• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata [L. ]Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN PENYESUAIAN PANJANG HARI DAN STRES AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata [L. ]Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN PENYESUAIAN PANJANG HARI DAN STRES AIR"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata [L. ]Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN PENYESUAIAN PANJANG HARI DAN STRES AIR

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna memperoleh derajat Magister Pertanian

Pada Program Studi Agronomi

Oleh

Sunarso

S610809015

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014

(2)

INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata[L. ]Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN PENYESUAIAN PANJANG HARI DAN STRES AIR

Oleh Sunarso S610809015

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Kedudukan

Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS

NIP. 19590711 198403 1 002

Pembimbing II Dr. Ir. Pardono, MS

NIP. 19550806 198303 1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Agronomi, PPs UNS

Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS NIP. 19590711 198403 1 002

i

(3)

INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata [L. ]Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN PENYESUAIAN PANJANG HARI DAN STRES AIR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Sunarso

S610809015

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal: 2014

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Kedudukan

Penguji

Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Ir. Subagiya, MP NIP. 19610,71988031004 Sekretaris Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP

NIP. 19480426 197609 1 001

Anggota Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS NIP. 19590711 198403 1 002

Anggota Dr. Ir. Pardono, MS

NIP. 19550806 198303 1 003

Mengetahui

Direktur Program Pasca Sarjana Ketua Program Studi Agronomi

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS NIP. 19610717 198601 1 001 NIP. 19590711 198403 1 002

ii

(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sunarso

NIM : S610809015

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “ Induksi Pembungaan

Kacang Tunggak (Vigna unguiculata [L.] Walp) Di Luar Musim Dengan Penyesuaian

Panjang Hari Dan Stres Air “ adalah bener-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juli 2014

Yang membuat pernyataan

Sunarso

iii

(5)

KATA PENGANTAR

Senantiasa memuji dan bersyukur ke hadirat Allah SWT., atas segala taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Induksi

Pembungaan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata [L.] Walp) Di Luar Musim Dengan

Penyesuaian Panjang Hari Dan Stres Air “. Tesis ini disusun guna memenuhi sebagian dari

pesyaratan dalam memperoleh derajat Magister Pertanian pada Program Studi Agronomi

Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Kemudian, atas segala bantuan, bimbingan, dukungan dan dorongan mulai dari

perencanaan penelitian hingga penulisan tesis ini tidak lepas dari peran pembimbing dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta

2. Pengelola Program Studi Agronomi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta

3. Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS., selaku Pembimbing Utama, yang telah memberikan

dorongan semangat, bimbingan dan saran-saran demi terselesainya penyusunan tesis ini

4. Dr. Ir. Pardono, MS., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan saran,

sumbangan pemikiran dan dorongan semangat kepada penulis selama pelaksanaan

penelitian hingga penyusunan tesis ini.

5. Dosen-dosen di Program Studi Agronomi Pasca Sarjana yang telah memberikan ilmu yang

sangat bermanfaat dan bermakna bagi penulis

6. Isteri tercinta dan anak-anakku tersayang (Dhian Anjab Maulidina, Ridhwan Dwi

Dharmawan dan Amanda Laila Larasati Roulitua), atas dorongan semangat dan do,a yang

tulus senantiasa menyertainya

7. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana, Program Studi Agronomi angkatan 2009 yang

turut membantu dalam penulisan tesis ini.

iv

(6)

8. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam menyelesaikan tesis

Demi kesempurnaan tesis ini, penulis mengharap dengan sangat atas saran dan

masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan di masa mendatang.Semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman.

Surakarta, Juli 2014

Sunarso

v

(7)
(8)

B. Bahan dan Alat Penelitian ……… 15

C. Cara Kerja Penelitian ……… 15

1. Rancangan Penelitian ………. 15

2. Pelaksanaan Penelitian ………... 16

3. Variabel Pengamatan ……….. 18

4. Analisis Data ……….. 19

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………. 20

A. Indeks Luas Daun/ILD ………. 20

B. Diameter Tanaman ……… 25

C. Jumlah Bunga Akumulatif per Tanaman ……….. 28

D. Jumlah Polong per Tanaman ………. 30

E. Jumlah Biji per Tanaman ………... 30

F. Berat 100 Biji ……… 31

G. Berat Brangkasan Kering ……….. 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 34

A. Kesimpulan ……… 34

B. Saran ……….. 34

DAFTAR PUSTAKA ……… 35

LAMPIRAN ……….. 38

vii

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh ILD akibat penutupan kanopi ………. 21

2. Pengaruh ILD akibat stres air ……… 22

3. Data ILD akibat penutupan kanopi dan stres air ………. 24

4. Jumlah bunga akumulatif per tanaman ……… 28

5. Jumlah polong per tanaman ………. 30

6. Jumlah biji per tanaman ……….. 31

7. Berat 100 biji kacang tunggak antar perlakuan penutupan kanopi dan stres air ……. 32

8. Berat brangkasan kering kacang tunggak antar perlakuan penutupan kanopi dan stres air ………. 32

viii

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Indeks Luas Daun antar perlakuan penutupan kanopi ………... 20

2. Indeks Luas Daun antar perlakuan kurang air ……… 22

3. Indeks Luas Daun antar perlakuan kurang air dan penutupan kanopi ……… 23

4. Diameter batang antar perlakuan penutupan kanopi ……….. 26

5. Diameter batang antar perlakuan kurang air ……….. 26

6. Diameter batang antar perlakuan kurang air dan penutupan kanopi ……… 27

ix

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil sidik ragam Indeks Luas Daun ……… 38

2. Hasil sidik ragam diameter batang ……….. 38

3. Hasil sidik ragam tanaman mulai berbunga ………. 38

4. Hasil sidik ragam jumlah bunga akumulatif ……… 39

5. Hasil sidik ragam jumlah polong ………. 39

6. Hasil sidik ragam jumlah biji per tanaman ……….. 39

7. Hasil sidik ragam berat per biji ……….. 40

8. Hasil sidik ragam berat 100 biji ……… 40

9. Hasil sidik ragam berat tanaman total ……….. 40

10.Hasil sidik ragam berat brangkasan segar ……… 41

11. Hasil sidik ragam berat brangkasan kering ……….. 41

12.Foto penelitian ……….. 42

x

(12)

INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata [L. ]Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN PENYESUAIAN PANJANG HARI DAN STRES AIR

ABSTRAK

Sunarso. S610809015. 2014. Induksi Pembungaan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata [L. ]Walp) Di Luar Musim Dengan Penyesuaian Panjang Hari Dan Stres Air. Tesis. Penelitian ini di bawah bimbingan I. Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS. Pembimbing II. Dr. Ir. Pardono, MP. Program Studi Agronomi, Program Pascasarjana, Unoversitas Sebelas Maret.

Hasil penelitian Indrastianingrum dan Putri menunjukkan, bahwa tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata [L. ] Walp) diduga merupakan tanaman hari pendek. Agar tanaman tetap dapat menghasilkan polong dan biji tentu perlu rekayasa. Penutupan kanopi/penyungkupan dengan plastik kedap cahaya selama 2 jam dicoba untuk menginduksi pembungaan tanaman kacang tunggak disamping stres karena kekeringan serta interaksi keduanya.

Penelitian ini bertujuan untuk a) Mendapatkan informasi tentang rekayasa/ manipulasi tanaman hari pendek dengan penutupan kanopi, sehingga tanaman kacang tunggak berbunga, b) Mendapatkan informasi tentang stres air dalam mempengaruhi pembungaan tanaman kacang tunggak dan c) Mendapatkan informasi tentang interaksi antara penutupan kanopi dengan stres air dalam memacu pembungaan kacang tunggak

Penelitian dilaksanakan pada Rumah kaca Program Studi Agribisnis Produksi Tanaman, SMK Negeri 1 Mojosongo,Boyolali, dengan jenis tanah regosol, terletak pada 70 30, LS dan 110050, BT dan ketinggian tempat 400 m dpl.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Mei 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor perlakuan. Perlakuan pertama, penggunaan plastik kedap cahaya 3 taraf, yaitu a) Tanpa penutupan plastik kedap cahaya, b) Penutupan dengan plastik kedap cahaya umur 1 bulan, dan c) Penutupan dengan plastik kedap cahaya umur 1 ½ bulan. Perlakuan ke dua yaitu Stress air terdiri dari 4 taraf, yaitu a) Tanpa stress air, b) Stress air pada umur 1 bulan, c) 1 ½ bulan dan d) umur 2 bulan. Tiap petak perlakuan terdiri dari 4 pot yang berisi masing-masing 1 tanaman. Penelitian ini diulang 3 kali. Perlakuan hari pendek dilakukan dengan menutup tanaman dalam pot dengan plastik hitam kedap cahaya selama 2 jam dalam sehari selama 14 hari.

Perlakuan stress kurang air dikerjakan dengan menghentikan pengairan dimulai sesuai saat perlakuan hingga tanaman menunjukkan tanda-tanda kelayuan awal. Pengairan dilakukan pada sore hari. Hasil pengamatan dianalisis dengan anova 0,05 dan apabila ada beda nyata diteruskan dengan uji beda Duncan. Untuk perkembangan variable diameter batang, indeks luas daun dan jumlah bunga per tanaman dibuat grafik.

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Penutupan kanopi belum terbukti dapat memacu pembungaan kacang tunggak secara nyata 2) Stres air yang dicobakan tidak mengubah Indeks Luas Daun/ILD, diameter batang dan jumlah bunga akumulatif secara nyata, tetapi berpengaruh terhadap peningkatan jumlah polong, jumlah biji dan berat 100 biji 3) Tidak terdapat interaksi antara penutupan kanopi dan stres air terhadap induksi pembungaan tanaman kacang tunggak

Kata kunci : Induksi pembungaan, panjang hari, stres air, Vigna unguiculata

xi

(13)

FLOWERING INDUCTION OF COWPEA (Vigna unguiculata [L.] Walp) OFF SEASON WITH LENGTH DAY ADAPTATION AND STRESS OF WATER

ABSTRACT

Sunarso. S610809015. 2014. Flowering Induction of Vigna unguiculata [L. ]Walp Off Season With Length Day Adaptation And Stress Of Water . Tesis. This research is guided by Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS. And Dr. Ir. Pardono, MP.,Agriculture Study Program, Magister Program, Sebelas Maret University.

The results of the study showed Indrastianingrum and Putri, that cowpea ( Vigna unguiculata [ L. ] Walp ) was allegedly a short-day plant. On the off season the plant can still produce pods and seeds would need to be engineered. Canopy closure with light-tight plastic for 2 hours trying to induce flowering cowpea addition to the stress of drought as well as the interaction of both.

The purpose of the experiment are a) to get some information about the engineering the short day plant with closing canopy, so the Vigna unguiculata were flowering, b) to find some information about stress of water in flowering influence of the Vigna unguiculata, c) to get some informaiton about the interaction between closing the plant with canopy and stress of water in the Vigna unguiculata flowering

The experiment was conducted at the Greenhouse Plant Production Agribusiness Program, SMK Negeri 1 Mojosongo, Boyolali, soil type regosol, located at 7º30, south, 11º 05, east and altitude of 400 m above sea level .

The experiment was conducted in February 2011 to May 2011 . Study using Randomized Completed Block Design ( RCBD ) arranged in factorial with two treatment factors. The first treatment, the use of tight plastic 3 levels, a) without plastic light -tight, b) light-resistant plastic 1 month of age, c) and the age of 1 ½ months. Treatment for Stress less water 2 consists of 4 levels, namely : a) Without stress less water, b) less water stress at age 1 month, c) 1 ½ months and d) age 2 months. Each treatment plot consisted of four pots each containing one plant. This study was repeated 3 times. Short day treatment is done by closing plants in pots with black plastic watertight light for 2 hours a day for 14 days .

Less water stress treatment is done by stopping irrigation begins according to the current treatment plant showed signs of early wilting point. Watering is done in the afternoon . Results were analyzed by ANOVA 0.05 and when significant difference test passed with Duncan. For the development of variable diameter stem, leaf area index and number of flowers per plant showing by graphed

According to the result of the experiment can conclude that 1) closing canopy can not really race on flowering of the Vigna unguiculata, 2) stress of water that tried not changes of Leaf Area Index (LAI), steam diameter and the accumulative of flower in a really manner, 3) there is not interaction between closing canopy and stress of water to Vigna unguiculata flowering induction.

Keyword : Flowering induction, length day, Stress of water, Vigna unguiculata

xii

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terkait dengan fotoperiodisitas, ada jenis tanaman yang berbunga tidak bergantung

panjang penyinaran dalam sehari dan ada yang dapat berbunga apabila panjang penyinaran

dalam sehari lebih atau kurang dari periode kritisnya. Tanaman yang dapat berbunga apabila

panjang penyinaran dalam sehari lebih dari periode kritisnya disebut tanaman hari panjang.

Adapun apabila tanaman berbunga yang apabila panjang penyinaran kurang dari periode

kritisnya disebut tanaman hari pendek.

Dari Hasil penelitian Supriyono(2007) di Ngawen, Gunungkidul, menunjukkan bahwa

karabenguk yang ditanam di persawahan atau tidak ternaung, ternyata berbunga bersamaan

sekitar bulan Juni antara tanaman yang ditanam bulan November tahun sebelumnya dan

tanaman yang ditanam bulan April pada tahun yang sama. Hal tersebut disebabkan karena

karabenguk merupakan tanaman hari pendek (Aiming Qi et al., 1999).

Hasil penelitian Indrastianingrum (2009) dan Putri (2009) juga menunjukkan, bahwa

tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata [L. ] Walp) yang ditanam pada bulan Oktober,

hingga umur 3 bulan tanaman tidak menghasilkan polong dan biji. Demikian pula tanaman

yang pada bulan Januari, juga menyebabkan tanaman tidak berbungan dan tidak

menghasilkan biji ketika tanaman dipanen umur 3 bulan. Hal ini diduga, bahwa tanaman

kacang tunggak seperti halnya karabenguk merupakan tanaman hari pendek. Tanaman jenis

ini akan berbunga ketika panjang hari kurang dari periode kritisnya, hal ini terjadi ketika

matahari jauh di utara Khatulistiwa, yaitu sekitar bulan Juni.

Dari kebanyakan petani, hal tersebut tidak terlalu diperhatikan, karena mereka

menanam berdasarkan musim tanam yang mereka yakini, yaitu pada musim kemarau.

1

(15)

2

Pada musim tanam tersebut tentu saja tanaman akan melalui sekitar bulan Juni dan saat itulah

tanaman akan berbunga. Bagi peneliti tentu hal tersebut perlu diperhatikan terkait kapan

penelitian dimulai, untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan

B. Perumusan Masalah

Tanaman kacang tunggak adalah merupakan tanaman hari pendek. Tanaman jenis ini

akan berbunga ketika panjang hari kurang dari 12 jam. Pada penanaman di luar musim tanam

agar tanaman dapat tetap dapat menghasilkan polong dan biji tentu perlu rekayasa.

a. Apakah penutupan kanopi/penyungkupan dengan plastik kedap cahaya selama 2 jam akan

mampu menginduksi pembungaan tanaman kacang tunggak ?

b. Apakah dengan membuat tanaman stres karena kekeringan akan mampu menginduksi

pembungaan tanaman kacang tunggak ?

c. Apakah terjadi interaksi antara pemendekkan durasi siang dengan sungkup plastik kedap

cahaya dan membuat tanaman stres karena kekeringan dalam menginduksi pembungaan ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam upaya diversifikasi ataupun juga substitusi kekurangan kedelai, budidaya

kacang tunggak perlu dikembangkan. Untuk menggairahkan usaha budidaya dan

meningkatkan hasil perlu dilakukan penelitian di luar musim tanam dengan tujuan khusus

sebagai berikut :

a. Mendapatkan informasi, tentang manipulasi tanaman hari pendek dengan penutupan

kanopi , sehingga tanaman kacang tunggak berbunga

b. Mendapatkan informasi tentang stres air dalam mempengaruhi pembungaan kacang

tunggak

(16)

3

c. Mendapatkan informasi tentang interaksi antara penutupan kanopi dan stres air dalam

memacu pembungaan kacang tunggak

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang kacang tunggak masih jarang dilakukan, sedangkan hasilnya

diharapkan mampu mensubstitusi kedelai sebagai penghasil protein nabati. Kontribusi

penelitian yaitu untuk mendapatkan landasan ilmiah mengenai cara budidaya tanaman kacang

tunggak berdasarkan sifat mampu mengikat hara N karena simbiosis dengan rhizobium,

tanaman hari pendek dan pembungaan perlu perhatian khusus. Informasi tentang cara

budidaya yang lengkap dan akurat diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui

usaha diversifikasi sumber protein nabati penyubstitusi atau pengganti sebagian kedelai.

Dengan diperolehnya cara induksi pembungaan kacang tunggak di luar musim,

memungkinkan petani lebih leluasa untuk memproduksi bahan ini sepanjang tahun. Di sisi

lain memungkinkan untuk diteliti beberapa jenis tanaman hari pendek untuk dapat diperoleh

cara induksi pembungaannya, sehingga dapat ditanam di luar musim.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Kacang tunggak

Kacang tunggak (Vigna unguiculata [L. ] Walp) yang juga disebut juga

kacang tolo merupakan tanaman sayuran dataran rendah. Tanaman ini diusahakan

sebagai tanaman sela sehabis tanaman pokok (Samsudin cit Indrastianingrum, 2009).

Kandungan gizi tanaman kacang tunggak adalah ,,9 % protein, 1,4 % lemak, dan 331

kalori lebih rendah dari kedelai dengan 34,9 % protein, 18,1 % lemak dan 342 kalori

(Anomin, 2008a cit Indrastianingrum, 2009). Kacang tunggak dapat ditanam di

sawah maupun tegal, dapat monokultur maupun tumpangsari dengan jagung, ubi

kayu, padi gogo, cabe ataupun kapas (Indrastianingrum, 2009). Kacang tunggak dapat

beradaptasi baik di daerah agak kering (semiarid) dengan suhu berkisar antara 20-250

C, dapat tumbuh di lahan marginal dengan drainase yang baik. Kacang tunggak

merupakan tanaman yang dapat menyerbuk sendiri dan persarian terjadi sesaat

sebelum bunga mekar (Trustinah , 2009).

Kacang tunggak adalah sayuran penting dan juga dikenal luas sebagai tanaman

kacang bijian. Domestikasi kacang tunggak yang paling mungkin adalah di wilayah

tropika sabana Afrika Barat, tetapi diversitas kerabat liarnya banyak ditemukan di

Afrika Tenggara. Kacang tunggak banyak ditanam di Afrika. Tipe kultivar kacang

tunggak yang dibudidayakan sangat beragam, mulai dari tipe merambat interminate

hari pendek hingga tipe determinate tegak hari netral ( Putri, 2009) .

4

(18)

5

Berikut ini adalah merupakan klasifikasi tanaman kacang tunggak :

Phylum : Spermatophyta

Class : Angiospermae

Subclass : Dicotyledoneae

Ordo : Leguminales

Family : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna unguliculata ( L.,) Walp

Di beberapa daerah, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur kacang

tunggak lebih dikenal dengan nama kacang tholo atau kacang dadap. Tanaman kacang

tunggak memiliki batang pendek berbuku-buku dengan daun agak kasar yang melekat

pada tangkai daun yang panjang, dengan posisi daun bersusun tiga. Tanaman ini

memiliki akar menyebar di tanah dengan kedalaman antara 30-60 cm, akar tersebut

dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. yang dapat mengikat nitrogen bebas

dari udara.

Kacang tunggak relatif tahan kering, tumbuh baik pada lahan yang kurang

subur serta gangguan oleh organisme pengganggu tanaman relatif terbatas (Trustinah,

2006). Beberapa sumber pada Trustinah (2006), juga menyebutkan bahwa di

Indonesia , kacang tunggak telah lama dibudidayakan sebagai penghasil sayuran

segar, daun muda dan polong muda, serta biji kering untuk sayuran dan campuran

urapan/trancam. Potensi kacang tunggak juga dapat dikembangkan juga sebagai

kecambah, tempe, kecap, tauco, tahu dan tepung. Petani dapat menanam kacang

tunggak dengan varietas lokal dengan umur panjang (4 bulan), namun pada tahun

(19)

6

hingga 70 hari dengan potensi hasil 1,2 hingga 2,1 t/ha.Dibanding kedelai Wilis

dengan berat 100 biji sebesar 11,62 g, kacang tunggak lokal Muneng lebih rendah,

yaitu 9,59 g, sedang kacang tunggak unggul lebih tinggi, untuk KT 1 sebesar 14,38 g

dan KT 5 sebesar 13,99 g. Kandungan protein kacang tunggak lebih rendah dibanding

kedelai Wilis 43,54 % , adapun kacang tunggak lokal Muneng 25,01 %, kacang

tunggak KT 1 sebesar 26,16 dan KT 5 sebesar 23,61 %. Kandungan lemak kacang

tunggak juga jauh lebih rendah, untuk lokal Muneng 0,99 %, KT 1 sebesar 1,75 %

dan KT 5 sebesar 1,36 % dibanding kedelai Wilis 17,90 % (Utomo dan Ginting,

1997).

Penuaan tanaman berbiji sekali beradaptasi pada musim kering untuk

menghindari kekeringan dan dehidrasi . Nisbah stress air tanaman kacang tunggak

genotip CB 5 yang menua dan 8517 yang menunda penuaan daun dipengaruhi oleh

perlakuan pengairan. Produksi polong kacang tunggak genotip CB 5 dan 8517

dipengaruhi oleh berbagai perlakuan air ketika berumur 62 hingga 80 hst (Gwathmey

and Hall, 1992). Produktivitas kacang tunggak dapat menurun karena cuaca panas

selama pembungaan (Marfo and Hall, 1991).

2. Induksi pembungaan

Untuk meningkatkan keseragaman pembungaan pada suatu tanaman salah satu

upayanya adalah dengan induksi pembungaan. Induksi pembungaan dapat dilakukan

secara eksogen dengan beberapa cara, antara lain dengan modifikasi panjang hari

(Suparno, 2011)

Bunga kacang tunggak bertangkai panjang dengan 4 - 6 unit bunga, tersusun secara

berseling dalam suksesi akropetal. Setiap unit bunga, merupakan sebuah tangkai

(20)

7

sederhana yang tersusun dari 6 - 12 tunas bunga. Pembentukan bunga dimulai dari

tangkai bunga yang posisinya paling rendah dan secara berurutan berlanjut pada

tangkai berikutnya dengan posisi yang lebih tinggi (Gardner et al, 1991). Tunas bunga

yang berada pada simpul atas membutuhkan hari pendek untuk berkembang menjadi

bunga dibandingkan dengan tunas yang berada pada simpul yang berada di bawah

(Lush dan Evans, 1980)

Pembungaan kacang tunggak terjadi pada saat tanaman berumur kurang lebih

30 hari. Kacang tunggak merupakan tanaman hari pendek, dalam satu hari hanya

membutuhkan penyinaran kurang dari titik periode kritis. Indrastianingrum (2009)

dan Putri (2009) menunjukkan bahwa tanaman kacang tunggak yang ditanam diluar

musim yakni bulan Oktober, hingga umur 3 bulan tanaman tidak menghasilkan

polong dan biji. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembungaan tidak berhasil.

a. Panjang hari

Panjang hari dan suhu adalah merupakan faktor lingkungan yang dapat

mengedalikan induksi bunga. Respon suatu tanaman terhadap cahaya matahari akan

bervariasi, hal ini tergantung dari jenis tanamannya. Ada jenis tanaman yang

menghendaki cahaya matahari penuh (sun loving), tetapi ada juga jenis tanaman yang

justru tidak tahan terhadap cahaya matahari yang terlalu kuat (shade plant). Respon di

atas dikenal dengan istilah fotoperiodisme (Ariffin, 2008)

Hasil penelitian Indrastianingrum dan Putri menunjukkan, bahwa tanaman

kacang tunggak (Vigna unguiculata [L. ] Walp) diduga merupakan tanaman hari

pendek, sehingga tidak akan berbunga apabila lama penyinaran melampaui ambang

kritis. Sama halnya tanaman kedelai, bahwa tanaman kacang tunggak akan berbunga

(21)

8

lama penyinaran melebihi periode kritis, maka tanaman akan meneruskan

pertumbuhan vegetatif tanpa pembungaan (Baharsjah et al., 1985)

Menurut Wang et al., (1998 cit. Ariffin (2008) fitokrom ialah pigmen yang

berperan untuk menyerap cahaya. Dalam hubungannya dengan pengendalian

fotoperiodisme, maka aksi fitrokom sangan ditentukan dari ketersediaan cahaya yang

banyak atau kaya akan cahaya yang berspektrum merah-jingga. Cahaya yang

digunakan fotosintesis adalah cahaya yang memiliki panjang gelombang Antara

400-700 nm. Cahaya itu disebut sebagai radiasi aktif untuk fotosintesis (Photosynthetic

active Radiation/PAR) (Purnomo, 2005).

Organ tanaman yang bertugas menerima stimulus fotoperiodisme adalah daun.

Daun yang paling cepat menerima rangsangan, adalah daun yang dalam keadaan

terbuka penuh dan daun tua. Menurut Baharsjah et al., (1985) , bahwa

Florigen suatu hormone pembungaan yang belum dapat diidentifikasi, merupakan zat

yang disintesis dalam daun setelah terjadi rangsangan panjang hari.

Stres panas selama vegetatif dan pada tahap awal reproduktif menyebabkan

pengguguran kuncup bunga pada kacang tunggak dan beberapa jenis tanaman lain

yang tumbuh di bawah hari-hari panjang dan secara substansial mengurangi

produktivitas (Ahmed dan Hall, 1993). Panas akan menyebabkan penurunan hasil biji

kancang tunggak yang disebabkan oleh penurunan polong dan indeks panen ( Ismail

dan Hall, 1999).

Setelah inisiasi, perkembangan kuncup bunga dipengaruhi oleh kombinasi

suhu malam yang tinggi dan panjang fotoperiode (Dow el-madina dan Hall, 1986;

Patel dan Hall, 1990; cit. Ismail dan Hall, 1999). Dua minggu atau lebih suhu malam

(22)

9

perkecambahan dapat menyebabkan penekanan pada kuncup bunga dan mencegah

pembungaan (Ahmed dan Hall, 1993 cit. Ismail dan Hall, 1999).

Jika kacang tunggak dibudidayakan di luar musim yang dalam satu hari lama

penyinaran lebih dari titik periode kritis. Agar dapat menghasilkan produksi tanaman

kacang tunggak harus berhasil dalam proses pembungaan untuk itu agar induksi

pembungaan berhasil maka diperlukan suatu perlakuan yang dapat mengurangi

panjang penyinaran tersebut antara lain dengan tumpangsari. Perlakuan tersebut

fungsinya agar tanaman kacang tunggak ternaungi, jika kacang tunggak ternaungi

dengan baik dapat dimungkinkan lama penyinaran cahaya dalam sehari diserap

secara efisien oleh tanaman kacang tunggak sehingga tidak berlebih dan dapat

menginduksi pembungaan dengan baik.

Faktor yang dapat merangsang perkembangan reproduksi suatu tanaman

antara lain suhu, cahaya, persediaan makanan dalam tubuh tanaman serta unsur hara.

Lama penyinaran menentukan jumlah energi radiasi surya, sehingga mempengaruhi

pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Sedangkan panjang hari

menentukan proses perkembangan tanaman melalui respon fotoperiodisme,namun

tidak bergantung pada intensitas energi radiasi surya melainkan periode pencahayaan

mulai matahari terbit hingga terbenam. Panjang hari mengontrol perubahan fase-fase

perkembangan tanaman yang pada akhirnya menentukan tidak saja produktivitas

melainkan juga kualitas hasil tanaman.

Karamoy (2009) menuliskan bahwa proses pembungan terjadi karena adanya

pigmen yang tanggap rangsangan cahaya. Pigmen tersebut merupakan protein yang

mudah larut dan dikenal dengan istilah fitokrom. Cahaya dengan panjang gelombang

(23)

10

arah terbentuknya bunga. Hal tersebut berpengaruh alam menginduksi pembungaan

karena semakin besar radiasi surya yang diserap maka akan merusak enzim yang

dapat menganggu etabolisme tanaman terutama kemampuan di dalam mensisntesis

protein.Elisa cit Nasution (2011) menyatakan bahwa Induksi bunga (evokasi) adalah

tahap awal dari proses pembungaan,yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif

diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif yang terjadi di dalam

sel.Hal tersebut dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat

dan protein, yang ibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel

b. Stres air

Ketersediaan air juga merupakan faktor yang memegang peranan penting

dalam proses budidaya yang bertujuan untuk mendapatkan produktivitas yang

optimum. Tanaman akan menunjukkan respon tertentu apabila mengalami

kekurangan air (stres air). Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh

tingkat stres yang dialami dan fase pertumbjuhan tanaman saat mengalami stres. Jika

stres air terjadi pada fase pertumbuhan vegetative yang cepat, pengaruhnya akan

lebuh merugikan dibandingkan jika stres air pada fasepertumbuhan lainnya (Islami

dan Utomo, 1995).

Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat

penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari

kehidupan, tanaman dimana kandungan air didalam tanaman antara 70-90 %

tergatung dari umur, jaringan tertentu.

(24)

11

Fungsi air di dalam tanaman diantaranya adalah :

a. Pelarut dan medium untuk reaksi kimia

b. Medium untuk transport, zat terlarut organikdan anorganik

c. Medium yang memberikan turgor pada sel tanaman. Turgor

menggalakan pembesaran sel, struktur tanaman dan penempata daun.

d. Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul-molekul koloid, untuk

enzim air hidrasi membantu memelihara struktur dan memudahkan

fungsi katalis.

e. Bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi-reaksi

kimia lainnya dalam tumbuhan.

f. Evaporasi air (transpirasi) untuk menjaga suhu tanaman supaya

konstan (Gardner, Pearce, dan Mitchell, , 1991).

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan, bahwa tanaman

mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya, yaitu media

tanam (Mathius et., 2001). Defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan

vegetative tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tegangan turgor.

Kondisi air yang ada pada tubuh tanaman seringkali menjadi faktor pembatas

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Kekurangan kebutuhan air pada tanaman

dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang

diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar air dalan tanah yang

ditentukan oleh pF (kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar

untuk menyerapnya ( Jumin, 1992).

Stres air terjadi, jika tanaman sudah tidak mampu lagi menghisap dan

(25)

12

tananam terhadap kekeringan ditunjukkan oleh kemampuannya berproduksi pada

kodisi kekeringan, yang dapat diukur sebagai penurunan hasil pada kondisi

kekeringan dibandingkan pada kondisi normal (Nugraheni, I. T. 2002).

Kekurangan air pada tanaman dapat terjadi karena ketersediaan air dalam

media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor

tersebut. Di lapangan, walaupun di dalam air tanah cukup tersedia, tanaman dapat

mengalami stres/cekaman (kekurangan) air. Hal ini terjadi, jika kecepatan absorbsi

tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi (Islami dan

Utomo, 1995). Apabila tanaman dihadapkan dalam kondisi kering, maka akan

terdapat 2 macam respon yang dapat memperbaiki status air, yaitu tanaman mengubah

asimilat untuk lebih banyak mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan

tajuk, atau tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat

kehilangan air lewat transprasi (Mansfield dan Atkinson, 1990).

Burstom (1956 dalam Jumin 1992), menyebutkan bahwa defisit air langsung

mempengaruhi pertumbuhan vegetasi tanaman. Proses ini pada sel tanaman

ditentukan oleh tegangan turgor

Menurut Yahya (1988 dalam Jumin 1992), selama perkembangan vegetatif,

kekurangan yang bagaimanapun kecilnya dapat mengurangi laju pelebaran daun dan

LAI pada perkembangan berikutnya. Kekuangan air yang parah dapat menyebabkan

penutupan stomata yang mengurangi pengambilan CO2 dan produksi berat kering.

Jadi jelaslah, bahwa pertumbuhan sangat peka terhadap cekaman air dan daun kurang

berkembang selama terjadi cekamana air. Respon atas cekaman air menyebabkan

stomata daun tertutup, sehingga menghambat saat pembentukan bunga.

(26)

13

B. Kerangka berpikir.

Kacang tunggak dapat digunakan sebagai pengganti (substitusi) ataupun diversifikasi

kedelai. Tanaman kacang tunggak diduga jenis tanaman hari pendek, sehingga untuk dapat

berbunga memerlukan pencahayaan kurang dari 12 jam. Hal inilah yang akan menjadi

kendala , apabila di taman di luar musimnya. Oleh sebab itu upaya meningkatkan hasil

kacang tunggak perlu dilakukan rekayasa agar mampu berbunga dan menghasilkan biji

sepanjang tahun. Salah satu solusinya adalah dengan menyungkup tanaman dengan plastik

(27)

14

C. Hipotesis

Perlakuan penutupan kanopi tanaman dengan plastik kedap cahaya dan stres air

mampu menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim

(28)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Green House ,Program Studi Agribisnis Produksi

Tanaman, SMK Negeri 1 Mojosongo,Boyolali, dengan jenis tanah regosol, terletak pada

70 30, LS dan 110050, BT dan ketinggian tempat 400 m dpl. Penelitian dilaksanakan

pada bulan Februari 2011 sampai Mei 2011.

B.Bahan dan Alat Penelitian

Bahan Penelitian meliputi benih kacang tunggak lokal Jumantono, kantong plastik

kedap cahaya, pupuk SP-36, KCl dan air. Adapun alat yang digunakan meliputi : papan

nama, sprayer, roll meter/penggaris, timbangan dan oven.

C.Cara Kerja Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian umur aplikasi hari pendek dan stress kurang air

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang

disusun secara faktorial dengan dua faktor perlakuan, meliputi :

Penutupan tanaman dengan plastik kedap cahaya 3 taraf, yaitu :

PO : Tanpa plastik kedap cahaya

P1 : Penutupan dengan plastik kedap cahaya umur 1 bulan

P2 : Penutupan dengan plastik kedap cahaya umur 1 ½ bulan

15

(29)

16

Stres air terdiri dari 4 taraf, yaitu :

A0 : Tanpa stres air

A1 : Stres air pada umur 1 bulan

A2 : Stres air pada umur 1 ½ bulan

A3 : Stres air pada umur 2 bulan

Dua belas kombinasi perlakuan tersebut diulang tiga kali.

P0A0 P1A0 P2A0

P0A1 P1A1 P2A1

P0A2 P1A2 P2A2

P0A3 P1A3 P2A3

2. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan media

Media tanah dikering anginkan, kemudian dimasukkan ke dalam pot sejumlah

perlakuan dikalikan ulangan.

b. Penataan petak perlakuan

Tiap petak perlakuan terdiri dari 4 pot yang berisi masing-masing 1 tanaman. Tiap

blok terdiri dari 12 petak perlakuan, berarti ada 48 pot. Penelitian ini masing-masing

ada 3 ulangan/blok, sehingga terdiri dari 144 pot.

c. Penanaman

Benih yang akan ditanam berasal dari Balai Benih atau Lembaga Penelitian, sehingga

daya kecambah dan vigornya diyakini bagus. Penanaman dan penyulaman dilakukan

dengan memasukkan biji lubang tanam sedalam 3 cm. Dalam 1 lubang tanam

ditanami 2 benih kacang tunggak, kemudian setelah umur 10 hari disisakan 1 tanaman

(30)

17

d. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam,

penyulaman ini dilakukan untuk tanaman yang mati atau tidak tumbuh sama sekali.

e. Aplikasi hari pendek dengan menggunakan plastik kedap cahaya.

Perlakuan hari pendek dilakukan dengan menutup tanaman dalam pot dengan plastik

hitam kedap cahaya selama 2 jam dalam sehari. Kegiatan ini dilakukan selama 14

hari. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pagi,siang/sore hari atau umur 1 bulan atau 1 ½

bulan tergantung perlakuan.

f. Perlakuan stres air

Perlakuan stress kurang air dikerjakan dengan menghentikan pengairan dimulai sesuai

saat perlakuan hingga tanaman menunjukkan tanda-tanda kelayuan awal. Selanjutnya

pemberian air dilakukan sesuai keadaan lahan dan tanaman. Pengairan dilakukan pada

sore hari.

g. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma setelah tanaman berumur 2 minggu.

Penyiangan berikutnya dilakukan berdasarkan keberadaan gulma di lapangan.

h. Pengendalian hama dan penyakit

Penyakit yang biasa menyerang kacang tunggak adalah busuk akar Fusariumphaseoli,

sedangkan hama yang biasa menyerang adalah hama penggerek polong. Maruca

testulatis (Rukmana dan Oesman, 2000 cit Indrastianingrum, 2009).

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual atau kimiawi sesuai

kondisi hama di lapangan.

(31)

18

3. Variabel pengamatan

Adapun variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi :

1). Diameter batang

Pengamatan diameter batang dilakukan 2 mm di atas tanah setiap 2 minggu sekali pada

tanaman sampel, dimulai dari tanaman berumur 2 minggu setelah tanam sampai

pertumbuhan vegetatif berakhir.

2). Indeks Luas Daun

Indeks luas daun adalah perbandingan luas daun total 1 tanaman dengan luas

tegakannya, yang disebut juga Leaf area index (LAI). Indeks luas daun dihitung

dengan cara :

Indeks Luas Daun : LD/LT

Keterangan : LD = Luas daun 1 tanaman

LT = Jarak tanam dalam baris x jarak tanam antar baris

Luas daun 1 tanaman = luas daun rata-rata x jumlah daun

Luas daun rata-rata = rata-rata luas daun atas, tengah dan bawah

Luas 1 daun dihitung dengan menghubungkan luas daun dengan panjang x lebar daun

dengan persamaan Y = aX + b

Dimana, Y = luas daun

X = panjang x lebar daun

3). Jumlah bunga per tanaman

Jumlah bunga dihitung tiap hari pada tanaman sampel di ambil yang berbunga secara

akumulatif.

4). Saat mulai berbunga

(32)

19

5). Berat brangkasan segar

Pengamatan dilakukan dengan cara mencabut dan membersihkan tanaman dari tanah

yang melekat pada akar, kemudian ditimbang kecuali polongnya. Penimbangan

dilakukan setelah dilakukan pengamatan pemanenan dan tanaman dalam keadaan segar

6). Berat brangkasan kering

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang brangkasan setelah tanaman

dikeringkan dengan cara dijemur, kemudian di oven pada suhu 800C hingga mencapai

berat konstan, kemudian ditimbang.

7). Komponen hasil

Pada komponen hasil diamati jumlah polong rata-rata per tanaman, jumlah biji per

polong dan berat 100 biji.

4. Analisis Data

Dari hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varian taraf nyata 5 % dan apabila ada

beda nyata diteruskan dengan uji beda Duncan. Untuk perkembangan variable diameter

batang, indeks luas daun dan jumlah bunga per tanaman dibuat grafik.

(33)

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Indeks luas daun/ILD

Indeks luas daun merupakan pembagian dari luas daun satu tanaman dibagi luas

tegakannya. Perlakuan penutupan kanopi dilakukan dengan tujuan membuat hari

pendek terjadi terhadap tanaman tersebut, sehingga tanaman tersebut mampu berbunga

dan menghasilkan biji. Apabila hal tersebut terjadi, maka pertumbuhan vegetatif akan

cenderung terhenti dan energi digunakan untuk pertumbuhan generatif. Dengan

demikian setelah penutupan dilakukan pertumbuhan daun yang tercermin pada Indeks

Luas Daun/ILD akan menurun. Untuk melihat hal tersebut disajikan Gambar grafik. 1

yang menghubungkan antara saat pengamatan mulai 24 hari setelah tanam hingga 84

hari dengan nilai ILD.

Gambar 1. Indeks Luas daun antar perlakuan penutupan kanopi

20

(34)

21

Berdasarkan gambar grafik 1. dan lampiran 1. kecuali penutupan kanopi umur

56 hari tidak ada perbedaan antar perlakuan. Pada umur 56 hari terjadi perbedaan antara

penutupan 1 bulan yang menyebabkan ILD lebih tinggi dibanding tidak ditutup dan

ditutup umur 1,5 bulan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh ILD akibat penutupan kanopi.

Penutupan kanopi selama 14 hari ILD umur 56 hr

P0 (tidak ditutup) 3,9358

P1 ( ditutup umur 1 bulan) 4,3250

P2 ( ditutup umur 1,5 bulan) 3,8183

Ket. : Angka berdasar uji Duncan 5 %

Indeks luas daun yang tinggi pada perlakuan penutupan kanopi umur 1 bulan

mampu meningkatkan ILD hanya pada saat umur 56 hari atau saat pertumbuhan

maksimum. Hal tersebut tentu perlu dilihat pada variabel pertumbuhan lain, seperti

diameter batang,jumlah bunga dsn jumlah polong per tanaman berikutnya . Adapun

perkembangan indeks luas daun antar perlakuan stres air disajikan pada Gambar

grafik. 2.

(35)

22,

Gambar grafik. 2. Indeks Luas daun antar perlakuan kurang air

Juga berdasarkan gambar frafik 2. dan lampiran 2. kecuali umur 42 hari tidak

ada perbedaan antar perlakuan. Pada umur 42 hari pun ternyata perbedaan terjadi antara

kontrol dengan perlakuan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh ILD akibat stres air umur 42 hari.

Ket. : Angka diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasar uji Duncan 5 %

Indeks luas daun yang tinggi pada perlakuan stres air umur 1 bulan, 1,5 bulan

dan 2 bulan mampu meningkatkan ILD hanya pada saat umur 42 hari atau saat

menjelang pertumbuhan maksimum. Hal tersebut tentu perlu diamati pada variabel

pertumbuhan lain berikutnya tentang hal tersebut. Adapun perkembangan indeks luas Perlakuan ILD umur 42 hari

A0 (tanpa stres air) 2,2800 b

A1(stres air pada umur 1 bulan)

2,5533 b a

A2(stres air pada umur 1,5 bulan)

2,68, a

A3(stres air pada umur 2 bulan)

2,3933 b a

(36)

23

daun antar perlakuan penutupan kanopi dan stres kurang air disajikan pada

Gambar grafik. 3

Gambar grafik. 3. Indeks Luas daun antar perlakuan kurang air dan penutupan kanopi

Sebagaimana berlandaskan gambar grafik 3., kecuali umur 56 dan 70 hari tidak

ada perbedaan antar perlakuan. Perbedaan terjadi antara kontrol dengan perlakuan ada

disajikan pada Tabel 3.

(37)

24

Tabel 3. Data Indeks Luas Daun/ ILD akibat penutupan kanopi dan stres air.

Ket. : Angka dalam kolom berdasar uji Duncan 5 %

Ternyata berbagai perlakuan penutupan kanopi dan stres air tidak mampu

mengubah ILD pada umur 56 hari dibanding kontrolnya (P0A0). Demikian juga pada

ILD umur 70 hari ternyata perlakuan penutupan kanopi umur 1 bulan dan 1,5 bulan

tanpa stres air juga tidak mampu meningkatkan ILD tanaman secara nyata.

Perlakuan stres air umur 1bulan, 1,5 bulan dan 2 bulan meningkatkan ILD umur

42 hari. Karena umur 42 hari belum dilakukan stres kurang air umur 2 bulan, maka

tentulah perbedaan tersebut bukan karena perlakuan namun karena sebab lain.

Perlakuan penutupan kanopi umur 1 bulan meningkatkan ILD umur 56 hari. Penutupan

kanopi umur 1 dan 1,5 bulan tanpa perlakuan sres air meningkatkan ILD umur 70 hari.

Dengan demikian penutupan kanopi terutama umur 1bulan tanpa stres air mampu

meningkatkan ILD umur 56 dan 70 hari. Hal tersebut disebabkan karena lebih tingginya

hasil asimilat akibat penutupan kanopi, rendahnya fotorespirasi saat umur 1 bulan

(38)

25

Menurut Goldsworthy dan Fisher, (1992), bahwa indeks luas daun yang

merupakan ukuran perkembangan tajuk, sangat peka terhadap cekaman air, yang

mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun, peningkatan

penuaan dan perontokan daun, atau keduanya. Perluasan daun lebih peka terhadap

cekaman air daripada penutupan stomata. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan

penuaan daun akibat cekaman air cenderung terjadi pada daun-daun yang lebih bawah,

yang paling kurang aktif dalam fotosintesa dan dalam penyediaan asimilat, sehingga

kecil pengaruhnya terhadap hasil

Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesa, karena turgiditas sel

penjaga stomata akan menurun. Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan,

1995). Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada daun

akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada akhirnya akan

mengurangi laju fotosintesa (Goldsworthy dan Fisher, 1995).

B. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur diatas permukaan tanah menggunakan jangka sorong.

Gambar grafik. 4 menghubungkan antara saat pengamatan mulai 24 hari setelah tanam

hingga 56 hari dengan nilai diameter batang.

(39)

26

Gambar grafik 4. Diameter batang antar perlakuan penutupan kanopi

Berdasarkan gambar grafik 4. dan lampiran 2. tidak ada perbedaan antar

perlakuan penutupan kanopi pada diameter batang. Hal tersebut disebabkan karena

usaha pemacuan pembungaan melalui penutupan kanopi tidak sampai menurunkan

pengadaan hasil asimilat secara keseluruhan. Untuk mengetahui hubungan antara stres

kurang air terhadap diameter batang tanaman dapat dilihat pada Gambar grafik 5.

Gambar grafik 5. Diameter batang antar perlakuan kurang air

(40)

27

Seperti halnya pada perlakuan penutupan kanopi, perlakuan stres air juga tidak

menunjukkan diameter batang secara nyata dari umur 14, 28, 42 hingga 56 hari. Hal ini

jelas disebabkan ringannya stres yang diberikan. Stres yang terjadi belum

mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara nyata.Untuk melihat hubungan antara

kombinasi stres air dan penutupan kanopi tanaman terhadap diameter batang tanaman

disajikan Gambar grafik 6.

Gambar grafik 6. Diameter batang antar perlakuan kurang air dan penutupan kanopi

Ternyata berbagai perlakuan penutupan kanopi dan stres air tidak mampu

mengubah diameter batang tanaman pada umur 14, 28, 42 dan 56 hari. Untuk perlakuan

umur 1,5 bulan dan atau lebih memang seharusnya tidak mengubah diameter batang

mengingat perlakuan dilakukan sangat dekat atau setelah pengukuran. Namun ternyata

perlakuan umur 1 bulanpun tidak mengubah diameter batang umur 42 dan 56 hari. Hal

ini disebabkan perlakuan yang diberikan tidak mengubah pertumbuhan tanaman yang

(41)

28

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus

akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya

tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar

air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).

C. Jumlah bunga akumulatif per tanaman (kuntum)

Jumlah Bunga dihitung dari waktu ke waktu mulai umur 49 hingga 77 hari.

Rerata hasil akumulatifnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 : Jumlah Bunga Akumulatif per Tanaman

Berdasarkan lampiran 3, menunjukkan bahwa jumlah bunga akumulatif tidak

berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 4, ternyata kontrol baik penutupan kanopi maupun

stres air yang diarahkan untuk memacu pembungaan juga menghasilkan bunga, karena

ternyata masih dalam zone toleransi.

Menurut Shelford (1913 dalam Levitt 1980) menyatakan bahwa Selama

penambahan suatu taktor menyebabkan peningkatan respons, kita katakan faktor

itu kahat. Jika peningkatan faktor tidak mengubah respons,faktor berada di

zone toleransi.Taraf terendah faktor yang masih dapat memberikan respons

tertinggi disebut optimum. Apabila penambahan faktor menyebabkan

(42)

29

Rentang antara optimum dan keracunan dinamakan konsumsi berlebih. Tentu saja

unsur non-esensial tidak berpengaruh sampai ia menjadi racun, dan beracun ini kadang

dapat mematikan, baik unsur atau faktor lain itu esensial maupun non esensial, yang di

sebut dengan Hukum Toleransi.

Tanggap pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap cekaman air tergantung fase

pertumbuhan saat cekaman air tersebut terjadi. Jika cekaman air terjadi pada fese

pertumbuhan vegetatif yang cepat, pengaruhnya akan lebih merugikan dibandingkan

dengan jika cekaman air terjadi pada fese pertumbuhan lainnya. Proses-proses fisiologi

yng mengakibatkan perubahan hasil karena cekaman air, digambarkan oleh Hsio dkk.

tahun 1976 seperti pada gambar berikut (Islami dan Utomo, 1995 ; Hale dan Orcutt,

1987).

Gambar 7. Sensitivitas umum terhadap kekurangan air berdasarkan proses atau parameter tanaman

(43)

30

Hasil penelitian Turk dan Hall pada tahun 1980 dan Lawn tahun 1982

menunjukkan bahwa kacang tunggak berbunga dan masak lebih awal dibawah tingkat

cekaman air sedang, tetapi cekaman air yang berat menunda aktivitas reproduktif

(Goldsworthy dan Fisher, 1992).

D. Jumlah polong per tanaman (polong)

Seperti halnya Jumlah Bunga, jumlah polong juga dihitung dari waktu ke waktu

mulai umur 70 hingga 90 hari. Rerata hasil akumulatifnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 : Jumlah Polong per tanaman

Ket. : Angka diikuti huruf sama dalam baris dan kolom tidak berbeda nyata berdasar DMRT.05

Berdasarkan lampiran 5, antar jumlah polong akumulatif tidak berbeda nyata.

Berdasarkan Tabel 5 ternyata kontrol baik penutupan kanopi maupun stres air yang

diarahkan untuk memacu pembungaan juga menghasilkan polong. Jumlah polong

terbanyak diperoleh pada perlakuan penutupan kanopi umur 1,5 bulan dan stres air

juga umur 1 bulan

E. Jumlah biji per tanaman (biji)

Pada sebagian besar perlakuan penutupan dengan plastik kedap cahaya umur 1

dan 1,5 bulan ternyata mampu meningkatkan jumlah biji per tanaman. Stres kurang air

umur 1 bulan juga meningkatkan jumlah biji per tanaman secara nyata. Kombinasi

stress air umur 1 bulan dan penutupan kanopi umur 1,5 bulan ternyata menghasiklan

(44)

31

jumlah biji per tanaman tertinggi. Hal tersebut disajikan pada Lampiran 6 dan

Tabel 6.

Tabel 6 : Jumlah Biji per tanaman

Stress Air

menginisiasi pembungaan yang akhirnya meningkatkan jumlah biji per tanaman.

Demikian pula penutupan plastik pada umur 1,5 bulan, oleh karena perlakuan yang

ujikan baik penutupan kanopi maupun stres air telah melampaui fase pertumbuhan

vegetatif, maka tidak akan merugikan tetapi malah mampu meningkatkan jumlah biji

per tanaman.

Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang

dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami stres. Jika stres air terjadi pada

fase pertumbuhan vegetatif yang cepat, pengaruhnya akan lebih merugikan

dibandingkan jika stres air pada fase pertumbuhan lainnya (Islami dan Utomo, 1995).

F. Berat 100 Biji (gram)

Berat 100 biji sebenarnya mencerminkan berat satuan biji. Bila berat satuan biji

dikalikan jumlah biji per polong dan dikalikan jumlah polong per tanaman, maka akan

merupakan hasil satu tanaman.Berat 100 biji antar perlakuan penutupan kanopi dan

stress kurang air disajikan pada Tabel 7.

(45)

32

Tabel 7 : Berat 100 biji kacang tunggak antar perlakuan penutupan kanopi dan stress air

Penutupan Stres Air

Ternyata antara stress air dan penuutpan kanopi tidak berinteraksi pada berat

100 biji kacang tunggak. Stres air bahkan meningkatkan berat 100 biji kacang tanah,

Penutupan kanopi umur 1 bulan juga meningkatkan 100 biji kacang tunggak secara

nyata.

G. Berat Brangkasan KeringTanaman (gram)

Brangkasan tanaman merupakan tubuh tanaman diluar hasil yang berupa biji.

Brangkasan juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Dari sisi pertumbuhan

tanaman, brangkasan juga merupakan tempat simpan (sink) yang juga mengambil hasil

asimilat sebagaimana biji. Hasil brangkasan kering tanaman antar perlakuan disajikan

pada Tabel 8.

Tabel 8 : Berat brangkasan kering kacang tunggak antar perlakuan penutupan kanopi dan stress air

interaksi tidak berbeda nyata pada berat brangkasan kering kacang tunggak. Stres air

tidak mengubah berat brangkasan kering secara nyata. Demikian pula untuk penutupan

(46)

33

air pada tanaman kacang tunggak ternyata masih dalam ambang toleransi, sehingga

tidak memberikan pengaruh nyata pada parameter berat brangkasan kering.

Berbagai spesies tanaman bertahan terhadap kekeringan dan memberikan

toleransi akibat cekaman dengan berbagai cara.Terdapat berbagai bentuk

penghindaran, namun toleransi selalu merupakan ketahanan, (Homer LeRoy

Shantz, 1927) dalam Salisbury dan Ross , 1995) menggunakan empat istilah untuk

mengklasifikasikan respon tumbuhan terhadap cekaman air dengan deskripsi yang

ditunjukkan yaitu lolos, menolak, menghindar, dan menahan.

(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Penutupan kanopi belum terbukti dapat memacu pembungaan kacang tunggak secara

nyata, karena pada hasil perlakuan tanpa penutupan kanopi kontrol rerata 14,23 kuntum

per tanaman, sedangkan pada hasil perlakuan penutupan kanopi dengan menggunakan

plastik hitam kedap cahaya mencapai rerata 13,38 buah per tanaman

2, Stres air yang dicobakan tidak mengubah Indeks Luas Daun/ILD, diameter batang dan

jumlah bunga akumulatif secara nyata, tetapi berpengaruh terhadap peningkatan jumlah

polong hasil rerata kontrol 1,306 biji per tanaman meningkat menjadi rerata 1,639 biji

per tanaman, jumlah biji kontrol 23,806 biji per tanaman meningkat menjadi rerata

29,620 biji per tanaman dan berat 100 biji kontrol rerata 16,20 gram meningkat menjadi

rerata 17,61 gram

3. Tidak terdapat interaksi antara penutupan kanopi dan stres air terhadap pembungaan

tanaman kacang tunggak

B. SARAN

1. Untuk penelitian pemacuan pembungaan lebih lanjut disarankan dilakukan di lapangan

sehingga tidak terjadi hambatan penyinaran.

2. Saat penelitian kacang tunggak untuk memacu pembungaan juga disarankan betul-betul

diluar musim tanam.

34

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed , FE., and Anthony E. Hall. 1993. Heat Injury During Early Floral Bud Development Crop Science 33 : 764 – 767

Aiming Q.I., R.H. Ellis, J.D.H. Keatinge, T.R. Wheeler, S.A. Tarawali, and R.J. Summerfield, 1999. Differences in the effects of temperatureand photoperiod on progress to flowering among diverseMucuna spp. Crop Science, 182 : 248-258.

Andrianto, T., dan Novo Indarto.2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Buncis, Kacang Tanah, Kacang Tunggak. Absolut. Yogyakarta. 239 hal.

Ariffin. 2008. Respons Tanaman Kedelai Terhadap Lama Penyinaran. Agrivita 30 (1) :

61- 66.

Baharsjah, J.S., Didi Suardi, Irsal Las. 1985. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Kedelai. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Duke, JA. 1981. Hand book of Legumes of World Economic Importance. Plenum Press, New York.

Dwidjoseputro.1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. 232 hal Gwathmey CO and AE Hall, 1992. Adaptation to midseason drought of cowpea genotypes with contrasting Senescence traits. Crop science 32 : 773-778

Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkn oleh Sri Andani dan E.D.Purbayanti. Gadjah Mada University Press. 421 Hal.

Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Goldsworthy, P.R . dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press. 874 Hal.

Hale, M.G. dan D.M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plant Under Stress.Departement of Plant Phatology, Physiology and Weed Science. A Willey-Interscience Publication Jhon Wiley & Sons. New York. Hal 11 – 15

Indrastianingrum, P. 2009. Hubungan Densitas dan Konsentrasi EM4 Terhadap

Pertumbuhan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata [L.] Walp). Skripsi Prodi

Agronomi Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. (Unpublished).

(49)

36

Jumin, H.b. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press. Jakarta

Karamoy, L.Th. 2009. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Kedelai. Soi l Environment. Vol.7 (1). Hal.65-68.

Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta. Hal. 155 – 168

Leopold, A.C., and P.E. Kriedman. 1975. Plant Growth and Development. Tata Mc. Graw. Hill Book Co. Ltd. New Delhi. Page 119 – 135

Levitt, J. 1980. Response of Plants to Environmental Stresses. Secon Edition. Vols I and II. Academic Press. New York and London.

Mansfield, T.A. & Atkinson. 1990. Stomatal behavior in water stressed plants. P. 241-264.

In R.G. Alscher & J.R. Cumming (Eds.) Stress Responses in Plant : Adaptation and Acclimation Mechanism. Wiley-Liss, Inc., Florida. P. 342-389.

Marfo K. O and Anthony E. Hall. 1992. Inheritance of Heat Tolerance During Pod Set in Cowpea. Crop Science 32 : 912-918.

Mathius, N. T., G. Wijaya, E. Guharja, H. Aswidinnoor, U. Yahya, dan Subronto. 2001. Respon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terhadap cekaman kekeringan. Menara Perkebunan69(2) : 29-45.

Nugraheni, I. T. 2002. Pertumbuhan dan Akumulasi Prolin Tanaman Orok-orok (Crotalaria funcea L. ) pada Salintas CaCl2 Berbeda. Skripsi F MIPA UNS

Putri, RA Adhisti Harrydiant. 2009. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Kosentrasi EM4 Terhadap Pertumbuhan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata [L.] Walp). Skripsi Prodi Agronomi Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. (Unpublished).

Saleh, N., Trustinah, dan Muslikul Hadi. 2006. Ketahanan Varietas Unggul Kacang Tunggak. Seri Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balitkabi. Hal 436-444

Salisbury dan Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerbit Institut Teknologi Bandung Bandung. 343 hal

Suparno, S. 2011 Usaha Induksi Pembungaan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.,) Di Luar Musim Dengan Variasi Pengurangan Panjang Hari. Skripsi Prodi Agronomi Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. (Unpublished).

(50)

37 Supriyono. 2007. Kajian Biologi dan Agronomi Karabenguk. ( Mucuna pruriens [L.] DC ).

sebagai Tanaman Pangan dan Penutup Tanah. Disertasi UGM. Yogyakarta. (Unpublished).

Trustinah . 2006. Seleksi Daya Hasil Galur Kacang Tunggak. Seri Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balitkabi. Hal 200-206

Utomo, Joko S dan Erliana Ginting. 1977. Suplementer Kacang Tunggak Pada Pembuatan Tahu. Seri Kinerja Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Kacang-kacangan. Balitkabi. Hal 136-145.

(51)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Indeks Luas Daun

Sumber Variasi DF JK RK F P

Lampiran 2. Hasil Sidik Ragam Diameter Batang

Sumber Variasi DF JK RK F P

Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Tanaman Mulai Berbunga

(52)

39

Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam Jumlah Bunga Akumulatif

Sumber Variasi DF JK RK F P

Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam Jumlah Polong

Sumber Variasi DF JK RK F P

Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam Jumlah Biji per Tanaman

(53)

40

Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Berat Per Biji

Sumber Variasi DF JK RK F P

Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam Berat 100 Biji

Sumber Variasi DF JK RK F P

Lampiran 9. Hasil Sidik Ragam Berat Tanaman Total

(54)

41

Lampiran 10. Hasil Sidik Ragam Berat Brangkasan Segar

Sumber Variasi DF JK RK F P

Blok 2 48609.72 24304.87 5.93 0.0034 * Perlakuan 11 75840.97 6894.63 1.68 0.0844 - P (Penutupan plastik

kedap cahaya) 2 15700.35 7850.17 1.91 0.1516 - A (Stres Air) 3 12318.75 4106.25 1.00 0.3945 - P * A 6 47821.88 7970.31 1.94 0.0785 Error 130 533098.61 4100.75

*= nyata, ns =tidak nyata

Lampiran 11, Hasil Sidik Ragam Berat Brangkasan Kering

Sumber Variasi DF JK RK F P

Blok 2 454.98 ,7.49 2., 0.1323 Perlakuan 11 854.90 77.72 0.76 0.6749 - P (Penutupan

plastik kedap cahaya)

2 416.67 208.34 2.03

0.1547 - A (Stres Air) 3 151.44 50.48 0.49 0.6910 - P * A 6 286.78 47.80 0.47 0.8255 Error , ,53.77 102.44 − *= nyata, ns =tidak nyata

(55)

42

Lampiran 12. Foto penelitian

a. Foto petak/blok penelitian

b. Kacang tunggak pada umur 14 HST

(56)

43

c. Perlakuan penutupan kanopi dengan menggunakan plastik hitam kedap cahaya

d. Perlakuan stres air

(57)

44

e. Bunga tanaman kacang tunggak

f. Polong tanaman kacang tunggak

(58)

45

g. Kondisi tanaman kacang tunggak 56 HST

Gambar

Tabel
Grafik
Gambar 1. Indeks Luas daun antar perlakuan penutupan kanopi
Tabel 1. Pengaruh ILD akibat penutupan kanopi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi maka dengan ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I pada Bagian Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunung Mas

Kegiatan ini juga merupakan strategi KSEI untuk berkomu­ nikasi langsung dengan para investor sebagai target utama dilaksanakannya so­ sialisasi kepada Perusahaan Efek di

[r]

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Terkait dengan profesionalitas guru perlukah profesional dalam peningkatan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Para intelektual haruslah berlaku amatir

Penelitian ini dilakukan melalui sistematika pengamatan. Karena pada dasarnya tidak ada anak di dunia ini yang tiba - tiba dapat berbicara dan menguasai bahasa secara

Pada siklus II, persentase ketercapaian aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan menjadi 90% aspek yang dicapai 20, dari 20 aspek tersebut ada 2 aspek yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap rumah tangga buruh pengolah kerupuk kulit ikan skala industri rumah tangga di Desa Kenanga Kabupaten