• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh - Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Singgah Caritas PSE Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh - Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Singgah Caritas PSE Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 849), yaitu

“pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Sementara itu, Surakhmad

(1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau

orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di

sekelilingnya.

Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang -

berbeda dengan kekuasaan - tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan

memaksakan kepentingan(

diakses pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 14.30 WIB). Sedangkan menurut Norman Barry,

pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seseorang yang dipengaruhi agar bertindak

demikian demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan movisai yang

mendorongnya.

Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan

suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala

sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya

diakses pada

(2)

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Dukungan

Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang

lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan

kegiatan.

2.2.2 Keluarga

2.2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga

merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan

mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi

keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami,

istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama,

dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap

anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).

2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan

(3)

3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan

RI, 1988).

Keluarga adalah pemberi perawatan terbaik anak. Pengaruh keluarga sangatlah

besar dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak (Supartini, 2004).

Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan anak.

Oleh karena itu, sebaiknya keluarga harus selalu dilibatkan dalam perawatan anak

(Notosoedirjo, 2005).

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.

2. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan

mereka membentuk satu rumah tangga.

3. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling

berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak

dan saudara.

4. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari

kebudayaan umum yang lebih luas.

Disini disebutkan 5 macam sifat yang terpenting dalam keluarga, yaitu :

1. Hubungan suami istri

Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam waktu yang

singkat saja. Ada yang berbentuk monogami, ada pula yang berbentu poligami.

Bahkan, dalam masyarakat yang sederhana terdapat group married, yaitu sekelompok

(4)

2. Bentuk perkawinan dimana suami istri itu diadakan dan dipelihara.

Dalam pemilihan jodoh dapat dilihat, bahwa calon suami/istri itu dipilihkan oleh

orang tua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya diserahkan pada yang

bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada yang berbentuk indogami (yakni kawin

di dalam golongan sendiri), ada pula yang berbentuk exogami (kawin diluar

golongannya).

3. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan

Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki misalnya : di

Batak ini disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita ini disebut matrilineal,

dimana kekuasaan terletak pada wanita. Di Minangkabau wanita tidak mempunyai

hak apa-apa, bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh wanita itu, melainkan diurus oleh

adik atau saudara perempuannya. Sistem ini disebut : Avonculat

4. Milik atau harta benda keluarga

Dimana pun keluarga itu pasti mempunyai harta untuk kelangsungan hidup para

anggota-anggotanya.

5. Pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat tinggal bersama/rumah bersama.

Walaupun pada beberapa suku bangsa keluarga suami mengikuti istri, misalnya suku

Peue Blo dan Erecoa di Afrika Selatan. Sistem ini disebut matrilokal, sebaliknya apabila istri

mengikuti ke dalam keluarga suami, misalnya di Batak ini disebut patrilokal.

Disamping sifat-sifat diatas-diatas, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

(5)

2. Dasar emosional, merupakan rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu

ras.

3. Pengaruh yang normatif, artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang

pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada

individu.

4. Besarnya keluarga yang terbatas

5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial

6. Pertanggungan jawab dari pada anggota-anggota

7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen.

Karena beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi

atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini makin kabur. Hal ini disebabkan

karena urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.

Akibat dari pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya

peranan-peranan sosial, yaitu

1. Keluarga berubah fungsinya , dari kesatuan yang menghasilkan menjadi

kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri

untuk keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah

dikerjakan oleh orang-orang tertentu.

2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada

sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan

(6)

3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya

perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di

tengah-tengah keluarga makin lama makin kecil.

Dalam sejarah kehidupan keluarga terdapat 4 tingkat sebagai berikut :

1. Formatif pre-nupital stage, yaitu tingkat persiapan sebelum berlangsungnya

perkawinan. Dalam tingkat ini adalah masa berkasih-kasihan, hubungan yang

makin lama makin menjadi erat antar pria dan wanita masing-masing berusaha

untuk memperbesar cita-citanya.

2. Nupteap stage, yaitu tingkat sebelum anak-anak/ bayi lahir yang merupakan

permulaan daripada keluarga itu sendiri. Dalam tingkat ini suami-istri hidup

bersama menciptakan rumah tangga, mencari pengalaman baru, sikap baru

terhadap masyarakat.

3. Child rearing stage, yaitu tingkat ini adalah pelaksaan keluarga itu sendiri.

Pertanggung jawab mereka adalah selalu bertambah, berhubung adanya

anak-anak mereka

4. Maturity stage, yaitu tingkat ini timbul apabila anak-anaknya tidak lagi

mebutuhkan pemeliharaan orang tuanya, setelah dilepaskan dari

pertanggungan jawab, kemudian anak-anak itupun melakukan aktivitas baru,

menggantikan yang lama.

Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil yang

terdiri atas suami-istri dan jika ada anak-anak dan didahului oleh perkawinan. Dari pengertian

tersebut berarti ketiadaan anak tidaklah menggugurkan status keluarga, jadi faktor anak

(7)

dikarunai anak, tetap mempunyai status sebagai keluarga. Atau dengan kata lain keluarga itu

tetap berhak dirinya sebagai keluarga.

Bukan berarti bahwa ketiadaan anak lalu menggugurkan ikatan keluarga. Memang

salah satu faktor mengapa individu itu membentuk keluarga adalah mengharapkan anak atau

keturunan, tetapi itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Disamping faktor

mengharapkan keturunan ada faktor-faktor lain mengapa individu membentuk keluarga ialah:

1. Untuk memenuhi kebutuhan biologis atau kebutuhan seks.

2. Untuk memenuhi kebutuhan sosial, status, penghargaan dan sebagainya.

3. Untuk pembagian tugas misalnya, mendidik anak, mencari nafkah dan sebagainya.

4. Demi hari tua kelak, yaitu pemeliharaan di hari tua.

Suatu ikatan keluarga ditandai atau didahului dengan suatu perkawinan. Hal ini

dimaksudkan bahwa perkawinan merupakan syarat mutlak untuk terbentuknya suatu

keluarga. Tanpa didahului perkawinan sepasang laki-laki dan perempuan tinggal di satu

rumah belum berhak disebut sebagai suatu keluarga. Jadi faktor-faktor yang penting di dalam

keluarga ialah : “adanya ikatan antara seorang laki-laki dan perempuan, ikata itu didahului

oleh pernikahan”.

Dengan demikian keluarga merupakan bentuk yang paling jelas dari face to face

group, dimana keluarga itu mempunyai hubungan yang erat dan intensif. Tahap-tahap sampai

terbentuknya suatu keluarga adalah sebagai berikut :

1. Tahap perkenalan

2. Tahap berpacaran

(8)

4. Tahap pernikahan

Ada empat tahap yang biasanya dilalui oleh sepasang muda-mudi sampai

terbentuknya suatu keluarga. Perlu diketahui bahwa tahap-tahap itu sifatnya umum, bukan

berarti setiap keluarga pasti melalui empat tahap untuk sampai pada suatu keluarga. Ada yang

hanya dari perkenalan langsung ke perkawinan seperti pada zaman dulu, tetapi ada juga

secara penuh dari tahap ke 1 sampai dengan ke 4. Masing-masing keluarga mempunyai

keunikan sendiri-sendiri dan bersifat individual.

2.2.2.2 Keluarga Batih

Dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih (nuclear

family). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang yang terdiri dari

suami,istri, beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya

juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah

dari proses pergaulan hidup.

Suatu keluarga batih dianggap sebagai suatu sistem pokok sosial, oleh karena

memiliki unsur-unsur sistem sosial yang pada pokoknya mencakup kepercayaan, perasaaan,

tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan, dan

fasilitas. Kalau unsur-unsur itu diteraokan pada keluarga batih, maka akan ditemui keadaan

sebagai berikut :

1. Adanya kepercayaan bahwa terbentuknya keluarga batih merupakan suatu kodrat

yang Maha Pencipta

2. Adanya perasaan-perasaan tertentu pada diri anggota-anggota keluarga batih yang

(9)

3. Tujuan, yaitu bahwa keluarga batih merupakan suatu wadah dimana manusia

mengalami proses sosialisasi, serta mendpatkan suatu jaminan akan ketentraman

jiwanya.

4. Setiap keluarga batih senantiasa diatur oleh kaidah-kadah yang mengatur timbal-balik

antara anggota-anggotanya, maupun dengan pihak-pihak luar keluarga batih yang

bersangkutan.

5. Keluarga batih maupun anggota-anggota mempunyai kedudukan dan peranan tertentu

dalam masyarakat.

6. Anggota-anggota keluarga batih, mialnya suami dan istri sebagai ayah dan ibu,

mempunyai kekuasaan yang menjadi salah satu dasar bagi pengawasan proses

hubungan kekeluargaan.

7. Masing-masing anggota keluarga batih mempunyai posisi sosial tertentu dalam

hubungan kekeluargaan, kekerabatan, maupun dengan pihak luar

8. Lazimnya sanksi-sanksi positif maupun negatif diterapkan dalam keluarga tersebut,

bagi mereka yang patuh serta terhadap mereka yang menyeleweng.

9. Fasilitas untuk mencapai tujuan berkeluarga biasanya juga ada, misalya, sarana-sarana

untuk mengadakan proses sosialisasi.

Dengan demikian, maka suatu keluarga batih pada dasarnya mempunyai

fungsi-fungsi sebagai berikut :

(10)

2. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana anggota-anggota

masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal, memahami,

mentaati, dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai berlaku.

3. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomis

4. Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya mendapatkan

perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.

Fungsi-fungsi terebut paling sedikit mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi

tertentu, misalnya pada pihak orang tua yang terdiri dari suami/ayah dan istri/ibu. Hal ini

terutama terarah kepada anak-anak, disamping pihak-pihak lain. Anak-anak itu yang kelak

akan menggantikan kedudukan dan peranan orang tuanya, oleh karena lazimnya mereka juga

akan berkeluarga.

2.2.2.3 Dasar Pembentukan Keluarga

Di dalam membicarakan masalah pebentukan keluarga tidak dapat lepas dari pembentukan

kelompok pada umumnya. Ada beberapa pendapat yang mendasari apa sebab individu

membentuk kelompok :

Pendapat I : Pembentukan kelompok atas dasar kesamaan

Pendapat II : Pembentukan kelompok atas dasar perbedaan

Pendapat III : Pembentukan kelompok atas dasar hubungan yang tertentu baik

persamaan maupun perbedaan

Oleh karena adanya bermacam-macam pendapat itu maka setiap masyarakat

mempunyai tuntutan yang berbeda-beda dalam hal pemilihan jodoh. Masing-masing

(11)

menuntut pola ukuran yang berbeda pula. Disamping faktor-faktor itu berikut ini perlu

diperhatikan pula ialah :

1. Faktor objektif : kesiapan dalam hal ekonomi. Kedewasaan mental

2. Faktor subjektif : adanya dasar saling mencintai

Ada suatu kriteria atau pedoman yang dipakai untuk pemilihan jodoh, yaitu :

1. Faktor biologis kesehatan, ras, umur, warna rambut/kulit

2. Faktor intelegensia, kecerdasan

3. Faktor temperamen dan karakter

4. Faktor agama

5. Faktor kebangsaan

6. Faktor ekonomi

7. Faktor asal-usul

Pedoman semacam itu tidak selalu sama untuk masing-masing suku atau bangsa. Untuk

orang Jawa ada sutu pedoman tertentu dalam pemilihan jodoh yaitu :

1. Bibit : asal-usul keturunan, orang tuanya berpenyakit menurun atau tidak

2. Bebet : namanya didalam masyarakat, pernah mendapat naama cemar dari

msyarakat atau tidak

3. Bobot : kedudukannya dalam masyarakat, misalnya jabatan, status sosial,

(12)

Apabila ditelaah lingkungan sosial-budaya madya, maka akan ditemui ciri-ciri pokok, sebagai

berikut :

1. Hubungan keluarga tetap kuat, akan tetapi hubungan dalam masyarakat setempat agar

mengendor, oleh karen amunculnya gejala-gejala hubungan atas dasar perhitungan

ekonomis.

2. Adat-istiadat masih dihormati, akan tetapi sikap terbuka terhadap pengaruh-pengaruh

dari luar mulai berkembang

3. Kepercayaan pada kekuatan-kekuatan gaib masih ad, kalau manusia sudah kehabisan

akal menanggulangi masalah

4. Dalam masyarakat timbul lembaga-lembaga pendidikan formal, sampai pada tingkat

pendidikan menengah

5. Tingkat buta huruf tergerak menurun

6. Sistem ekonomi mulai mengarah pada produksi untuk pasaran, sehingga peranan uang

semakin besar.

7. Gotong-royong secara tradisional terbatas pada kalangan keluarga luas dan tetangga,

oleh karne hubungan kerja atas dasar pemberian upah sudah mulai berkembang.

2.2.2.4 Posisi keluarga dalam menentukan tingkat disiplin diri anak

Esensi pendidikan umum adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang

memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik memperluas dan memperdalam

makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi (Phenix, 1964:10). Dalam hal ini,

sangat diperlukan adanya kesengaajaan atau esadaran (niat) untuk mengundangnya

(13)

Esensi pendidikan umum, mencakup dua dimensi, yaitu dimensi pedagogis dan

dimensi substantif. Dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang

memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik terundang untk memperluas dan

memperdalam dimensi substantif. Sedangkan dimensi substantif adalah makna-makna

esensial. Makna-makna esensial menurut spektrum Phenix (1964 : 6) adalah makna simbolik,

makna empiri, maknaestetik, makna sintetik, makna etik dan makna sinoptik (religi, filsafat

dan sejarah).

Orang tua dapat merealisasikannya dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang

dihayati olh anak-anak agar memiliki dasar-dasar dalam mengembangkan disiplin diri.

Dengan upaya ini berarti orang tua telah merealisasikan pelaksanaan Undang-Undang no 11

tahun 1989 tenteng Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang menyebutkan :

Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang moral

dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan, dan sikap hidup yang

mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota

keluarga yang bersangkutan.

Anak yang berdisiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai

budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi

dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya tanggung jawab orang tua adalah

mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang

menciptakannnya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam dan makhluk hidup

lainnya berdasarkan nilai moral. Orang tua yang mampu berprilaku seperti yang diatas,

berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk

mengupayakannya (Wayson, 1985:229).

(14)

Dalam kajian ilmu sosial tentang keluarga, para peneliti dan para analisis keluarga

menerapkan beragam pandangan dan penedekatan mengenai keluarga. Pendekatan

fungsional-struktural mulai dikembangkan oleh para antropolog dan sosiolog pada permulaan

abad ke 20. Dan sampai tahn-tahun 1960-an masih merupakan kerangka konseptual yang

dominan digunakan dalam kajian tentang keluarga (Leslie dan Korman, 1985:196).

Dalam kerangka pikir fungsional-struktural, masyarakat, dipandang sebagai suatu

sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling

berhubungan. Dalam analisis terhadap sistem ini yang dikaji adalah apakah konsekuensi dari

setiap bagian dari sistem untuk setiap bagian lainnya dan untuk sistem sebagai keseluruhan.

Kemudian perlu pula diberitahu bahwa sistem dalam pendekatan ini berada pada lapisan

individual (perkembangan kepribadian), lapisan institusional (keluarga) dan pada lapisan

masyarakat. Suatu analisis fungsional terhadao keluarga menekankanpada hubungan antara

keluarga dan masyarakat luas, hubungan-hubungan internal diantara subsistem-subsistem

yang ada dalam keluarga dan atau hubungan diantara keluarga dan kepribadian dari para

anggota keluarga sebagai pribadi.

2.2.2.6 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998, dikutip dari Setiadi, 2008) fungsi keluarga dibagi

menjadi lima yaitu :

a) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang

(15)

c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

d) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Sedangkan dalam UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi keluarga

dalam delapan bentuk yaitu :

a. Fungsi Keagamaan

1.Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota

keluarga.

2.Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh

anggota keluarga.

3.Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran

agama.

4.Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang

kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat.

5.Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

b. Fungsi Budaya

1. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan

(16)

2. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya

asing yang tidak sesuai.

3. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari

pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.

4. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi

berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi

tantangan globalisasi.

5. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya

masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil

bahagia sejahtera.

c. Fungsi Cinta Kasih

1. Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga

ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-menerus.

2. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara kuantitatif

dan kualitatif.

3. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam

keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

4. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan

menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

d. Fungsi Perlindungan

1. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang

(17)

2. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk

ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

3. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

e. Fungsi Reproduksi

1. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik

bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

2. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal

usia, pendewasaan fisik maupun mental.

3. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu

melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam

keluarga.

4. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

f. Fungsi Sosialisasi

1. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana

pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.

2. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat

tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang

(18)

3. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan

untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak,

kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

4. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga

tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua, dalam rangka

perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

g. Fungsi Ekonomi

1. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga

dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.

2. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

3. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya

terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.

4. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan

keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

h. Fungsi Pelestarian Lingkungan

1. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.

2. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga.

3. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras

dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat

(19)

4. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkunganhidupsebagai pola

hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera (Setiadi, 2008).

2.2.2.7 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam

konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,

yang berhubungan dengan individu (Setiadi, 2008). Dalam UU kesehatan nomor 23 tahun

1992 pasal 5 menyebutkan ”Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluargadan lingkungan”. Dari

pasal di atas jelas bahwa keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan

dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga. Menurut Effendy (1998) peran itu

dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Peran Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

b) Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus

rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

(20)

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

c) Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2.3 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal,

saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega

karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya

(Smet,1994).

2.2.3.1 Komponen Dukungan Keluarga

Cara untuk meningkatkan efektivitas keberadaan atau sumber potensial terdapatnya

dukungan dari keluarga yang menjadi prioritas penelitian. Keluarga cenderung terlibat

dalam pembuatan keputusan atau proses terapeutik dalam setiap tahap sehat dan sakit para

anggota keluarga yang sakit. Proses ini menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan

kesehatan meliputi serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam interaksi

antara sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional yang

menyediakan jasa pelayanan kesehatan (White, 2004)

(21)

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil

penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif

menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari

keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang

besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi

oleh usia.Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa

merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan

ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial

ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan

orang tua dan tingkat pendidikan.Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang

lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan

yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah

mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua

dengan kelas sosial bawah.

2.3 Keberfungsian Sosial

2.3.1 Fungsi Sosial

Fungsi Sosial berarti : Proses sosialisasi telah memungkinkan seseorang tumbuh dan

berkembang menjadi orang dewasa yang dapat menjalankan:

a. berbagai peranan sosialnya sesuai dengan kedudukan sosial yang dicapainya dalam

(22)

b. kemampuan menjalankan multi status dan multi peranan tersebut dibentuk melalui

proses pembelajaran di lingkungan budaya di mana nilai-nilai dan norma-norma sosial

berlaku di lingkungan tersebut.

Kemampuan untuk menjalankan multi peranan dalam bermacam kedudukan sosial,

sesuai dengan tuntutan lingkungannya, menunjukkan keberfungsian sosial manusia.

Disamping itu keberfungsian sosial juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dirinya dan

orang-orang yang menjadi tanggungannya. Kebutuhan dasar manusia itu mencakup

aspek-aspek kebutuhan (1) fisik; (2) pengembangan diri; (3) emosional; dan (4) konsep diri yang

memadai.

Maslow menggunakan jenjang-jenjang kebutuhan. Perkembangan diri yang optimal

ditandai oleh karakteristik yang berjenjang tinggi, seperti penerimaan terhadap dirinya

sendiri, orang lain, dan alam, mengupayakan keadilan, kebenaran, ketertiban, kesatuan dan

keindahan, memiliki kemampuan mengatasi masalah, mandiri, kaya akan respon emosional,

memiliki relasi antar manusia yang memuaskan dan berkembang, kreatif dan memiliki dan

menjunjung tinggi nilai-nilai moral.

2.3.2 Keberfungsian Sosial

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan

kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu

yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya

dalam masyarakat. Konsep ini pada intinya menunjuk pada “kapabilitas” (capabilities)

individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya.

(23)

tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam

melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa

adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan

hidupnya

tanggal 15 Mei 2013 pukul 15.00 WIB)

Baker, Dubois dan Miley (1992) menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan

dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarganya, serta

dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Konsepsi ini mengedepankan nilai

bahwa manusia adalah subyek dari segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa

manusia memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses

pertolongan. Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan

memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya. Pendekatan keberfungsian

sosial dapat menggambarkan karakteristik dan dinamika kemiskinan yang lebih realistis dan

komprehensif. Ia dapat menjelaskan bagaimana keluarga miskin merespon dan mengatasi

permasalahan sosial-ekonomi yang tekait dengan situasi kemiskinannya.Selaras dengan

adagium pekerjaan sosial, yakni ‘to help people to help themselves’, pendekatan ini

memandang orang miskin bukan sebagai objek pasif yang hanya dicirikan oleh kondisi dan

karakteristik kemiskinan. Melainkan orang yang memiliki seperangkat pengetahuan dan

keterampilan yang sering digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan seputar

kemiskinannya.

Ada empat poin yang diajukan pendekatan keberfungsian sosial dalam studi

kemiskinan: Pertama, kemiskinan sebaiknya tidak dilihat hanya dari karakteristik si miskin

secara statis, melainkan dilihat secara dinamis yang menyangkut usaha dan kemampuan si

miskin dalam merespon kemiskinannya. Kedua, indikator untuk mengukur kemiskinan

(24)

rumah tangga. Ketiga, konsep kemampuan sosial (social capabilities) dipandang lebih

lengkap daripada konsep pendapatan (income) dalam memotret kondisi sekaligus dinamika

kemiskinan. Keempat, pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin dapat difokuskan pada

beberapa key indicators yang mencakup kemampuan keluarga miskin memperoleh mata

pencaharian (livelihood capabilities), memenuhi kebutuhan dasar (basic needs fulfillment),

mengelola asset (asset management), menjangkau sumber-sumber (access to resources),

berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan (access to social capital), serta kemampuan

dalam menghadapi goncangan dan tekanan (cope with shocks and stresses) (sumber :

pukul 15.05 WIB).

Keberfungsian sosial memiliki peran yang sangat besar di dalam kemiskinan sebab

keberfungsian sosial mencakup aspek-aspek sebuah cara seseorang memenuhi

kebutuhan-kebutuhan hidup, cara memecahkan masalah dan bagaimana seseorang menjalankan

peran-peran dalam kehidupannya. Dapat dikatakan bahwa keberfungsian sosial menjadi pemicu

munculnya kemiskinan karena keberfungsian sosial memiliki unsur-unsur antara lain :

a) Kemampuan melaksanakan peran sosial, orang miskin hidup dengan memiliki

keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat. Dalam hal ini orang miskinpun

memiliki status sosial. Di kalangan sesama orang miskin ada juga strata sosial dan

norma yang mengatur status sosial tersebut.

b) Interaksional, yang dimaksud disini adalah setiap status sosial memiliki

pasangannnya. Misalnya istri memiliki suami jika seorang istri tidak memiliki suami

tetapi memiliki anak maka akan mengalami disfungsi sosial atau peran ganda sebagai

(25)

keluarganya. Dan dalam hal ini istri dapat dimasukkan dalam golongan wanita rawan

sosial.

c) Tuntutan dan Harapan, dalam katagori ini yang dimaksud adalah bahwa harapan tidak

selalu sesuai dengan kenyataan. Setiap orang akan memiliki harapan untuk hidup

layak tetapi jika kenyataan tidak sesuai maka akan mengakibatkan frustasi, depresi,

penyimpangan perilaku, kriminal dan patologi sosial.

d) Tingkah Laku, dalam hal ini berkaitan dengan peranan yang positif dan negatif. Jika

seseorang bersikap positif sesuai dengan tuntutan masyarakat sekeliling maka orang

tersebut akan menjadi panutan bagi masyarakat disekitarnya tetapi jika bersikap

negatif dianggap tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat sekitar maka orang tersebut

akan dicemooh tetapi sikap dipengaruhi oleh faktor keluarga dan lingkungan

sosialnya. Distorsi perilaku ini akan menimbulkan kemiskinan kebudayaan sebab

bebudayaan sangat berkaitan dengan nilai-nilai hidup.

e) Situasional, situasi sosial akan memperngaruhi tingkah laku manusia jadi orang

miskin akan mudah melakukan tindakan-tindakan radikal jika situasi sosial mereka

tidak memberikan rasa aman bagi mereka. Misalnya seorang wanita susila yang

terpaks

diakses pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 15.10 WIB).

2.4 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

2.4.1 Sejarah HIV/AIDS di Indonesia

Secara resmi, setiap pernyataan menyebutkan bahwa kasus HIV/AIDS yang pertama

di Indonesia , ditemukan April 1987, ketika seorang turis Belanda pengidap HIV/AIDS

(26)

luar, kendati menurut beberapa sumber yang layak dipercaya, beberapa kasus dengan gejala

ARC (penyakit menumpang pada AIDS) sudah ditemukan pada tahun 1983, lewat sebuah

penelitian yang dilakukan oleh sebuah tim dari Fakultas Kedokteran UI dan RSCM di

kalangan waria di Jakarta.

Ternyata itu bukan kasus yang pertama, melainkan seorang perempuan muda yang

merupakan pasien hemolitik autoimun di Rumah Sakit Islam Jakerta yang ditemukan tahun

1985. Ada dugaan kuat dia tertular virus mematikan ini melalui transfusi darah yang kerap

diterimanya berkaitan dengan penyakit yang dideritanya. Sebenarnya kesimpulan bahwa dia

mengidap HIV sudah diketahui sejak 1985, melalui pemeriksaan darah dengan cara Elisa.

Selain pemeriksaan darah, tanda-tanda klinis yang dijumpai paa pasien memperkuat

kesimpulan tersebut ((Djoerban, 2000:21)

Kasus HIV-positif yang diidap pertama kali diumumkan secara resmi oleh pemerintah

lewar Departemen Kesehatan, menyangkut 2 pekerja seks komersial dari lokalisasi pelacuran

di Surabaya, Dolli dan Bangunsari, pada tanggal 14 Nopember 1991, yakni 2 hari sesudah

peristiwa Dilli yang menghebohkan itu. Epidemi HIV/AIDS sudah berlangsung selama

kurang lebih 20 tahun dan diduga masih akan berkepanjangan karena masih terapatnya

faktor-faktor yang memudahkan penularan penyakit ini. Dalam beberapa tahun mendatang,

penyakit ini diperkirakan belum akan dapat ditanggulangi secara baik sehingga dikhawatirkan

akan berdampak luas terhadap kehidpuan ekonomi dan sosial.

HIV/AIDS ini menjadi penyakit yang menarik perhatian karena penularannya

berhubungan dengan perubahan-perubahan fenomena sosial, kultural, dan ekonomi

masyarakat, dan selain itu virus ini adalah penyakit infeksi seumur hidup yang fatal berakhir

dengan kematian, belum ada obat dan vaksinnya. Pada umumya HIV/AIDS dimasa sekarang

(27)

Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian yang besar terhadap penyebaran virus

ini. Mulai tahun 1987 itu pula kegiatan-kegiatan penanggulangan telah dilaksanakan oleh

sektor terkait, yang kemudian diikuti dengan beberapa keputusan-keputusan dan instruksi,

antara lain KEPPRES No. 36 tahun 1994 tentang pembentukan Komisi Nasional

Penanggulangan AIDS, Keputusan Menko Kesra No 8/Kep/Menko/Kesra/VI/94 dan No

9/Kep/Menko/Kesra/VI/94 yang isinya memberi instruksi untuk segera merumuskan

kebijaksanaan nasional pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengendalian, dan penyuluhan

bahaya HIV/AIDS, serta Kep.MenNeg.Kependudukan/KA.BKKBN No 375/KT.401/E6/94

tanggal 10 November 1994, tentang pembentukan Tim Tehnis Pencegahan dan

Penanggulangan HIV/AIDS. Berbagai langkah operasional telah diambil, dengan langkah

strategis dan politis, yang berpuncak pada dicanangkannya Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar

HIV/AIDS pada bulan Maret 1995 di Kalimantan Timur oleh Presiden Soeharto.

HIV/AIDS secara khusus merupakan sebuah virus yang menginfeksi seumur hidup,

pengidap HIV terlihat sehat tetapi membawa penyakit (healthy carrier), penularan dapat

melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan perinatal, serta sejarah asal-usul infeksi yang

baru sebagian masyarakat yang mengetahui. HIV juga dapat menyerang susunan syaraf pusat,

senantiasa mempunyai interaksi dengan penyakit lainnya, sementara sasarannya terutama

golongan usia produktif. Juga berakibat fatal, belum ada obat dan vaksin, dan sulit

menentukan jumlah pengidap karena berlakunya fenomena gunung es.

2.4.2 Penjelasan HIV/AIDS

2.4.2.1 HIV

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk

(28)

RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik.

Virus HIV pertama kali ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada

seorang pasien limfadenopati. Oleh karena itu dinamakan LAV (Lymph Adenopathy Virus).

Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa

pada penderita AIDS yang disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi

Internasional memberi nama HIV.

Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki ensim reverse

transcriptase, yaitu ensim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang

berada dalam RNA kedalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan kedalam informasi

genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme

sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV

dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel limfosit T, limfositB. Sel makrofag (di otak dan

paru) dan berbagai cairan tubuh. Akan tetapi sampai saat ini hanya darah dan air mani yang

jelas terbukti sebagai sumber penularan serta ASI yang mampu menularkan HIV dari ibu ke

bayinya.

Dengan analisis sekuens genetik dikenal 8 varian utama HIV yaitu subtipe

A,B,C,D,E,F,G dan H. Kemudian ditemukan subtipe O yang pertama kali ditemukan di

Kamerun, Afrika. Selanjutnya ditemukan subtipe J pada tahun 1997, dan terakhir subtipe N

pada tahun 1998. Subtipe ini terutama penting untuk diketahui sebarannya didunia dan dinilai

sifat dan perilaku virus misalnya dalam hal kemungkinan menimbulkan resistensi obat dan

kemampuan deteksi reagens tes antibodi HIV. Di Thailand misalnya subtipe B dan E

mendominasi infeksi baru HIV pada pengguna narkotika suntikan. Saat ini subtipe A sampai

H dapat dideteksi dengan reagensia yang biasa digunakan. Namun hanya kurang lebih 50%

reagensia tersebut mampu mendeteksi suptipe O. Oleh karena itu di daerah dimana prevalensi

(29)

Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara

berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun

akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut

adalah komponen yang menentukan fungsi-fungsi komponen sistem lainnya.

Didalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4, fungsinya seperti

saklar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan sistem kekebalan tubuh, tergantung

ada tidaknya kuman yang harus dilawan. HIV yang masuk ke tubuh menularkan sel ini,

‘membajak’ sel, dan kemudian menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat miliaran tiruan virus.

Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan sel dan masuk ke CD4 yang lain.

Sel yang ditinggalkan menjadi rusak, atau mati. Jika sel-sel ini hancur, maka sistem

kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.

Keadaan ini membuat tubuh mudah terserang berbagai penyakit.

Setelah tubuh terinfeksi, maka tidak langsung sakit, tubuh mengalami masa tanpa

gejala khusus. Walaupun tetap ada virus didalam tubuh, tubuh tidak mempunyai masalah

kesehatan akibat infeksi HIV, dan merasa baik-baik saja. Masa tanpa gejala ini bisa

bertahun-tahun lamanya. Karena tidak ada gejala penyakit pada bertahun-tahun-bertahun-tahun awal terinfeksi HIV,

sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak tahu ada virus didalam tubuhnya. Hanya

dengan tes darah dapat mengetahui jika terinfeksi atau tidak.

Menjalani cara hidup yang baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan

dapat memperpanjang masa tanpa gejala. Cara hidup ini termasuk makan makanan yang

bergizi, kerja dan istirahat yang seimbang, olahraga yang teratur tetapi tidak berlebihan, serta

tidur yang cukup. Sebaiknya hindari merokok, memakai narkoba dan minum minuman

beralkohol yang berlebihan. Jauhkan diri dari stres dan mencoba untuk selalu berpikir positif.

(30)

HIV menular melalui :

1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang

HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang

dilakukan tanpa kondom, melalui vagina atau dubur, walau dengan kemungkinan

kecil)

2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah

yang terinfeksi HIV

3. Menerima tranfusi darah yang terinfeksi HIV

4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui

dari ASI.

Prinsip penularan HIV dikenal dengan ESSE :

EXIT : keluar

SUFFICIENT : cukup

SURVIVE : virusnya hidup

ENTER : masuk

Jadi kesimpulannya HIV keluardari tubuh dalam jumlah cukup dan dalam keadaan hidup,

masukke dalam tubuh yang negatif.

Tahap-tahap HIV: Stage 1

1. Biasanya tanpa gejala (asimptomatik)

(31)

3. Sistem kekebalan kita masih kuat

4. Pelan-pelan sel CD4 kita berkurang

5. Masih hidup sehat dan nyaman

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 1 : Pola hidup yang lebih sehat (olah raga, tidak

merokok, tidak minum miras, makan yang sehat dll), sering kontrol di doktor, periksa IMS,

melakukan seks yang aman dan sehat

Tahap-tahap HIV: Stage 2

1. CD4 turun ke 350mm3

2. Sering mengalamTahap-tahap HIV: Stage 2

3. infeksi seperti jamur di mulut, ruam, demam, ISPA

4. Turun berat badan

5. Masih bisa hidup normal

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 2 : Sama dengan Stage 1 (pola hidup yang sehat,

kontrol di doktor, immunisasi, seks yang sehat dan aman), infeksi yang muncul secepatnya

diobati

Tahap-tahap HIV: Stage 3

1. CD4 dibawah 200mm3

2. OI yang lebih serious muncul, seperti paru-paru

3. Diare yang kronis, demam, TB, jamur yang parah

(32)

5. Kehidupan sehari-hari terganggu

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 3 sama dengan Stage 1 (pola hidup yang sehat, kontrol di doktor, immunisasi, seks yang sehat dan aman) , Antiretrovirals (Infeksi yang

muncul secepatnya diobati).

Tahap-tahap HIV: Stage 4

1. CD4 sangat berkurang, kadang sampai 0mm3

2. Selalu sakit, susah bangun

3. OI yang cukup parah muncul, seperti PCP, TB, Kaposis Sarcoma, CMV dll

4. Berat badan jauh dibawah normal

Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 4 Pengobatan OI, Antiretrovirals, perawatan di

rumah atau di rumah sakit

HIV tidak menular melalui bersentuhan, bersalaman, berpelukan, tinggal serumah

dengan orang dengan HIV/AIDS (Odha), duduk bersama dalam satu ruangan tertutup,

peralatan makan dan minuman, berbagi : kamar mandi, kolam renang, dan gigitan nyamuk.

HIV tidak dapat menular melalui udara, virus ini juga cepat mati jika berada diluar tubuh.

HIV dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan

pemutih seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap

oleh kulit yang tidak terluka.

2.4.2.2 AIDS

Pada saat kekebalan tubuh mulai melemah, maka timbullah masalah kesehatan. Gejala

yang umumnya timbul antara lain demam, batuk, atau diare yang terus-menerus. Kumpulan

(33)

memiliki kepanjangan Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Dengan kata lain, AIDS

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV.

AIDS adalah penyakit yang fatal, sudah banyak penderita AIDS yang meninggal.

Sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan AIDS, obat yang

sekarang hanya bermanfaat mengurangi penderitaan, memperbaiki kualitas hidup, dan

memperpanjang lama hidup penderita AIDS.

Kasus AIDS di Indonesia sering terlmbat diketahui, artinya ketika ditemuka pasien

yang sudah berada pada tingkat penyakit lanjut. Setelah pasien keluar masuk beberapa rumah

sakit, barulah diagnosis AIDS ditegakkan. Tampaknya hal ini disebabkan karena

keterampilan dokter dlam mendiagnosa AIDS masih kurang. Padahal infeksi HIV/AIDS

ditemukan dalam tahap dini, niscya banyak manfaatnya untuk pasie, keluarganya,

masyarakat, ataupun dokter yang mengobatinya.

Sama seperti di negara-negara Barat, infeksi Candida Albicans merupakan penyakit

jamur yang palin sering ditemukan pada pasien AIDS di Indonesia. Tempat infeksi yang

sering adalah di murkosa mulut, tenggorokan dan esofagus. zGejala yang ditemukan biasanya

mulut kering, gangguan indra perasa lidah, bercak-bercak putih dilidah, tenggorokan, dan

gusi serta ulkus di mulut dan kesukaran serta nyeri untuk menelan. Semua pasien AIDS yang

diteliti pada umumnya menunjukkan gejala panas lama, dan lebih dari 90% kasu disertai

dengan batuk.

2.4.3 Orang Dengan HIV/AIDS (Odha)

Saat dinyatakan terinfeksi suatu penyakit, banyak hal dalam kehidupan seseorang

dapat berubah. Apalagi jika infeksi itu sifatnya berjangka panjang, seperti HIV. Odha (Orang

(34)

terhadap sikap orang lain yang merendahkan, menghakimi, mengucilkan, dan melanggar hak

asasi. Hal ini dapat terjadi sejak menjalani tes sampai hari-hari bahkan tahun-tahu berikutnya.

Tiga juta orang meninggal akibat AIDS dan ada beberapa Odha melakukan bunuh diri

karena merasa penyakit yang dideritanya tidak bisa disembuhkan lagi, ditambah dengan

perilaku diskriminasi masyarakat terhadap Odha (Kompas,2006).

Dalam kehidupan sehari-hari, Odha sebaiknya menjadi pasien yang aktif. Karena

belum ada penyembuhnya, Odha sebaiknya ikut memikirkan jalan keluar lain agar jiwa dan

raganya tetap sehat. Pasien dengan HIV dan dokter sebenarnya sama-sama berusaha untuk

mengatasi HIV dalam segala keterbatasan obat-obatan. Pasien dengan HIV belajar hidup

dengan virus didalam tubuhnya. Pasien dengan HIV mencari berbagai cara hidup sehat,

berusaha mengikuti kemajuan obat-obatan, dan dapat menentukan pilihan hidupnya sendiri.

2.4.3.1 Aspek Medik yang dihadapi Odha

Odha memerlukan pelayanan kesehatan serupa dengan penderita penyakit yang

menahun lain. AIDS adalah penyakit menahun yang ditandai dengan serangan-serangan

oportunistik. Penderitanya memerlukan pelayanan kesehatan berkesinambungan,

pemantauan yang seksama untuk mencagah infeks, dan pengobatan segera agar infeksi

sekunder tidak berlarut-larut dan menyebabkan cacat atau kematian.

Seringkali merawat Odha bahkan lebih sulit dari penyakit kronik lain, karena :

a. Terbatasnya tenaga yang terdidik dan terlatih

b. Penderita memerlukan dukungan emosi yang khusus

c. Pemantauan medik untuk mencegah kekambuan sehingga dapat dicegah peraatan di

(35)

d. Beberapa tenaga kesehatan sendiri masih cemas dan ketakutan untuk merawat karena

belum mendapat penerangan dan pendidikan yang baik

Fasilitas kesehatan yang diperlukan antara lain rumah sakit untuk layanan rawat inap,

rawat jalan, unit gawat darurat, laboratorium, kamar jenazah dan juga puskesmas. Selain itu

Odha yang sedang tidak dirawat di rumah sakit juga memerlukan dukungan medik dari

anggota keluarga di rumah, ataupun semacam shelter yang merupakan tempat dukungan

masyarakat. Di indonesia ada beberapa masalah medik yang harus dihadapi Odha dan harus

ditangani, seperti :

1. Kesiapan rumah sakit

2. Masalah tindakan bedah/prosedur invasif

3. Pencegahan infeksi

4. Penatalaksanaan jenazah

5. Masalah keterlambatan diagnosis

6. Masalah kekurangan saran diagnosis dan penunjang lain

7. Masalah perawatan di rumah

8. Masalah pengadaan obat

2.4.3.2 Layanan ARV untuk Odha

ARV adalah singkatan dari Antiretroviral, sebuah pengobatan yang dapat

menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara

efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun – tahun dan dalam rentang

(36)

Penemuan obat antiretroviral pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan

bagi orang terinfeksi HIV di negara maju. Peningkatan jumlah orang yang terinfeksi HIV

terjadi secara drastis sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1987.

Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki

peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS

yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.

Sesuai dengan Rencana Aksi penanggulangan AIDS Nasional akan pentingnya penyediaan

dan distribusi ARV secara baik dan berkesinambungan di Indonesia, Pemerintah Republik

Indonesia merealisasikan keseriusan penyediaan dan distribusi ARV melalui Keputusan

Presiden No. 83 Tahun 2004 mengenai paten ARV agar Indonesia dapat memproduksi 2 jenis

ARV didalam negeri. KEPPRES tersebut diperbaharui dengan KEPPRES No.6 Tahun 2007

dengan 3 jenis obat yang menjelaskan 3 jenis obat untuk diproduksi didalam negeri.

Pada tahun 2004, Kementrian Kesehatan mengeluarkan sebuah pedoman Nasional

mengenai terapi ARV. Pada tahun 2007 buku pedoman tersebut disempurnakan dengan versi

kedua memuat rekomendasi tentang terapi dan pemantauan terapi ARV sebagai satu

komponen paket perawatan serta menyediakan petunjuk sederhana dengan standar baku

tatalaksana klinis ODHA dan penggunaan antiretroviral sebagai bagian dari perawatan HIV

yang komprehensif dengan standar jumlah CD4 dibawah 350 sebagai prasyarat minimum

untuk memulai terapi ARV.

Meskipun ARV belum mampu menyembuhkan penyakit secara total namun secara

dramatis ARV mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan yang berdampak

peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat

(37)

penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi

dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan.

Layanan HIV/AIDS dalam seksi ini menjabarkan realisasi komitmen Negara dalam

menjalankan kewajibannya melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak

dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Diperlukan banyak cara tidak saja

untuk membangun kepercayaan masyarakat atas layanan publik yang dilakukan seiring

dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk.

Layanan HIV dan AIDS harus menjadi layanan publik, dimana upaya

penanggulangan AIDS harus dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pengaturan

yang jelas terkait dengan konteks layanan publik dijaminkan oleh UU No 25 Tahun 2009.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin informasi pelayanan publik sesuai

dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik JOTHI berusaha membangun

pintu komunikasi terkait layanan HIV dan AIDS di Indonesia. Bagian layanan juga

membahas inisiatif masyarakat dalam merespon permasalahan HIV dan AIDS yang timbul

dengan berbagai pendekatan program. Berbagai organisasi masyarakat sipil telah membangun

upaya untuk menanggulangi AIDS di berbagai daerah. Seksi ini akan menjabarkan kegiatan -

kegiatan lapangan beserta capaian yang ada.

2.5 Dukungan Keluarga terhadap Keberfungsian Sosial Odha

Dukungan sosial diartikan sebagai tindakan menolong yang diperoleh melalui

hubungan sosial (Norris, 1996). Nietzel dkk (1998) juga mengatakan bahwa dukungan sosial

sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan individu, mengingat individu adalah

(38)

akan memberi pengalaman pada individu bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan diperhatikan.

Adanya perhatian dan dukungan dari orang lain terutama keluarga akan menumbuhkan

harapan untuk hidup lebih lama, sekaligus dapat mengurangi kecemasan individu.

Sebaliknya, kurang atau tidak, tersedianya dukungan sosial akan menjadikan individu

merasa tidak berharga dan terisolasi (Pearson dalam Toifur dan Prawitasari, 2003).

Dukungan sosial terutama dapat berasal dari dukungan keluarga (Meywrowitz, 1980).

House (Winnusbst dkk; sarafino dalam Smet, 1994) membedakan empat jenis atau dimensi

dukungan sosial yaitu :

1. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi

dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam

menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada

ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang

yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

pengharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan

terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang

dengan orang lain. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi

koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang

berfokus pada aspek-aspek yang positif.

2. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material

(39)

praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi

atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan,

menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami

depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif

bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata

keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

3. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,

termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat,

pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang.

Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi

yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor.

Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back. Pada

dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi

informasi.

4. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih,

cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang

akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan

nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,

(40)

berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semangat.

Adanya dukungan dari keluarga yang berupa dukungan emosional, dukungan

informasi, dukungan instrumental, dan penilaian diri akan memberikan pengalaman kepada

Odha bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan disayangi. Pengalaman tersebut akan dapat

menuntun Odha pada suatu keyakinan bahwa dirinya masih berarti bagi orang-orang

terdekatnya. Selanjutnya pengalaman tersebut akan dapat menyadarkan Odha bahwa dirinya

masih pantas untuk hidup meskipun menderita HIV/AIDS sehingga pemikiranuntuk

berfungsi kembali secara sosial. Ketika odha menerima dukungan emosional berupa

kehangatan, kepedulian dan empati maka Odha akan merasa diperhatikan. Selanjutnya

perasaan ini akan mengantarkan Odha pada perasaan bahwa dirinya masih berarti bagi

orang-orang terdekatnya.

Dukungan berupa penghargaan positif dari orang-orang terdekat yang berupa

penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan terhadapa gagasan akan menyadarkan

kepada odha bahwa dirinya masih dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat. Hal ini akan

meninbulkan perasaan puas bahwa dirinya telah melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam

hidupnya.Berbagai dukungan ini akan dapat mengarahkan Odha pada perasaan berarti atau

kepantasan hidup. Selain itu, Odha yang bergabung dalam suatu organisasi masyarakat atau

LSM biasanya akan melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain melakukan

ceramah atau penyuluhan tentang hal-hal yang terkait dengan HIV/AIDS, memperjuangkan

hak-hak anggota, menjadi relawan pendamping Odha yang lain dan sebagainya.

Tanggapan positif dari teman dan masyarakat terhadap apa yang dilakukan Odha akan

memberikan perasaan bahwa dirinya berguna atau bermanfaat bagi orang lain. Perasaan

(41)

dirinya mengidap HIV/AIDS. Sehingga Odha akan lebih banyak lagi melakukan

kegiatan-kegiatan positif dalam sisa hidupnya dan akan lebih bersyukur karena masih diberi

kehidupan.

2.6 Rumah Singgah Caritas PSE

Caritas PSE adalah lembaga sosial kemanusian Keuskupan Agung Medan yang ikut

terpanggil untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan anggota masyarakat yang rentan

terhadap persoalan-persoalan sosial di Sumatera Utara. Caritas PSE bersinergi dengan

lembaga-lembaga sosial kemanusiaan lainnya di Sumatera Utara untuk mengurangi

kerentanan masyarakat dari permasalahan yang mereka hadapi . salah satu bentuk

pelayanannya adalah Rumah Singgah Caritas.

Rumah Singgah Caritas PSE adalah sebuah pusat informasi dan kegiatan (Drop In

Center) yang bergerak dalam bidang pelayanan seputar narkotika, HIV/AIDS. Kesehatan

reproduksi bahkan persoalan psikologis. Rumah Singgah Caritas diresmikan pada 6 Agustus

2010 oleh Uskup Agung Mgr. DR. Anicetus.B.Sinaga OFM Cap.

Tujuan Rumah Singgah Caritas PSE :

1. Meningkatkan akses informasi dan pelayanan kesehatan bagi pengguna narkotika

yang hidup dalam resiko tinggi dan masyarakat umum.

2. Pusat informasi narkotika, HIV dan AIDS bagi warga kota Medan.

3. Pusat kegiatan komunitas peduli isu Narkoba, HIV dan AIDS untuk menjalin kerja

sama dalam penanggulangan dampak buruk Narkoba, HIV dan AIDS.

2.7 Kerangka Pemikiran

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

(42)

ketergantungan, saling menghormati, saling mendengarkan dan saling mendukung antara

anggota keluarga yang satu dengan yang lain. Salah satu tempat terbaik merawat orang

dengan HIV/AIDS (Odha) adalah rumah, dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya.

Banyak Odha dapat tetap hidup aktif untuk waktu yang lama tanpa harus di rumah sakit

karena dukungan dan perawatan dari keluarga. Sebenarnya penyakit yang berhubungan

dengan Odha biasanya akan cepat membaik, dengan kenyamanan rumah, dengan dukungan

dari teman, keluarga dan orang-orang yang dicintainya.

Bahkan seseorang yang sudah mendekati tahap AIDS kritis mampu berubah menjadi

HIV-positif berkat dukungan keluarga. Odha yang didukung keluarga biasanya akan lebih

mudah untuk berbabur, menerima dan memberi informasi. Bahkan mereka mampu untuk

menjadi pendidik sebaya bagi rekan-rekan mereka yang baru mengetahui status menjadi

HIV-positif.

Mental seorang Odha lebih mudah rapuh sebab Odha harus bisa menerima status

dirinya, disini peran tanggung jawab keluarga sangat penting. Sebab keluarga dan Odha

sendiri saling bekerja sama untuk memutuskan apa yang harus dilakukan, berapa banyak

yang harus mereka perbuat, dan lapangan pertolongan tambahan dilakukan. Dengan

menghadapi tantangan merawat Odha, keluarga dapat berbagi pengalaman yang memuaskan

secara emosional, bahkan kegembiraan dengan orang yang dicintainya.

Akan tetapi dukungan keluarga tidak menjadi patokan yang dominan untuk seorang

Odha berfungsi secara sosial. Sebab, faktanya ada juga Odha yang mampu berfungsi sosial

dengan baik walau dia telah ditolak bahkan dikucilkan oleh keluarganya. Mungkin diawal

mereka sempat merasa rendah diri atau bahkan tidak dapat menerima keadaannya, tetapi

dengan munculnya kesadaran dan semangat dalam diri mereka maka mereka pun

(43)

menerima informasi dan mengetahui bagaimana proses penularan HIV/AIDS dan

pencegahannya kemudian memberi informasi tersebut kepada masyarat luas melalui jaringan

yang telah dibentuk atau diikutinya.

Dari sisi sudut pandang yang lain, terdapat juga Odha yang tidak mampu berfungsi

sosial secara baik salah satu faktornya tidak terdapt dukungan dari keluarga. Terdapat mental

seseorang yang lemah dan pasrah pada keadaan, seorang Odha yang tidak mampu atau tidak

mau memberdayakan dirinya ke hal yang positif. Kebanyakan Odha seperti ini berasal dari

kaum pemakai narkoba khusunya pengguna narkoba jarum suntik (penasun). Mereka bahkan

terus memakai narkoba walaupun sudah ada virus didalam tubuhnya, bahkan sesama

pendidik sebaya telah mendekati sekaligus mencoba mengubah pola pikir mereka tetapi Odha

yang seperti ini tetap menutup diri. Seorang pekerja sosial yang menangani Odha yang

berasal dari golongan penasun harus memiliki kesabaran yang lebih karena pendekatan yang

dilakukan dilakukan dengan bertahap. Jika hal itu dilakukan berhasil maka akan

menghasilkan pendidik sebaya yang baru, apalagi Odha yang seperti ini lebih gampang untuk

(44)

Bagan Alur Kerangka Pemikiran

menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu

Keberfungsian Sosial Odha :

1) Siap belajar dan menerima apa yang terjadi dalam tubuhnya

2) Mampu menanggapi permasalahannya sendiri, serta mendorong ikut terlibat dalam penanggulangan AIDS

3) Memperluas pemerolehan dukungan dan perawatan di tingkat lokal

4) Bekerja sama dengan dokter untuk

mengatasi HIV dalam segala keterbatasan obat-obatan

5) Menjaga pola makan, hidup bersih dan sehat 6) Teratur dalam mengikuti terapi pengobatan

ARV

7) Melakukan pekerjaan sehari-hari 8) Belajar mengenai pengobatan HIV 9) Berani mengambil keputusan sendiri 10)Menjadi pendidik sebaya (peer educator)

bagi sesama Odha

11)Meningkatkan pemerolehan obat-obatan HIV/AIDS

12)Menegakkan hak asasi manusia

13)Mampu bekerja untuk mencari finansial

sendiri

(45)

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara. Hipotesis yang baik harus menyatakan

hubungan yang jelas dan tegas antara dua atau lebih variabel dan juga membenarkan, bahkan

memerlukan pengujian atas kebenaran pernyataan yang dirumuskan (Siagian, 2011:148).

Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial orang dengan

HIV/AIDS di Rumah Singgah Caritas PSE Medan.

Ho : Tidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial orang dengan

HIV/AIDS di Rumah Singgah Caritas PSE

2.9 Definisi Konsep

Defenisi konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan

berbagai peristiwa, obyek, kondisi, situasi dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan

dengan mengelompokkan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri

yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang

digunakan secara mendasar dan meyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta

menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:

112).

Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan obyek

penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan peneliti harus menegaskan dan

membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan

(46)

defenisi disini diartikan sebagai batasan arti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas

dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah suatu daya atau kekuatan yang timbul dari

sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga

mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

2. Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah sebagai informasi verbal atau non

verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang

yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan

hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah

laku penerimanya.

3. Keberfungsian sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi

kebutuhan dasar diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi

masyarakat.

4. Rumah Singgah Caritas PSE Medan sebuah pusat informasi dan kegiatan (Drop In

Center) yang bergerak dalam bidang pelayanan seputar narkotika, HIV/AIDS,

kesehatan reproduksi bahkan persoalan psikologis.

2.10 Definisi Operasional

Perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi

konsep. Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep.

Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi

dinamis. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar

terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat

dan terbuka. Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel dapat diukur

Referensi

Dokumen terkait

[r]

sense peserta didik.Beliau mengatakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan konteks/aktivitas yang berasal dari dunia nyata tetapi tidak harus selalu seperti

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2015-2019 ini disusun dengan maksud agar tersedianya dokumen panduan dan

Pemberian tandem gait exercise dan ankle strategy exercise tidak ada perbedaan pengaruh, dimana selisih hasil nilai rerata kelompok I dan kelompok II yaitu 0,051

Simulasi Keandalan Tampungan Waduk Unit Metalurgi Timah Muntok dengan metode Standard Operating Rule untuk jangka waktu 10 tahun (2015-2024). Minimum Operation level =

Sensitivity of the sensor increases due to the increasing number of primary windings will increase the number of the excitation field, so the amount of

Hemoglobin dapat bergabung dengan oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru karena mempunyai daya afinitas yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin yang kemudian oksigen

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan pada usia muda di masyarakat Lingkungan Nelayan II Sungailiat. Teori