• Tidak ada hasil yang ditemukan

38150330 Tugas b indo harni Pangestika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "38150330 Tugas b indo harni Pangestika"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TENTANG PENDIDIKAN

PENGARUH KEBIJAKAN SEKOLAH GRATIS TERHADAP

PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN

AWAL SISWA

OLEH

Ketua

: Drs. Supardi U.S., MM., M.Pd.

Anggota

: Drs. Dudung Ahludin

Leonard, S.Pd., MM.

Adhi Susano, M.Kom.

Drs. Didi Supriyadi, MM.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pengaruh Kebijakan Sekolah Gratis Terhadap Prestasi Belajar Dengan Mengontrol Kemampuan Awal Siswa 2. Bidang Ilmu : Pendidikan

3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drs. Supardi U.S., MM., M.Pd. b. Jabatan Akademik : Lektor Kepala

c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Disiplin Ilmu : Pendidikan

e. Fakutlas/Prodi : FTMIPA / Pendidikan Matematika

f. Alamat : Golden Viene I B1/19 Sektor XII BSD Serpong g. Telepon/Fax/E-mail : 08128064059 / supardi@uninda.ac.id

4. Jumlah Anggota : 3 orang

a. Nama Anggota 1 : Drs. Dudung Ahludin b. Nama Anggota 2 : Leonard, S.Pd., MM. c. Nama Anggota 3 : Adhi Susano, M.Kom d. Nama Anggota 4 : Drs. Didi Supriyadi, MM 5. Lokasi : DKI Jakarta

Mengetahui, Dekan FTMIPA

Jakarta, 10 November 2008 Ketua Peneliti

Drs. Supardi U.S., MM., M.Pd. Drs. Supardi U.S., MM., M.Pd.

Menyetujui,

Ketua Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat

(3)

Pendidikan merupakan faktor penentu dalam kemajuan sebuah bangsa, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa negara yang maju dipastikan sangat memperhatikan pendidikan di negaranya. Hal ini terlihat dari negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, China yang selalu memperhatikan tingkat pendidikan warganya.

Di Indonesia, usaha memperhatikan pendidikan sudah dilaksanakan, pemerintah mulai secara signifikan menggalakkan program wajib belajar kepada warga Indonesia. Hal ini didukung dengan pemberlakuan kebijakan Sekolah Gratis. Dengan sekolah gratis ini diharapkan seluruh rakyat Indonesia memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk belajar, sehingga dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Akan tetapi, kebijakan ini perlu diperhatikan pelaksanaannya, karena sangat dimungkinkan kebijakan sekolah gratis justru menjadi batu sandungan bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia.

Untuk itulah penelitian ini diarahkan untuk melihat lebih jauh seberapa jauh dampak pelaksanaan kebijakan Sekolah Gratis terhadap prestasi belajar siswa dengan mengontrol kemampuan awalnya. Diharapkan, melalui penelitian ini dapat dihasilkan temuan-temuan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan lanjutan, tentunya saja seluruhnya digunakan kembali untuk kemashalatan bangsa.

Bravo Pendidikan Indonesia.

(4)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Harold G. Shane dalam buku Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, mengatakan : “pendidikan secara potensial penting karena : (1) Pendidikan adalah satu cara yang mapan untuk memperkenalkan si siswa (learners) pada penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, sehingga setiap warga negara Indonesia wajib mengenyam pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar, mutu sumber daya manusia Indonesia dapat bersaing dengan warga negara lain di dunia ini.

Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta telah berusaha untuk mewujudkan agar seluruh warganya dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Hal ini tercermin dari kebijakan sekolah gratis yang digulirkan oleh pemerintah. Tapi perlu dicermati, kebijakan sekolah gratis, bukan pendidikan gratis. Karena pendidikan tidak ada yang gratis, hanya saja dalam praktiknya biayanya dibebankan ke dalam anggaran pemerintah sehingga rakyat tidak perlu membayar apapun untuk biaya pendidikan.

(5)

dari mulai keluarga pemulung, tunawisma hingga buruh bangunan berhak untuk memperoleh pendidikan di sekolah.

Hanya saja yang menjadi pertanyaan, benarkah sekolah gratis dapat memberikan proses pembelajaran yang optimal? Benarkah proses pembelajarannya disamakan dengan proses pembelajaran sebelumnya (saat masih membayar)? Dan masih banyak pertanyaan lainnya sehubungan dengan kebijakan sekolah gratis ini.

Penulis mencoba mencermati dari fakta empiris yang penulis alami. Jika penulis ingin membeli sebuah barang yang mungkin harganya cukup mahal, tentunya penulis berusaha menabung hingga akhirnya berhasil membeli barang tersebut. Dan jika telah memiliki barang tersebut, tentunya penulis akan mempergunakan dan menjaganya dengan baik, karena barang tersebut didapat dengan susah payah. Akan tetapi, jika penulis mendapatkan barang tersebut secara gratis, yang penulis alami adalah penulis hanya mempergunakannya dan jarang merawatnya dengan baik, karena penulis berpikir barang tersebut diperoleh tanpa perjuangan apapun.

Dari fakta di atas, penulis melihat ada kecenderungan rendahnya motivasi dan semangat belajar siswa. Sama seperti yang penulis alami, karena merasa gratis dan tidak harus berusaha, para siswa cenderung ogah-ogahan dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk maju dan berkembang. Para orang tua tidak memaksa anak-anaknya untuk belajar, karena berpikir jika anak mereka tidak naik kelas, tidak akan membayar apapun sampai selesai pendidikan.

(6)

tentunya harus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah gratis, sehingga kebijakan ini dapat menjadi sebuah program unggulan di Indonesia, khususnya di wilayah DKI Jakarta.

Prestasi belajar siswa dewasa ini.masih diukur dari sisi akademik, artinya seorang siswa dikatakan memiliki prestasi yang baik jika nilai-nilai mata pelajarannya baik. Padahal, dalam arti yang lebih luas prestasi belajar merupakan keseluruhan sinergi yang dimiliki oleh siswa setelah memperoleh pembelajaran dari sekolah. Sehingga prestasi seharusnya diartikan sebagai buah dari proses pembelajaran yang tercermin bukan saja dari hasil akademik tetapi juga dari keseluruhan aspek kehidupannya, seperti akhlak, sopan santun dan agama.

Prestasi ini tentunya dapat terlihat dari berbagai aspek dan kriteria. Dalam ilmu ekonomi dikatakan seseorang dikatakan berprestasi jika mereka memiliki ability (kemampuan), effort (perjuangan) dan chance (kesempatan). Seseorang tidak akan bisa dikatakan berprestasi jika salah satu elemen di atas hilang atau tidak dimiliki. Memiliki kemampuan tanpa perjuangan, tidak ada hasilnya. Memiliki kemampuan dan perjuangan tetapi tidak ada kesempatan juga tidak berhasil. Untuk itu, sudah seharusnya pendidikan memperhatikan hal ini, yaitu menempat kemampuan siswa serta memberikan semangat agar berjuang dan mengarahkan siswa agar mencari kesempatan atau bila perlu menciptakan kesempatan untuk berhasil.

(7)

baik, siswa dapat mengikuti dan bahkan menguasai pelajaran-pelajaran sulit yang ia terima di tingkat berikutnya.

Kemampuan awal siswa, dalam hal ini kemampuan awal siswa SD yang akan masuk ke SMP tentunya merupakan perjuangan siswa tersebut selama mengikuti pelajaran di bangku SD. Kemampuan awal dan perjuangan tersebut yang akan digunakan untuk berjuang kembali di bangku SMP dan begitu seterusnya hingga ke bangku kuliah. Hal ini dilakukan tentunya untuk menemukan dan atau menciptakan kesempatan untuk berkarya.

Melihat latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelaksanaan kebijakan sekolah gratis, serta melihat apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar.

2. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh kebijakan sekolah gratis terhadap prestasi belajar siswa dengan mengontrol kemampuan awal siswa?

2. Apakah ada peningkatan prestasi belajar setelah pemberlakukan kebijakan sekolah gratis?

3. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk : 1. Kontribusi Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan, dengan tema yang sama akan tetapi dengan metode dan teknik analisa yang lain, sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

2. Kontribusi Praktis

(8)

b. Kepala Sekolah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan kebijakan baru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memberikan arahan dan motivasi kepada seluruh siswa agar tekun belajar dan memiliki keyakinan bahwa dengan sekolah gratis dapat menghasilkan prestasi yang membanggakan.

c. Guru, sebagai ujung tombak proses pembelajaran, dapat menggunakan hasil penelitian ini dengan mengakomodasi setiap kebutuhan siswa sehingga siswa lebih termotivasi dan memiliki semangat untuk belajar dan akhirnya dapat menghasilkan karya nyata bagi kemajuan bangsa.

d. Orang Tua, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk mengarahkan anak-anaknya belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga dihasilkan siswa yang unggul dan dapat diandalkan.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar

(9)

harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi.

Dilihat dari sisi ini, terlihat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Acc Suryadi, Hartilaar, 1993, hal.1 11).

(10)

orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan (8) Belajar berpikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi mental.

Selain itu, faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Donald dalam Wasty Sumanto, 1998 hal. 203). Motivasi merupakan bagian dari belajar. Dari pengertian motivasi tersebut tampak tiga hal, yaitu:

(1) motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang, (2) motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati, (3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila dia memiliki motivasi yang besar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa, bila memiliki motivasi yang besar; yang dengan demikian diharapkan akan mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya, dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri.

2. Kemampuan Awal

(11)

yang relevan, termasuk di dalamnya latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mengikuti suatu program pembelajaran”.

Setiap siswa telah mempunyai berbagai pengalaman, kondisi dan potensi sewaktu memasuki situasi belajar. Ia telah memiliki sikap-sikap dan intelegensi tertentu serta pengalaman belajar sebelumnya di dalam maupun di luar sekolah. Semuanya ini merupakan latar belakang ataupun karakteristik siswa. Pengetahuan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa yang berhubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya memegang peranan amat penting dalam proses belajar mengajar di sekolah. Informasi ini perlu diketahui guru, sebab dengan hal itu guru dapat merancang dan mendesain model pembelajaran secara tepat dan berarti. Untuk dapat merancang pembelajaran yang efektif, seorang guru harus mampu mengidentifikasi keterampilan awal siswa yang dibutuhkan sehingga mempunyai implikasi pada perencanaan model pembelajaran. Oleh sebab itu, mengenali tingkah laku masukan (siswa) dan ciri-ciri siswa merupakan langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan dan berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut Cecco mengemukakan bahwa kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum memulai pelajaran baru, mempunyai pengaruh pada kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran yang akan dihadapinya. Hal ini terjadi kalau antara “Kemampuan awal dan materi pelajaran baru menunjukkan adanya relevansi, terutama kalau pengetahuan awal tersebut merupakan pengetahuan persyaratan terhadap pelajaran berikutnya”.

(12)

Pernyataan di atas, berkaitan dengan pendapat Sudjana yang menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan fator dari luar atau lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala daya untuk dapat mencapainya. Selain itu, hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Yang paling dominan adalah kualitas pembelajaran, sebab hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran. Pendapat ini sesuai dengan teori belajar (Theori of School Learning) dari Bloom yang mengatakan bahwa ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yaitu : karakteristik individu, kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar, lebih banyak memerlukan aktivitas siswa sehingga kualitas masukan (keadaan awal siswa) itu sangat menentukan kualitas keluarannya (hasil belajar siswa). Artinya, bagaimanapun baiknya alat pemerosesan jika kualitas masukannya rendah untuk mengikuti suatu program pembelajaran maka diperlukan adanya pengenalan kemampuan awal siswa.

Menurut teori konvergensi yang dikemukakan oleh Williams Stern yang dikutip Shalahudin menyatakan bahwa “Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dasar yang baik atau sebaliknya. Perkembangan selanjutnya adalah hasil kerjasama antara dua faktor yaitu faktor internal (fotensi hereditas) dan faktor eksternal (lingkungan pendidikan)”.

(13)

baik maka perkembangan selanjutnya akan mengarah kepada keberhasilan, apabila hal ini dianalogikan terhadap proses belajar-mengajar maka dengan adanya kemampuan awal matematika yang baik maka akan memperoleh hasil yang baik pula. Untuk mendapatkan prestasi belajar matematika yang baik maka kemampuan awal matematika siswa juga harus baik. Kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa dapat dikatakan baik apabila telah dilakukan evaluasi (penilaian). Dalam penelitian ini kemampuan awal yang dimaksudkan adalah Nilai Ujian Akhir murni di SD, karena SD merupakan jenjang pendidikan dasar, yang merupakan bekal awal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan menengah dalam hal ini SMP. Nilai Ujian Akhir SD digunakan sebagai dasar kemampuan awal matematika, karena sesuai dengan pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah , dijelaskan bahwa ;

Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah menengah atas (SMA) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan lanjutan yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SLTP yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa SMP yang merupakan sekolah lanjutan setelah siswa menyelesaikan pendidikan dasar 6 tahun, hal tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun yang salah satu jenjangnya adalah pendidikan SMP dengan tujuan untuk memberi bekal kemampuan dasar (awal) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.

3. Kebijakan Sekolah Gratis

(14)

Kebijakan sekolah gratis mulai diterapkan di SMP sejak tahun pelajaran 2004/2005, sedangkan di SD sudah dilaksanakan lebih dahulu.

4. Kerangka Berpikir

Sekolah Gratis merupakan sebuah kebijakan yang dilandasi kepedulian pemerintah terhadap nasib rakyat Indonesia. Masih banyaknya rakyat Indonesia yang terkurung dalam kebodohan membuat pemerintah mengambil langkah strategis yaitu sekolah gratis. Hal ini perlu diwaspadai, tidak ada pendidikan yang gratis. Sekolah gratis artinya masyarakat tidak perlu membayar biayanya, tetapi yang membayar adalah pemerintah.

Melihat fenomena masyarakat tidak terbebani sedikitpun untuk mengakses pendidikan, tidak jarang masyarakat tidak termotivasi untuk belajar dan berusaha memanfaatkan peluang yang ada. Kecenderungan ini kadang berimbas pada prestasi belajar siswa, artinya mereka yang bersekolah gratis memiliki kecenderungan masa bodoh dan enggan berusaha.

Dari uraian di atas, peneliti melihat bahwa kebijakan sekolah gratis justru berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar siswa. Artinya, dengan pelaksanaan sekolah gratis, prestasi belajar siswa justru akan semakin turun. C. METODE PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menemukan seberapa besar pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa sebelum kebijakan sekolah gratis dijalankan.

b. Untuk menemukan seberapa besar pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa sesudah kebijakan sekolah gratis dijalankan.

c. Untuk menemukan perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan susudah kebijakan sekolah gratis dijalankan.

2. Metode Penelitian

(15)

Adapun desain penelitian/konstelasi masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

A1 A2

X  Y X  Y

A = pemberlakuan kebijakan sekolah gratis, yang terbagi atas kategori: A1 = sebelum pemberlakukan sekolah gratis

A2 = setelah pemberlakukan sekolah gratis X = kemampuan awal siswa

Y = prestasi belajar siswa

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersumber dari GURU/KEPALA SEKOLAH dan atau DINAS PENDIDIKAN setempat, yaitu dengan cara meminta hasil kemampuan awal siswa (dalam bentuk Nilai Ujian Akhir SD atau nilai seleksi masuk SMP) dan meminta data prestasi belajar seluruh siswa melalui Legger yang dimiliki oleh setiap guru.

Setelah data didapatkan akan dilakukan uji persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas (menggunakan kosmogorov smirnov, untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak), uji homogenitas dan uji linieritas (untuk menguji linieritas regresi).

Teknik analisa data pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengontrol kovariabel (kemampuan awal) menggunakan teknik ANKOVA (Analisis Kovariat).

DAFTAR PUSTAKA

Harold G. Shane, Arti Pendidikan Bagi Masa Depan (____, ____, 2002) Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta) Gulo, W., 2005, Strategi Belajar Mengajar Cet ke 3 (Jakarta, Grasindo) Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar (Jakarta, Bumi Aksara) Lubis, Zulkifli, 1998, Teori Belajar (Jakarta, STKIP Wijaya Bakti)

(16)

Riduwan, 2005, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung, Alfabeta)

Sudjana, Nana, 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar cet. ke 9 (Bandung, Remaja Rosda Karya)

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi (Bandung, Alfabeta)

Winkel, W.S., 1996, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta, Gramedia)

(17)

Lampiran

JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai berikut :

No Deskripsi Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul Penelitian  

2 Studi Pendahuluan   

3 Perancangan Instrumen Penelitian  

4 Pengumpulan Data    

5 Pengolahan Data    

6 Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)

7 Seminar Hasil Penelitian 

8 Penulisan Laporan Penelitian  

(18)

PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN Persiapan dan Pengumpulan Data

1. Survey Pendahuluan Rp. 500.000,-2. Perizinan Penelitian Rp. 1.000.000,-2. Pembahasan Awal dan Pengumpulan Data Awal

a. Honor Peneliti Rp.

1.000.000,-b. Tenaga Lapangan Rp. 500.000,-c. Transportasi Rp.

700.000,-Subtotal A Rp.

3.700.000,-Operasional Lapangan

1. Honor Peneliti Rp.

2.000.000,-2. Staf Administrasi Rp.

500.000,-3. Tenaga Lapangan Rp.

1.000.000,-4. Transportasi Rp.

1.000.000,-Subtotal B Rp.

4.500.000,-Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

1. Menyusun Laporan Akhir Rp. 1.000.000,-2. Penggandaan Laporan Akhir Rp.

300.000,-Subtotal C Rp.

(19)

9.500.000,-Contoh surat kuasa

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Tempat/Tgl. Lahir :

Tanda Pengenal : KTP/SIM No.

Alamat :

Memberikan kuasa penyerahan formulir permohonan untuk didaftarkan dalam register negara dan pengambilan Piagam Register Akuntan di Departemen Keuangan, kepada :

Nama :

Tempat/Tgl. Lahir :

Tanda Pengenal : KTP/SIM No.

Alamat :

Demikian Surat Kuasa ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

, 200

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Meterai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, telah dibuktikan bahwa novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin termasuk ke dalam jenis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang merupakan komponen fraud triangle terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement

Data Primer, yakni data yang diperoleh dari penelitian langsung pada nelayan anggota penerima bantuan dana Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) melalui

Saat ini penyebutan tersebut diubah menjadi infeksi terkait pelayanan kesehatan atau “HAIs” (Healthcare Associated Infections) dengan pengertian yang lebih luas,

Jika ada kasus anak tunagrahita sedang atau berat pihak sekolah tetap akan menerima anak tersebut dan akan melihat perkembangannya selama 1 tahun sampai 2 tahun

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan desain catalytic converter berbahan katalis kawat stainless steel berbentuk sarang laba-laba, mendapatkan performa emisi gas buang

Adapun konsep diri dari aspek fisik yang dirasakan oleh responden 2 sesuai dengan hasil wawancara adalah :Bahwa Septi merasa kalau ia berjilbab mode, ia akan terlihat