Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 23/2014 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing- masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Sumber: PP 41/2007
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
Bupati/Walikota
/
DPRD/
Sekretaris
Daerah
Dinas
Lembaga/Badan
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk mendukung tercapainya goodgovernance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu : a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan
dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi
unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangane-government;
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmenindividiu berdasarkan kompetensi;
f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU;
h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 10.2 berikut ini.
Sumber: Road Map Reformasi Birokrasi
Gambar 10.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010 – 2014 Cipta Karya
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Peraturan Daerah). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah. 10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kota Bima yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasianyang akan dijabarkan terkait dengan struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
Dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah, peraturan yang mendasarinya adalah Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Sekretariat Daerah Dan Sekretariat DPRD Kota Bima Serta Staf Ahli Walikota, Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Bima, Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Lemabaga Teknis Daerah Kota Bima Dan Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Kecamatan Dan Kelurahan Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima adalah sbb :
a. Sekretariat Daerah. b. Sekretariat DPRD.
c. Dinas Daerah, terdiri dari :
1) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; 2) Dinas Kesehatan;
3) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja;
4) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; 5) DinasKependudukan dan Catatan Sipil;
6) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 7) Dinas Pekerjaan Umum;
8) Dinas Tata Kota dan Perumahan;
11) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan; 12) Dinas Kelautan dan Perikanan;
13) Dinas Kehutanan dan Perkebunan; 14) Dinas Pendapatan Daerah.
d. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari :
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 2) Inspektorat;
3) Badan Lingkungan Hidup;
4) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; 5) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
6) Kantor Arsip dan Perpustakaan;
7) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan; 8) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 9) Badan Kepegawaian Daerah;
10) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu; 11) Satuan Polisi Pamong Praja.
e. Kecamatan, terdiri dari :
1) Kecamatan Rasanae Barat 2) Kecamatan Mpunda 3) Kecamatan Raba 4) Kecamatan Asakota 5) Kecamatan Rasanae Timur f. Kelurahan, terdiri dari :
Kecamatan Rasanae Barat
1. Kel. Tanjung 2. Kel. Paruga 3. Kel. SaraE 4. Kel. NaE 5. Kel. Pane 6. Kel. Dara
Kecamatan Mpunda
15. Kel. Santi 16. Kel. Matakando
Kecamatan Raba
17. Kel. Penaraga 18. Kel. Penanae 19. Kel. Rite
20. Kel. Rabangodu Utara 21. Kel. Rabangodu Selatan 22. Kel. Rabadompu Timur 23. Kel. Rabadompu Barat 24. Kel. Rontu
25. Kel. Ntobo 26. Kel. Kendo
Kecamatan Asakota
27. Kel. Melayu 28. Kel. Jatiwangi 29. Kel. Jatibaru 30. Kel. Kolo
Kecamatan Rasanae Timur
31. Kel. Kumbe 32. Kel. Lampe 33. Kel. OiFo’o 34. Kel. Kodo 35. KelDodu 36. Kel. Lelamase 37. Kel. Nungga 38. Kel. Nitu
Hingga akhir tahun 2014, jumlah pegawai negeri yang ada di Kota Bima sebanyak 4.582 orang. Rekapitulasi PNS menurut golongan di Lingkup Pemerintah Kota Bima s/d Desember 2014 menunjukkan jumlah pegawai terbesar ada pada PNS dengan Golongan III yakni sebanyak 2.167 orang, diikuti oleh golongan IV sebanyak 1.494 orang, golongan II sebanyak 845 orang dan jumlah terkecil berada pada golongan I yaitu sebanyak 76 orang.
Tabel 10.1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Pada Pemerintah Kota Bima, 2014
GOLONGAN/RUANG ESELON
NON ESELON
JUMLAH TENAGA
STAF
I II III IV V FUNGSIONAL
Golongan IV/e 0 0 0 0 0 0 0 0
Golongan IV/d 0 1 0 0 0 0 0 1
Golongan IV/c 0 23 1 0 0 1 1 26
Golongan IV/b 0 8 36 2 0 15 2 63
Golongan IV/a 0 1 50 14 0 1325 16 1.405
JUMLAH GOLONGAN IV 0 32 87 16 0 1341 19 1.495
Golongan III/d 0 0 35 202 3 306 21 567
Golongan III/c 0 0 10 197 0 270 52 529
Golongan III/b 0 0 0 107 10 326 185 628
Golongan III/a 0 0 0 48 1 200 195 444
JUMLAH GOLONGAN III 0 0 45 554 14 1.101 452 2.168
Golongan II/d 0 0 0 0 0 202 43 245
Golongan II/c 0 0 0 0 0 94 134 228
Golongan II/b 0 0 0 0 0 64 246 310
Golongan II/a 0 0 0 0 0 7 53 60
JUMLAH GOLONGAN II 0 0 0 0 0 367 476 847
Golongan I/d 0 0 0 0 0 0 13 13
Golongan I/c 0 0 0 0 0 0 16 16
Golongan I/b 0 0 0 0 0 0 40 40
Golongan I/a 0 0 0 0 0 0 7 7
JUMLAH GOLONGAN I 0 0 0 0 0 0 76 76
TOTAL 0 32 132 570 14 2.810 1.024 4.582
Organisasi penyelenggara RPI2JM Kota Bima di bentuk denganKeputusan Walikota Bima
No 144 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pendamping Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang PU Cipta Karya Kota Bima Tahun 2016, dengan susunan organisasi sebagai berikut :
A. Tim Pembina/Pengarah
Pembina : Walikota Bima Wakil Pembina: Wakil Walikota Bima
Pengarah : Sekretaris Daerah Kota Bima
Wakil Pengarah : Asisten Bidang Administrasi Perekonomian & Pembangunan Setda Kota Bima
B. Tim Pelaksana
Ketua : Kepala Bappeda Kota Bima
Sekretaris : Kepala Dinas PU Pertambangan dan Energi Kota Bima
Anggota :
1. Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bima 2. Kepala Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Memakaman Kota Bima 3. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Bima
4. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bima 5. Sekretaris Bappeda Kota Bima
6. Kepala Bidang PP Prasarana Bappeda Kota Bima
7. Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU Pertambangan dan Energi Kota Bima 8. Kepala Bidang PP Sosial Budaya Bappeda Kota Bima
9. Kasubid. Prasarana Wilayah Bappeda Kota Bima
Tim Sekretariat
Koordinator : Kasubid. SDA dan LH Bappeda Kota Bima
Anggota :
1. Kasubag. Keuangan Bappeda Kota Bima
2. Staf BidangFisikdanPrasaranaBappeda Kota Bima
Tugas, fungsi dan wewenang instansi – instansi yang termasuk dalam SK ini adalah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bima No 2,3,4 dan 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi dimana Koordinasi Program menjadi tugas Bappeda sedang kan tugas pelaksanaan dan operasi pemeliharaan dilaksanakan oleh dinas – dinas yang termasuk dalam SK Walikota Bima.
10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dalam struktur organisasi Pemerintah Kota Bima (berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 & PP No. 41 Tahun 2007) Dinas Daerah merupakan unsur Pelaksana Pemerintahan Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, merupakan unsur perencanaan penyelenggaran Pemerintahan Daerah.
10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya.
Pada bagian ini diuraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, terkait komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.
A. Kondisi Kelembagaan Pemerintah 1. Bappeda Kota Bima
2. Dinas Pekerjaan Umum Kota Bima
Jumlah karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Bima adalah sebanyak 53 orang dengan tingkat pendidikan dari tingkat SMU sampai dengan tingkat S2 dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 9 orang, D3 sebanyak 1 orang dan untuk tingkat S1 sebanyak 38 orang dan S2 sebanyak 3 Orang.
3. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Bima
Jumlah karyawan pada Dinas Kebersihan, Pertamanan dan pemakaman Kota Bima adalah sebanyak 149 orang dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 33 orang. SMP sebanyak 24 orang, SMA sebanyak 72, DIII sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 16 orang dan S2 sebanyak 1 orang.
4. Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Bima
Jumlah karyawan pada Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Bima adalah sebanyak 27 orang dengan tingkat pendidikan dari tingkat SD sampai dengan tingkat S2 dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 1 orang, tingkat SMA sebanyak 3 orang dan S1 sebanyak 21 Orang dan S2 sebanyak 2 orang.
5. PDAM
Organisasi PDAM di Kota Bima belum ada, hampir 25% kebutuhan air bersih selama ini dipenuhi oleh PDAM yang masih merupakan aset Pemerintah Kabupaten Bima.
B. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Tabel 10.2. Latar Belakang Managemen Yang Menduduki Jabatan Struktural di Lembaga Teknis dan Dinas Daerah
Nama Pegawai Lembaga Teknis
/ Dinas
Jabatan
Struktural Gol.
Tingkat Pendidikan
Drs. Zainuddin Bappeda Kepala Bappeda ( IV/c) S - 1
Ir. Tafsir Bappeda Sekretaris (IV/a) S - 1
Jefris, SE.,M.Si Bappeda Kabid PP Ekonomi (IV/a) S - 2 SarifHidayatullah, SH., MM Bappeda Kabid Penanaman Modal
dan Litbang (III/d) S - 2 Drs. Adisan Bappeda Kabid PP Sosbud (III/d) S - 1 Puji Fitri Andi, S.ST, MT Bappeda Kabid Pengendalian
Perencanaan & Statistik (III/d) S - 2 PujawanProklamasiansyah,
ST Bappeda Kabid PP Prasarana (III/d) S – 1
AriefRoesman E.,
ST.,MT.,M.Sc. Bappeda
Kasubid Data dan
Statistik (III/c) S - 2 Taufikurrahman, ST.MT Bappeda Kasubid SDA & LH (III/d) S – 2 Abdul Nasser, SE., M.Acc Bappeda Kasubid Penelitian (III/d) S - 2 Yuliana, S.Sos. Bappeda KasubidSosbud (III/d) S - 1 Adhi Aqwam, ST., M.Eng.,
M.Sc. Bappeda
Kasubid Prasarana
Wilayah (III/c) S – 2 Heny Mayasari, SE Bappeda Kasubid Pengembangan
Dunia Usaha (III/c) S - 1 Mas’uddin, ST.,M.Si Bappeda Kasubag Program dan
Pelaporan (III/c) S – 2 Mutadayyinah, S,Hut Bappeda Kasubid Pemerintahan (III/c) S - 1
Abdul Gafar, ST. M.Eng. Bappeda Kasubid Pengendalian
Perencanaan (III/c) S - 2 Mahmud, AR Bappeda Kasubag Keuangan (III/c) S – 1
Abduarrahman, S.Sos. Bappeda Kasubag Umum dan
Kepegawaian (III/c) S - 1 Juniar Setiawan, SE. Bappeda Kasubid. Pertanian (III/c) S - 1
Nama Pegawai Lembaga Teknis
Kabid. Cipta Karya III/c S.1
MiftahuddinAnshary, ST
Prsarana sumber daya air III/c S.1
Didi Fahdiansyah, ST, MT
Dinas PU Pertambangan dan Energi
Kabid. Bina Marga III/c S.1
Nama Pegawai Lembaga Teknis
Kepala UPT Workshop III/b SLTA
Fachrurazi, ST
Kabid. Penerangan Jalan (IV/a) S.1
Nama Pegawai Lembaga Teknis
Ir. Hamdan Dinas Tata Kota
dan perumahan Kepala Dinas IV/c S.1 Muhammad Mahdum, SH Dinas Tata Kota
dan perumahan Sekretaris Dinas IV/a S.1 Hj. Siti Aminah, SH Dinas Tata Kota
dan perumahan Ahmad, SE. Dinas Tata Kota
Nama Pegawai Lembaga Teknis
dan perumahan Kabid Perumahan III/d S.1 Ilham, ST. Dinas Tata Kota
dan perumahan
Kabid Pengawasan
&Perijinan III/d S.1 Amir Ma’ruf, ST Dinas Tata Kota
dan perumahan
Isdinurrahman, ST Dinas Tata Kota dan perumahan
Kasi Perumahan Formal
dan Swadaya III/d S.1
Khatimssuhada, ST Dinas Tata Kota dan perumahan
Kasubag Program dan
Pelaporan III/c S.1
Nurhayati, ST Dinas Tata Kota dan perumahan
Kasi. Pemanfaatan &
pengendalian tata ruang III/c S.1 M. Saleh, S.Sos Dinas Tata Kota
dan perumahan Kasubag Keuangan III/c S.1
Sumber : BKD Kota Bima, 2016
10.3 Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
10.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
10.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Perangkat peraturan daerah yang mendukung penyelenggaraan RPIJM masih sangat terbatas. Disamping Keputusan Walikota tentang Pembentukan Tim Koordinasi RPIJM Bidang PU/ Cipta karya yang ada masih diperlukan peraturan – peraturan lain khususnya peraturan di masing – masing sektor seperti perda tentang sampah, drainase dan lainya.
10.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Kualitas SDM di Pemerintah Kota Mataram pada dasarnya sudah cukup memadai hal ini dapat dilihat dari pendidikan pegawai yang ada. Sebagian besar pegawai berpendidikan S1, masalah yang timbul adalah posisi ketua / kepala pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di jabat oleh pejabat yang baru sehingga memerlukan penyesuaian dan peningkatan kapasitas pada tingkatan sistem, tingkatan kelembagaan dan tingkatan individu.Dari sisi kuantitas jumlah tenaga dibidang IT software masih terbatas , hal ini akan dapat menghambat proses perencanaan khususnya dari sisi pencapaian target waktu.
10.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan
berdasarkan
Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan
kelembagaan.
Tabel 10.3 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Peluang (O)
a. Sebagai ibukota provinsi, Kota Mataram memiliki akses yang cukup baik untuk meningkatkan kualitas SDM pemerintah.
b. Terdapat peraturan yang memberikan kewenangan terhadpa daerah untuk mengurus daerahnya, termasuk peningkatan kualitas, kuantitas dsb. c. Meningkatnya tuntutan terhadap
goodgovernance
d. Kerjasama internasional yang telah terjadi beberapa kali memberikan
a. Lembaga teknis dan dinas daerah memiliki Etos Kerja
d. Lembaga daerah dan dinas daerah telah memiliki tupoksi yang jelas
Strategi SO (Kuadran 1)
a. Memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk memaksimalkan dan terus meningkatkan kualitas SDM, Etos kerja, dsb.
1. Memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk meingkatkan kualitas staff
Strategi WT (Kuadran 4)
–
10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
10.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya. Rincian kewenangan, tugas dan tanggung jawab Lembaga Teknis dan Dinas Daerah yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana kota mengacu pada Peraturan Daerah Kota BimaNo. 6 Tahun 2008, yakni Koordinasi Program menjadi tugas Bappeda sedang kan tugas pelaksanaan dan operasi pemeliharaan dilaksanakan oleh dinas – dinas yang termasuk dalam SK Walikota Bima No 175 Tahun 2014.
10.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.
Usulan peraturan daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kota Bima adalah sebagai berikut.
a. Peraturan Daerah tentang Mekanisme Penyelenggaraan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya b. Peraturan Daerah tentang Rusunawa
c. Peraturan Daerah tentang Drainage d. Peraturan Daerah tentang Persampahan e. Peraturan Daerah tentang Sanitasi
f. Peraturan Daerah tentang Tata BangunandanLingkungan.
10.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.
Peningkatan SDM pada Lembaga Teknis dan Dinas Daerah ditujukan khususnya untuk Bappeda Kota Bima dan Dinas PU Kota Bima. Peningkatan kuantitas diusulkan untuk penambahan jumlah tenaga perencana pada tingkat strata S 1 yaitu untuk tenaga ahli Planologi, Teknik Lingkungan dan tenaga ahli Geodesi. Sedangkan untuk peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintah Kota Bima diusulkan untuk penyelenggaraan kursus/pelatihan untuk peningkatan kapasitas aparatur yang terlibat dalam penyusunan program prasarana kota maupun pendidikan untuk penjenjangan karir.
10.4.4 Rencana Pengembangan Prasaranadan Sara Kerja
Usulan program untuk peningkatan prasarana dan sarana kerja adalah berupa penambahan ruang kerja dan peralatan kantor pada Bappeda Kota Bima, Dinas PU Kota Bima, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman serta Dinas Tata Kota dan Perumahan.
10.5
RencanaSistemProsedurAntaraInstansi
10.5.1 RencanaKedudukan, Fungsi, TugasdalamPelaksanaanRPI2-JM
Penjabaran Fungsi, Tugas serta Tanggung Jawab antar instansi terkait yang diusulkan : 1. Bappeda Kota Bima
Sebagai perencanaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah maka kaitannya dengan RPIJM Fungsi, Tugas dan Tanggungjawab Bappeda adalah sbb :
a. Melakukan koordinasi terhadap semua sektor yang termasuk dalam investasi prasarana kota bidang PU / Cipta Karya.
b. Menetapkan kebijakan serta target pembangunan prasarana kota jangka menengah bidang PU / Cipta Karya
c. Memadukan usulan infrastruktur yang diusulkan oleh masing – masing instansi
d. Melakukan kajian terhadap kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pembangunan prasarana kota bidang PU / Cipta Karya.
e. Melakukan kajian terhadap kemampuan kelembagaan daerah dalam pembangunan prasarana kota bidang PU / Cipta Karya.
f. Mengajukan usulan RPIJM bidang PU / Cipta Karya kepada Walikota serta DPR untuk mendapatkan persetujuan.
g. Mensosialisasikan RPIJM Bidang PU / Cipta Karya yang telah ditetapkan kepada semua pihak yang terkait.
2. Dinas PU Kota Bima
a. Melakukan pendataan dan evaluasi terhadap prasarana kota (drainase, sanitasi, penataan bangunan dan linkungan ) yang telah dilakukan.
b. Menyusun RPIJM untuk prasarana kota yang menjadi tanggungjawab Dinas PU Kota Bima
c. Melakukan pendataan serta menyusun kebutuhan personil, prasarana dan sarana kerja dalam penyelenggaraan RPIJM
d. Mengajukan usulan RPIJM untuk prasarana kota yang menjadi tanggung jawab DPU Kota Bima kepada Bappeda Kota Bima.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPIJM yang telah dilaksanakan.
3. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan pemakaman Kota Bima
a. Melakukan pendataan dan evaluasi terhadap prasarana kota khususnya sektor persampahan, RTH dan sanitasi yang telah dibangun.
b. Menyusun RPIJM untuk sektor persampahan, RTH dan Sanitasi.
c. Melakukan pendataan serta menyusun kebutuhan personil, prasarana dan sarana kerja dalam penyelenggaraan RPIJM
d. Mengajukan usulan RPIJM untuk sektor persampahan, RTH dan sanitasi kepada Bappeda Kota Bima.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPIJM sektor persampahan, RTH dan sanitasi yang telah dilaksanakan.
4. Dinas Tata Kota dan Perumahan KotaBima
a. Melakukanpendataan dan evaluasiterhadappengembanganPerumahan/permukiman yang telahterbangun.
b. Menyusun RPIJM untukpengembanganPerumahan/permukiman di KotaBima
c. Melakukanpendataansertamenyusunkebutuhanpersonil, prasarana dan saranakerjadalampenyelenggaraan RPIJM
d. Mengajukanusulan RPIJM
untukpengembanganperumahan/permukimanKotaBimakepadaBappedaKotaBima. e. Melakukanmonitoring dan evaluasiterhadappelaksanaan RPIJM yang
telahdilaksanakan.
10.5.2 RencanaUmumTindakanPeningkatanKelembagaan
Rencana tindakan yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan kelembagaan di Kota Bima diprioritaskan pada peningkatan kapasitas aparatur dalam melaksanakan penyusunan program pembangunan, baik jangka menengah maupun jangka panjang.
Tabel 10.4. Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan
No Kegiatan Sasaran Kegiatan Pelaksana Penanggung
Jawab
Biaya
(dalam Rp. Juta)
Jadwal Tahunan
Ket.
I II III IV V
1. Kelembagaan √ √ √ √ √
Peningkatan Penatalaksana
Penyelenggaraan RPIJM Bidang PU / Cipta Karya
Tersusun Modul Dinas PU, DKPP, DTKP, Bappeda
Dinas PU, DKPP, DTKP, Bappeda
- Pembuatan Modul 50
- Pelatihan 150
- Lokakarya 75
2. Peraturan Daerah √ √ √
- Pengelolaan Persampahan
Tersusun Perda Sekretariat Daerah Bappeda
Bappeda DKPP
55
- Pengelolaan Drainage
Bappeda Dinas PU
55
- Mekanisme Penyelenggaraan RPIJM Bidang PU / Cipta Karya
Bappeda Dinas PU
75
- Kebijakan Pembangunan dan Pengelolaan Rusunawa
Bappeda DTKP
75
Dinas PU/DKPP - Tata Bangunan dan Lingkungan
3. Peningkatan PS Kerja √ √ √
- Perluasan Ruang Kerja Tersedianya Ruang kerja yg memadai
Dinas PU, DKPP, DTKP, Bappeda
Dinas PU, DKPP,
DTKP, Bappeda 1.500
- Penambahan Peralatan
Tersedianya Peralatan yg memadai
Dinas PU, DKPP, DTKP, Bappeda
Dinas PU, DKPP,
DTKP, Bappeda 750
Tabel 10.5 Jenis Kursus/ Pelatihan Yang Dibutuhkan
No Jenis Training / Pelatihan Tahun Pelaksana
1. Pelatihan RPIJM 2009 DPU
2. Perencanaan Pembangunan Wilayah 2012 BAPPEDA 3. Perencanaan Pembangunan Sosial 2013 DEPSOS 4. Training Managemen Pembangunan 2013 BAPENAS
5. Penataan Kota 2013 DPU
6. AMDAL 2012 BAPEDALDA
7. Penyusunan Program PLP 2012 DPU
8. Penyusunan Program Perumahan 2012 DPU 9. Penyusunan Program Penataan Bangunan &
Lingkungan