan dan harus dihargai agar anak tidak lagi menjadi objek kesewenang-wenangan para pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dapat disimpulkan bahwa anak adalah suatu anugrah dari Tuhan yang harus dilindungi
dan diberikan masa depan yang baik yang menjadi tanggung jawab orang tua. Dalam istilah religiusnya bahwa orang tua merupakan wakil Tuhan di dunia. Orang tua menjadi pelindung bagi anak-anaknya baik secara fisik maupun psikis. Perlindungan yang dilakukan secara tepat terhadap anak merupakan cara yang tepat untuk mencega perbuatan yang dapat merugikan hak anak.
Wanita juga salah satu mahluk Tuhan yang harus dilindungi. Wanita dapat digambarkan mahluk yang lemah dibanding pria dan sering menjadi korban baik di dalam keluarga ataupun pada khalayak ramai diluar keluarga. Kedudukan pria dan wanita sama kedudukannya di mata hukum akan tetapi, pada kenyataanya wanita lebih sering menjadi korban. Wanita sering menjadi korban perampokan, penjambretan, perdagangan manusia atau trafiking dan pelecehan seksual. Masalah demikian menimbulkan hal-hal mengenai perlindungan terhadap wanita ditandai dengan semakin maraknya wacana mengenai gender dan hukum atau wanita dan hukum , ataupun feminis dan hukum. 18
18
Pada dasarnya di Indonesia, baik pria maupun perempuan sadar akan keadilan hukum.
Di dalam masyarakat, kaum wanita mempunyai kedudukan yang merupakan posisi tertentu
dalam suatu susunan kemasyarakatan. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu
wadah yang berisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai peranan. Di sini wanita
memiliki kedudukan, maka sekaligus sebagai pemegang peran dalam masyarakat. Peranan ini
mengalami dinamika yang berkembang sesuai dengan perkembangan dan perubahan
masyarakat. Wanita sebagai warga negara maupun sumber daya insani mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria untuk berperan
dalam pembangunan di segala bidang. Peranan wanita sebagai mitra sejajar pria diwujudkan
melalui peningkatan kemandirian peran aktifnya dalam pembangunan, termasuk upaya
mewujudkan keluarga beriman dan bertaqwa. Untuk dapat melakukan peranan yang baik
wanita harus diberikan program peningkatan kualitas hidup perempuan yang bertujuan untuk
meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan sebagai individu, yaitu baik sebagai insan
dan sumber daya pembangunan, sebagai bagian dari keluarga yang merupakan basis
terbentuknya generasi sekarang dan masa mendatang, sebagai makhluk sosial yang
merupakan agen perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Sasaran
kinerja program ini adalah meningkatnya kualitas dan peranan perempuan terutama di
bidang hukum ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan budaya. Dalam perkembangan
kehidupan manusia, peranan wanita tidak selamanya dapat berjalan sebagaimana mestinya,
banyak hambatan karena pengaruh aspek kultural, politik, ekonomi, dan sosial. Tren
kekinian yang juga berentetan jauh kebelakang dengan tradisi dan budaya masyarakat di
negara-negara telah terjadi diskriminasi ataupun dominasi dari sekelompok orang terhadap
kelompok lainnya, utamanya berkaitan dengan jenis–kelamin, sehingga menimbulkan
penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap HAM dan termasuk wanita yang menjadi
anak dan wanita merupakan salah satu perwujudan hak untuk hidup, untuk bebas dari
perhambaan dan perbudakan.
Hak asasi ini bersifat universal, artinya berlaku untuk setiap orang tanpa
membeda-bedakan asal usul, jenis kelamin, agama, serta usia sehingga, setiap negara berkewajiban
untuk menegakkannya tanpa terkecuali.19Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4
sebagai landasan konstitusional secara tegas telah mengatur tentang pentingnya perlindungan
terhadap hak asasi manusia, termasuk didalamnya hak-hak perempuan dan anak-anak,
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28 B ayat (2), yang menyebutkan:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dari penjelasan diatas yang dimaksud perlindungan anak dan wanita adalah suatu
perlindungan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak dan wanita untuk tumbuh,
berkembang dan partisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi, demi terwujudnya masyarakat
Indonesia yang berkualitas dan berahklak mulia dan sejahtera.
B. Penyelenggaraan Perlindungan Anak Dan Wanita
Di Indonesia, kompleksitas masalah anak dan wanita begitu besar dan rumit. Acap
kali anak dan wanita dipandang sebagai manusia kecil yang hak nya diabaikan. Pertama kita
akan mengetahui penyelenggraan perlindungan tentang anak beserta masalahnya. Anak hanya
memilik kewajban untuk mengabdi kepada orangtua akan tetapi, pada kenyataanya anak
dilibatkan untuk menyokong ekonomi keluarga. Masalah yang dihadapi anak sungguh berat
di satu sisi,ternyata anak juga dipakai untuk menari arus mancanegara sebagai wanita-wanita
penghibur. Hal ini terjadi karena anak-anak tersebut belum terjangkit HIV dan dapat
memuaskan tamu.
19
Persoalan yang lebih akut dalam penanganan anak di negeri ini dapat diperhatikan dari
sederet fakta persoalan anak seperti berikut ini:20
1. Anak terlantar
2. Anak tidak mampu
3. Anak cacat
4. Anak penguna narkoba dan zat adiktif dan lainnya
Persoalan-persoalan ini menggambarkan bahwa sistem perlindungan anak masih lemah
dilakukan pemerintah dan menggambarkan lambatnya cara kerja pemerintah. Oleh sebab itu
maka diperlukan aturan aturan yang lebih tegas lagi. Penyelenggaraan perlindungan anak ini
sudah tergambar mulai dari undang-undang dasar 1945 hingga banyak aturan mengenai
perlindungan anak yaitu seperti Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Pelindungan
Anak yang sudah baik secara materil akan tetapi praktiknya tidak sesuai yang diharapkan.
Untuk Indonesia, persoalan tentang anak diatur dalam UUD 1945 khususnya Pasal 34, bahwa
fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara. Perangkat konstitusional ini kemudian
dituangkan dalam peraturan operasional, yaitu UU No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak. UU ini menyebutkan bahwa ada sederetan anak yang diakui. Diantarnya pada Pasal 2
dan Pasal 8. Tetesan hukum yang lain, terbitnya Inpres No 2 Tahun 1989 Tentang Konvensi
Anak-Anak Indonesia, dengan lebih gamblang menyatakan hak anak yang diakui.
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan pengaturan yuridis tentang
perlindungan anak. Diantaranya tentang kewajiban memelihara anak hingga dewasa,
kewajiban memelihara anak meski terjadi perceraian, larangan memindahkan hak bagi
seorang wali dan penunjukan wali.21 Berikutnya muncul Undang-Undang No 3 Tahun 1997
Tentang Pengadilan Anak yang telah berlaku di Indonesia. Dalam wilayah lain munculah
Permenaker No 1 Tahun 1987 yang memberikan jaminan perlindungan hukum bagi anak.
20
Jufri Bulian Ababil, Menjaga Anak Indonesia, Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak, Medan, 2006, hal 8. 21
Penyelengaraan perlindungan anak di Indonesia ditandai dengan munculnya KPAI atau
Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang memperjuangkan hak-hak anak dan mengatasi
masalah yang dihadapi oleh anak.anak di indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) dibentuk berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak22. Setahun kemudian sesuai ketentuan Pasal 75 dari undang-undang
tersebut, Presiden menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan
Anak Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk memilih dan mengangkat Anggota
KPAI seperti yang diatur dalam peraturan per-undang-undangan tersebut.
Dalam Pasal 74 Undang-Undang Perlindungan Anak dirumuskan “Dalam rangka
meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak, maka dibentuk Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen”. Selanjutnya dalam Pasal 76
Undang-Undang Perlindungan Anak, dijelaskan tugas pokok KPAI adalah sebagai berikut :23
a. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
b. Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka
perlindungan anak.
Berdasarkan pasal tersebut di atas, mandat KPAI adalah mengawal dan mengawasi
pelaksanaan perlindungan anak yang dilakukan oleh para pemangku kewajiban perlindungan
anak sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 yakni :
KPAI memandang perlu dibentuknya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah
(KPAID) di tingkat provinsi dan kab/kota sebagai upaya untuk mengawal dan mengawasi
penyelenggaraan perlindungan anak di daerah.24 KPAID bukan merupakan perwakilan KPAI
dalam arti hierarkis-struktural, melainkan lebih bersifat koordinatif, konsultatif dan
fungsional. Keberadaan KPAID sejalan dengan era otonomi daerah dimana pembangunan
perlindungan anak menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah. KPAI
mengapresiasi daerah-daerah yang sudah memiliki Perda tentang Perlindungan Anak yang di
dalamnya mengatur secara rinci bentuk-bentuk pelayanan perlindungan anak mulai dari
pelayanan primer, sekunder hingga tersier, institusi-institusi penyelenggaranya, serta
pengawas independen yang dilakukan KPAID.
Inilah gambaran Indonesia dalam menyelenggarakan perlindungan terhadap anak.
Akan tetapi, dalam praktiknya tidak berjalan dengan baik dan terkesan diabaikan oleh
pemerintah. Padahal apabila anak dilindungi dengan baik maka bangsa ini kedepan akan
lebih maju dan baik lagi. Selanjutnya kita akan membahas penyelenggaraan perlindungan
terhadap wanita. Di Indonesia perlindungan terhadap kaum hawa sangat besar perhatiannya
terutama dari lembaga swadaya dan dari kementerian pemberdayaan perempuan. Banyak
muncul peraturan-peraturan yang melindungi kepentingan wanita terutama yang berhubungan
dengan emansipasi wanita yang diperjuangkan. Kartini sejak dahulu. Karena pada masa itu
hak wanita telah banyak dilanggar dan kucilkan dan merasa terkekang oleh pria.
Di Indonesia pengaturan mengenai perlindungan wanita sudah cukup banyak. Dalam
perkembangan kehidupan manusia, peranan wanita tidak selamanya dapat berjalan
sebagaimana mestinya, banyak hambatan karena pengaruh aspek kultural, politik, ekonomi,
dan sosial. Tren kekinian yang juga berentetan jauh kebelakang dengan tradisi dan
budaya masyarakat di negara-negara telah terjadi diskriminasi ataupun dominasi dari
24
sekelompok orang terhadap kelompok lainnya, utamanya berkaitan dengan jenis–kelamin,
sehingga menimbulkan penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap HAM, dan termasuk
wanitalah yang menjadi korban.
Dalam Deklarasi Universal HAM PBB (1948) yang mendasari HAM pada umumnya
adalah pernyataan bahwa semua orang lahir dengan kebebasan dan mempunyai martabat
dan hak-hak yang sama”. Selain itu, “hak-hak dan kebebasan dalam deklarasi menjadi hak
bagi siapapun tanpa perkecualian, baik berdasarkan jenis kelamin, bangsa, warna kulit,
agama, politik, dsb (Pasal 1, 2). Senada dengan hal ini ditentukan dalam Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, Pasal 3. Dari sini tidak ada pembedaan hak-hak dan
kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Sehubungan dengan jaminan pencegahan perlakuan yang berbeda karena jenis
kelamin, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita,
dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1984.
Dimaksud dengan diskriminasi terhadap wanita adalah setiap perbedaan, pengucilan,
atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan
untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak
asasi manusia.25 Sebagai contoh kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum wanita, terlepas dari status perkawinan
mereka, atas dasar persamaan antara pria dan wanita (Pasal 1). Negara-negara harus
mengutuk diskriminasi terhadap wanita dan melaksanakannya dengan berbagai
kebijaksanaan.
Ciri khas sebagai wanita terkait dengan kehidupan pribadinya adalah hak mengenai
reproduksi, yang perlu memperoleh perlindungan hukum. Tindakan yang mengganggu atau
penyerangan terhadap itu merupakan pelanggaran HAM dan sebagai tindak pidana. Kalau
25
sudah menjadi masalah HAM maka siapapun harus menghormati, baik perorangan,
masyarakat, maupun negara. Perlindungan terhadap wanita ditandai dengan munculnya
Kementrian Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Kementerian pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak memiliki kedudukan, tugas, dan fungsi sebagai berikut:
1. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dipimpin oleh Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan fungsi:26
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak;
b. Koodinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak;
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.
26
Ditambah dengan munculnya Komnas perempuan yang memperkuat perlindungan
terhadap perempuan. Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil, terutama kaum
perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan tanggung jawab negara dalam
menanggapi dan menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan. Tuntutan tersebut
berakar dari tragedi kekerasan seksual yang dialami terutama perempuan
etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia.
Untuk pengeluaran rutin, Komnas Perempuan memperoleh dukungnan dari Sekretariat
Negara. Selain itu Komnas Perempuan juga menerima dukungan dari individu-individu dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Komnas Perempuan melakukan
pertanggungjawaban publik tentang program kerja maupun pendanaanya. Hal ini dilakukan
melalui laporan tertulis yang bisa diakses oleh publik maupun melalui acara
“Pertanggungjawaban Publik” di mana masyarakat umum dan konstituen Komnas
Perempuan dari lingkungan pemerintah dan masyarakat dapat bertatap muka dan berdialog
langsung.
Susunan organisasi Komnas Perempuan terdiri dari komisi Paripurna dan Badan
Pekerja. Anggota komisi Paripurna berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, profesi,
agama dan suku yang memiliki integritas, kemampuan, pengetahuan, wawasan kemanusiaan
dan kebangsaan serta tanggungjawab yang tinggi untuk mengupayakan tercapainya tujuan
Komnas Perempuan.
Landasan kerangka kerja komnas perempuan seperti Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW),
Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan
Manusiawi (CAT) dan memiliki tujuan sebagai berikut:27
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia perempuan di Indonesia;
2. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segal bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan perlindungan hak-hak asasi perempuan.
Komnas perempuan memilik mandat dan kewenangan sebagai berikut:
1. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan, serta penghapusan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan;
2. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai instrumen internasional yang relevan bagi
perlindungan hak-hak asasi perempuan;
3. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian kekerasan
terhadap perempuan dan pelanggaran HAM perempuan, serta penyebarluasan hasil
pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong
pertanggungjawaban dan penanganan;
4. Memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislative, dan
yudikatif, serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusuanan dan
pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya pencegahan
dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, serta perlindungan,
penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan.;
27
5. Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna meningkatkan
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
Indonesia, serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan.
Penjelasan diatas menggambarkan penyelengaraan perlindungan anak dan wanita yang
dinaungi oleh Kementerian pemberdayaan dan perlindungan anak dan menjadi yang paling
terdepan untuk membela kepentingan anak dan wanita yang diganggu .oeh sebab itu sebagai
masyarakat harus mau mendukung segala bentuk perlindungan baik yang dilakukan
pemerintah atau pun LSM yang memperjuangkannya.
C. Hak Dan Kewajiban Anak Dan Wanita
Menurut Bernhard Winscheid hak adalah suatu kehendak yang dilengkapi dengan
kekuatan dan yang diberikan oleh tertib hukum dan sistem hukum yang bersangkutan.28
Sedangkan kewajiban adalah suatu tindakan yang harus dilakukan. Sebagai Manusia setiap
insan memiliki hak dan kewajiban didalam hidupnya. Oleh sebab itu hal itu berlaku terhadap
anak dan wanita yang memiliki hak serta kewajibannya masing-masing dalam kehidupannya.
Anak juga memiliki banyak hak di dalam hidupnya dan itu tidak bisa diabaikan oleh orang tua atau orang dewasa. Hak dan kewajiban anak harus dijunjung tinggi agar dapat tumbuh dan berkembang degan baik. Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, hak anak meliputi:29
1. Hak hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, mendapatkan perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi
2. Hak atas nama dan identitas kewarganegaraan
3. Hak untuk beribadah menurut agamanya
4. Hak mengetahui orangtuanya
5. Hak memperoleh kesehatan jasmani, rohani, mental dan spritual
28
Waluyadi,Op.cit, hal 29.
29
6. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran
7. Hak untuk didengar pendapatnya
8. Hak berkreasi
9. Hak untuk diasuh orang tuanya sendiri dan bnyak lainnya
Hak-hak anak dalam bidang hukum perdata diatur secara garis besar :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
3. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteraan Anak
4. Peraturan Pemenntah Nomor 27 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Pra Sekolah
5. Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pertama , Buku Pertama Tentang Orang
7. Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia yaitu kumpulan dari hukum islam.
Bahwa disamping hak hak anak, anak juga memiliki kewajiban dalam kelangsungan
hidupnya. Apalagi jika kewajiban dilanggar maka dia memiliki konsekuensi terhadap hal itu.
Kewajiban-kewajiban yang dimiliki anak adalah sebagai berikut:
1. Menghormati orang tua, wali dan guru
2. Mencintai Keluarga, masyarakat dan teman
3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara
4. Menunaikan ibadah sesuai ajaran agamanya
Begitu hal dengan anak, wanita juga memiliki hak dan kewajiban. juga harus
dihargai dan dijunjung tinggi. Dalam deklarasi universal tentang hak asasi manusi (DUHAM)
ialah:30
1. Pengakuan bahwa martabat dan hak sama dan mutlak umat manusia
2. Bahwa aspirasi tertinggi rakyat biasa adalah penikmatan kebebasan mengeluarkan
pendapat
3. Bahwa manusia harus dilindungi melalui penegakan hukum
4. Persamaan hak laki-laki dan perempuan
5. Penghargaan dan penghormatan pada hak asasi manusia dan kebebasan yang asasi
Dalam peraturan di Indonesia wanita juga memiliki hak yaitu menjadi warganegara
dan penduduk menurut UUD 1945. Dalam Konvensi Perempuan UU No 7 tahun 1984
memilik hak yang sama dengan pria.31 Hak untuk dipilih dan memilih, berpartisipasi dalam
kebijakan pemerintah dan implementasinya, memegang jabatan dalam pemerintahan
berpatisipasi dalam organisasi, mewakili pemerintah di tingkat internasional, dan pekerjaan
organisai internasional.
Wanita juga memiliki yang harus dilakukannya dalam kehidupannya. Kewajibannya
adalah menyayangi anak, suami beserta keluarga, membimbing anak dan menaati suami,
mampu menjadi komunikator yang baik yang menciptakan suasana kondusif di dalam
rumahnya, melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh wanita dan menaati hukum sebagai
warga negara yang baik. Sehingga dengan terciptanya keseimbangan hak dan keajiban anak
dan wanita maka kehidupannya dapat berjalan dengan baik dan pengaruhnya terhadap
kemajuan bangsa sangat berarti apabila terjadi perlindungan terhadap hak dan kewajiban
anak dan wanita.
30
Achie Sudiarti Luhulima, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007, hal 94
31
D. Perbuatan-Perbuatan Yang Melanggar Hak dan Kewajiban Anak Dan Wanita
Di dalam kehidupan masyarakat hak dan kewajiban anak dan wanita sering kita lihat
dilanggar atau sering kita lihat perilaku yang sewenang-wenang terhadap anak dan wanita.
Terkadang perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia.
Perbuatan-Perbuatan tersebut memiliki berbagai jenis dan ragamnya baik secara batin
atauun fisik. Dimana perbuatan ini dapat mengganggu kehidupan anak dan wanita.
Terhadap anak perbuatan-perbuatan yang dilakukan yaitu eksploitasi terhadap anak dimana
anak sebagai penyokong kehidupan ekonomi keluarga dimana si anak masa belajarnya
diabaikan seperti putus sekolah. Di sektor yang lebih besar, ternyata anak juga dipakai
menarik arus wisata mancanegara sebagai wanita-wanita penghibur dimana masih di bawah
umur32. Perbuatan lainnya seperti penculikan, pembunuhan, pemberian narkoba dan zat
adiktif, pemerkosaaan, penculikan, lingkungan yang buruk, kurang diberikan ajaran dan
pendidikan tentang agama dan moralitas. Mungkin masih banyak lagi perbuatan yang
melanggar hak anak di indonesia yang dapat menghambat perkembangan mereka sebagai
generasi bangsa di Indonesia.
Sejalan dengan itu ada juga perbuatan yang melanggar hak dan wanita yang tidak jauh
berbeda dengan anak yang paling sering ialah kekerasaan, trafikking atau perdagangan
orang yang dimana wanita diperjualbelikan seperti tidak memiliki harga diri, pemerkosaan,
penipuan terhadap wanita yang bisanya kepada wanita yang ingin mengadu nasib di luar
negeri akan tetapi menjadi wanita penghibur, selalu diabaikan pendapatnya dalam suatu
perkumpulan dan organisasi, kekerasaan dalam rumah tangga dan sebagainya.
Perbuatan-perbuatan diatas merupakan suatu gambaran dimana masih banyak masalah-masalah
pelanggaran hak dan kewajiban anak dan wanita yang dilakukan oleh oknum yang tidak
32
bertanggung jawab. Sebagai solusinya kita harus melakukan perlindungan dengan