• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM LINGKUNGAN DALAM PENERAPANNYA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM LINGKUNGAN DALAM PENERAPANNYA docx"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM LINGKUNGAN DALAM PENERAPANNYA

Maulana Adi Nugraha 8111416219

maulanaadi48@students.unnes.ac.id

DATA BUKU

Nama/ Judul Buku : HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA

Penulis/ pengarang : Prof. Dr. H. Takdir Rahmadi, S.H., LLM. Penerbit : PT RAJA GRAFINDO PERSADA

Tahun Terbit : 2014 Kota Penerbit : Jakarta Bahasa Buku : Indonesia

Jumlah Halaman : vii+298 halaman ISBN Buku : 978-979-769-360-2

DISKUSI/ PEMBAHASAN REVIEW

Masalah-masalah lingkungan banyak terjadi sekarang ini, apalagi berkembangnya industri-industri besar di berbagai dunia telah menjadi sumber besar penyebab masalah-masalah lingkungan. Penggundulan hutan, lahan kritis, menipisnya lapisan ozon, tumpahnya zat berbahaya di laut adalah contoh beberapa masalah lingkungan yang rawan terjadi. Dilihat dari perspektif hukum yang berlaku di Indonesia, masalah-masalah lingkungan dikelompokkan menjadi pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan hidup. Pengurasan sumber daya alam diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam secara tidak bijaksana sehingga sumber daya alam itu menurun kualitasnya dan bisa saja berakhir dengan habis tak tersisa. Sumber daya alam terletak atau hidup di dalam konteks asalnya, kemudian manusianya mengambilnya secara

terus-menerus dan tidak terkendali dari segi jumlahnya sehingga menimbulkan perubahan dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Sedangkan pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya zat atau komponen asing ke dalam lingkungan hidup tertentu. Dampak negatif dari turunnya kualitas lingkungan hidup adalah timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi, dan terganggunya sistem alami. Faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah lingkungan antara lain teknologi, pertumbuhan penduduk, motif ekonomi, tata nilai, dan politik.

(2)

Deklarasi Stockholm yaitu deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia yang dianggap sebagai sumber bagi pengembangan hukum lingkungan. Dilanjutkan dengan dibentuknya the World Commission in Environment and Development

(WCED) oleh PBB pada tahun 1983 dan menghasilkan laporan yang dipublikasikan sebagai “Our Common Future” yang memuat pendekatan terpadu terhadap masalah-masalah lingkungan hidup dan pembangunan. Komisi tersebut menggunakan dan memperkenalkan istilah pembangunan berkelanjutan (sustainable development), serta merumuskannya bahwa “development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their own needs”.1 Jadi pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pembangunan berkelanjutan diharapkan bisa menjadi solusi pengelolaan lingkungan hidup sehingga generasi yang akan datang masih bisa menikmatinya. Selanjutnya untuk menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi Laporan WCED maka Majelis Umum PBB menyelenggarakan Konferensi di Rio de Jeneiro, Brasil 1992 yang menghasilkan Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan pembangunan yang disebut the Earth Charter. Konferensi-koferensi tersebut menjadi awal hadirnya hukum lingkungan di berbagai negara, terutama Indonesia. Hukum lingkungan merupakan sebuah cabang dalam disiplin ilmu hukum yang berkaitan dengan pengaturan hukum terhadap perilaku atau kegiatan-kegiatan subjek hukum dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta perlindungan manusia dari dampak negatif yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam. Hukum lingkungan sebagian besar memuat ketentuan-ketentuan hukum administrasi, didasarkan pada fakta bahwa pemerintah mempunyai peran penting dalam perumusan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan implementasi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. Namun, karena masalah-masalah lingkungan bersifat global dan regional maka pengaturan mengenai hukum lingkungan nasional dipengaruhi oleh pengaturan tingkat internasional.

Setelah berlangsungnya konferensi Stockholm, pemerintah Indonesia mengambil langkah lanjut di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu langkah terpenting adalah keluarnya Keputusan Presiden RI No. 60 tahun 1972 tentang Pembentukan Panitia Perumus dan Rencana Kerja bagi Pemerintah di Bidang Pengembangan Lingkungan Hidup. Tugas panitia tersebut untuk menyusun, membuat inventarisasi dan rencana kerja bagi pemerintah di bidang pengelolaan dan pembangunan lingkungan hidup.2 UULH 1982

merupakan sumber hukum formal tingkat undang-undang yang pertama dalam konteks hukum lingkungan modern di Indonesia. UULH 1982 memuat ketentuan-ketentuan hukum yang menandai lahirnya suatu bidang hukum yang baru, yakni hukum lingkungan. UULH selalu mengalami perbaikan-perbaikan yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekarang ini. Mulai dari UULH 1982, UULH 1997, dan UUPPLH. UULH 1982 dan 1997 memuat sasaran di saping asas dan tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup, namu UUPPLH hanya memuat asas dan tujuan. Perkembangan penting dan baru dalam hak-hak lingkungan hidup dalam Pasal 66 UUPPLH yaitu hak-hak setiap orang untuk tidak dapat dituntut secara perdata dan pidana. Pengakuan atas hak tersebut

1 Ibid., hlm. 43.

(3)

dilatarbelakangi oleh kasus warga yang melaporkan terjadinya pencemaran lingkungan justeru kemudian dituntut atau digugat balik oleh pihak yang dilaporkannya. Fakta tersebut akan membuat orang enggan untuk menyuarakan hak-haknya dan terjadinya masalah lingkungan karena ia dapat dijadikan sasaran penuntutan atau digugat balik. Kejadian tersebut sudah cukup membuktikan betapa lemahnya hukum lingkungan di Indonesia. Setiap orang dalam pengelolaan lingkungan hidup memiliki kewajiban-kewajiban hukum. Ketidakmampuan atau kegagalan dalam memenuhi kewajiban tanpa alasan yang secara objektif menurut hukum dapat diterima, dapat mengakibatkan pertanggungjawaban hukum dalam lapangan hukum perdata maupun hukum pidana, selain itu juga dapat diberikan sanksi-sanksi hukum administrasi berupa pakasaan pemerintah, denda, pembekuan izin dan pencabutan izin dilakukan oleh pejabat tata usaha negara terhadap para pelanggar hukum administrasi tanpa melalui proses peradilan. Gugatan tata usaha negara dapat juga dilakukan. Pelaku usaha dapat mengajukan gugatan tata usaha negara untuk melawan Keputusan Taata Usaha Negara di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dianggap merugikan kepentingan usahanya. Hak dan kewajiban juga berhubungan dengan lembaga-lembaga pengelola lingkungan hidup. Selain Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat nasional juga terdapat Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL). Dua lembaga ini memiliki perbedaan dalam tugas dan fungsinnya, MENKLH menjalankan tugas dalam mengoordinasikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan merumuskan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada umumnya, sedangkan BAPEDAL menjalankan tugas operasional pengendalian dampak lingkungan hidup. Terdapat juga kelembagaan ditingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Lembaga-lembaga tersebut memiliki kesamaan dalam perannya menjaga lingkungan dari perusakan dan pencemaran.

(4)

Pengendalian pencemaran air dilakukan melalui pengawasan dan pemantauan. Tugas pengawasan atas penataan persyaratan dalam izin pembuangan air limbah menjadi kewenangan Bupati/ Walikota dengan membentuk petugas pengawas daerah. Namun jika derah belum mampu melakukan pengawasan, belum ada pejabat pengawas, belum tersedianya sarana dan prasarana pengawasan atau daerah tidak menjalankan tugas pengawasan, pengawasan dapat dilakukan oleh pejabat pengawas lingkungan pusat.3 PP No. 8 tahun 2001 memuat ketentuan-ketentuan yang mengikat

badan-badan usaha atau penanggung jawab usaha. Kewajiban tersebut adalah memberikan informasi yang benar dan akurat tentang pelaksanaan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, menyampaikan laporan tenang penataan persyaratan izin aplikasi air limbah ke tanah, menyampaikan laporan tentang penataan persyaratan izin pembuangan air limbah ke sumber air dan menyampaikan laporan-laporan sekurang-kurannya sekali dalam tiga bulan.4 Selain pencemaran air, pencemaran udara juga

merupakan masalah yang besar dan berdampak buru dilihat dari peran udara yang merupakan sumber oksigen bagi makhluk hidup. Pencemaran udara yaitu masuk atau dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Upaya pencegahan pencemaran udara dilakukan melalui penetapan Baku Mutu Udara Ambien (BMUA), Baku Mutu Emisi Sumber Tak Bergerak (BMESTB), Baku Tingkat Gangguan (BTG), Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor (ABEGBKB), mewajibkan setiap kegiatan yang mengeluarkan emisi gangguan untuk menaati BMUA, BME, BTK melakukan pencegahan dan penanggulangan serta memberikan informasi yang diperlukan dan melakukan pengawasan terhadap penaatan oleh sumber pencemaran udara. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai nelayan, untuk itu kelestarian laut sangat penting untuk dilakukan karena akan mempengaruhi nelayan dari segi ekonomi juga. Pencegahan perusakan laut dilakukan dengan melarang perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan laut, mewajibkan kegiatan usaha melakukan pencegahan, penanggulangan. Penanggulangan pencemaran dan perusakan laut dilakukan dengan mewajibkan kegiatan usaha melakukan pemulihan mutu laut, mewajibkan kegiatan usaha menanggung biaya penanggulangan dan pembayaran ganti rugi. Pengendalian pencemaran laut dilakukan melalui instrumen-instrumen Baku Mutu Air Laur, Kriteria Baku Kerusakan Laut, Izin Melakukan Dumping, dan Pengawasan.

Setiap usaha tidak dapat lepas dari sumber daya alam. Sumber daya alam memberikan banyak manfaat bagi manusia, oleh karena itu sumber daya alam penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Manusia berkewajiban untuk mempertahankan ketersediaan sumber daya alam secara terus-menerus melalui suatu pengelolaan. Manusia berkewajiban menggunakan sumber daya tersebut secara efektif dan kebijakan konservatif. Konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Tujuan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta

3 Ibid., Pasal 45.

(5)

keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Strategi yang digunakan yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa berserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosisitemnya. Semua satwa dan jenis tumbuhan dapat dimanfaatkan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan dan memerhatikan kelangungan potensi, daya dukung dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Selain itu perkembangan ilmu dan teknologi juga menghasilkan produk rekayasa generik (PRG) untuk kebutuhan di berbagai bidang kehidupan. Namun PRG tersebut juga dapat menumbulkan risiko lingkungan atau dapat membahayakan keamanan lingkungan yang merugikan keanekaragaman hayati. PRG dari dalam negeri maupun luar negeri sebelum peredarannya harus memenuhi berbagai persyaratan dari pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menghindari PRG yang dapat membahayakan keberlangsungan keanekaragaman hayati.

Pasal 14 UUPPLH menyebutkan instrumen-instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup pada dasarnya juga sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup karena pengelolaan lingkungan hidup dimanksudkan juga untuk mencegah dan mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) merupakan instrumen yang diintrodusir ke dalam UUPPLH sebagai upaya mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan menyeluruh. Jika konsep RPPLH ditindaklanjuti, dikembangkan dan dilaksanakan dengan konsisten, tidak menutup kemungkinan bahwa ide pengelolaan lingkungan hidup terpadu dan menyeluruh dapat diwujudkan. Pembahasan mengenai hukum lingkungan tidak bisa lepas dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang merupakan upaya atau pendekatan untuk mengkaji apakah kegiatan pemanfaatan atau pengelolaan sumber daya alam dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Indonesia adalah salah satu negara yang mengintegrasikan AMDAL atau

(6)

bidang lingkungan dengan mengintegrasikan beberapa izin yang terkait dengan pengelolaan lingkungan menjadi apa yang dinamakan izin lingkungan terpatu (integrated enviromental licence system). Pembaharuan izin diharapkan dapat menghindarkan lingkungan dari pencemaran atau kerusakan akibat suatu kegiatan usaha instansi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Buku Hukum Lingkungan di Indonesia ini merupakan referensi yang akan membantu banyak pihak dalam memahami permasalahan-permasalahan lingkungan hidup sekarang ini. Buku ini cocok sebagai sumber bacaan bagi kalangan mahasiswa, dosen, dan praktisi lingkungan serta orang-orang yang peduli terhadap nasib lingkungan dunia. Buku ini bukan hanya membahas hukum lingkungan di Indonesia, namun juga di negara-negara besar seperti AS sebagai pembanding. Penulis menggunakan pendekatan sejarah perkembangan hukum lingkungan Indonesia dari periode sebelum 1982 hingga perkembangan terbarunya. Penulis bukan hanya berfokus pada pengaturan hukum tentang masalah pencemaran lingkungan hidup, tapi juga membahas pengaturan masalah-masalah pemanfaatan sumber daya alam. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami dan beberapa istilah asing juga diberikan pengertiannya sehingga tidak membingungkan pembaca.

Hampir tidak ada kekurangan dalam buku ini, namun isi dari buku ini akan lebih mudah dipahami jika disertai gambar-gambar ilustrasi dan informasi-informasi perbandignan antara hukum lingkungan di Indonesia dan di luar negeri disajikan dalam bentuk tabel sehingga lebih mudah dipahami.

KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008

Alat elektronika daya dapat mengkonversi tegangan searah (DC/direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC/alternating current). Sebuah inverter

Toolbox adalah sebuah panel yang menampung tombol-tombol yang berguna untuk membuat suatu desain animasi mulai dari tombol seleksi, pen, pensil, Text, 3D

2 Kepala Subbagian Tata Usaha Head of Administration Subdivision Kepala Urusan Umum dan Keprotokolan Head of General and Protocol Section Kepala Urusan Keuangan dan Rumah

Off farm sudah berkembang Pengembangan inovasi teknologi 2 Teknologi budidaya belum maju Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk Pemasaran produk sdh

Stilistika sebagai ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi linguistik atau menggunakan parameter linguistik dapat dilihat pada

Bentuk sediaan krim dipilih karena sediaan krim mengandung emolien yang dirasa lebih cocok digunakan pada penderita luka bakar karena sediaan akan lebih lama kontak

Jika di dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan