• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENALARAN BERBASIS KASUS UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT BUSUK BUAH PADA TANAMAN KAKAO DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BAYESIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENALARAN BERBASIS KASUS UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT BUSUK BUAH PADA TANAMAN KAKAO DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BAYESIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENALARAN BERBASIS KASUS UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT

BUSUK BUAH PADA TANAMAN KAKAO DENGAN

MENGGUNAKAN ALGORITMA BAYESIAN

Achmad Lukman

Teknik Komputer, STMIK EL RAHMA Yogyakarta e-mail: mecaman@gmail.com,

Abstract

Bayesian algorithm is one of the techniques used for classification. In this research, the base case will be made for diagnosis of fruit rot disease on cocoa crop is by grading the existing case by using Bayesian algorithm that will produce the output of diagnostic information probability value percentage rotten fruit of the base case existing case. Bayesian algorithms are used to retrieve stage Bayesian algorithm that is expected to be used to complete the diagnosis permsalahan fruit rot disease on cocoa

Keywords— Bayesian algorithms, case-based reasoning, fruit rot disease

PENDAHULUAN

Pada akhir abad ke-18, Kakao sudah ditanam di pekarangan-pekarangan di Minahasa. Namun kakao baru dijadikan sebagai tanaman perkebunan besar pada tahun 1880 di Jawa Tengah [1]. Saat ini, Indonesia adalah negara penghasil terbesar ke-3 kakao dunia atau setara 15% dari total produksi kakao dunia. Kakao yang berasal dari Indonesia bisa diakui dipasaran dunia karena adanya kualitas yang diukur dari titik leleh bubuk coklatnya yang tinggi.

Pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit busuk buah dan cara pengendalian yang disarankan untuk tanaman kakao merupakan pengetahuan yang tidak hanya dapat disimpan di dalam memori atau ingatan seorang ahli saja. Salah satu cara yang digunakan untuk menyimpan informasi tersebut adalah dengan menggunakan Penalaran Berbasis Kasus (PBK).

Pada sistem penalaran berbasis kasus, basis pengetahuannya berupa kasus-kasus yang pernah terjadi dimasa lampau dengan mengidentifikasi penyakit berdasarkan gejala-gejala yang dialami dan basis pengetahuan telah tersimpan. Kasus-kasus dapat diperoleh dari pengalaman seorang pakar di bidang pertanian khususnya tanaman kakao. Solusi permasalahan diperoleh dari penelusuran kasus-kasus yang tersimpan berdasarkan kasus yang pernah terjadi sebelumnya dan dicari yang paling mirip kemudian mengadaptasikanya sesuai dengan kasus yang diberikan (kasus baru).

.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diawali dengan analisis dan perancangan sistem untuk menyelesaikan kasus busuk buah, berikut adalah urutan analisis dan perancangan :

2.1 Analisis Kebutuhan Sistem

Analisis kebutuhan sistem akan diuraikan kedalam analisis kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan non fungsional[2].

2.1.1 Analisis Kebutuhan Data

Data yang dibutuhkan pada aplikasi penalaran berbasis kasus untuk diagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao.

1. Data kasus terdiri dari nomor urut kasus, gejala-gejala berupa umur buah, bercak coklat, spora, dan kelembaban udara, dan diagnosa busuk buah.

(2)

2.1.2 Analisis Kebutuhan Fungsional

Fasislitas-fasilitas akses yang ada pada aplikasi penalaran berbasis kasus untuk mendiagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao dengan menggunakan algoritma bayesian terdiri dari halaman pakar, halaman pengendalian, dan halaman konsultasi.

1. Halaman ‘Data dari Pakar’

a. Pada halaman ini, pakar dapat memasukkan data-data kasus berupa nomor urut kasus, data-data gejala, dan data diagnosa busuk buah.

b. Pakar bisa melakukan manipulasi terhadap data-data yang telah dimasukkan yaitu berupa menambah data kasus, mengubah data kasus, dan menghapus data kasus. 2. Halaman ‘Pengendalian Penyakit’

a. Halaman ‘Pengendalian Penyakit’ ini adalah halaman untuk menginputkan data cara pengendalian yang dapat dilakukan jika terdiagnosa penyakit busuk buah.

b. Pakar juga bisa melakukan manipulasi data terhadap data cara pengendalian yaitu berupa menambah data baru, mengubah data yang sudah ada, dan menghapus data yang sudah ada.

3. Halaman ‘Konsultasi’

Pada halaman ini dapat dilakukan pendiagnosaan penyakit busuk buah dengan menginputkan data gejala umur buah, bercak coklat, spora, dan kelembaban udara. Setelah memberikan data gejala dan melakukan pemrosesan, makan akan mendapatkan output berupa hasil diagnosa penyakit busuk buah beserta nilai probabilitas.

2.1.3 Analisis Kebutuhan Non Fungsional

Kebutuhan non fungsional terdiri dari kebutuhan perangkat keras dan kebutuhan perangkat lunak yang digunakan dalam membuat aplikasi penalaran berbasis kasus untuk mendiagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao dengan menggunakan algoritma bayesian.

2.1.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak

Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan adalah: 1. Database MySQL.

2. Bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. 3. Sistem operasi Windows7.

2.1.3.2 Kebutuhan Perangkat Keras

Spesifikasi perangkat keras yang digunakan adalah: 1. Processor Core2Duo.

2. RAM 2 GB. 3. Hard disk 60 GB.

2.2 Flowchart Sistem

(3)

Gambar 1. Flowchart Sistem Penalaran Berbasis Kasus untuk Diagnosa Busuk Buah

2.3 Teknik Penalaran Komputer Berbasis Kasus

Pada teknik penalaran komputer berbasis kasus untuk mendiagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao meliputi tahap representasi kasus, tahap penelusuran (retrieve

menggunakan algoritma bayesian), tahap diagnosa (identifikasi), dan tahap pencocokan [3]. 2.3.1 Representasi Kasus

(4)

Uraian dari kode data gejala yang terdapat pada tabel 3.1 yaitu : 1. Gejala umur buah : muda, sedang, masak

2. Gejala bercak coklat : ada, tidak 3. Gejala spora : ada, tidak

4. Gejala kelembaban udara : kurang, sedang, tinggi

2.3.2 Penelusuran Kasus (Retrieve

Pada tahap indexing akan digunakan algoritma

data basis kasus terdapat 2 class yang terbentuk untuk hasil diagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao, yaitu :

C1 = Ya (Busuk Buah)

C2 = Tidak (Tidak Busuk Buah) Misal terdapat data baru yang berupa :

X = ( 1 = “masak”, 2 = “tidak”, 3 = “ada”, 4 = “tinggi”)

Maka penyelesaiannya dengan menggunakan rumusan persamaan algoritma bayesian adalah:

Langkah 1

Menghitung P(C1), P(C P(C1) : Ya

Berdasar dari kasus X, menghitung P(x Dimana x1 : 1 = masak

x2 : 2 = tidak x3 : 3 = ada x4 : 4 = tinggi

Tabel 1. Representasi Basis Kasus

Uraian dari kode data gejala yang terdapat pada tabel 3.1 yaitu : Gejala umur buah : muda, sedang, masak

Gejala bercak coklat : ada, tidak Gejala spora : ada, tidak

Gejala kelembaban udara : kurang, sedang, tinggi

Retrieve)

Pada tahap indexing akan digunakan algoritma Bayesian [5]. Dari Table

data basis kasus terdapat 2 class yang terbentuk untuk hasil diagnosa penyakit busuk buah

C1 = Ya (Busuk Buah)

C2 = Tidak (Tidak Busuk Buah) Misal terdapat data baru yang berupa :

X = ( 1 = “masak”, 2 = “tidak”, 3 = “ada”, 4 = “tinggi”)

Maka penyelesaiannya dengan menggunakan rumusan persamaan algoritma bayesian

), P(C2), P(C3), dan P(C4)

Uraian dari kode data gejala yang terdapat pada tabel 3.1 yaitu :

Table 1 representasi data basis kasus terdapat 2 class yang terbentuk untuk hasil diagnosa penyakit busuk buah

(5)

Perhitungan berdasarkan kelompok class Ya

Perhitungan berdasarkan kelompok class Tidak

0.25

Perhitungan dan pemilihan nilai yang terbesar dari P(X|Ci)P(Ci), i=1,2,3 1. Busuk Buah = “Ya”

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus algoritma bayesian dihasilkan bahwa dengan data kasus baru, yaitu :

X = ( 1 = “masak”, 2 = “tidak”, 3 = “ada”, 4 = “tinggi”)

(6)

2.3.3 Identifikasi

Tahapan identifikasi merupakan tahap dimana user memasukkan data gejala yang dihadapi, gejala yang dihadapi adalah umur buah, bercak coklat, spora, dan kelembaban udara.

2.3.4 Pencocokan

Tahapan pencocokan merupakan tahapan dilakukannya pencocokan dari data kasus yang baru terhadap kasus yang berada dalam basis kasus yang telah berada di data base. Dilakukan perhitungan probabilitas yang terdapat pada tahap retrieve. Nilai probabilitas yang diperoleh akan menjadi output yang bisa dilihat user. Hasil pencocokan akan menghasilkan ‘ya’ busuk buah atau ‘tidak’ busuk buah, nilai probabilitas akan tetap menjadi output untuk

user.

2.4 Perancangan Basis Data (Database)

Pada pembuatan aplikasi penalaran berbasis kasus untuk diagnosa penyakit busuk buah membutuhkan 2 tabel yaitu tbl_gejala dan tbl_pengendalian.

a. tbl_gejala

Tabel gejala digunakan untuk menyimpan data representasi kasus berupa nomor kasus, gejala-gejala (umur buah, bercak coklat, spora, dan kelembaban udara), dan busuk buah. Uraian tabel gejala dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Tabel tbl_gejala

No Field Type Range Data Explanation

1 nomor (PK) int 11 primary key untuk menyimpan nomor kasus 2 umurbuah varchar 20 untuk menyimpan data gejala umur buah 3 bercakcoklat varchar 20 untuk menyimpan data gejala bercak coklat 4 spora varchar 20 untuk menyimpan data gejala spora

5 udaralembab varchar 20 untuk menyimpan data gejala kelembaban udara 6 bbuah varchar 20 untuk menyimpan hasil diagnosa busuk buah

7 cek int 10 melakukan cek terhadap pilihan gejala dan busuk buah

b. tbl_pengendalian

Tabel tbl_pengendalian digunakan untuk menyimpan data cara pengendalian yang direkomendasikan untuk dilakukan jika terdiagnosa busuk buah. Uraian tabel tbl_pengendalian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. tabel tbl_pengendalian

No Field Type Range Data Explanation

1 nomor (PK) int 5 primary key untuk menyimpan nomor pengendalian

2 pengendalian text no untuk menyimpan uraian cara pengendalian penyakit busuk buah

2.5 Perancangan Antarmuka Pengguna (User Interface) 2.5.1 Perancangan Antarmuka Form Depan

(7)

penalaran berbasis kasus untuk mendiagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao dengan menggunakan algoritma bayesian.

Terdapat 4 tombol operasi pada form depan yaitu tombol data dari pakar, tombol pengendalian penyakit, tombol konsultasi, dan tombol keluar. Perancangan form depan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perancangan Form Depan

2.5.2 Perancangan Antarmuka Form Data dari Pakar

Form data dari pakar akan digunakan oleh pakar untuk menginputkan data gejala-gejala dan busuk buah sehingga menjadi data representasi kasus yang menjadi basis kasus. Perancangan form data dari pakar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Perancangan Form Data dari Pakar

2.5.3 Perancangan Antarmuka Form Cara Pengendalian

(8)

Gambar 4. Perancangan Form Penegendalian Penyakit

2.5.4 Perancangan Antarmuka Form Konsultasi

Perancangan form konsultasi merupakan form aplikasi yang akan digunakan untuk melakukan konsultasi oleh user dengan cara memberikan masukan berupa gejala-gejala yang dihadapi sehingga sistem akan melakukan proses retrieve dan pencocokan terhadap basis kasus sehingga hasil diagnosa dapat dihasilkan. Perancangan form konsultasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Perancangan Form Konsultasi

4.1 Implementasi Form Depan

Form depan terdapat 3 (tiga) tombol operasi yaitu: 1. Tombol data dari pakar

(9)

2. Tombol pengendalian penyakit

Digunakan untuk melakukan penginputan data cara pengendalian terhadap penyakit busuk buah pada tanaman kakao.

3. Tombol konsultasi

Digunakan untuk melakukan konsultasi dengan memberikan inputan berupa gejala-gejala yang dialami.

Implementasi dari Gambar 2 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Implementasi Form Depan

4.2 Implementasi Form Data dari Pakar`

Implemetasi yang dapat dilihat pada Gambar 7 merupakan hasil implementasi dari perancangan form data dari pakar yang terdapat pada Gambar 3.

(10)

Gambar 7. Implementasi Form Data dari Pakar

4.3 Implementasi Form Pengendalian Penyakit

Form pengendalian penyakit sudah diimplementasikan pada Gambar 8, merupakan implementasi dari perancangan form pengendalian penyakit yang terdapat pada Gambar 4.

(11)

Gambar 9. Implemetasi Form Pengendalian Penyakit

4.4 Implementasi Form Konsultasi

Implementasi form konsultasi merupakan implementasi dari perancangan form konsultasi pada Gambar 5, dapat dilihat pada Gambar 10.

(12)

Gambar 10. Implementasi Form Konsultasi1

(13)

Gambar 11. Implementasi Form Konsultasi2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap penelusuran akan digunakan algoritma bayesian. Dari Tabel 1 representasi data basis kasus terdapat 2 class yang terbentuk untuk hasil diagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao [7], yaitu:

C1 = Ya (Busuk Buah)

C2 = Tidak (Tidak Busuk Buah)

Misal terdapat data baru yang berupa:

X = ( 1 = “masak”, 2 = “tidak”, 3 = “ada”, 4 = “tinggi”)

Maka penyelesaiannya dengan menggunakan rumusan persamaan algoritma bayesian adalah:

Langkah 1

Menghitung P(C1), P(C2), P(C3), dan P(C4) P(C1) : Ya

(14)

 

0.6

Perhitungan berdasarkan kelompok class Ya

0.33

Perhitungan berdasarkan kelompok class Tidak

0.25

(15)

P(X|C1)P(C1) < P(X|C2)P(C2)

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus algoritma bayesian dihasilkan bahwa dengan data kasus baru, yaitu: X = ( 1 = “masak”, 2 = “tidak”, 3 = “ada”, 4 = “tinggi”) dihasilkan nilai maksimum dari class : Busuk Buah “Tidak” dengan nilai probabilitas 0.0372.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diuraikan dari pembahasan yaitu algoritma bayesian dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan untuk diagnosa penyakit busuk buah pada tanaman kakao. Proses retrieve dengan menggunakan algoritma Bayesian menghasilkan 0.0372 untuk kasus baru berupa gejala 1 = masak, gejala 2 = tidak, gejala 3 = ada, dan gejala 4 = tinggi.

SARAN

Saran yang disampaikan oleh peneliti adalah untuk melakukan diagnosa busuk buah, algoritma bayesian dapat digabungkan dengan metode yang lain dengan tujuan hasil persentasi retrieve kasus menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.

[2] Jogiyanto, 2000, Analisis dan Desain Sistem Informasi, ANDI Offset, Yogyakarta.

[3] Kusrini, Emha Taufiq Luthfi, 2009, Algoritma Data Mining, Andi Offset, Yogyakarta.

[4] Kusrini and Hartati, S, Penggunaan Penalaran berbasis Kasus Untuk membangun Basis

Pengetahuan dalam Sistem Diagnosa Penyakit,

http://dosen.amikom.ac.id/downloads/artikel/full_paper_sriti_kusrini.pdf , diakses pada tanggal 17 maret 2010.

[5] Pal, Sankar.K, Simon K.C. Shiu, 2004, Foundations of Soft Case-Based Reasoning, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, Canada.

[6] Fatta, Hanif Al, 2007, Analisis & Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan & Organisasi Modern, Andi Offset, Yogyakarta.

[7] Seniwati, Erni, Ferry W.W, 2012, Comparison of Nutritional Status Data Calculation Between K-Nearest Neighbour and Bayesian Algorithms, Proceeding Vol.5, ISSN:1978-774X, International Seminar on Industrial Engineering and Management (ISIEM), Manado, Indonesia.

[8] Sri dan Sukamto, 1998, Pengendalian Penyakit Utama Tanaman Kakao, Warta Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao 14(3), 271-276.

[9] Watson, I., 1997, Applying Case-Based Reasoning, Technique for Enterprise Systems,

(16)

Gambar

Gambar 1. Flowchart Sistem Penalaran Berbasis Kasus untuk  Diagnosa Busuk Buah
Tabel 1. Representasi Basis Kasus
Tabel 3. tabel tbl_pengendalian
Gambar 2. Perancangan Form Depan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan SIMPUS juga akan menambah waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan data pasien JKN. Untuk mengatasi belum terintegrasinya antara P-Care dengan SIMPUS, Puskesmas

Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu sampel polidispersi), terdapat dua sifat penting, yaitu bentuk dan luas permukaan partikel tunggal dan

Lahirnya Komisi Yudisial diharapkan mampu memberikan masyarakat sebuah tempat untuk mengadu dan melaporkan segala perilaku hakim apabila diduga melanggar atau bila

Gerakan politik yang lain yang dilakukan ICMI ialah mendesak pemerintah MPR DPR dan pemerintah untuk segera melaksanakan Tap MPR yang mengamanatkan penghentian kerja sama dengan

Dana yang digunakan bank dalam kegiatan operasinya dapat bersumber atau dapat diperoleh bank dari dana sendiri (dana pihak pertama) merupakan dana yang berasal dari para

Penelitian serupa juga telah dilakukan di Indonesia oleh Sukoco dan Hartawan (2011) untuk menganalisa pengaruh pengalaman merek dan keterikatan emosional pada

Michaelis-Menten kinetika secara luas digunakan untuk menggambarkan hubungan antara O2 konsentrasi dan O2 Tingkat konsumsi : keseluruhan respirasi jalur diasumsikan

Pusat produksi dan promosi kerajinan di Yogyakarta adalah sebuah fasilitas yng diharapkan bisa mewadahi semua aktivitas sesuai dengan fungsi bangunan yang