• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA REGULASI BITCOIN SEBAGAI ALAT PE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA REGULASI BITCOIN SEBAGAI ALAT PE (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA REGULASI BITCOIN

SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI INDONESIA

Oleh :

ANDRI PURNOMO

55416120016

Dosen : DR IR IWAN KRISNADI MBA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS MERCU BUANA

(2)

ANALISA REGULASI BITCOIN

SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan keberadaan bitcoin sebagai alat pembayaran di Indonesia tidak didukung oleh Bank Indonesia dan menyebabkan kekosongan hukum. Namun dengan pemakaian bitcoin yang semakin mengingkat di Indonesia diperlukan adanya regulasi untuk mengatur bitcoin sehingga adanya perlindungan dan kejelasan hukum mengenai alat pembayaran virtual ini. Bitcoin sebagai salah satu mata uang virtual berbasis kriptografi yang digunakan sebagai alat pembayaran oleh komunitas tertentu mengalami perkembangan yang sangat signifikan sejak kemunculannya tahun 2009. Di Indonesia bitcoin dapat digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi komersial, akan tetapi belum ada regulasi yang mengatur penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran di Indonesia. Hal ini akan menimbulkan berbagai permasalahan hukum, antara lain terkait aspek perlindungan hukum, pengawasan pemerintah terhadap penggunaan bitcoin di Indonesia dan penerimaan negara. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan perbandingan. Kemudian seluruh data yang ada diolah secara deskriptif analitis. Urgensi dari penelitian ini adalah karena belum adanya regulasi yang mengatur tentang bitcoin sehingga belum adanya kepastian dan perlindungan hukum.

(3)

1. LATAR BELAKANG

Pada pembangunan yang semakin berkembang, banyak teknologi baru yang muncul dan menarik perhatian orang banyak, salah satunya adalah perkembangan teknologi internet. Internet adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite yang terhubung secara global, dengan internet ini masyarakat dapat melakukan banyak hal, dari sekedar main-main sampai mengadakan usaha online. Seiring perkembangannya juga, usaha online ini turut berubah dalam hal tata cara pembayaran. Pembayaran transaksi online tidak lagi hanya memakai nominal sejumlah uang, namun memakai alternative pembayaran yaitu uang virtual yang disebut dengan bitcoin. Bitcoins adalah jaringan konsensus yang memungkinkan sistem pembayaran baru dan uang yang sepenuhnya berbentuk digital. Bitcoin merupakan jaringan pembayaran peer-to-peer desentralisasi pertama yang dikontrol sepenuhnya oleh penggunanya tanpa ada otoritas sentral ataupun perantara1. Dari sudut pandang pengguna, Bitcoins serupa seperti uang tunai di dunia internet. Bitcoins tidak dapat diuangkan namun dapat digunakan untuk membeli kebutuhan barang di internet.

Salah satu transaksi digital yang sedang naik daun adalah Bitcoin. Menurut www.maxmanroe.com Bitcoin adalah mata uang virtual dengan simbol BTC yang muncul sejak sekitar tahun 2009 dengan dirintis oleh seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan nama alias Satoshi Nakamoto. Bitcoin tergolong juga mata uang kripto (cryptocurrency), yaitu jenis mata uang yang beredar tanpa diatur oleh bank sentral tertentu, tidak dibekingi emas, dan tidak pula dinaungi oleh negara tertentu. Peredaran dan penggunaannya melalui media jaringan internet. Dengan Bitcoin ini banyak keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan uang digital lainnya seperti bitcoin dapat diperoleh tanpa menukarnya dengan uang asli, nilai harga bitcoins memiliki stadar Internasional sehinnga nilainya sama dimanapun, waktu transfer yang sangat cepat, dan Bitcoins tidak dimiliki oleh suatu perusahaan tertentu.

(4)

berpotensi terjadi pencucian uang, Di China bitcoin beredar bebas dengan peringatan, mereka memberikan larangan untuk perusahaan-perusahaan, tetapi masyarakat diperbolehkannya transaksi dengan bitcoin sebagai aktivitas perdagangan komoditas di internet. Demikian untuk Negara Korea menganggap bahwa bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik sehingga tidak memiliki indikator perbandingan. Amerika Serikat dimana bitcoin boleh beredar sebagai transaksi elektronik. Sementara di Singapura bitcoin boleh beredar namun bank sentral tak ikut campur atas transaksi dengan bitcoin, tetapi akan mengenakan pajak karena bitcoin dianggap komoditas. Di Indonesia melalui Bank Indonesia (BI) Melakukan siaran pers yang diedarkan pada tanggal 6 Februari 2014 menyatakan bahwa bitcoin maupun mata uang virtual currency lainya bukanlah merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia.[4] Kemudian Bank Indonesia menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap bitcoin dan virtual currency lainnya. Segala resiko terkait kepemilikannya ditanggung sendiri oleh pemilik atau penggunanya. Sebagaimana Bank Indonesia ungkapkan juga bahwa mata uang haruslah memiliki penangguang jaminan dan dasar hukum untuk melindungi pemiliknya sementara bitcoin dianggap lemah dari sisi penanggung jawaban serta pengawasannya.

(5)

Keuangan). Sehingga Bank Indonesia pun hanya memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol peredaran mata uang saja. Sejak sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia diambil alih oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan), banyak hal yang belum tercover seperti adanya fenomena baru dalam bidang keuangan dalam hal permodalan, investasi, peredaran mata uang, dan lain-lain. Selain belum ada payung hukum terhadap Bitcoin, dan semakin merebaknya transaksi dengan menggunakan Bitcoin yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, dilihat dari segi keamananannya juga perlu dipertanyakan, maka dari itu perlu ada aturan dan pengawasan secara khusus terhadap Bitcoin, sehingga masyarakat tidak akan merasa dirugikan.

Menurut Bank Indonesia sebagai regulator system pembayaran di Indonesia bitcoins dinilai belum sesuai dengan beberapa undang-undang yang berlaku dalam dunia perbankan, yaitu Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang dan Undang-undang no. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang Mata Uang dinyatakan bahwa mata uang adalah uang yang di keluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral yang disebut rupiah, dan dalam Undang-undang Bank Indonesia dinyatakan mata uang yang sah beredar di Negara Republik Indonesia adalah uang rupiah. Oleh karena itu dari penjelasan yang telah di jelaskan diatas akan di analisis regulasi bitcoin sebagai alat pembayaran di indonesia

2. PERMASALAHAN

Apakah bitcoins (alat pembayaran virtual di dunia maya) dikategorikan sebagai alat pembayaran yang legal di Indonesia mengingat belum ada regulasi yang mengatur?

3. KAJIAN LITERATUR

(6)

yang sangat besar sejak dikenal oleh manusia. Oleh karena itu uang dipandang dapat memainkan perannya yang baik sebagai alat pembayaran yang sah di dalam suatu negara maupun sebagai bentuk simbol negara yang digunakan sebagai alat pemersatu, atau dapat pula menjadi alat untuk menguasai perekonomian atau penjajahan oleh suatu negara kepada negara lain.5 Dengan kata lain, uang dalam kehidupan perekonomian suatu negara memiliki fungsi yang penting dan strategis, dimana uang bukan hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dalam setiap kegiatan transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat luas di dalam sebuah negara, namun uang juga dipandang sebagai suatu alat untuk menunjukkan eksistensi atau keberadaan dari suatu negara.

Welter B.Wrinson memandang mata uang dari aspek politik dikaitkan dengan kedaulatan suatu negara. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kokohnya suatu negara antara lain dapat diukur dari kuatnya mata uang dari negara tersebut. Pandangan dimaksud kekuasaan negara untuk mengeluarkan mata uang dan menyatakan nilainya Munculnya mata uang yang memiliki fungsi sebagai alat pertukaran merupakan suatu bentuk respons terhadap timbulnya hambatan atau kendala dalam penerapan sistem barter di masyarakat. Pada waktu itu pertukaran barang dengan barang lain secara langsung tanpa menggunakan alat pertukaran dipandang kurang efektif di dalam pelaksanaannya karena tenaga dan waktu yang relatif lama dalam prosesnya. Sehingga dalam kenyataannya tidak banyak terjadi transaksi atau kegiatan perdagangan yang makin dapat dilakukan apabila sistem barter ini digunakan sebagai satu-satunya media dalam melakukan kegiatan pertukaran

(7)

kendala bagi setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu.

Oleh sebab itu dilakukan upaya untuk mengatasi tersebut dengan cara menggunakan barang atau komiditi tertentu secara umum dapat diterima sebagai alat pertukaran, misalnya menggunakan komoditi atau barang-barang hasil pertanian, seperti padi, jagung dan gandum. Penggunaan benda-benda dimaksud sebagai alat penukar didasarkan pada kesepakatan diantara anggota masyarakat yang menggunakan pada suatu daerah tertentu.

Menurut D. H Robertson, dengan menggunakan barang atau komoditi tertentu

tersebut, maka kita dapat mengartikan “uang” sebagai alat sesuatu yang diterima

secara umum sebagai pembayaran untuk benda-benda atau untuk melunasi kewajiban-kewajiban lain yang timbul karena dilaksanakannya sesuatu usaha (bussiness obligation).

Mengingat dalam perkembangan semakin meluas, maka untuk lebih memperlancar maka kegiatan transaksi pertukaran jual beli dengan menggunakan benda-benda seperti logam berharga dan bahan kertas sebagai uang. Seiring dengan penggunaan logam berharga sebagai bahan baku uang, dalam perkembangannya ternyata kondisi yang turun naik sejalan dengan situasi dan kondisi yang ada. Sehingga perkembangan peran uang sebagai alat pembayaran terus mengalami perubahan wujud yaitu dalam suatu bentuk uang pembayaran cek dan bilyet giro yang memungkinkan pembayaran dengan cara transfer dana dari saldo rekening antar institusi keuangan khususnya bank. Cek dan bilyet giro merupakan alat pembayaran paling lama yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia

(8)

4. METODE

A. Metode Pendekatan

Penulisan hukum ini menggunakan metode analitis dengan pendekatan yuridis normatif yang dilakukan dngan cara mengkaji ketentuan yang berhubungan dengan penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi komersial sesuai peraturan yang ada di Indonesia

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, karena hasil penelitian yng diperoleh dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana implikasi yuridis terhadap penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi komersial di Indonesia

Deskriptif analitis ini diawali dengan mengelompokan bahan dan informasi yang sama menurut sub-aspek dan selanjutnya melakukan interpretasi untuk memberi makna terhadap tiap sub-aspek dan hubungannya satu sama lain. Kemudian setelah itu dilakukan analisis keseluruhan aspek untuk memahami makna hubungan aspek yang satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian yang dilakukan secara induktif sehingga memberikan gambaran hasil secara utuh. Disamping memeroleh gambaran hasil secara utuh, adakalanya ditetapkan langkah selanjutnya dengan memerhatikan domain khusus yang menarik untuk diteliti. Dengan demikian memungkinkan bahwa penelitian berikutnya menjadi lebih fokus dan tertuju pada masalah yang lebih spesifik

C. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

(9)

1. Bahan Hukum Primer:

a. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

b. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

c. Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang

d. Siaran Pers Bank Indonesia No. 16/6/Dkom Tahun 2014 tentang Pernyataan Bank Indonesia Terkait Bitcoin dan Virtual Currency Lainnya

e. Inland Revenue Authority of Singapore E-Tax Guide, Goods and Services

Tax Guide for E-commerce (Third Edition, May 2016)

2. Bahan Hukum Sekunder:

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer diantaranya abstrak, hasil penelitian dan hasil karya dari kalangan hukum dan non hukum (politik, ekonomi dan administrasi). Selain itu bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, publikasi tentang hukum meliputi buku- buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar atas putusan pengadilan

D. Teknik Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh selama penelitian, akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis data yang berupa metode kualitatif. Metode analisis bahan menggunakan cara deskriptif kualitatif dengan memberikan gambaran secara khusus berdasarkan bahan yang dikumpulkan secara sistematis, yaitu membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum untuk memudahkan analisis dan kontruksi

(10)

Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu meneliti ketentuan-ketentuan hukum dengan menggunakan studi kepustakaan Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas . Dengan digunakannya penelitian aini peneliti akan menganalisis kedudukan dan lelegalan bitcoin di Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statuta Approach atau pendekatan perundang-undangan. Yaitu pendekatan

yang dilakukan dengan melihat isi pasal 1 nomor 1 undang-undang No.7 tahun 2011 tentang Mata Uang, dan pasal 2 (3) Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kualitatif yaitu suatu Metode Analisis data Deskriptif Analitis yang menganalisis tentang undang-undang yang berlaku yang berkaitan dengan pengaturan bitcoin sebagai alat pembayaran yaitu dengan menggunakan undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang.

5.1. Alat Tukar/Alat pembayaran dalam hukum indonesia a. Sistem Pembayaran Di Indonesia.

Sistem pembayaran dijalankan merupakan bentuk dari tugas Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- undang no 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Secara umum sistem pembayaran memiliki tujuan yaitu dapat mendorong ekonomi nasional dan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi melalui kondisi lingkungan bisnis yang lebih kondusif serta

meningkatkan daya asing dan image perekonomian nasional sehingga dapat mendorong investor asing masuk ke Indonesia. Dalam sistem pembayaran mencakup tentang alat pembayaran, prosedur perbankan sehubungan dengan

(11)

pemindahan sejumlah uang dari satu pihak ek pihak lainnya yang disebabkan karena adanya transaksi ekonomi. Sehingga dapat kaitkan dengan alat pembayaran seperti cek, Bilyet Giro, wesel-wesel, electronic funds transfer, kartu ATM, kartu debet, kartu kredit, dan e-money atau uang elektronik seperti bitcoins.

Alat pembayaran adalah komponen penting yang ada dalam sistem pembayaran, maka dari itu dalam sistem pembayaran diperlukan adanya suatu alat pembayaran untuk menunjang sistem tersebut tetap berjalan.

Sistem pembayaran tidak lepas dari keterkaitan alat atau instrument pembayaran yang legal digunakan. Alat pembayaran dapat dikatakan sebagai

media yang digunakan dalam pembayaran. Dalam prakteknya masyarakat masih banyk menggunakan uang tunai dalam melakukan transaksi, namun dalam perkembangannya selain alat pembayaran cash based terdapat alat pembayaran baru yaitu dengan non-cash yang dapat digolongkan lagi menjadi paper based seperti cek dan bilyet giro. Menurut Bank Indonesia,

Alat pembayaran tunai yang banyak digunakan adalah uang, baik dalam bentuk uang kertas atau uang logam, karena dinilai masih memainkan peran penting dalam transaksi bernilai kecil Menurut fungsinya uang dapat diartikan sebagai suatu benda yang dapat ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain dan dapat disimpan.

Syarat-syarat sebuah benda untuk dapat dijadikan uang atau alat tukar adalah benda tersebut harus diterima secara umum atau bersifat acceptability,

agar dapat diakui sebagai suatu alat tukar umum benda tersebut harus memiliki nilai tinggi atau dijamin keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa. Suatu benda dapat dijadikan sebagai alat tukar juga harus tahan lama dan tidak

mudah musnah (durability), mempunyai kualitas yang cenderung sama (uniformity), benda tersebut jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

(12)

Undang-undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pada pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah

Di dalam Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pasal 11 disebutkan bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan pengeluaran, pengedaran, dan/atau pencabutan dan penarikan Rupiah untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.

(13)

Table 1.

Unsur alat pembayaran

Unsur Keterangan

Kebijakan/Prangkat Hukum Peraturan yang dikeluarkan BI seperti UU mata uang atau UU BI Dikeluarkan oleh Bank Sentral, otoritas lain, perbankan, lembaga Kelembagaan keuangan lain bukan Bank, kantor

pos, operator mobile phone, perusahaan lain Bentuk Fisik Paper-based & card-based Alat pembayaran Cara Debit transfer & credit transfer

Pembayaran

Mekanisme Operasionla Sistem kliring & transfer dana via RTGS

Infrastruktur teknis dalam memproses Infrastruktur perpindahan dana seperti jaringan

komputer dan perangkat keras/ lunak

(14)

Table 2.

Syarat Alat Pembayaran

Tidak Mudah rusak Syarat Alat Pembayaran

Mempunyai kualitas yang cendrung sama

Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

(15)

b. Bitcoins sebagai alat pembayaran yang legal di Indonesia

Bitcoin berkembang pesat sejak diciptakan tahun 2009 oleh seorang individu atau kelompok misterius dengan nama samaran Satoshi Nakamoto, kurs bitcoin pun melonjak naik seiring banyaknya permintaan. Bitcoin muncul karena akibat dari Great Recession dan krisis keuangan yang terjadi di tahun 2008, bitcoin merupakan reaksi dari revolusi keuangan yang terjadi selama 20 tahun terakhir. Seperti yang telah diketahui bitcoin adalah alat pembayaran yang menggunakan peer-to-peer network yang umum di gunakan oleh para programmer. Bitcoin menggunakan jaringan peer-to-peer atau file-sharing service karena kita bisa membagi file bitcoin kepada sesama pengguna dengan media jaringan komputer. Konsep dibalik bitcoin adalah untuk memangkas biaya yang digunakan untuk membayar makelar yang dibutuhkan dalam transaksi jual beli konvensional, sehingga dengan memangkas biaya makelar ini penjual dapat menawarkan barangnya lebih murah. Inti utama dari bitcoin adalah buku besar umum (global ledger) atau neraca (balance sheet), yang disebut dengan blockchain. Buku besar umum ini mencatat semua transaksi yang dilakukan menggunakan bitcoin, dari sejak bitcoin ditambang semua transaksi dicatat, sehingga hal inilah yang membuat bitcoin tidak mudah dipalsukan.

unsur-unsur bitcoin adalah adanya jaringan peer-to-peer, blok, blockchain dan miners. Jaringan peer-to-peer dalam bitcoin memperbolehkan pengguna untuk mentransfer sejumlah nilai bitcoin, transaksi ini disimpan dalam file yang disebut dengan blok, blok-blok ini akan terjalin satu sama lain sehingga membentuk rantai blok yang disebut dengan blockchain, dan miners memecahkan formula matematika kompleks untuk membuktikan kepemilikan bitcoin.

(16)

terdiri dari 3 jenis yaitu dompet perangkat lunak (software wallet), mobile wallet dan dompet Web (web wallet). Perbedaan dari ketiga wallet tersebut adalah terletak pada dimana bitcoin itu disimpan. Pada dompet perangkat lunak atau software wallet, bitcoin akan tersimpan didalam hard drive yang artinya komputer apapun yang digunakan untuk mengunduh software wallet ini akan menjadi tempat penyimpanan bitcoin.

Apabila komputer yang digunakanrusak maka bitcoin yang tersimpan akan ikut hilang. Sedangkan mobile wallet sistem kerjanya sama dengan software wallet hanya saja media yang digunakan adalah mobile phone. Pada web wallet menyediakan akses untuk dapat menggunakan bitcoin dimana saja dengan menggunakan internet. Tak jauh berbeda dengan online banking, dengan web wallet pengguna dapat melihat jumlah bitcoin yang tersimpan kapanpun dimanapun. Wallet ini mempunyai fungsi yang sama dengan bank-bank konvensional lainnya, yaitu melindungi harta nasabah atau pengguna dari ancaman penjahat, namun wallet juga memiliki perbedaan yaitu tidak ditanggung oleh pemerintah, apabila sesuatu terjadi pada wallet pengguna seperti serangan hacker maka bitcoin yang tersimpan didalam wallet tidak bisa ditanggung resiko oleh pemerintah. Bitcoin merupakan alat pembayaran yang tidak membutuhkan waktu lama untuk melakukan transaksi karena bitcoin tidak membutuhkan jasa makelar. Pada mata uang konvensional dibutuhkan prosedur panjang dan biaya untuk melakukan transaksi.

(17)

Table 3.

Perbandingan bitcoin dengan mata uang lain

Bitcoin Mata Uang Lain

Menggunakan teknologi peer-to-peer dan Dikeluarkan oleh bank sentral sebagai tanpa otoritas pusat atau lembaga untuk bentuk dari kewenangan mengola

mengawasi operasi kebijakan moneter nasional Bitcoin dirancang untuk menjadi mata uang Diciptakan dalam bentuk fisik

digital

Jumlah bitcoin yang diproduksi dibatasi Dapat diterbitkan dalam tanpa batas sampai 21 juta

Membutuhkan tingkat pengetahuan yang Tidak membutuhkan teknologi tinggi karena menggunakan teknologi pemahaaman mendalam

cryptocurrency

Penerimaan masih terbatas, hanya dapat Dapat digunakan dan diterima dimana saja digunakan di toko-toko tertentu

sampai 21 juta

Membutuhkan tingkat pengetahuan yang Tidak m tinggi karena menggunakan teknologi pem

cryptocurrency

(18)

Dengan demikian, dengan membandingkan sistem bitcoin dengan sistem pembayaran maka, status kelegalan bitcoin untuk dapat digunakan sebagai alat pembayaran di Indonesia dapat dilihat dalam table berikut:

Table 4.

Kelegalan bitcoin dengan sistem pembayaran

Unsur Keterangan Bitcoin

Kebijakan/perangkat Peraturan yang Belum ada

hukum dikeluarkan BI, kebijakan/perangkat

seperti Uu mata hukum yang uang dan uu BI mengatur Kelembagaan Dikeluarkan oleh Dikelola oleh

Bank Sentral, bitcoin.co.id otoritas lain,

perbankan, lembaga keuangan lain bukan

bank, kantor pos, operator mobile phone, perusahaan

lain

Alat Pembayaran Bentuk Fisik Cara Paper-based & card- Digital-based Pembayaran based Debit transfer Tidak ada sistem

(19)

transfer dana via RTGS Infrastruktur Infrastruktur teknis

dalam memproses perpindahan dana seperti jaringan

komputer dan perangkat keras/lunak

Sedangkan kelegalan bitcoin menurut syarat-syarat alat pembayaran dapat dilihat dalam table berikut: Table 5.

Table 5.

Kelegalan bitcoin menurut syarat pembayaran

Syarat alat pembayaran Bitcoin

Diterima secara umum dengan nilai tinggi Tidak dan dijamin oleh pemerintah

Tidak mudah rusak Ya

Mempunyai kualitas yang cenderung sama Ya

Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan Tidak

masyarakat

Tidak dapat dipalsukan Ya

Mudah dibawa Ya

(20)

6. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan yang telah di jabarkan pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan bahwa bitcoin dapat menjadi alat pembayaran yang legal di Indonesia karena bitcoin memenuhi sebagian besar syarat-syarat suatu benda dapat dikatakan sebagai alat pembayaran, yaitu: 1. Tidak mudah rusak 2. Mempunyai kualitas yang cenderung sama 3. Tidak dapat dipalsukan 4. Mudah dibawa 5. Mempunyai nilai yang stabil

Hanya saja bitcoin terhambat oleh tidak adanya regulasi dari pemerintah dan tidak ada hukum yang melindungi pengguna bitcoin sehingga apabila terjadi sesuatu pada para pengguna seperti kehilangan bitcoin, para pengguna tidak dapat meminta pertanggungjawaban kepada pemerintah.

Namun penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran di Indonesia semakin meningkat dan tidak dapat dibendung, maka untuk menghindari tindak pidana yang melanggar undang-undang dan bersifat merugikan penggunaan bitcoin perlu adanya regulasi yang mengatur baik dari pemerintah atau dari Bank Indonesia.

(21)

7. SARAN

1. Bagi pemerintah diharapkan dapat mengambil tindakan terhadap pengaturan bitcoin sebagai alat pembayaran dengan mengeluarkan regulasi tentang pengaturan bitcoin sehingga jelas kedudukannya dan masyarakat yang menggunakan dapat mendapatkan perlindungan hukum.

(22)

8. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Abdurrahman Muslan, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang, UMM Press, 2009.

[2]. Gatot Suparmono, Hukum Uang Di Indonesia, Bekasi, Gramata Publishing, 2014

[3]. Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005 [4]. Rahajo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. [5]. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif.

Jakarta: CV Rajawali.

[6]. Hadjon, Phillipus M. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: PT. Bina Ilmu

[7]. Aby Haryono. Analisis Yuridis Bitcoin Menurut Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia. Skripsi Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014.

[8]. Heseikel M Morsa. Analisis Pengaruh Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) Terhadap Perputaran Uang di Indonesia. Skripsi Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatra Utara, 2015.

[9]. Setiono. Rule of Law. Tesis Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, 2004.

(23)
(24)

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia;

4. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang;

Peraturan Lain:

1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.

2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik. 3. Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 16/6/Dkom Tentang Pernyataan Bank

Indonesia Terkait Bitcoin dan Virtual Currency Lainnya.

4. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR Tentang Bilyet Giro.

Gambar

  Table 1.   Unsur alat pembayaran
 Table 2. Syarat Alat Pembayaran
Table 3.
Table 4.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan pro terhadap euthanasia ditujukan karena adanya rasa kemanusiaan yang tidak dapat melihat keadaan menderita orang lain yang dikarenakan mengalami sakit,

informasi (teknik model-driven yang berpusat pada data), dan analisis berorientasi objek. (teknik model-driven yang mengintegrasikan data dan proses ke dalam

otePad merupakan program aplikasi pelengkap (Accessories) yang terdapat dalam sistem operasi Microsoft Windows XP dan berfungsi sbagai text yang dapat digunanakan

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

Hubungan Modal Sosial dan Modal Manusia dengan Tingkat Pendapatan Petani karet di Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, tujuan dari penelitian ini adalah

Auditee Audit Internal Mutu, yaitu Audit sistem dan kepatuhan terkait implementasi capaian visi, misi, tujuan dan sasaran (VMTS) untuk Unit auditee dan sub auditee UPT

Dalam penyusunan keuangan suatu entitas misalnya puskesmas, selain harus sesuai standar yang berlaku tentunya harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dalam

Manfaat dari pratikum hubungan panjang dan berat ini adalah kita dapat mengetahui hubungan panjang dan berat pada ikan, maka akan memudahkan nelayan dalam melakukan penangkapan