• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN I MK DIKPANCASILA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RINGKASAN I MK DIKPANCASILA docx"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN I

MATA KULIAH PENDIDIKAN

PANCASILA

SEPTEMBER 2017 (digunakan)

BAGIAN PERTAMA

KATA PENGANTAR DIRJEN DIKTI Antara lain berisi :

1.

Sesuai U U SISDIKNAS No 12 tahun 2012, bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi dalam

penyusunan kurikulum, namun pada

pelaksanaannya diperlukan rambu-rambu yang sama agar dapat mencapai hasil yang optimal.

2.

Peserta didik di perguruan tinggi merupakan insan dewasa, sehingga dianggap sudah memiliki kesadaran dalam mengembangkan potensi diri untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan atau professional.

3.

Tujuan Pendidikan Tinggi dalam UU No 12 tahun 2012 yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.

(2)

5.

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila merupakan pelajaran yang memberikan pedoman kepada setiap insan untuk mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-maslah pembangunan bangsa (fisik materiil dan mental spiritual) dan Negara dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara Republik Indonesia.

Jakarta 10 Januari secara eksplisit juga menyebutkan bahwa terkait dengan kurikulum nasional, maka setiap perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah Pancasila, Kewarganega-raan, Agama dan Bahasa Indonesia.

2. Apabila dilakukan jejak pendapat dikalangan mahasiswa biasanya mereka cenderung tidak menyukai empat mata kuliah yang dikenal sebagai Mata Kuliah Kepribadian (MPK) ini.

3. Beberapa alasannya adalah :

pertama, mata kuliah ini bukan mata kuliah sesuai dengan bidang studi mereka,

(3)

ketiga, metode pembelajarannya yang tidak variatif dan inovatif sehingga menimbulkan kebosanan.

Adapun argumen yang perlu disampikan untuk menjawab persoalan tersebut sebagai berikut :

Alasan yang pertama :

1. perlu diberikan penjelasan kepada mahasiswa

bahwa mempelajari ilmu sesuai dengan bidangnya saja tidaklah cukup untuk bekal

ketika mereka lulus kuliah, maka perlu dilengkapai dengan jiwa nasionalisme dan wawasan kebangsaan berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, serta nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan (PKn) yakni identitas nasional, integritas nasional, Wasnus, sistem ketahanan nasional, sistem demokrasi pemerintahan RI, hak dan kewajiban sebagai WNI,

(4)

m e m a h a m i a p l i k a s i t e n t a n g w a w a s a n

4. Dengan menyadari argumen ini diharapkan para mahasiswa lebih tertarik pada mata kuliah ini.

Alasan kedua yaitu :

1. materi tidak up to date/out o f d a t e , sebenarnya hal ini lebih terkait dengan masalah SDM (dosen pengampu). Bahan-bahan pendukung perkuliahan yang terkait dengan Pancasila sangat banyak. Tulisan dalam jurnal, majalah, buku maupun internet sangat mencukupi untuk digunakan sebagai bahan ajar.

2. Persoalan sebenarnya juga tidak dapat ditimpakan sepenuhnya kepada s e b a g i a n dosen karena realitas di lapangan jumlah dosen Pancasila masih terbatas, sehingga yang terjadi

ada dosen yang tidak berkompeten mengajar Pancasila.

3. Persoalan materi terkait pula dengan metode pembelajaran yang berujung pada SDM juga, sehinggga perlu kiranya kedepan dilakukan up grading bagi pengajar Pancasila dan pelatihan untuk calon dosen pengajar Pancasila.

Alasan ketiga yaitu :

(5)

2. Rancangan ini sudah memilahkan antara Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang sebelumnya dijadikan satu, sehingga memperjelas pokok bahasan apa saja yang perlu disampaikan kepada mahasiswa terkait dengan Pendidikan Pancasila ini.

Alasan keempat, yaitu :

1. belum adanya bahan ajar yang sudah dibakukan

materinya secara konprehensif untuk secara wajib di ajarkan oleh para dosen Pancasila. Sehingga masing-masing dosen secara bebas memilih bahan sesuai dengan selera kemampuannya.

2. Tidak sama halnya pada saat zaman orde baru yang telah menetapkan P4 sebagai bahan materi pokok yang perlu diajarkan.

Lembaran berikutnya telah di utarakan metode pembelajaran pendidikan Pancasila sehingga diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh dosen dan para mahasiswa

METODE PEMBELAJARAN DAN MATRIKS KEGIATAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

1.

Metode Pembelajaran

(6)

berbasis kompetensi dengan pendekatan Student Active Learning (SAL) membawa konsekuensi perubahan paradigma metode pembelajaran. Arah perubahannya adalah sebagai berikut;

Dari: Menjadi:

a. Berpusat pada pengajar metode instruksi

a. Berpusat pada mahasiswa metode konstruksi b. Paradigma: mengajar b. Paradigma: belajar

c. Apa yang dipikirkan c. Apa yang dipelajari d. Mengetahui apanya

transfer of knowledge

d. Mengetahui bagaimananya transfer of values

b. Dengan pendekatan Student Active Learning, mahasiswa lebih banyak melakukan eksplorasi daripada secara pasif menerima informasi yang disampaikan oleh pengajar. Keuntungannya mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang keahliannya saja, tetapi juga berkembang keterampilan komunikasi, bekerja dalam kelompok, insiatif, berbagi informasi, dan penghargaan terhadap orang lain. Metode pendekatan Student Active Learning ini meliputi antara lain:

1) Konten makalah bersifat studi kasus 2) Paparan makalah tugas kelompok 3) Collaborative learning

4) Problem based learning

(7)

berdasarkan data atau fakta lapangan dan teori-teori yang dikuasai.

2.

FORMAT RANCANGAN TUGAS

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

SEMESTER : SKS :

2

MINGGU KE : TUGAS KE :

I. TUJUAN TUGAS

Melalui tugas ini mahasiswa diharapkan dapat mengevaluasi kebijakan pemerintah yang sesuai/tidak sesuai dengan Pancasila. Dengan cara demikian apabila mereka kelak menjadi pejabat pemerintah akan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan.

2 URAIAN TUGAS

a. Mahasiswa mencari salah satu kebijakan pemerintah baik melalui media cetak atau elektronik yang menurut mereka menarik untuk dikaji. Kebijakan boleh yang sudah berlangsung lama maupun yang baru.

b. Mahasiswa dikelompokkan sesuai dengan tema kebijakan (politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, lain-lain).

c. Masing-masing kelompok melakukan diskusi, meliputi inventarisasi masalah dan analisis sesuai/tidak sesuai dengan Pancasila, apa faktor-faktor yang menyebabkan kesesuaian atau ketidaksesuaian. Bagaimana sebaiknya merumuskan kebijakan yang sesuai dengan Pancasila.

(8)

3 KRITERIA PENILAIAN

Tema menarik, urgen, menyebutkan faktor-faktor penyebab, merumuskan solusi.

4 MATRIKS KEGIATAN MATA KULIAH PANCASILA

Kompetensi : Mahasiswa mampu membangun paradigma baru dalam dirinya sendiri berdasar nilai-nilai Pancasila melalui kemampuan menjelaskan sejarah, kedudukan dan hakikat sila-sila Pancasila, merespon persoalan aktual bangsa dan negara, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.

1-2 Mampu Pancasila dalam KajianCeramah Kejelasan 10%

Menjelaskan Sejarah BangsaPemutaran pemahaman

dan memahami Indonesia: Film

a. Era Pra dokumenter

Kemerdekaan (siding

b. Era Kemerdekaan BPUPKI,

c. Era Orde Lama Proklamasi)

d. Era Orde Baru e. Era Reformasi

Diskusi

3-4 Mampu Pancasila sebagaiCeramah kejelasan 15%

(9)

5 – 7 Mampu Pancasila sebagaiCeramah Kekritisan 15% Menganalisis Ideologi negara:Small group dan

dan c. Hakikat Sila- sila Pancasila

learning and

8-9 Mampu Pancasila sebagai Kemampuan 20%

Memahami dan Sistem Filsafat: Problem base mengungkap

(10)

5 KRITERIA PENILAIAN

Tema menarik, urgen, menyebutkan faktor-faktor penyebab dan dapat merumuskan solusi.

6 INDIKATOR KINERJA (RUBBRIC)

GRADE Sangat kurang

SKOR <25

INDIKATOR KINERJA (RUBBRIC)

Tema tidak menarik, urgen, menyebutkan

faktor-Kurang 26-45 faktor penyebab, merumuskan solusiTema menarik, tidak urgen, menyebutkan

faktor-Cukup 46-65 faktor penyebab, merumuskan solusiTema menarik, urgen, tidak menyebutkan

faktor-Baik 66-85 faktor penyebab, merumuskan solusiTema menarik, urgen, menyebutkan faktor-faktor

Sangat Baik >85 penyebab, tidak merumuskan solusiTema menarik, urgen, menyebutkan faktor-faktor penyebab, merumuskan solusi

7 Sistem Evaluasi Hasil Pembelajaran

1. Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan berdasarkan capaian pembelajarannya.

(11)

tampilan lisan atau tertulis.

2. Kriteria penilaian dan pembobotannya

diserahkan kepada dosen pengampu dan

disesuaikan dengan Pedoman Evaluasi

Akademik yang berlaku pada perguruan tinggi masing-masing.

3. Sistem penilaian perlu dijelaskan kepada mahasiswa pada awal perkuliahan.

BAGIAN KEDUA

MATA KULIAH

(12)

I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Perlunya Mempelajari Pancasila

a. karena ia merupakan unsur kepribadian setiap WNI

b. karena ia merupakan dasar Negara

c. karena ia merupakan filosofi Negara dan bangsa d. karena ia merupakan perekat/pemersatu dalam

bhinneka tunggal ika bangsa

e. karena ia merupakan pandangan hidup bangsa dan Negara

f. karena ia merupakan ideologi Negara

g. karena ia merupakan sumber dari segala sumber hokum

2.Sifat Pendidikan Pancasila

Mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah

Negara yang wajib bagi setiap mahasiswa pada perguruan tinggi untuk program diploma/politeknik dan program sarjana.

3.Dasar Hukum Pelaksanaan Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi

Yaitu Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 265/ Dikti/ Kep/2000 tgl 10 Agustus 2000 tentang Penyempurnaan Garis Besar Proses Pembelajaran MKPK Pendidikan Pancasila. Dan UU Sisdiknas No.12 tahun 2012

(13)

Yaitu mengandung tata nilai bangsa, sebagai dasar negara dan ideologi nasional dengan segala implikasinya.

b Tujuan Pendidikan Pancasila

1) memahami dan mampu melaksanakan jiwa Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sebagai warga Negara RI;

2) Memahami tentang masalah-masalah kehidupan bermasya-rakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945;

3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma Pancasila,

4) Mahasiswa dalam proses belajar mampu berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila secara arif dalam kehidupan bersama, bermasyarakat, berbangsa, berpeme-rintah dan bernegara .

3.Metode Pengajaran Pendidikan Pancasila

Yaitu secara kritis dan analisis melalui dialog kreatif dan

bersifat partisipatoris dengan cara belajar aktif mandiri

untuk meyakini kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai nilai dasar kebangsaan, ideologi nasional dan dasar negara.

Kuliah berikut kls d tgl 3-10-17

(14)

1.Arti Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa (PHB)

PHB ini mempunyai makna bagi kehidupan suatu bangsa

untuk :

a. Dapat berdiri kokoh lestari sebagai suatu bangsa

b. Mengenal dengan jelas kearah mana tujuan yang akan dicapai;

c. Dapat mempermudah solusi masalah terhadap

semua aspek kepentingan nasional;

d. Menjadi pegangan dan pedoman dalam kehidupan

berpolitik, ekonomi, sosial budaya dan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat, bernegara dan berpemerintah;

e. Dapat membangun secara konsepsional sesuai dengan kepentingan bangsa.

f. Tanpa PHB pada suatu masyarakat, pemerintah,

bangsa dan negara, pada suatu waktu akan mengalami masa yang terombang ambing dan sekaligus bisa bubar negara yang bersangkutan dalam menghadapi segala kepentingan nasionalnya maupun dalam hubungan pergaulan internasional.

Batas kuliah kls e elekt utk tgl 3 oktob 17

2. Peranan Pancasila Bagi Bangsa Indonesia

a Sebagai dasar hukum negara. b.Sebagai jiwa dan kepribadian. c. Sebagai pandangan hidup bangsa.

d.Sebagai perjanjian luhur/terpuji/terhormat dan cita-cita moral.

e. Sebagai moral pembangunan

(15)

g.Sebagai pangkal tolak pengendalian diri.

3.Perbedaan ideologi Pancasila dengan ideologi lain

Ketika Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua, dunia dicekam oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme.

Kapitalisme berakar pada faham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak

individu; sementara komunisme berakar pada faham

sosialisme atau kolektivisme yang lebih

mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individual. Kedua aliran ideologi ini melahirkan sistem kenegaraan yang berbeda.

Faham individualisme melahirkan negara-negara

kapitalis yang mendewakan kebebasan

(liberalisme) setiap warga, sehingga menimbulkan

perilaku dengan superioritas individu, kebebasan

berkreasi dan berproduksi untuk mendapatkan

keuntungan yang maksimal.

Sementara faham kolektivisme melahirkan

negara-negara komunis yang otoriter dengan tujuan untuk

(16)

Pertentangan ideologi ini telah menimbulkan perang dingin yang dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun para pendiri negara Republik Indonesia mampu melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi dunia tersebut, dengan merumuskan pandangan dasar

(philosophische grondslag) pada sebuah konsep

filosofis yang bernama Pancasila yang bersifat

integrited, menengah dan netral terhadap kedua ideologi tersebut dan mempersatukan rakyat

Indonesia yang majemuk (plural/baragam).

Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bahkan bisa

berperan sebagai penjaga keseimbangan (margin of

appreciation) antara dua ideologi dunia yang

bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila

hak-hak individu dan masyarakat diakui secara

proporsional.

Rumusan tentang Pancasila tidak muncul dari

sekedar pikiran logis-rasional, tetapi digali dari akar

budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri.

Maka Bung Karno hanya mengaku diri sebagai

penggali Pancasila, karena nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila itu diambil dari nilai-nilai yang sejak lama hadir dalam kehidupan masyarakat Nusantara.

(17)

nilai-nilai dasar filsafat (philosophische grondslag),

merupakan jiwa bangsa (volksgeist) atau jati diri

bangsa (innerself of nation), dan menjadi cara hidup

(way of life) bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

Dengan demikian nilai-nilai dalam Pancasila merupakan

karakter bangsa, yang menjadikan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa-bangsa lain.

Pendidikan Pancasila perlu diselenggarakan kepada WNI karena dengan cara itulah karakter bangsa dapat terwariskan secara estapet/berlanjut dari generasi kegenerasi berikutnya, dapat lestari, terpelihara dan dapat diper tahankan secara ko nsisten dari ancaman gelombang globalisasi yang semakin besar nilai-nilai negatif bagi bangsa Indonesia.

III. SEJARAH PERKEMBANGAN NILAI-NILAI PANCASILA

1. Nilai-Nilai Pancasila Sebelum Indonesia Merdeka

a.Pada zaman kerajaan bangsa Indonesia (abad V-XV)

1) Kerajaan Sriwijaya

2) Kerajaan Majapahit

(18)

menampakkan gejala adanya nilai-nilai bhinneka tunggal ika dalam kehidupan pancasila.

b.Pada zaman penjajahan Belanda (1512-1953)

1) HAM sama sekali diberangus,

2) Kemerdekaan masyarakat/rakyat bid ideol, pol, eko,

sosbud, trambtibkam sama sekali tidak diberikan

dan kondisi kehidupan masyarakat/rakyat

dikendalikan oleh kolonial Belanda,

3) Tanam paksa (kerja rodi) dilakukan dalam bid. eknomi, sehingga rakyat Indonesia sangat menderita. Misal cengkeh, pala, nila, beras, dan hasil-hasil bumi yang diperlukan oleh kolonial Belanda untuk kehidupan di negerinya dan kebutuhan di di wilayah Indonesia, dengan demikian dilakukan dengan cara memaksa kerja rodi bagi rakyat. Semua hasil pertanian rakyat dibagi menurut ketentuan kolonial.

c. Pada Zaman Penjajahan Jepang

1) HAM juga di tekan untuk membantu Jepang dalam

pergerakan melawan sekutu, guna memenangkan perang di Asia.

2) Walaupun demikian Jepang masih ada kelebihannya

(19)

Indonesia atas perjuangannya sendiri, bukan hadiah dari Jepang

2 Nilai-Nilai Pancasila Sesudah Indonesia Merdeka

a.Zaman Demokrasi Liberal (1945-1959)

1) Pada ini sesungguhnya pemerintahan bangsa Indonesia dapat dikatakan masih dalam peralihan dan masih belajar memerintah sendiri serta sambil menyusun segala hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pemerintahan, karena baru saja merdeka dari penjajahan secara politis.

2) UUD 1945 belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, yang ternyata hanya beberapa bulan setelah diberlakukan UUD 1945, telah menyimpang dengan adanya pemerintahan Perdana Menteri Syahrir

dengan menggunakan sistem kabinet parlementer

sehingga kabinet jatuh bangun yang mengakibatkan pemerintahan selama zaman tersebut tidak stabil.

(20)

b.Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dengan adanya kekacauan pada zaman demokrasi liberal, maka Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 untuk seutuhnya kembali kepada UUD 1945. Pada saat itu penafsiran nilai-nilai Pancasila masing-masing kelompok berbeda menurut selera

kepentingannya, sehingga persepsi dan

pelaksanaannya mengalamai konflik diantara kelompok tersebut dalam rangka memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Kulminasi konflik tersebut pada akhirnya timbul pemberontakan G.30.S/PKI pada tahun 1965. Pada saat itu berbagai penyimpangan yang terjadi antara lain:

1. Lembaga-lembaga negara belum

dibentuk dan berfungsi sesuai dengan UUD 1945. 5) Presiden dapat mengeluarkan produk-produk

legislatif yang seharusnya berbentuk UU melalui DPR bersama dengan pemerintah, namun hanya berbentuk pidato Presiden Sukarno bisa menjadi GBHN.

6) Presiden semestinya tiap lima tahun ada Pemilu, dirubah menjadi Presiden seumur hidup.

7) Hak budget DPR tidak berjalan.

(21)

c. Zaman Demokrasi Orde Baru (1966-1998)

1) Dengan adanya pemberontakan G.30.S/PKI tersebut, kehidupan rakyat Indonesia semakin kacau, konflik

semakin meningkat, sehingga pada tanggal 11 sehingga dapat dilakukan langkah-langkah secara konstitusional antara lain:

(22)

dianggap sia-sia atau percuma, karena sebagian para penatar dan orang-orang yang sudah ditatar P-4 ternyata melakukan KKN, yang merugikan kehidupan negara. Dan P-4 hanya dijadikan alat politik bagi pemerintah untuk memperlihatkan adanya kesungguhan untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan dijadikan sebagai alat pressue bagi lawan-lawan politiknya.

d.Zaman Reformasi (1998-sekarang)

1) Pada zaman reformasi, nilai-nilai Pancasila sebagai perekat persatuan dan kesatuan semakin longgar, antara lain ditandai adanya konflik yang terjadi di Sambas, Palangkaraya, Poso, Ambon dan ada gerakan separatis yang meminta untuk memisahkan diri dari NKRI, seperti dulu GAM yang ada di Aceh dan sekarang ada gerakan papua merdeka di Papua/Irian.

2) Lembaga sosialisasi nilai-nilai Pancasila misalnya BP-7 sudah tidak ada, selain yang ada hanya di lembaga-lembaga pendidikan dengan mata kuliah/ pelajaran yaitu Pendidikan Pancasila. Dan yang

menjadi tanda tanya sekarang ini, adanya

(23)

3) Sekarang sesudah BP-7 tidak ada, maka yang menjadi tulang punggung satu-satunya adalah hanya Dosen Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi yang secara permanen dan kontinyu yang melakukan sosialisasi Pancasila dan UUD 1945. Seharusnya dari instansi pemerintah yang terkait melakukan penataran khusus bagi dosen-dosen mata kuliah Pancasila, agar ada satu kesamaan metode dan teknik penyampaian pengajaran yang efektif tentang materi Pancasila dan UUD 1945. Kenapa secara khusus bagi dosen-dosen saja, karena merekalah sebagai komponen bangsa yang secara kontinyu melaksanakan tugas pengajaran Pendidikan Pancasila kepada para mahasiswa.

IV PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

1.Pengertian Filsafat

a.Secara etimologi filsafat berasal dari “philos” artinya cinta dn “sophos” artinya kearifan, kebijaksanaan, kebenaran.

b.Secara terminologi artinya mencintai kebenaran,

kearifan dan kebijaksnaan, dengan cara atau prosedur melalui metode ilmiah.

Sedangkan pengertian metode ilmiah adalah cara berpikir ilmiah dengan menggunakan prosedur metodo-logi penelitian.

(24)

Apabila Pancasila dilihat dari aspek “ontologi”, maka yang dibicarakan adalah aspek materinya yaitu menyangkut tentang: apa yang diketahui tentang Pancasila yang berkaitan dengan:

1) Hakekatnya, yaitu bahwa nilai Pancasila itu sesungguhnya ada di dalam kehidupan pribadi manusia masing-masing warga bangsa Indo-nesia; 2) Nilai-nilainya, yaitu nilai-nilai Pancasila itu digali

dari kehidupan masyarakat Indonesia, dan nilai itu telah dan akan berakar selama-lamanya sebagai kepribadian hidup bangsa dari zaman ke zaman;

b.Dilihat dari aspek aksiologi

Yang menjadi pembicaran dari aspek aksiologi yaitu mempersoalkan tentang: tujuan, fungsi, manfaat dan kegunaan Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia yaitu memegang peranan sebagai: pandangan hidup, ideologi negara, falsafah negara, pedoman bernegara, ber- pemerintah, bermasyarakat, berorganisasi dan sebagai pengendali diri dalam pergaulan diantara sesama manusia sepanjang waktu bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Tujuan Pancasila adalah untuk mewujudkan

(25)

diri bagi setiap WNI dalam pergaulannya sehari-hari dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam semangat dan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia.

c. Dilihat dari aspek epistemologi

Apabila nilai Pancasila dilihat dari aspek “epistemologi”

maka yang akan dikaji adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat digali, diperoleh dan disusun menjadi suatu pandangan hidup, ideologi negara dan bangsa Indonesia, sehingga menjadi suatu ideologi dan filosopi bangsa Indonesia. Oleh siapa, yaitu BPUPKI dan PPKI.

Nilai-nilai Pancasila itu digali, diperoleh dan disusun berdasarkan data realitas dan empiris dari nilai-nilai kehidupan manusia masyarakat Indonesia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat secara sosiologis

anthropologis dalam keseluruhan sebagai bangsa dan

negara Indonesia.

(26)

Agustus 1945 Pancasila dan UUD 1945 resmi dilaksanakan di dalam tata hukum pemerintahan NKRI.

3 Pancasila Sebagai Ideologi dan Filosofi Bangsa dan

Negara RI

a Pancasila sebagai ideologi negara:

1) Ideologi timbul disebabkan adanya sistem nilai

yang dianut dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan sebagai prinsip dan pedoman persatuan dan kesatuan dalam rangka mencapai tujuan kepentingan bersama dalam kehidupan bernegara. 2) Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai prinsip atau asas yang menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti halnya dengan nilai-nilai Pancasila yang dijadikan sebagai dasar dan ideologi negara.

3) Nilai pancasila mengandung nilai integralistik yaitu nilai yang dapat mempersatukan semua aspek kehidupan bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia dilihat dari:

a) Negara Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang dapat menjadi suatu negara kesatuan RI;

b) Rakyat Indonesia terdiri dari ratusan suku atau etnis, berbagai agama dan adat kebiasaan namun dapat bersatu membentuk negara RI dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

(27)

mencapai tujuan dan cita-cita nasi-onal yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

b Pancasila sebagai Filosopi bangsa Indonesia

Sebagaimana diketahui bahwa filosopi bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila, yang mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila adalah nilia-nilai kebenarannya yang memang ada dalam sendi-sendi jiwa raga kehidupan masyarakat baik secara individual maupun secara berkelompok.

Misalnya nilai Pancasila yang dimiliki masyarakat

secara individual rakyat sbg WNI :

1)Memiliki nilai-nilai agama berdasarkan Ke

Tuhanan Yang Maha Esa,

2)memiliki kemanusiaan yang beradap dan

berkeadilan dalam berdampingan sesamanya yang berbeda suku, agama, adat, kebiasaan, pandangan,

3)memiliki rasa persatuan dan kesatuan dalam

bentuk ikrar Bhinneka Tunggal Ika, yang ber wawasan nusantara dan ketahanan nasional serta jiwa kebersamaan dalam membela NKRI yang herois dan patriotis pantang mundur.

4)memiliki perilaku dalam setiap urusan kepentingan

bersama selalu dilakukan dengan musyawarah

untuk mufakat,

5)serta memiliki dalam kehidupan bersama selalu

memperhatikan nilai-nilai keadilan sosial dalam

(28)

saling membantu, tolong menolong, kegotong-royongan, kebersamaan, kekeluargaan di antara sesama warga.

4 Nilai dan Norma Pancasila

a Nilai-nilai Pancasila

Yaitu sesuatu yang berharga, berguna dan memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabat dalam kehidupan bersama dalam berbangsa. Nilai Pancasila itu bersumber pada sistem kehidupan yang dianut oleh masyarakat atau bangsa Indonesia yang mengkristal menjadi wujud cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang sesuatu untuk kepentingan hidup bersama sebagai bangsa dan negara.

b Norma-norma Pancasila

Yaitu merupakan petunjuk tingkah laku yang harus

ditaati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa dan negara Indonesia berdasarkan pandangan dan nilai-nilai Pancasila yang dijabarkan dalam berbagai Ketetapan MPR, UU, dan peraturan pelaksanaan lainnya.

c Sumber Nilai dan Norma Dalam Kehidupan Bangsa dan Negara RI

Adapun sumber dari segala sumber nilai dan norma peraturan perundang-undangan bagi bangsa dan negara Indonesia yang didasarkan kepada sila-sila Pancasila:

1) KeTuhanan yang Esa

(29)

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

VI PELESTARIAN UUD 1945

1. Latar belakang perlunya melestarikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945

a. Pada saat Orde Baru

Dari pengalaman sejarah selama kita hidup dalam alam kemerdekaan, telah pernah menggunakan UUD 1945, KRIS dan UUDS tahun 1950, kemudian kembali kepada UUD 1945 lagi.

Pada tahun 1945 sampai dengan akhir tahun 1949 diselingi oleh pelaksanaan Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, sehingga UUD 1945 belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Pada tahun 1959 sampai tahun 1966, UUD 1945 berlaku kembali dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, akan tetapi masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berakibat Stabilitas Nasional tidak dapat dicapai dan mekanisme Kepemimpinan Nasional tidak dapat terwujud, sehingga berakibat salah satu masalah timbulnya G-30-S/PKI.

(30)

nasional, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, menuju masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Oleh sebab itu saat orde baru, dimana MPR mengambil kesepakatan bahwa akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dan tidak akan mengadakan perubahan terhadapnya berdasarkan pasal 104 TAP 1/MPR/ 1983. Dengan tujuan untuk lebih menjamin kelestarian UUD 1945, maka kalau ada yang menginginkan merubah UUD 1945, haruslah melalui referendum terlebih dahulu, yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden, dengan UU khusus tentang referendum. Namun setelah reformasi dilakukan amandemen UUD 1945.

b Pada saat reformasi dilakukan Amandemen/Perubahan UUD 1945 saat reformasi

Tetapi setelah era reformasi yang dimulai tahun 1998, UUD 1945 pada akhirnya dilakukan amandemen empat kali sesuai tuntutan kebutuhan perubahan zaman

reformasi dengan alasan sbb :

1 Adapun garis besar latar belakang tersebut :

a. Pernah UUD 1945 tidak berlaku

(31)

c. Pernah ada UUDS 50.

d. Penyimpangan/penyelewengan telah terjadi saat

pemerintahan orde lama dan orde baru. 2. Tujuan

a. Untuk mempertahankan NKRI

b. Untuk mewujudkan kestabilan nasional

c. Untuk mewujudkan arah pembangunan nasional

Yang merata adil makmur 3. Pendekatan

a. Pendidikan

b. Lembaga

Dalam sistem Demokrasi Pancasila dianut azas keke-luargaan. Keputusan-keputusan diambil berdasarkan mu-syawarah. Pemerintah diberi kesempatan bekerja untuk 5 tahun. Tak dapat dijatuhkan oleh DPR, menurut UUD 45.

Lain halnya pemerintah dengan sistem parlementer. Pemerintah dapat dijatuhkan oleh DPR. Akibatnya pemerintah jarang bertahan lama. Program pembangunan jarang sampai rampung dan diselesaikan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional menurut UUDS 1950

TUGAS LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

Dalam menjelaskan kelembagaan negara perlu diuraikan pula tentang: kedudukan, tugas dan wewenangnya, hubungan kerja dan cara kerjanya, sesudah diamandemen 4 kali UUD 1945 sebagai berikut :

BAB I

(32)

Pasal I

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.3)

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.3)

BAB II

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.4)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.3)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.3)4)

(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.3)4)

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Pasal 5

(1)Presiden berhak mengajukan rancangan undang undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.1)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

(33)

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

3)

(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.3)

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.3)

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.3)

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang menda-patkan suara lebih dari lima puluh persen dan jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah

jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.3)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Pre-siden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pernilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.4)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan. Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.3)

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dan jabatan yang sama, hanya untuk satu Kali masa jabatan.1)

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.3)

Pasal 7B

(34)

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. adalah dalam rangka pe-laksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.3)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat di lakukan dengan duku-ngan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.3)

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan me-mutus dengan seadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Per-wakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.3)

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menye-lenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pernberhentlan Presiden dan/atau wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.3)

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang ntuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Per-musyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.3)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pem-berhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/

4dari jumlah ang-gota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/

3dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden

dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.3

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.3)

Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jaba-tannya.3)

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusya-waratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Pre-siden.3)

(35)

dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh par-tai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih Suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya. 4)

Pasal 9 Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala un-dang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Janji Presiden (Wakil Presiden):

"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil- adil-nya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menja-lankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selu-rus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."1)

(2)Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.1)

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Ang-katan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.3)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pemben-tukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.3)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.3)

(36)

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal ini mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.1)

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.1)

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperha-tikan per-timbangan Mahkarnah Agung.

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperha-tikan pertimbangan Dewan Perwakililan Rakyat.1)

Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda ke-hormatan yang diatur dengan undang-undang. 1)

Pasal 16

Presiden membentuk. suatu dewan pertimbangan Yang ber-tugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalarn undang-undang.4)

BAB IV

DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Dihapus.4)

BAB V

KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1)Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

(2)Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan Presiden.1)

(3)Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam Pernerintahan. 1)

(37)

BAB VI

PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pernerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.2)

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menu-rut asas otonomi dan tugas pembantuan.2)

(3) Pernerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota- anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.2)

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provin-si, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.2)

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang di-tentukan sebagai urusan Pernerintah Pusat.2)

(6) Pemerintahan daerah berhak. menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan. otonomi dan tugas pembantuan.2)

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.2)

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang- un-dang dengan memperhatikan kekhususan dan istimewa yang diatur dengan undang-undang.2)

(38)

BAB VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di pilih melalui pemilihan umum.2)

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang- undang.2)

(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.2)

Pasal 20

(2) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan memben-tuk undang-undang.1)

(3) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. 1)

(4) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh di-ajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.1)

(5) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.1)

(6) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.2)

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi penga-wasan.2)

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang- Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.2)

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang- Undang Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.2)

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rak-yat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.2)

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.1)

Pasal 22

(39)

(2) Peraturan pernerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, peraturan pernerintah itu harus dicabut.

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan un-dang- undang diatur dengan undang undang.2)

Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat- syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.2)

BAB VIIA 3)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap Provinsi melalui pemilihan umum.

(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggotan Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.3)

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.3)

(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.3)

Pasal 22D

(1)Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pem-bentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, penge-lolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.3)

(2)Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.3)

(40)

(4)Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, Yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.3)

BAB VIIB 3)

PEMILIHAN UMUM

Pasal 22E

(2) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.3)

(3) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Pre-siden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.3)

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Partai Politik.3)

(5) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.3)

(6) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemi-lihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.3)

(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.3)

HUBUNGAN NEGARA DENGAN WARGA NEGARA

Hak dan kewajiban serta hubungan Negara dengan warganya diatur mulai dari pasal 26 sampai dengan pasal 34 UUD 1945, yang antara lain mengatur dan memerinci masalah-masalah hak dan kewajiban sebagai berikut:

1. Tentang warga negara

b.Siapa warga negara itu, dan

c. Siapa-siapa yang dapat menjadi warga negara (diatur dalam pasal 26 UUD).

Yakni bertempat tinggal di Indonesia, mengaku Indonesia sebagai tanah airnya, setia kepada Negara Republik Indonesia (dhi PS dan UUD 45).

2. Kesamaan hak dan kewajiban

(41)

b. Wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan.

c. Berhak mendapat penghidupan dan pekerjaan yang layak (diatur pada pasal 27 UUD)

d. Berhak memakai kenikmatan, tetapi juga wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya.

3. Hak-hak dan kewajiban umum yang lain: a. Hak-hak warganegara.

1) Hak untuk berserikat dan berkumpul (diatur pada pasal 28 UUD)

2) Hak untuk memeluk agama dan beribadat (diatur pada pasal 29 ayat 2 UUD)

3) Berhak untuk ikut membela negara (diatur pada pasal 30 ayat 1 UUD)

4) Hak untuk mendapat pengajaran dan pendidikan (diatur pada pasal 31 UUD)

5) Hak untuk berusaha dan berdagang.

6) Hak untuk menikmati kekayaan alam Indonesia (diatur pada pasal 33 UUD)

b. Kewajiban warganegara

1) Wajib membayar pajak (diatur pada pasal 23 UUD) 2) Wajib patuh pada Hukum dan Pemerintahan.

3) Wajib menghormati orang lain yang berbeda agama, tidak boleh mengejek-ejekkan dan lain sebagainya.

4) Wajib menghormati hak-hak orang.

5) Wajib bela negara, bila saatnya diperlukan baik secara fisik dan mental ideologi (diatur pada pasal 30 UUD)

4. Ketentuan-ketentuan lain

a. Ketentuan tentang Bendera

1) Bendera Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih 2) Bendera ini menunjukan idea persatuan

3) Setiap Bendera dikibarkan, ada rasa haru dan rela berkorban untuk menjaganya.

(42)

1) Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia.

2) Bahasa Indonesia, menunjukan ada persa-tuan, rasa bersatu dalam perbedaan.

3) Kita bersyukur bahwa masalah bahasa sudah tidak menimbulkan masalah lagi.

c. Ketentuan tentang Lagu Kebangsaan

Lagu kebangsaan tidak/belum diatur dalam UUD akan tetapi ditetapkan dengan Peratu-ran Peme-rintah NO. 44 tahun 1958.

d. Ketentuan tentang Lambang Negara.

Lambang Negara kita adalah Garuda Pancasila. Diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 66 tahun 1951.

KONSEP DASAR DALAM POLEKSOSBUD-HANKAM

Dalam bagian ini akan diuraikan hal-hal yang ber-kaitan dengan berbagai konsep kenegaraan dalam bidang-bidang tersebut di atas. 1. Politik

a. Politik Luar Negeri, dapat berkaitan dengan Pem-bukaan UUD alinea pertama.

b. Dasar Politik kita adalah Pancasila. c. Bebas aktif

2. Ekonomi

a. Dasar ekonomi kita tertuang dalam pasal 33 UUD 1945.

b. Yang paling cocok, bangun ekonomi di Indonesia adalah Koperasi.

3. Sosial Budaya

a. Budaya daerah yang baik, dipelihara dan dikem-bangkan.

(43)

b. Sistem pertahanan kita, Pertahanan Rakyat Semes-ta (Hankamrata).

c. Setiap warga negara wajib dan berhak dalam pembelaan Negara.

d. Hal tersebut telah diatur pada pasal 30 UUD 1945 dan terakhir diundangkan dengan UU no. 20 tahun 1982.

Penjelasan :

Pertahanan = per –tahan-an

Tahan beban = secara materiil dan secara mental. Di dalam jenis pertahanan ada dua macam yaitu :

1. Pertahana secara fisik materiil yaitu :

a. Kekuatan fisik para prajurit

b. Kekuatan persenjataan (alutsista) TNI-Polri

2. Pertahanan mental sipitual di bidang ideologi, politik, pemerintahan, sosbud (dik, kes, hukum, teknologi, seni, or,), kerukunan umat beragama, mental kejuangan dalam ber bangsa, bernegara dari semua komponen bangsa).

KEAMANAN = KE-AMAN-AN

Untuk mencapai keamanan maka ada tahapan yang harus dilalui sbb :

(44)

NOMENKLATUR PANCASILA SEBAGAI SUMBER SEGALA SUMBER HUKUM NKRI

PANCASILA

PEMBUKAAN UUD 45

PASAL2 DLM BATANG TUBUH UUD 45

UU DARI BERBAGAI PASAL UUD 45

PP- PERPPU – PERPRES - KEPRES,

PERMEN- KEPMEN,

PERDA

(45)

NOMENKLATUR NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN

PANCASILA

PEMBUKAAN UUD 1945 PASAL2 UUD 1945

UU DALAM BERBAGAI KEPENTINGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

(REPELITA/PROPENAS) (RPJT, RPJS, RPJP)

PROPEDA PROVINSI

PROPEDA KABUPATEN PROPEDA KOTA

PROYEK-PROYEK

PEMBANGUNAN BERUPA :

PEMBANGUNAN FISIK MATERIIL

PEMBANGUNAN MENTAL SPIRITUAL

BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA

(46)

SEBELUM DI AMANDEMEN

UUD 1945 sebelum di amandemen, terdiri dari

 16 Bab, 37 pasal,  4 pasal AP

 dan 2 pasal AT

JUMLAH BAB & PASAL UUD RI TAHUN 1945 SESUDAH AMANDEMEN I, II, III, IV

a. TANGGAL PENGESAHAN PERUBAHAN 1. Pengesahan I tgl 19 Oktober 1999 2. Pengeshan II tgl 18 Agustus 2000 3. Pengesahan III tgl 10 Nopember 2001 4. Pengesahan IV tgl 10 Agustus 2002

b. PERUBAHAN BAB DAN PASAL

(47)

17. BAB XII  psl 30 = 1 pasal

18. BAB XIII  psl 31, 32 = 2 pasal

19. BAB XIV  psl 33, 34 = 2 pasal

20. BAB XV  psl 35, 36, 36A, 36B,

36C = 5 pasal

21. BAB XVI  psl 37 = 1 pasal

22. ATURAN PERALIHAN = 3 pasal

23. ATURAN TAMBAHAN = 2 pasal

REKAP = 21 BAB; 71 PASAL; AP.3 PASAL; AT. 2 PASAL

VII PENUTUP

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Materi 1 : Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendi-dikan Nasional, 2001, Kapita Selekta Pendidikan Pancasila, Bagian I, Dirjen Pendidikan Tinggi Depar-temen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Matakuliah Pengem-bangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Direk-tur Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Materi 2 : Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Kaelan, 2002, Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Penerbit Paradigma, Yogya-karta,

____ 2002, Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi 2002, Paradigma, Yogyakarta.

Kattsoff, Louis O., 1986, Pengantar Filsafat, alih bahasa: Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yigyakarta.

Notonagoro, 1975, Pancasila secara Ilmiah Populer, Pancuran Tudjuh, Jajarta.

(49)

Pusat Studi Pancasila, 1998, Jurnal Filsafat, Nasionalisme dalam Perspektif Historis, Politis, Yuridis dan Filosofis, No. 2, Tahun II, Desember 1998, Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Materi 3: Pancasila sebagai Etika Politik

Budiardjo, Miriam, 1981, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.

Darmodihardjo, Dardji, 1996, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_____1996, Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem hukum Indonesia, Penerbit Rajawali, Jakarta.

Kaelan, 2002, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogya-karta.

Suseno Von Magnis, 1987, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Kenegaraan Modern, Gramedia, Jakarta.

Materi 4: Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Ihza Mahendra, Yusril, 1999, Ideologi dan Negara, dalam Gazali, “Yusril Ihza Mahendra, Tokoh Intelektual Muda, Rajawali, Jakarta.

BP-7 Pusat Jakarta, Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara, BP-7 Pusat, Jakarta.

Wibisono, Koento, 1989, Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Makalah pada Lokakarya Dosen-dosen Pancasila PTN dan PTS se-Kopertis Wilayah V, Yogyakarta.

(50)

Kartodirdjo, Sartono. 1977, Sejarah Nasional Indonesia, Vol III dan IV, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Dardji, Darmodihardjo, dkk, 1979, Santiaji Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya.

Soegito, A.T, 2000, Pancasila Aspek Historis, Semarang

Sulaiman, Setiowati, tanpa tahun, Sejarah Indonesia, Balai Pendidikan Guru, Bandung

Sekretaris Negara Republik Indonesia, 1995, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta.

Materi 6: Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia

Notonagoro, 1971, Pancasila Dasar Falsafah Negara Republik Indonesia, Pantjuran Tudjuh, Jakarta.

_____1975, Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara Indonesia, Pidato Dies Natalis 11, Universitas Airlangga, Surabaya.

Sinar Grafika, 2002, UUD 1945 Hasil Amandemen Agustus 2002, Jakarta.

Sujadi, R, 1999, Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia, Lukman Offset, Yogyakarta.

Materi 7: Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa dam Bernegara

(51)

Kaelan, 2002, Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi 2002, Paradigma, Yogyakarta.

Mahfud, M.D, 1998, Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum, Makalah Diskusi Panel pada Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada.

(52)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang... 1

2. Sifat pendidikan pancasila... 3

3. Dasar hukum... 3

4. Maksud dan tujuan ... 3

5. Metode pengajaran... 4

II PANCASILA SEBAGAI PENDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA 1. Arti Pandangan Hidup Suatu Bangsa.... 5

2. Peranan Pancasila Bagi Bangsa Indonesia 6 1. SEJARAH PERKEMBANGAN NILAI-NILAI PANCASILA 1. Nilai Nilap Pancasila Sebelum Indonesia Merdeka... 8

2. Nilai-Nilai Pancasila Sesudah Indonesia Merdeka... 10

IV. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT 1. Pengertian Filsafat... 14

2. Aspek yang dikaji dalam Filsafat Pancasila... 14

3. Pancasila sebagai ideologi Pancasila dan Filosopi bangsa dan negara RI... 16

4. Nilai dan norma Pancasila... 18

5. Sumber Nilai Dan Norma Dalam Kehidupan Bangsa Dan Negara RI...19

V SEJARAH PERUMUSAN UUD 1945...21

(53)

B. Pokok-Pokok Pikiran...26

1. Makna Alenea-Alenea Pembukaan UUD 1945...27

2. Hubungan Pembukaan Dengan Pasal-Pasal...30

B BATANG TUBUH UUD 1945

1. Kelembagaan Negara...31

2. Hubungan Negara Dengan Warga Negara.. .43 3. Beberapa Konsep Dasar Dalam IPOLEK

SOSBUDHANKAM-AG...45 VII GERAKAN PELAKSANAAN UUD 1945

A. Masa pertama UUD 1945 (18 sd 27 Desember 1949)...47

B. Masa Konstitusi RIS (27 Des 1949

sd 17 Agustus 1950)...50 C. Masa UUDS (17 Agus 1950- 5 Juli

1959)... 51 D. Masa Orde Lama (5 Juli 1959 sd

11 maret 1965)... 53 E. Masa Orde Baru (11 maret 1966

sd 1998)...55 G. Masa Reformasi... 57 VIII PELESTARIAN UUD 1945

1. Latar belakang perlunya melestraikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945...60

2. Amandemen/perubahan UUD 1945... 61

IX PENUTUP...62

DAFTAR PUSTAKA……….63

(54)

Daftar Pertanyaan/Persoalan

UTS dan UAS……….. 72

LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN/PERSOALAN

UTS DAN UAS I PENDAHULUAN

1. Jelaskan Latar Belakang mengapa perlu mempelajari pendidikan Pancasila dan UUD 1945

1. Jelaskan Sifat pendidikan Pancasila

2. Jelaskan Dasar hukum pendidikan Pancasila

3. Jelaskan Maksud dan tujuan pendidikan Pancasila 4. Jelaskan Metode pengajaran pendidikan Pancasila I. PANCASILA SEBAGAI PENDANGAN

HIDUP BANGSA INDONESIA

1. Jelaskan arti pandangan hidup suatu bangsa

2. Jelaskan peranan Pancasila dagi Bangsa Indonesia

(55)

II. SEJARAH PERKEMBANGAN NILAI-NILAI PANCASILA

1.Jelaskan nilai nilap Pancasila sebelum Indonesia Merdeka

2.Jelaskan nilai-nilai Pancasila sesudah Indonesia Merdeka

IV. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT 1) Jelaskan pengertian filsafat

2) Jelaskan Pancasila sebagai Ideologi dan Filsafat Bangsa dan Negara RI

3) Jelaskan nilai dan norma Pancasila

4) Jelaskan sumber nilai dan norma dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia V. SEJARAH PERUMUSAN UUD 1945

1. Jelaskan sidang-sidang BPUPKI dalam rangka peru-musan dasar Negara

2. Jelaskan rumusan Pancasila yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno, Prof Supomo dan Mr. Muhammad Yamin

3. Jelaskan kenapa ada perbedaan rumusan Pancasila yang ada di dalam Pembukaan UUD 1945, dengan Piagam Jakarta.

VI. PEMBUKAAN UUD 1945

1. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 2. Jelaskan makna alenea-alenea Pembukaan

UUD 1945

3. Jelaskan hubungan pembukaan dengan pasal-pasal UUD 1945

VII BATANG TUBUH UUD 1945

1. Jelaskan jumlah kelembagaan negara menurut UUD 1945

2. Jelaskan hubungan negara dengan warga negara menurut UUD 1945

(56)

VIII GERAKAN PELAKSANAAN UUD 1945 (bahan UAS)

1 Jelaskan masa pertama berlakunya UUD 1945 (18 -8-1945-sd 27 Desember 1949)

2. Jelaskan masa berlakunya Konstitusi RIS (27 Des 1949 sd 17 Agustus 1950)

3. Jelaskan masa berlakunya UUDS (17 Agus 1950- 5 Juli 1959) 4. Jelaskan masa berlakunya UUD 1945 saat Orde Lama (5 Juli

1959 sd 11 maret 1965)

5. Jelaskan masa berlakunya UUD 1945 saat Orde Baru (11 maret 1966 sd 1998)

VIII. PELESTARIAN UUD 1945

1. Jelaskan mengapa perlu pelestarian UUD 1945 pada saat orde baru

2. Jelaskan pada era reformasi mengapa dilakukan amandemen 4 kali UUD 1945

PERHATIAN :

(57)

NOMENKLATUR HUKUM NKRI

PANCASILA

PEMBUKAAN UUD 45

PASAL2 DLM BATANG TUBUH UUD 45

UU DARI BERBAGAI PASAL UUD 45

PP- PEPPU – PERPRES - KEPRES,

PERMEN- KEPMEN,

PERDA

KEP GUB – KEP BUP – KEP WALIKOTA.

NOMENKLATUR NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN

PANCASILA

(58)

PASAL2 UUD 1945

UU DALAM BERBAGAI KEPENTINGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

REPELITA/PROPENAS RPJT, RPJS, RPJP

PROPEDA PROVINSI

PROPEDA KABUPATEN PROPEDA KOTA

PROYEK-PROYEK

PEMBANGUNAN BERUPA :

PEMBANGUNAN FISIK MATERIIL

PEMBANGUNAN MENTAL SPIRITUAL

BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA

UUD 1945

SEBELUM DI AMANDEMEN

UUD 1945 sebelum di amandemen, terdiri dari

 16 Bab, 37 pasal,  4 pasal AP

 dan 2 pasal AT

JUMLAH BAB & PASAL UUD RI TAHUN 1945 SESUDAH AMANDEMEN I, II, III, IV

(59)

2. Pengeshan II tgl 18 Agustus 2000 3. Pengesahan III tgl 10 Nopember 2001 4. Pengesahan IV tgl 10 Agustus 2002

c. PERUBAHAN BAB DAN PASAL

1. BAB I  psl 1 = 1 pasal

22. ATURAN PERALIHAN = 3 pasal

23. ATURAN TAMBAHAN = 2 pasal

(60)

Naskah Sumpah Pemuda

(61)

SOEMPAH PEMOEDA Pertama :

(62)

BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA Kedua :

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.

Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI) Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)

Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond) Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond) Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia) Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)

Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)

Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi) Peserta :

1 Abdul Muthalib Sangadji 2. Purnama Wulan

(63)

5. Abu Hanifah 6. Raden Soekamso 7. Adnan Kapau Gani 8. Ramelan

9. Amir (Dienaren van Indie) 10.Saerun (Keng Po)

11.Anta Permana 12.Sahardjo 13.Anwari 14.Sarbini

15.Arnold Manonutu

16.Sarmidi Mangunsarkoro 17.Assaat

18.Sartono

19.Bahder Djohan 20.S.M. Kartosoewirjo 21.Dali

(64)

23.Darsa

24.Sigit (Indonesische Studieclub) 25.Dien Pantouw

26.Siti Sundari 27.Djuanda

28.Sjahpuddin Latif 29.Dr.Pijper

30.Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken) 31.Emma Puradiredja

32.Soejono Djoenoed Poeponegoro 33.Halim

34.R.M. Djoko Marsaid 35.Hamami

36.Soekamto 37.Jo Tumbuhan 38.Soekmono 39.Joesoepadi

(65)

41.Jos Masdani 42.Soemanang 43.Kadir

44.Soemarto

45.Karto Menggolo

46.Soenario (PAPI & INPO) 47.Kasman Singodimedjo 48.Soerjadi

49.Koentjoro Poerbopranoto 50.Soewadji Prawirohardjo 51.Martakusuma

52.Soewirjo

53.Masmoen Rasid 54.Soeworo

55.Mohammad Ali Hanafiah 56.Suhara

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 0,421 yang artinya kualitas tidur lansia yang buruk mempunyai peluang 0,421 kali untuk mengalami dugaan gangguan

 Untuk Usaha Non Kecil memiliki persyaratan Klasifikasi Bangunan Sipil Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Jalan Raya (Kecuali Jalan Layang), Jalan, Rel Kereta Api,

[r]

LIMBONG dengan korban LAMASI SIHOMBING, selanjutnya kapak tersebut terdakwa ambil dengan tangan terdakwa lalu terdakwa bawa dengan setengah berlari atau berjalan cepat dari

Another question to be asked is, ˆCan the unit I need be found already made or do I need a custom wall unit made.˜ Because wall units are a very popular type of furniture, there

Secara keseluruhan, kajian mendapati bahawa β -wolastonit (wolastonit bersuhu rendah 950°C) bagi wolastonit yang disintesis daripada sekam padi dan batu kapur adalah yang

Pada tahun 1908, desa Taratara masih berstatus sebagai tempat kedudukan onderdistrik yang masuk distrik Tombariri, namun jarak distrik Tombariri dengan Onderdistrik

Artinya, pada metode ini diberikan bobot ( timbangan) yang sama bagi seluruh observasi yaitu sebesar 1/n.. Dengan pembobotan yang sama ini merupakan kelemahan metode Single Moving