• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid - Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksid pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid - Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksid pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat. Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus. Sedangkan Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit tertentu dan pemberiannya bisa berupa vaksin (Syafrudin, dkk, 2011).

(2)

2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya

Pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada kehamilan sebelumnya atau pada saat calon pengantin, maka imunisasi cukup diberikan 1 kali saja dengan dosis 0,5 cc pada lengan atas. Bila ibu hamil belum mendapat imunisasi atau ragu, maka perlu diberikan imunisasi tetanus toksoid sejak kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan jadwal interval minimum 1 bulan (Fauziah &Sutejo, 2012).

Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 – 18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 – 6) tahun. Bagi orang dewasa, sebaiknya menerima booster dalam bentuk TT (tetanus toksoid) setiap 10 tahun.

Untuk mencegah tetanus neonatorum, wanita hamil dengan persalinan berisiko tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua sebaiknya diberikan 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua sebaiknya diberikan paling tidak dua minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil yang sebelumnya pernah menerima TT dua kali pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT satu kali saja (Cahyono, 2010).

(3)

K1 untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang salah satu programnya adalah imunisasi tetanus toksoid (TT). Fauziah & Sutejo (2012) menyatakan bahwa TT1 belum memberikan kekebalan terhadap tetanus, empat minggu kemudian dilanjutkan dengan TT2 untuk memberikan kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun.

2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh) standar yaitu diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) lengkap. Menurut WHO (1993) dalam Wahab & Julia (2002) TT (tetanus toksoid) adalah vaksin yang sangat efektif, persentase kegagalannya sangat kecil, efektifitas dua dosis TT (tetanus toksoid) selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum berkisar antara 80-100%. Tetanus toksoid merangsang pembentukan antitoksin untuk menetralkan toksin tetanus, anti toksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum.

Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikan tetanus toksoid dengan tujuan merangsang tubuh membentuk antibodi. Ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan kekebalan tersebut disalurkan melalui plasenta dan tali pusat kepada janin yang dikandungnya, selain itu setelah melahirkan ibu tetap menyalurkan kekebalan tersebut melalui air susu ibu (IDAI, 2011).

(4)

preparat tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT,DT, DTwP, DtaP) dan kombinasi dengan komponen lain seperti HiB dan hepatitis B.

Imunisasi pasif diindikasikan pada seseorang yang mengalami luka kotor, diperoleh dengan memberikan serum yang sudah mengandung antitoksin heterolog (ATS) atau antitoksin homolog (imunoglobulin antitetanus) (Cahyono, 2010).

2.1.3 Fasilitas Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid Fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yaitu : Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah sakit, Rumah bersalin, Polindes, Posyandu, Rumah sakit swasta, Dokter praktek, dan, Bidan praktek. Laporan imunisasi dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (dalam buku KIA, rekam medis, dan/atau kohort) (Kemenkes RI, 2013).

2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi

Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi). Imunitas (kekebalan) seseorang terhadap penyakit infeksi terbentuk akibat respon tubuhnya terhadap mikroorganisme penyebab penyakit. Sistem kekebalan tubuh mengenal mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit yang disebut antigen (IDAI, 2011).

(5)

- Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung – yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke saluran napas bawah.

- Pertahanan biokimiawi – air susu ibu yang mengandung laktoferin – berperan sebagai anti bakteri

- Interferon – pada saat tubuh kita kemasukan virus, maka sel darah putih akan memproduksi interferon untuk melawan virus tersebut

(6)

dengan sel memori yang berfungsi untuk mengenali antigen, semakin sering tubuh kontak dengan antigen dari luar maka semakin tinggi pula peningkatan kadar anti bodi tubuh (Cahyono, 2010).

Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen penyakit, vaksin diberikan pada saat imunisasi. Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat imunisasi adalah keseimbangan kondisi tubuh yang sehat sehingga pembentukan imunogenisitas dan reaktogenisitas terbentuk sempurna dan kejadian komplikasi yang terjadi lebih minimal (Lisnawati, 2011).

2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid

Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat suntikan. Tetanus toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan (Cahyono, 2010).

(7)

2.3 Tetanus

Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh toksin tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot (spasme) tanpa

disertai gangguan kesadaran, tetanus masuk kedalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat (Rampengan, 2008).

Tetanus pada bayi baru lahir terjadi karena tali pusat terinfeksi oleh kuman tetanus, akibat pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih. Pada anak, bakteri ini masuk melalui luka dalam yang tidak diobati dengan baik. Pada bayi baru lahir toksin Clostridium tetani menyebabkan bayi sulit minum karena kekakuan otot mulut dan badan yang kejang kaku. Keadaan ini dapat menimbulkan kematian pada bayi yang terkena tetanus tersebut. Tetanus pada bayi baru lahir ini disebut tetanus neonatorum (TN).

(8)

2.4 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil

Faktor predisposisi (predisposing factors) yang menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang digolongkan atas :

a. Demografi

Variabel demografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa variabel-variabel sosiodemografi digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, jenis kelamin) dan siklus hidup (status perkawinan dan jumlah keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.

b. Struktur sosial

(9)

c. Kepercayaan terhadap kesehatan

Variabel kepercayaan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat individu peduli dan mencari layanan kesehatan.

Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Untuk perilaku kesehatan misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

(10)

merupakan suatu keharusan pada ibu hamil. Namun sampai saat ini masih ada ibu hamil yang kurang memperhatikan faktor dan hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah masih ada ibu hamil yang belum mengikuti program imunisasi tetanus toxoid (TT) yang seharusnya didapatkan 2 kali pada masa kehamilan.

Program imunisasi merupakan program prioritas pemerintah. Imunisasi tetanus toksoid ibu hamil mempunyai peran yang besar dalam menurunkan angka kematian bayi khususnya pada umur 0-28 hari. Imunisasi tetanus toksoid ibu hamil efektif memberikan perlindungan pada bayi dan ibu hamil, bila ibu hamil mendapat imunisasi yang lengkap maka kemungkinan untuk terjadi komplikasi penyakit tetanus neonatorum menjadi sangat kecil.

2.3.1 Umur

Umur adalah bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun terakhir seseorang melakukan aktifitas. Umur seseorang demikian besarnya dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut Hidayat (2003) umur yaitu usia individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

(11)

akan timbul karena pengalaman dan kematangan jiwa yang mayoritas ibu hamil yang menerima imunisasi tetanus toksoid berusia 20-35 tahun.

2.5.2 Pendidikan

Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut Fitriani (2011) pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(12)

Nanda (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik pula pengetahuannya tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid. Hal ini menggambarkan responden yang berpendidikan tinggi maka wawasannya semakin terbuka semakin mudah untuk memahami suatu informasi.

2.5.3 Paritas

Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya.

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan menjadi:

a. Primipara, yaitu wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali b. Multipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat

kali

c. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali atau lebih

(13)

Hasil penelitian Pratiwi (2013) menyatakan bahwa menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara paritas dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid. Hasil

penelitian diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas multipara hal ini

disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat

imunisasi tetanus toksoid terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa

kali mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada

paritas primipara yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi

tetanus toksoid.

2.5.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi perilaku individu daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003) Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

(14)

mencari pengobatan, bagaimana cara penularan penyakit dan bagaimana cara pencegahan.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi, rekreasi bagi kesehatan.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi : manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan rumah yang sehat, dan akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan.

2.5.5 Sikap

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap objek tertentu. Individu yang dalam hal ini adalah ibu hamil yang memiliki sikap mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai sikap yang menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab. Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sebaliknya, bila ibu memiliki sikap yang tidak mendukung terhadap suatu objek maka ia akan menyatakan sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan.

(15)

imunisasi tetanus toksoid baik di puskesmas maupun di posyandu untuk memanfaatkan segala pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil.

Menurut Wijayanti, dkk (2012) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil tentang imunisasi mempunyai sikap positif terhadap imunisasi tetanus toksoid. Terutama pada sikap mengenai pemberian imunisasi tetanus toksoid, hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan sosial budaya. Dari dua faktor tersebut meskipun ibu memiliki pengetahuan yang cukup namun karena sikap ibu positif maka status imunisasi tetanus toksoid lengkap.

1. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya adalah apa yang akan dilakukan ibu apabila bayinya terkena infeksi tetanus. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Contoh seorang ibu mendengar (tahu) penyakit tetanus

(16)

sebagainya). Pengetahuan akan membawa ibu hamil untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit tetanus. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat (kecendrungan bertindak) untuk menerima imunisasi tetanus toksoid agar bayinya tidak terkena tetanus neonatorum. Ibu hamil ini mempunyai sikap tertentu yaitu berniat meneriman imunisasi tetanus toksoid.

2.6 Landasan Teori

Penelitian ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green. Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.

Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

(17)

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi dukungan sosial pada ibu hamil terhadap kelengkapan

imunisasi tetanus toksoid yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, dan

dukungan fasilitas pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green Sumber : Notoatmodjo, 2003 dan Pengembangan Penulis

Faktor Predisposisi

1. Demografi (Umur, Pendidikan, Paritas)

2. Pengetahuan 3. Sikap

Faktor Pemungkin 1. Sarana

2. Prasarana

Perilaku Kesehatan

Faktor Penguat

1. Tokoh masyarakat, tokoh agama 2. Sikap petugas kesehatan

(18)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang mempengaruhi tindakan imunisasi tetanus toksoid diantaranya adalah faktor predisposisi ibu yang meliputi : umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap. Faktor predisposisi tersebut dapat mempermudah ibu hamil untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Faktor pemungkin adalah fasilitas kesehatan yang tidak berbeda bagi seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo begitu juga dengan faktor penguat, jadi faktor pemungkin dan faktor penguat tidak termasuk dalam kerangka konsep penelitian.

Faktor Predisposisi 1. Umur

2. Pendidikan 3. Paritas 4. Pengetahuan 5. Sikap

Gambar

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunica (2014) yang meneliti hubungan antara pengetahuan dan umur dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid (TT) pada

ANALISIS FAKTOR RISIKO STATUS IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) IBU HAMIL DI PUSKESMAS LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER..

Secara umumnya, tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil mengenai imunisasi TT adalah pada tahap baik dan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang belum pernah mendapatkan

hesentase 163 ibu-ibu yang masih memiliki kekebalan terhadap tetanus, beserta titer anti- toksinnya, setelah imunisasi dengan toksoid serap tetanus*, (retrospektif), dari

Judul : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015..

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dari 7 orang ibu hamil status tindakan

Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak

hesentase 163 ibu-ibu yang masih memiliki kekebalan terhadap tetanus, beserta titer anti- toksinnya, setelah imunisasi dengan toksoid serap tetanus*, (retrospektif), dari