• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1. Profil Kabupaten Samosir - Politik Pembangunan Daerah Peranan BAPPEDA Kabupaten Samosir Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan Hidup ( Setelah Diberlakukan Otonomi Daerah Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1. Profil Kabupaten Samosir - Politik Pembangunan Daerah Peranan BAPPEDA Kabupaten Samosir Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan Hidup ( Setelah Diberlakukan Otonomi Daerah Kabupaten Samosir "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Profil Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten

Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Sejarah Kabupaten Samosir, diawali dari sejarah terbentuknya Kabupaten Tapanuli Utara selaku induk dari beberapa kabupaten pemekaran di Wilayah Tapanuli Utara yakni sebagai berikut : Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara dibentuk dengan Undang-undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara yang pada awal terbentuknya terdiri dari 5 (lima) distrik atau kewedanaan yaitu Kewedanaan Silindung, Toba Holbung, Humbang, Samosir, dan Kewedanaan Dairi. Mengingat demikian luasnya Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara, maka pada Tahun 1964 dilakukan pemekaran dengan Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi yang ibukotanya berkedudukan di Sidikalang. ( sumber : Samosirkab.go.id )

Selanjutnya pada Tahun 1968, Pemerintah Daerah Tingkat II Tapanuli Utara bersama masyarakat dan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Utara mengusulkan pemekaran dengan Pembentukan Daerah Tingkat II Samosir, namun usul tersebut tidak membuahkan hasil dalam arti Pemerintah tidak menindaklanjuti Pembentukan Daerah Tingkat II Samosir.

(2)

Pembangunan yang bersifat Administratif yakni Wilayah Pembangunan I (Silindung) berpusat di Tarutung, Wilayah Pembangunan II (Humbang Timur) berpusat di Siborong-borong, Wilayah Pembangunan III (Humbang Barat) berpusat di Dolok Sanggul, Wilayah Pembangunan IV (Toba) berpusat di Balige dan Wilayah Pembangunan V (Samosir) berpusat di Pangururan yang

masing-masing wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang Pembantu Bupati. Selanjutnya, walaupun sudah dimekarkan dengan terbentuknya Kabupaten Dairi, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara yang terdiri dari 27 Kecamatan dan 971 Desa masih dirasakan sangat luas, bahkan masih ada wilayah desa yang harus dijangkau dalam waktu tempuh lebih dari satu hari yang berdampak pada lambatnya laju pertumbuhan pembangunan. Maka untuk memperpendek rentang kendali serta mempercepat laju pertumbuhan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara bersama masyarakat yang berada di bona pasogit dan putera-puteri Tapanuli Utara yang tinggal di perantauan, khususnya yang tinggal di Medan dan Jakarta sepakat mengusulkan pemekaran kembali Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara menjadi 2 (dua) kabupaten dengan pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir. Berkat perjuangan dan kesadaran bersama semua pihak, maka lahirlah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal. Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 9 Maret 1999 di Medan.

Pembentukan Daerah Tingkat II Toba Samosir disambut baik dan penuh suka cita oleh masyarakat sebagai sebuah harapan akan peningkatan kesejahteraan sekaligus mendekatkan pelayanan kepada masyarakat seiring bergulirnya reformasi di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di

(3)

pemekaran daerah atau pembentukan daerah otonom baru. Di tengah perjalanan 4 (empat) tahun usia Kabupaten Toba Samosir, masyarakat Samosir yang bermukim di bona pasogit bersama putera-puteri Samosir yang tinggal di perantauan kembali melakukan upaya pemekaran untuk membentuk Samosir menjadi kabupaten baru. Perjuangan pembentukannya diawali pada tanggal 27 Mei 2002 dengan

penyampaian aspirasi masyarakat Samosir kepada Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Toba Samosir. Aspirasi masyarakat tersebut disambut baik oleh kalangan DPRD Kabupaten Toba Samosir dengan menugaskan Komisi A DPRD Kabupaten Toba Samosir mengadakan jajak pendapat pada 9 (sembilan) kecamatan yang berada di Wilayah Samosir. Maka pada tanggal 20 Juni 2002, DPRD Kabupaten Toba Samosir menggelar Rapat Paripurna Khusus dalam rangka pembahasan dan menyikapi usul Pembentukan Kabupaten Samosir dan dengan berbagai pertimbangan serta latar belakang pemikiran masyarakat, melalui musyawarah mufakat ditetapkan Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Pemekaran Kabupaten Toba Samosir untuk Pembentukan Kabupaten Samosir sekaligus merekomendasikan dan mengusulkannya ke Pemerintah Atasan. Dengan surat DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 171/866/DPRD/2002 tanggal 21 Juni 2002 tentang Usul Pembentukan Kabaupaten Samosir, kemudian disusul dengan surat Ketua DPRD Kabupaten Samosir Nomor 171/878/DPRD/2002 tanggal 24 Juni 2002 tentang Pemekaran Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara yang ditujukan masing-masing kepada : DPR RI Cq. Komisi II DPR RI, Gubernur dan Ketua DPRD Propinsi Sumatera Utara. Dengan rekomendasi DPRD Kabupaten Toba Samosir, pada tanggal 26 Juni 2002 beberapa utusan atau delegasi masyarakat Samosir didampingi Pimpinan DPRD Kabupaten Toba Samosir menemui Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Komisi II DPR RI di Jakarta untuk menyampaikan aspirasi masyarakat akan Pemekaran

(4)

kunjungan ke Samosir yang disambut Bupati Toba Samosir dan Unsur DPRD Kabupaten Toba Samosir serta masyarakat. (sumber : samosirkab.go.id)

Selanjutnya atas usul tersebut, Gubernur Sumatera Utara meminta DPRD Propinsi Sumatera Utara mengadakan rapat paripurna pembahasan pembentukan Kabupaten Samosir yang memberikan persetujuan pembentukan Kabupaten

Samosir yang diteruskan kepada pemerintah pusat. Maka atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa atas perjuangan segenap komponen masyarakat Samosir, baik yang tinggal di bona pasogit maupun yang berada di perantauan seperti yang tinggal di Jakarta dan di Medan, berdasarkan Hak Usul Inisiatif DPR RI di tetapkanlah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara. Kemudian oleh menteri dalam negeri republik Indonesia atas nama presiden Republik Indonesia pada tanggal 7 Januari 2004 meresmikan pembentukan Kabupaten Samosir sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara. Atas dasar itu, disepakati bahwa tanggal 7 Januari ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Samosir sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kabupaten Samosir. Seiring dengan diresmikannya Kabupaten Samosir, melalui keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 131.21.27 tanggal 6 Januari 2004 diangkat dan ditetapkan Penjabat Bupati Samosir atas nama Bapak Drs. Wilmar Elyascher Simanjorang, M.Si yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2004 di Medan oleh Gubernur Sumatera Utara.

Sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan Pemerintah melalui proses demokrasi-ketatanegaraan, pada bulan Juni 2004 diadakan pemilihan legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD yang dilanjutkan dengan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, Undang-undang Nomor 22 Tahun

(5)

Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pada tanggal 27 Juni 2005 diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Samosir secara langsung oleh

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Samosir yakni terpilihnya Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Parulian Sagala, SE sebagai Bupati dan Wakil Bupati Samosir Periode 2005-2010 yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.22-740 tanggal 12 Agustus 2005. Kemudian pada tanggal 13 September 2005, Bupati dan Wakil Bupati Samosir terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Samosir.

Dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Samosir sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara serta berbagai ketentuan yang berlaku sekaitan dengan tugas dan kewajiban pemerintahan, Pemerintah Kabupaten bersama DPRD Kabupaten Samosir telah berhasil menetapkan berbagai peraturan daerah antara lain Perda tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagai salah satu unsur pendukung dalam penyusunan APBD, Perda Kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah sebagai landasan penataan organisasi, Perda tentang Lambang Daerah dan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005 yang menetapkan bahwa tanggal 7 Januari sebagai Hari Jadi Kabupaten Samosir, kemudian Perda tentang Pemerintahan Desa sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Perda tentang Perijinan, Pengelolaan Keuangan/Barang, Pengawasan Ternak, Pengelolaan Irigasi, Pengendalian

(6)

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006-2010 sebagai landasan penyelenggaraan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan.

( sumber:samosirkab.go.id )

2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Samosir

Secara geografis Kabupaten Samosir terletak pada 20 24‘ - 20 25‘ Lintang Utara dan 980 21‘ - 990 55‘ BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Iklim dan cuaca sebagai daerah pertanian dan sebagian penduduknya hidup dan menggantungkan dengan pertanian, curah hujan merupakan salah satu faktor eksternal yang menentukan keberhasilan pertanian penduduk. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pada tahun 2003 berdasarkan hasil pengamatan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan adalah sebesar 177 mm / bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 11 hari. Temperatur Kabupaten Samosir berkisar antara 170 C - 290 C dengan kelembaban udara rata-rata 85 persen dan tergolong dengan beriklim tropis. Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan rata-rata 440 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni s/d Agustus berkisar dari 31 s/d 56 mm per bulan, dengan hari hujan 5 s/d 7 hari. Kecamatan yang tertinggi rata-rata curah hujannya adalah harian sebesar 302 mm, sedangkan yang terendah adalah Nainggolan rata-rata sebesar 120 mm. Jenis tanah topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang. Wilayah administratif Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan dengan 117 desa/kelurahan yaitu 111 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan

(7)

desa/kelurahan hanya 56 desa yang dapat dijangkau kendaraan roda 4 dan 28 desa dapat dijangkau roda 2, sedangkan yang bisa dijangkau hanya dengan perahu bermotor ada 6 desa dan desa yang sulit dijangkau baik daratan maupun air sebanyak 27 desa. Hal ini mengakibatkan hambatan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, karena di desa yang sulit tersebut sangat enggan tinggal

petugas secara menetap untuk lama. Akibat keadaan geografis yang sulit mengakibatkan jauhnya masyarakat berjalan ke puskesmas mengakibatkan kunjungan ke Puskesmas di daerah yang sulit sangat rendah. Sedangkan jaringan komunikasi lewat telepon hanya di 2 (dua) kecamatan yang bisa terjangkau yaitu Kecamatan Simanindo dan Kecamatan Pangururan sementara di 7 (tujuh) Kecamatan yang lain tidak ada jaringan. ( sumber: BPS-Kab.Samosir )

2.1.2. Kondis Kependudukan

Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya masyarakat Kabupaten Samosir mempunyai karakter yang khas yaitu memegang teguh kebudayaan dan agama serta adat istiadat yang ada di daerah tersebut. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Samosir mengalami kenaikan menjadi 120.772 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 83,62 jiwa per km2. Dimana tingkat kepadatan yang tertinggi berada di ibu kota kabupaten yaitu Kecamatan Pangururan sebesar 29.687 jiwa dengan kepadatan 244,48 jiwa/km2, disusul oleh Kecamatan Onan Runggu sebesar 171,23 jiwa/ km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sitio-tio hanya 141,67 jiwa/km2. Menurut survei sosial ekonomi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan. Sedangkan GKNM ditentukan

(8)

2.1.3. Pendidikan

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan prilaku kesehatan.Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan

salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan

seseorang untuk berperilaku sehat. Berdasarkan tingkat pendidikan

terakhir/ditamatkan penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Samosir tahun 2011, jumlah penduduk tidak/belum pernah sekolah sebanyak 21.940 jiwa, tidak/belum tamat SD sebanyak 23.339 jiwa, tamat SD sebanyak 22.000 jiwa, tamat SLTP/MTs sebanyak 23.238 jiwa, tamat SLTA/MA sebanyak 35.161 jiwa, tamat Akademi/Diploma sebanyak 3.383 jiwa dan tamat Universitas sebanyak 2.488 jiwa. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf, yaitu persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Pada tahun 2008, persentase penduduk Kabupaten Samosir yang melek huruf tidak dapat ditampilkan karena masih dalam proses pendataan27.

2.1.4. Infrastruktur Kabupaten Samosir

1. Angkutan Darat/Land Transportation jalan merupakan prasarana untuk menghubungkan antara suatu daerah terhadap daerah lainnya. Selain itu memperlancar dan mendorong timbulnya kegiatan perekonomian. Sebagai prasarana transportasi yang penting, dari segi kuantitas selain harus dapat menjangkau daerah yang terisolir, juga memperhatikan dari segi kualitas, yaitu keadaan/kondisi jalan serta rambu-rambu jalan. Sejalan dengan laju pembangunan jalan untuk semakin memudahkan mobilitas penduduk dan barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di Kabupaten Samosir pada tahun 2005 mencapai 774,48 km

2. Angkutan Danau Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar -

27

(9)

daerah, khususnya menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daerah Toba. Jumlah kunjungan kapal, penumpang dan barang pada angkutan danau di Kabupaten Samosir tahun 2011 dari 5 dermaga masing-masing 4.717 kunjungan kapal : 115.667 penumpang dan 578,9 ton barang. Dermaga Tomok merupakan dermaga yang paling sibuk. Jumlah kunjungan

kapal, penumpang dan barang di dermaga tersebut tahun 2005 masing-masing 2.053 kunjungan kapal, 38.290 penumpang dan 46,7 ton barang. 3. Pariwisata didukung oleh sumber daya alam dan keindahan Danau Toba,

sektor pariwisata merupakan sektor potensial yang dapat menjadi andalan di Kabupaten Samosir dimasa mendatang. Perencanaan, pengembangan, penge-lolaan dan penyediaan sarana dan prasarana yang baik akan menjadikan Kabupaten Samosir sebagai tempat pariwisata yang indah. Jumlah hotel di Kabupaten Samosir tahun 2011 sebanyak 79 hotel, dengan 1.264 kamar dan 2.570 tempat tidur.

4. Pos Pelayanan pos saat ini tidak hanya melayani jasa pengiriman surat– menyurat saja, sering dengan perkembangan jaman, pelayanan jasa pos jauh lebih kompleks dengan berbagai pelayanan yang ditawarkan oleh PT. (Persero) Pos Indonesia. Untuk memperluas jangkauan pelayanan, pemerintah telah banyak membangun kantor pos baru. Jumlah kantor pos di Kabupaten Samosir tahun 2011 sebanyak 5 unit. Surat kilat (khusus dan tercatat) yang dikirim dan diterima tahun 2005 masing-masing sebanyak 21.163 dan 33.448 surat.

5. Pasar Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli barang maupun jasa. Pasar berfungsi sebagai tempat bagi masyarakat dalam memasarkan hasil-hasil pertanian, perkebunan dan lain-lain. Jumlah wajib retribusi (WR)pekan/pasar di Kabupaten Samosir tahun 2011 berjumlah 3.445 WR; yang terbesar pada 7

(10)

tanah dalam pekan, 483 wajib retribusi yang menyewa tanah diluar pekan dan sebanyak 2.443 wajib retribusi Harian undung-undung.

6. Sumber Air Minum, pemanfaatan air bersih oleh rumahtangga sebagai sumber air minum maupun untuk keperluan sehari-hari merupakan salh satu kebutuhan vital yang harus dipenuhi secara layak.kulaitas air yang

digunakan terkait dengan tingkat kesehatan. Oleh sebab itu pada saat mencari tempat tinggal, biasanya yang menjadi perhatian utama adalah keadaan airnya. Dibanding dengan sumber air lainnya, air leding merupakan sumber air yang paling baik kulaitasnya. Air yang berasal dari pompa, sumur, sungai, hujan, dan sebagainya, diangap kurang baik karena kemungkinan tercemarnya relatif cukup besar. Baru sekitar 5,20 persen rumahtangga yang menggunakan air ledeng ebagi sumber air umumnya. Sumber air minum yang paling banyak adalah mata air terlindung (36,00), mata air tak terlindung (22,00 persen), lalu sumur terlindung dan lainnya (11,40). Kondisi tesebut sangat dimungkingkan mengingat kondisi geografis Kabupaten Samosir merupakan daerah perbukitan yang sulit dijangkau oleh air ledeng, dan umumnya masyarakat daerah ini masih menggunakan air sungai dan danau.

2.1.5. Komponen Sosial Ekonomi Samosir

Keadaan sosial ekonomi masyarakat suatu wilayah pedesaan sangat tergantung dari sumber daya alam setempat. Seberapa jauh pemanfaatan potensi tersebut oleh penduduk tercermin dari jenis mata pencaharian pokok. Selain mata pencaharian pokok, kondisi ekonomi masyarakat dapat dilihat juga dari segi pendidikan, kesehatan, prasarana dan saran pendukung. Kegiatan ekonomi sebagian besar masyarakat Kabupaten Samosir ialah mengandalkan sektor pertanian termasuk kegiatan peternakan dan perikanan. Budidaya pertanian yang

(11)

dilakukan untuk tanaman pangan yaitu padi sawah. Usaha tani tanaman semusim pada lahan kering meliputi tanaman pada ladang, palawija dan sayuran.

2.1.6.Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi pemerintahan kecamatan di Kabupaten Samosir

hingga tahun 2011 tidak mengalami pemekaran, yaiutu terdiri dari 9 kecamatan, sementara wilayah administrasi pemerintahan desa/kelurahan mengalami pemekaran pada tahun 2011, yaitu dari 111 desa dan 6 kelurahan menjadi 128 desa dan 6 kelurahan. (sumber : BPS-Kabupaten Samosir )

2.2. Profil Bappenas & Bappeda Kabupaten Samosir

Proses perencanaan pembangunan nasional harus melibatkan para pelaku pembangunan dan dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan di berbagai bidang. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata andal, kredibel dan proaktif adalah sebagai berikut: 1. Andal : Mampu melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi rencana

pembangunan sesuai dengan tujuan pembangunan yang akan dicapai serta dapat diimplementasikan.

2. Kredibel : Menerapkan prinsip-prinsip good governance, yang meliputi antara lain transparansi, taat hukum, partisipatif, keterbukaan, dan akuntabilitas.

3. Proaktif : Antisipatif dan aktif dalam turut menentukan arah tujuan berbangsa dan bernegara, serta mampu dengan cepat menyelesaikan dan atau memberikan kontribusi secara signifikan dalam penyelesaian permasalahan pembangunan nasional.

Misi merupakan langkah utama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

Kementerian PPN/Bappenas. Karena itu, ada 3 (tiga) Misi atau langkah utama yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai Visi: ”Mewujudkan Kementerian

(12)

sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang dimulai dari daerah hingga tingkat nasional, melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan dalam rangka mengintegrasikan, memadukan (sinkronisasi), dan mensinergikan baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi pemerintah, maupun antara pusat dan daerah;

mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; serta menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Misi pertama ini sebagai bagian dari pelaksanaan peran Kementerian PPN/Bappenas sebagai pengambil kebijakan (policy maker)28.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional tersebut, Kementerian PPN/Bappenas menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode 2010-2014, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut29:

1. Program teknis

Program Perencanaan Pembangunan Nasional. Program ini dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas utama Kementerian PPN/Bappenas dalam proses perencanaan, pemantauan, evaluasi, kajian dan koordinasi kebijakan pembangunan.

2. Program generik

Program generik 1: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.

Program generik 2 : Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.

Program generik 3 : Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur. Dalam Renstra periode sebelumnya (2005-2009), ada 5 (lima) program yang digunakan Kementerian PPN/Bappenas yaitu:

1) Program Penataan Kelembagaan dan Ketalaksanaan

2) Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik

28

http://www.bappenas.go.id/profil-bappenas/misi/ akses pada 20 September 2013 29

(13)

3) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara 4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara, dan 5) Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur.

Kelima program tersebut merupakan program generik yang juga digunakan oleh semua kementerian/lembaga baik seluruh program maupun sebagian dari kelima

program tersebut. Karena bersifat generik (dapat digunakan semua

kementerian/lembaga), maka kelima program tersebut tidak dapat mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), peran dan kewenangan Kementerian PPN/Bappenas sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, sehingga menyulitkan pengukuran kinerjanya.

Dibandingkan dengan program-program dalam Renstra 2005-2009, jumlah program dalam Renstra 2010-2014 lebih sedikit. Perbedaan lainnya ada pada substansi dan masalah kesesuaian dengan tupoksi Kementerian PPN/Bappenas. Program Perencanaan Pembangunan Nasional lebih sesuai dengan tupoksi Kementerian PPN/Bappenas, yang semula bernama Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan yang bersifat generik dan digunakan oleh semua kementerian/lembaga sehingga tidak sesuai atau tidak relevan untuk mengukur kinerja utama (tupoksi) masing-masing kementerian/lembaga.

Sedangkan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, yang semula bernama Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik, adalah program generik yang dapat digunakan semua kementerian/lembaga. Cakupan substansi Program Dukungan Manajemen lebih fleksibel dan relevan untuk menampung kegiatan-kegiatan pendukung, termasuk gaji dan tunjangan pegawai. Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas Kementerian PPN/Bappenas, sebagai berikut30:

I. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Program Perencanaan

Pembangunan Nasional :

1. Penyusunan rencana pembangunan nasional dan pendanaan

/penganggarannya, baik antarwaktu, sektor, wilayah maupun antar -

30

(14)

tingkat/fungsi pemerintahan.

2. Pemantauan terhadap pelaksanaan rencana pembangunan nasional.

3. Evaluasi atas pelaksanaan rencana pembangunan nasional, dan kajian serta evaluasi kebijakan pembangunan sebagai masukan bagi proses perencanaan berikutnya dan atau perumusan kebijakan pembangunan.

4. Pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan.

5. Koordinasi dalam melaksanakan perencanaan pembangunan nasional. II. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung) :

1. Peningkatan kapasitas instansi/unit perencanaan di pusat dan di daerah 2. Penyempurnaan ketatalaksanaan.

3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur di Kementerian PPN/Bappenas dan aparatur perencana di instansi tingkat pusat dan

daerah

4. Peningkatan fasilitas kerja, gedung, kantor, sarana dan prasarana kerja lainnya.Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur di Kementerian PPN / Bappenas dan aparatur perencana di instansi tingkat pusat dan daerah.

5. Pengawasan pelaksanaan kinerja dan anggaran Kementerian

PPN/Bappenas.

6. Peningkatan kualitas kehumasan dalam rangka membangun citra positif lembaga (brand image building).

7. Peningkatan kualitas sistem data dan informasi perencanaan

pembangunan.

8. Pelaksanaan kegiatan pendukung lainnya.

9. Peningkatan intensitas kerjasama dengan perguruan tinggi dan organisasi profesi di pusat dan di daerah.

(15)

1. Terwujudnya rencana pembangunan nasional (RPJMN dan RKP) yang berkualitas.

2. Terlaksananya penugasan lainnya dari Presiden/Pemerintah dalam kaitan kebijakan pembangunan nasional.

Tujuan pertamaadalah sesuai dengan tugas pokok Kementerian PPN/Bappenas di

bidang perencanaan pembangunan. Dalam hal ini, Kementerian PPN/Bappenas diharapkan mampu menghasilkan rencana pembangunan nasional yang berkualitas, baik berupa RPJMN maupun RKP. Sedangkan tujuan kedua, terkait dengan tugas-tugas lain (penugasan khusus) yang diberikan Presiden atau Pemerintah kepada Kementerian PPN/Bappenas, misalnya dalam hal penanganan masalah-masalah yang memerlukan penanganan lintas instansi dan lintas sektor/bidang dengan skala besar, misalnya koordinasi penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias serta penilaian terhadap perkiraan kerusakan dan kerugian (damages and losses assessment) yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi Sumatera Barat, sekaligus menilai kebutuhan (needs assessment) pemulihan pasca bencana koordinasi penanganan perubahan iklim (climate change), dan sebagainya. Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk kedua tujuan tersebut di atas, dijelaskan dalam bagian Sasaran Strategis.

2.2.1.Profil Deputi Bidang Sumber Daya Alam & Lingkungan

Menurut Pasal 276 dikatakan bahwa Deputi Bidang Sumber Daya Alam

dan Lingkungan Hidup adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Serta menurut Pasal 277 Deputi Bidang Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang-

31

(16)

sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Dalam Pasal 278 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi32:

1. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di

bidang pangan dan pertanian, kehutanan dan konservasi sumber daya air, kelautan dan perikanan, sumber daya energi, mineral dan pertambangan, serta lingkungan hidup;

2. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang pangan dan pertanian, kehutanan dan konservasi sumber daya air, kelautan dan perikanan, sumber daya energi, mineral dan pertambangan, serta lingkungan hidup;

3. Pelaksanaan penyusunan perencanaan pembangunan nasional di bidang pangan dan pertanian, kehutanan dan konservasi sumber daya air, kelautan dan perikanan, sumber daya energi, mineral dan pertambangan, serta lingkungan hidup;

4. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang penilaian pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional di bidang pangan dan pertanian, kehutanan dan konservasi sumber daya air, kelautan dan perikanan, sumber daya energi, mineral dan pertambangan, serta lingkungan hidup;

5. Pelaksanaan hubungan kerja di bidang perencanaan pembangunan nasional di bidang pangan dan pertanian, kehutanan dan konservasi sumber daya air, kelautan dan perikanan, sumber daya energi, mineral dan pertambangan, dan lingkungan hidup;

6. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Menteri Negara/Kepala sesuai dengan bidangnya.

32

(17)

Susunan organisasi Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menurut pasal 279 terdiri dari:

1. Direktorat Pangan dan Pertanian;

2. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air 3. Direktorat Kelautan dan Perikanan

4. Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan 5. Direktorat Lingkungan Hidup.

2.2.2. Direktorat Lingkungan Hidup

Tugas Pokok dan Fungsi menurut pasal 318 Direktorat Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan, dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang lingkungan hidup, serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Kemudian pasal 319 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 318, Direktorat Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi33:

1. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang lingkungan hidup

2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan

pembangunan nasional di bidang lingkungan hidup

3. Penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pendanaannya di bidang lingkungan hidup dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan

4. Pengkajian kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang

lingkungan hidup

5. Pemantauan, evaluasi, dan penilaian kinerja pelaksanaan rencana

pembangunan nasional di bidang lingkungan hidup

33

(18)

6. Penyusunan rencana kerja pelaksanaan tugas dan fungsinya serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaannya

7. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pejabat fungsional perencana di lingkungan direktoratnya.

Dalam pasal 323 Sub Direktorat Pengelolaan Lingkungan Hidup

mempunyai tugas melaksanakan pengkajian kebijakan dan penyiapan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pengelolaan lingkungan hidup, serta melaksanakan pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 323, Sub Direktorat Pengelolaan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi34:

1. Pengkajian kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup;

2. Koordinasi pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang pengelolaan lingkungan hidup;

3. Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pengelolaan

lingkungan hidup dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan;

4. Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang pengelolaan lingkungan hidup

5. Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang pengelolaan lingkungan hidup

6. Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan, dan program-program pembangunan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

34

http://www.bappenas.go.id/unit-kerja/

(19)

Dalam pasal 325 mengenai Sub Direktorat Kelembagaan dan Informasi Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan pengkajian kebijakan dan penyiapan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang kelembagaan dan informasi lingkungan hidup serta melaksanakan pemantauan, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

325, Sub Direktorat Kelembagaan dan Informasi Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi35:

1. Pengkajian kebijakan di bidang kelembagaan dan informasi lingkungan hidup 2. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di

bidang kelembagaan dan infiormasi lingkungan hidup

3. Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang kelembagaan dan informasi lingkungan hidup

4. Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang kelembagaan dan informasi lingkungan hidup

5. Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang kelembagaan lingkungan hidup

6. Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan, dan program-program pembangunan di bidang kelembagaan dan informasi lingkungan hidup

2.2.3. Profil Bappeda Kabupaten Samosir Bidang Lingkungan Hidup

Visi Bappeda dirumuskan dengan memperhatikan visi Kepala Daerah yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 yaitu ”Samosir Menjadi Daerah Tujuan

Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015”. Berdasarkan pada visi Kabupaten Samosir diatas, visi Bappeda ditetapkan sebagai berikut : Perencanaan

Pembangunan Daerah, Mantap 2015.

35

(20)

Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/ daerah dalam jangka waktu tertentu. Mantap adalah suatu kondisi atau keadaan

yang ideal, ketika seluruh aspek terpenuhi dan berjalan sebagaimana mestinya. Yang dimaksud dengan Mantap dalam visi Bappeda 2011-2015 adalah bahwa tahapan penyusunan dokumen perencanaan tepat waktu, terciptanya integrasi antar dokumen perencanaan dan tersedianya database perencanaan. ( sumber :Renstra Bappeda Kab.Samosir 2011-2015).

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir sebagai instansi perencana pembangunan melaksanakan fungsi pelayanan perencanaan pembangunan daerah secara makro yakni mulai dari penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana dan evaluasi pelaksanaan rencana. Sedangkan perencanaan teknis dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Maka visi diatas mengindikasikan sebuah kondisi yang ingin diwujudkan pada periode akhir perencanaan dimana sistem perencanaan pembangunan daerah berjalan tepat waktu dan tepat sasaran yang di dukung dengan sistem informasi yang handal dan sumber daya manusia (aparat perencana) yang profesional.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maka perencanaan pembangunan daerah harus bersifat menyeluruh, sehingga mampu membangun sistem perencanaan pembangunan dengan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, dan top down-bottom up.

Bappeda sebagai institusi perencana berperan sebagai pelaksana fungsi manajemen di bidang perencanaan dan bertanggungjawab atas hasil perencanaan

(21)

dalam rangka mengevaluasi hasil perencanaan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini lembaga perencana tidak hanya bertindak sebagai “penampung” berbagai usulan rencana dari SKPD lainnya, tetapi harus mampu bertindak tegas sebagai “motor penggerak” yang dapat mengakomodasi, menganalisis, dan menjabarkan permasalahan pembangunan. Oleh karena itu Bappeda juga memiliki 2 (dua)

pendekatan perencanaan sesuai dengan instrumen pembangunan yaitu aspek keruangan (kewilayahan) dan non keruangan (bidang/sektor pembangunan), dimana orientasinya akan menekankan pada suatu perpaduan dan keseimbangan kedua pendekatan yaitu pendekatan spatial / kewilayahan dan pendekatan bidang/ sektor pembangunan. ( sumber :Renstra Bappeda Kab.Samosir 2011-2015).

Berangkat dari Visi Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015, maka Bappeda bersama Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir yang diamanatkan sebagai garda terdepan mewujudkan wisata lingkungan yang inovatif menetapkan visinya untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan memperhatikan permasalahan dan potensi pengelolaan lingkungan hidup

Kabupaten Samosir adalah ”Berkompeten dan antisipatif dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.” Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Bappeda bersama Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 menetapkan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan jumlah dan kemampuan sumber daya manusia sesuai

kebutuhan

2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung perwujudan wisata lingkungan yang inovatif

3. Merumuskan dan menegakkan kebijakan/regulasi yang berkaitan dengan pemanfaatan dan konservasi sumber daya alam

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup.

(22)

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Samosir 2011-2015 serta memperhatikan Renstra Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Tahun 2010-2014, Renstra Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2015 (dalam proses penetapan) serta Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013.

( sumber :Renstra Bappeda Kab.Samosir 2011-2015).

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2011 unit usaha KUD Misaya Mina Eretan Wetan terdapat 4 unit usaha, diantaranya: unit tempat pelelangan ikan, unit bahan alat perikanan (BAP) dan solar packer

Kualitas pemberdayaan KTH dalam pengelolaan HHBK termasuk dalam kategori sedang dan cenderung rendah. Hal ini terindikasi dari faktor-faktor dominan yang memengaruhi yaitu: 1)

Dari nilai t-tabel yang lebih besar dari t-hitung dengan tingkat signifikasi p =0,581 dapat disimpulkan bahwa interaksi partisipasi penyusunan anggaran dan

Situs lain yang mengirimkan bantahan balik kepada Firanda Andirja salah satunya www.nu.or.id , Syafik Hasyim selaku penulis artikel menyebutkan bahwa Firanda Andirja telah

Selain itu, juga dibahas transisi dalam seni tradisi yang lain seperti relief dan prasi lontar. Transisi gunungan dalam wayang kulit memiliki benang merah dengan pembatas adegan

(3) There is a relationship between nutritional status and quality of physical freshness on the Penjasorkes learning outcomes in fifth grade elementary school students

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, angket motivasi, dan tes hasil belajar. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data kegiatan