• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksid pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksid pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2014

TESIS

Oleh ALFI LAILI 127032143/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE RELATION BETWEEN PREDISPOSITION FACTOR AND GIVING TOXOID TETANUS IMMUNIZATION TO PREGNANT MOTHERS IN THE WORKING AREA OF SAMBI REJO PUBLIC HEALTH CENTRE

BINJAI SUBDISTRICT LANGKAT DISTRICT 2014

THESIS

By ALFI LAILI 127032143/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh ALFI LAILI 127032143/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI

TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Alfi Laili Nomor Induk Mahasiswa : 127032143

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 21 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Januari 2015

(7)

ABSTRAK

Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), pemotongan tali pusat alat berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Faktor predisposisi menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif survei dengan desain cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester III yaitu sebanyak 326 orang dan sampel sebanyak 144 orang l dengan cara

simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai sebagian besar tidak melaksanakan 101 (70,1%) dan melaksanakan 43 (29,9%). Variabel yang berhubungan adalah pendidikan (p-value 0,016) dan paritas dengan p-value (0,027), variabel yang lebih dominan adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.

Diharapkan bagi puskesmas Sambi Rejo untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, terutama pada ibu dengan pendidikan SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu paritas primipara agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toksoid.

(8)

ABSTRACT

There are still a lot of prospective mothers, especially those who reside in the remote area, who live in filthy condition; they lack of sterile equipment during childbirth since the process of childbirth is usually helped by traditional midwives (68%), they use bamboo for cutting umbilical cords (26%), and the incidence of tetanus in newborn babies occurs because pregnant mothers are not immunized by to toxoid tetanus. Predisposing factors illustrate that each individual has a tendency to use a different health care.

The objective of the research was to analyze the relation between predisposition factor and giving toxoid tetanus immunization to pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Public Health Centre, Binjai Subdistrict, Langkat District. The research was a quantitative survey with cross sectional design. The population was 326 trimester III pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Puskesmas, and 144 of the were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires to respondents and were filled out by them.

The result of the research showed that 101 respondents (70.1%) did not carry out toxoid tetanus immunization, and 43 respondents (29.9%) did it. The variables which were correlated were education (p-value = 0.016) and parity (p-value = 0.027); the variable which the most dominant iwas parity at regression coefficient value Exp (β) 3.895.

It is recommended that the management of Sambi Rejo Puskesmas provide counseling about the importance of giving toxoid tetanus (TT) immunization to pregnant mothers, especially those who are Elementary School and Junior High School graduates and have bad knowledge. Primipara parity mothers should increase the coverage of toxoid tetanus immunization.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan

rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Faktor

Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja

Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014”.

Selama proses penyusunan tesis ini, saya telah banyak menerima bantuan,

nasehat dan bimbingan demi kelancaran proses pendidikan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, saya ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Ria

(10)

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk penulis.

6. Prof. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep,

Sp.Mat, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan

masukan guna penyempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Orang tua, Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan,

doa pada penulis dalam penyusunan tesis ini.

9. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran

serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis

penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, 21 Januari 2015 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Bakung Tanjung Pura pada tanggal 1 Maret 1987

beragama Islam, anak pertama dari satu bersaudara dari pasangan Bapak Ilyas dan

Ibu Mariani.

Penulis menamatkan pendidikan, tahun 1999 dari SD Negeri 054932 Tanjung

Pura, tahun 2002 dari MTs Negeri Tanjung Pura, tahun 2005 dari SMA Negeri 1

Tanjung Pura, Tahun 2008 penulis menamatkan pendidikan D-III Kebidanan dari

Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat, dan tahun 2011 menamatkan

sarjana dari FKM Helvetia Medan. Penulis bekerja sebagai Staff Pengajar di

Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat sejak tahun 2009. Penulis

menikah dengan Hadi Wijaya Kusuma, S.Kom dan telah dikaruniai satu orang putri

yaitu Fairuz Alha. Penulis bertempat tinggal di Dusun Dahlia Rantau Panjang Desa

Teluk Bakung Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Selanjutnya pada Tahun 2012

penulis melanjutkan kuliah di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid ... 9

2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya ... 10

2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid ... 10

2.1.3 Fasilias Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 11

2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi ... 11

2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid ... 13

2.2 Tetanus ... 14

2.3 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 15

2.3.2 Umur ... 17

2.3.3 Pendidikan ... 18

2.3.4 Paritas ... 19

2.3.5 Pengetahuan ... 20

2.3.6 Sikap ... 21

2.4 Landasan Teori ... 23

(13)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Jenis Data ... 28

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.5.1 Variabel ... 31

3.5.2 Definisi Operasional ... 32

3.6 Metode Pengukuran ... 33

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen ... 33

3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen ... 35

3.7 Metode Analisis Data ... 35

3.7.1 Analisis Univariat ... 35

3.7.2 Analisis Bivariat ... 35

3.7.3 Analisis Multivariat ... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo ... 37

4.1.1 Keadaan Geografis ... 37

4.1.2 Keadaan Demografi ... 38

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 39

4.2 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 40

4.2.1 Umur ... 40

4.2.2 Pendidikan ... 41

4.2.3 Paritas ... 42

4.2.4 Pengetahuan ... 43

4.2.5 Sikap ... 45

4.3 Tindakan ... 47

4.4 Analisis Bivariat ... 48

4.4.1 Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 48

4.4.2 Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 49

(14)

4.4.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Tindakan

Imunisasi Tetanus Toksoid ... 51

4.4.5 Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 52

4.5 Analisis Multivariat ... 53

BAB 5 PEMBAHASAN ... 55

5.1 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 55

5.1.1 Umur Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 55

5.1.2 Pendidikan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid... 57

5.1.3 Paritas Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 58

5.1.4 Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid... 61

5.1.5 Sikap Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 38

4.2 Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 39 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 40 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 41 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 42

4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 43 4.7 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pertanyaan Dalam

Mengukur Pengetahuan Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 44

4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Tentang

Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 45 4.9 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pernyataan Dalam

Mengukur Sikap Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 46 4.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Melakukan

(16)

4.11 Tabulasi Silang Hubungan Umur Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 48

4.12 Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan

Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 49 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Paritas DenganTindakan Imunisasi

Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 50

4.14 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan

Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 51 4.15 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Tindakan Imunisasi

Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 52 4.16 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2 Kuesioner Penelitian

(19)

ABSTRAK

Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), pemotongan tali pusat alat berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Faktor predisposisi menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif survei dengan desain cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester III yaitu sebanyak 326 orang dan sampel sebanyak 144 orang l dengan cara

simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai sebagian besar tidak melaksanakan 101 (70,1%) dan melaksanakan 43 (29,9%). Variabel yang berhubungan adalah pendidikan (p-value 0,016) dan paritas dengan p-value (0,027), variabel yang lebih dominan adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.

Diharapkan bagi puskesmas Sambi Rejo untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, terutama pada ibu dengan pendidikan SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu paritas primipara agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toksoid.

(20)

ABSTRACT

There are still a lot of prospective mothers, especially those who reside in the remote area, who live in filthy condition; they lack of sterile equipment during childbirth since the process of childbirth is usually helped by traditional midwives (68%), they use bamboo for cutting umbilical cords (26%), and the incidence of tetanus in newborn babies occurs because pregnant mothers are not immunized by to toxoid tetanus. Predisposing factors illustrate that each individual has a tendency to use a different health care.

The objective of the research was to analyze the relation between predisposition factor and giving toxoid tetanus immunization to pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Public Health Centre, Binjai Subdistrict, Langkat District. The research was a quantitative survey with cross sectional design. The population was 326 trimester III pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Puskesmas, and 144 of the were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires to respondents and were filled out by them.

The result of the research showed that 101 respondents (70.1%) did not carry out toxoid tetanus immunization, and 43 respondents (29.9%) did it. The variables which were correlated were education (p-value = 0.016) and parity (p-value = 0.027); the variable which the most dominant iwas parity at regression coefficient value Exp (β) 3.895.

It is recommended that the management of Sambi Rejo Puskesmas provide counseling about the importance of giving toxoid tetanus (TT) immunization to pregnant mothers, especially those who are Elementary School and Junior High School graduates and have bad knowledge. Primipara parity mothers should increase the coverage of toxoid tetanus immunization.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

Millenium (MDG’s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan

angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Angka kematian merupakan

indikator yang paling sering dijadikan sebagai standar atau tingkat keberhasilan

pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu, hampir semua kegiatan pembangunan

kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian (Prasetyawati, 2012).

Unsur kualitas hidup dan unsur-unsur mortalitas sangat mempengaruhi derajat

kesehatan yang optimal. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate

(IMR) merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan derajat

kesehatan suatu wilayah, oleh karena itu hampir semua kegiatan pembangunan

kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian bayi. Berdasarkan data yang

diperoleh tahun 2012 di Kabupaten Langkat angka kematian bayi sebesar 3,17 per

1.000 kelahiran hidup, jumlah bayi yang mati sebanyak 70 jiwa dari 22.091 kelahiran

hidup.

Menurut BPS (2012), penyebab utama kematian bayi di negara berkembang

adalah tetanus neonatorum (TN). Untuk pencegahan tetanus neonatorum (TN) dapat

dilakukan dengan imunisasi yaitu suntikan tetanus toksoid (TT) yang diberikan

(22)

tetanus neonatorum (TN) di Indonesia dilaporkan sebanyak 114 kasus yang tersebar

di 20 propinsi, dengan jumlah meninggal akibat tetanus neonatorum (TN) tersebut

sebanyak 59 kasus. Kasus tetanus neonatorum (TN) paling banyak terjadi di Propinsi

Banten (32 kasus) dan Jawa Timur (29 kasus).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2012) terjadi

3 kasus tetanus neonatorum (TN), jumlah ini mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 11 kasus, 2010 yaitu 5 kasus dan tahun 2009

yaitu 6 kasus. Bila dilihat dari daerah terjadinya kasus, diketahui 2 kasus terjadi di

Kabupaten Labuhan Utara dan 1 kasus di kabupaten Tapanuli Tengah.

Pencegahan kasus tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi yang

merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui

imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh

lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus

dirawat di rumah sakit. Imunisasi sebaiknya dipandang bukan hanya sebagai upaya

klinik saja, namun harus dipandang sebagai intervensi epidemiologik dan dinilai

keberhasilannya dengan parameter epidemiologik, yaitu berapa banyak kasus dan

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta wabah yang dapat dihentikan

penularannya (IDAI, 2011).

Persentase anak yang terlindung dari tetanus neonatorum (TN) yaitu anak

yang ibunya berumur 20-34 tahun (61,2%), ibu yang tinggal di perkotaan (61,4%)

dan ibu yang pendidikan menengah keatas (63,5%) lebih besar kemungkinannya

(23)

tenaga kesehatan ketika melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu

lebih muda atau lebih tua. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan lebih besar

kemungkinannya untuk mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga medis

terlatih dibanding ibu yang tinggal di perdesaan (BPS, 2012).

Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut

Clostridium Tetani. Tetanus masuk ke tubuh melalui luka, pada bayi baru lahir

penyakit ini menginfeksi pada saat persalinan dan perawatan tali pusat yang dapat

menyebabkan kematian. Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang

tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari

kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan

masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), untuk pemotongan tali

pusat alat yang digunakan berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan

oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor

penyebab bayinya terkena tetanus (Kemenkes RI, 2011).

Ibu merupakan anggota keluarga yang paling rentan mengalami masalah

kesehatan. Pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil ke tenaga kesehatan secara teratur

sangat penting untuk kesehatan ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Hal ini

dilakukan guna menghindari risiko kehamilan yang tidak diinginkan sedini mungkin

baik terhadap kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sehingga ibu hamil

dapat bersalin dengan sehat dan melahirkan bayi yang sehat. Pemeriksaan kehamilan

(24)

dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas rahim), pemberian

tablet zat besi, serta imunisasi tetanus toksoid (TT) (BPS, 2012).

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi yaitu dengan

memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan vaksin (ketersediaan vaksin,

promosi kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan), pelayanan kesehatan ibu hamil

terutama pertolongan persalinan yang bersih oleh tenaga kesehatan dan perawatan tali

pusat yang bersih serta penguatan surveilans tetanus neonatorum (TN). Tetanus

neonatorum perlu dijadikan sebagai salah satu penyakit yang dilaporkan secara

mingguan dalam laporan system kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa.

Karena terjadinya satu kasus tetanus neonatorum dapat ditetapkan sebagai KLB

sehingga perlu dilakukan penanggulangan secepatnya (Kemenkes RI, 2012).

Beberapa permasalahan tentang pencapaian target imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal,

pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak

hamil) belum seragam, dan cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari

cakupan K4 (Kemenkes RI, 2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan Khoiri dkk

(2012), bahwa permasalahan belum tercapainya target cakupan imunisasi TT ibu

hamil ialah karena ibu hamil tidak lagi datang berkunjung ke posyandu sehingga

pemberian suntikan TT berikutnya tidak bisa diberikan, dan petugas kesehatan tidak

memberikan suntikan melalui kunjungan rumah.

Disamping itu masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya

(25)

serta bahaya yang akan dihadapi jika terkena infeksi tersebut yang dapat

menyebabkan kematian pada bayi. Jika semua ibu hamil mau melaksanakan

penyuntikan imunisasi tetanus toksoid maka angka kejadian infeksi tetanus pada ibu

nifas dan bayi baru lahir akan menurun secara drastis dan tingkat kesehatan penduduk

Indonesia akan meningkat (Syafrudin dkk, 2011).

Karakteristik ibu hamil meliputi umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan

berpengaruh terhadap penerimaan imunisasi tetanus toksoid (TT). Hasil penelitian

Pratiwi (2013) diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas

multipara sebanyak 20 orang (55,6%), hal ini disebabkan karena pada kelompok

paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat imunisasi TT terkait dengan

pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa kali mengalami kehamilan dan

persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada paritas primipara 16 orang

(44,4%) yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi TT.

Dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena

telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, hal ini akan membuat

keputusan yang lebih baik dalam bertindak.

Faktor predisposisi meliputi umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap

berhubungan dengan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil. Hasil

penelitian Maulida (2012) menyatakan bahwa sikap ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Meutulang kecamatan Panton Reu kabupaten Aceh Barat berpengaruh

(26)

apabila didukung dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik akan hal tersebut

maka semakin positif sikap terhadap kesehatan.

Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten Langkat tahun

2012 yang terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah 30 puskesmas, cakupan ibu hamil

dengan imunisasi TT1 10.439 ibu hamil (41,9%), TT2 8.715 ibu hamil (35%). Data

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat diwilayah kerja Puskesmas

Sambi Rejo Tahun 2013 dari bulan Januari dan Februari yang mendapatkan TT1 pada

bulan Januari 2013 19 orang (2,04%), TT2 pada bulan Januari 17 orang (1,802%),

TT1 pada bulan Februari 0 orang, TT 2 pada bulan Februari 0 orang dengan sasaran

ibu hamil sebanyak 943 orang

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di wilayah kerja

Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dari 7 orang ibu hamil

status tindakan penerimaan imunisasi tetanus toksoid tidak lengkap dengan alasan

adanya rasa takut terhadap efek samping dari imunisasi dan kurangnya pengetahuan

ibu tentang manfaat imunisasi tersebut. Sedangkan petugas kesehatan telah

memberikan penyuluhan dan menyediakan sarana untuk imunisasi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian apakah faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan

sikap) berhubungan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di

(27)

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas yang menjadi masalah

pada penelitian ini adalah : tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang

masih rendah.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

hubungan faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan sikap)

terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

1.4Hipotesis Penelitian

Ada hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat

1.5Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi puskesmas untuk lebih

meningkatkan cakupan pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat.

Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya

pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu

hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki

antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan

melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus. Sedangkan Imunisasi

adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya

penyakit tertentu dan pemberiannya bisa berupa vaksin (Syafrudin, dkk, 2011).

Tetanus toksoid merupakan antigen yang aman untuk wanita hamil. Vaksin

tetanus toksoid terdiri dari toksoid atau bibit penyakit yang telah dilemahkan

diberikan melalui suntikan vaksin tetanus toksoid kepada ibu hamil. Dengan

demikian, setiap ibu hamil telah mendapat perlindungan untuk bayi yang akan

(29)

2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya

Pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang telah mendapatkan

imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada kehamilan sebelumnya atau pada saat calon

pengantin, maka imunisasi cukup diberikan 1 kali saja dengan dosis 0,5 cc pada

lengan atas. Bila ibu hamil belum mendapat imunisasi atau ragu, maka perlu

diberikan imunisasi tetanus toksoid sejak kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan

jadwal interval minimum 1 bulan (Fauziah &Sutejo, 2012).

Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT

(difteri, pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada

usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 – 18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk

sekolah (4 – 6) tahun. Bagi orang dewasa, sebaiknya menerima booster dalam bentuk

TT (tetanus toksoid) setiap 10 tahun.

Untuk mencegah tetanus neonatorum, wanita hamil dengan persalinan

berisiko tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua

sebaiknya diberikan 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua

sebaiknya diberikan paling tidak dua minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil

yang sebelumnya pernah menerima TT dua kali pada waktu calon pengantin atau

pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT satu kali saja (Cahyono,

2010).

Menurut BPS (2012), Kemenkes menerapkan program imunisasi pada ibu

(30)

K1 untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang salah satu programnya adalah

imunisasi tetanus toksoid (TT). Fauziah & Sutejo (2012) menyatakan bahwa TT1

belum memberikan kekebalan terhadap tetanus, empat minggu kemudian dilanjutkan

dengan TT2 untuk memberikan kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun.

2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan

sesuai dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh) standar

yaitu diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) lengkap. Menurut

WHO (1993) dalam Wahab & Julia (2002) TT (tetanus toksoid) adalah vaksin yang

sangat efektif, persentase kegagalannya sangat kecil, efektifitas dua dosis TT (tetanus

toksoid) selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum berkisar antara 80-100%.

Tetanus toksoid merangsang pembentukan antitoksin untuk menetralkan toksin

tetanus, anti toksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu

dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum.

Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikan tetanus toksoid dengan tujuan

merangsang tubuh membentuk antibodi. Ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi

tetanus toksoid mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan

kekebalan tersebut disalurkan melalui plasenta dan tali pusat kepada janin yang

dikandungnya, selain itu setelah melahirkan ibu tetap menyalurkan kekebalan

tersebut melalui air susu ibu (IDAI, 2011).

Vaksin tetanus diberikan pada bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun, ibu

(31)

preparat tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT,DT,

DTwP, DtaP) dan kombinasi dengan komponen lain seperti HiB dan hepatitis B.

Imunisasi pasif diindikasikan pada seseorang yang mengalami luka kotor,

diperoleh dengan memberikan serum yang sudah mengandung antitoksin heterolog

(ATS) atau antitoksin homolog (imunoglobulin antitetanus) (Cahyono, 2010).

2.1.3 Fasilitas Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid

Fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yaitu :

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah sakit, Rumah bersalin, Polindes, Posyandu,

Rumah sakit swasta, Dokter praktek, dan, Bidan praktek. Laporan imunisasi dibuat

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (dalam buku KIA, rekam medis, dan/atau kohort)

(Kemenkes RI, 2013).

2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi

Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang

dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi). Imunitas (kekebalan) seseorang

terhadap penyakit infeksi terbentuk akibat respon tubuhnya terhadap mikroorganisme

penyebab penyakit. Sistem kekebalan tubuh mengenal mikroorganisme seperti

bakteri, virus, jamur dan parasit yang disebut antigen (IDAI, 2011).

Manusia dapat terhindar atau sembuh dari serangan penyakit infeksi karena

telah dilengkapi dengan 2 sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem kekebalan non

spesifik dan kekebalan spesifik. Disebut sebagai sistem imun non spesifik karena

sistem kekebalan tubuh kita tidak ditujukan terhadap mikroorganisme atau zat asing

(32)

- Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung – yang

berfungsi untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke saluran napas

bawah.

- Pertahanan biokimiawi – air susu ibu yang mengandung laktoferin –

berperan sebagai anti bakteri

- Interferon – pada saat tubuh kita kemasukan virus, maka sel darah putih

akan memproduksi interferon untuk melawan virus tersebut

- Apabila mikroorganisme masuk ke tubuh, maka sistem kekebalan

non-spesifik yang diperankan oleh pertahanan selular (monosit dan makrofag)

akan menangkap, mencerna dan membunuh mikroorganisme tersebut.

Apabila sistem kekebalan non-spesifik tidak mampu menghentikan serangan

mikroorganisme, maka sistem kekebalan spesifik akan diaktifkan. Yang dimaksud

dengan sistem kekebalan spesifik adalah cara bekerja sistem kekebalan tubuh secara

khusus ditujukan untuk menangkal mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan

spesifik dimainkan oleh dua komponen utama, yaitu sel T dan sel B. Sistem

kekebalan spesifik tidak mengenali seluruh struktur utuh mikroorganisme melainkan

sebagian protein saja yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh. Bagian dari

struktur protein mikroorganisme yang dapat merangsang sistem kekebalan spesifik

disebut dengan antigen. Adanya antigen akan merangsang diaktifkannya sel T atau

sistem kekebalan selular. Selanjutnya sel T ini akan memacu sel B atau sel humoral

untuk mengubah bentuk dan fungsi menjadi sel plasma yang selanjutnya akan

(33)

dengan sel memori yang berfungsi untuk mengenali antigen, semakin sering tubuh

kontak dengan antigen dari luar maka semakin tinggi pula peningkatan kadar anti

bodi tubuh (Cahyono, 2010).

Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen penyakit,

vaksin diberikan pada saat imunisasi. Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat

imunisasi adalah keseimbangan kondisi tubuh yang sehat sehingga pembentukan

imunogenisitas dan reaktogenisitas terbentuk sempurna dan kejadian komplikasi yang

terjadi lebih minimal (Lisnawati, 2011).

2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid

Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti kemerahan,

pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat suntikan. Tetanus toksoid adalah antigen

yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin

apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Efek samping tersebut

berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan

tindakan/pengobatan (Cahyono, 2010).

Penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau telah digunakan berulang kali

dapat meyebabkan penyakit. Oleh karena itu penggunaan alat harus steril khususnya

(34)

2.3 Tetanus

Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan

saraf pusat yang disebabkan oleh toksin tetanospasmin yang dihasilkan oleh

Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot (spasme) tanpa

disertai gangguan kesadaran, tetanus masuk kedalam tubuh melalui luka, gigitan

serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat

(Rampengan, 2008).

Tetanus pada bayi baru lahir terjadi karena tali pusat terinfeksi oleh kuman

tetanus, akibat pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih. Pada anak,

bakteri ini masuk melalui luka dalam yang tidak diobati dengan baik. Pada bayi baru

lahir toksin Clostridium tetani menyebabkan bayi sulit minum karena kekakuan otot

mulut dan badan yang kejang kaku. Keadaan ini dapat menimbulkan kematian pada

bayi yang terkena tetanus tersebut. Tetanus pada bayi baru lahir ini disebut tetanus

neonatorum (TN).

Pada anak besar juga dapat terjadi tetanus yang menyebabkan kejang kaku,

mulanya karena rangsangan sentuh, suara keras, akhirnya bisa juga terjadi kejang

spontan tanpa rangsangan apapun dapat saja anak kejang. Anak dengan tetanus juga

dapat terjadi kesulitan untuk makan dan minum, selain itu tetanus dapat juga

menyerang otak yang menyebabkan penyakitnya menjadi lebih berat lagi. Hal-hal

(35)

2.4 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil

Faktor predisposisi (predisposing factors) yang menggambarkan fakta bahwa

setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang

berbeda-beda yang digolongkan atas :

a. Demografi

Variabel demografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Menurut Notoatmodjo

(2003) menyatakan bahwa variabel-variabel sosiodemografi digunakan sebagai

ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, jenis kelamin) dan

siklus hidup (status perkawinan dan jumlah keluarga) dengan asumsi bahwa

perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan

akan berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.

b. Struktur sosial

Variabel struktur sosial terdiri dari pendidikan, pekerjaaan, etnis, hubungan sosial

dan kebudayaan. Variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kesukuan

mencerminkan keadaan sosial dan individu atau keluarga dalam masyarakat

penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup itu yang

ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Individu-individu yang

berbeda etnis atau suku, pekerjaan, tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan

(36)

c. Kepercayaan terhadap kesehatan

Variabel kepercayaan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat

individu peduli dan mencari layanan kesehatan.

Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Untuk perilaku kesehatan

misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan

kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri

dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai

masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa

kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk

suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini

terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut

faktor pemudah.

Menurut Pratiwi (2013) kelengkapan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah

pendidikan, paritas, pengetahuan. Selain itu menurut Nanda (2013), dalam pelayanan

ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil akan diberikan imunisasi

tetanus toksoid sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadi

(37)

merupakan suatu keharusan pada ibu hamil. Namun sampai saat ini masih ada ibu

hamil yang kurang memperhatikan faktor dan hal yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah masih ada ibu hamil yang

belum mengikuti program imunisasi tetanus toxoid (TT) yang seharusnya didapatkan

2 kali pada masa kehamilan.

Program imunisasi merupakan program prioritas pemerintah. Imunisasi

tetanus toksoid ibu hamil mempunyai peran yang besar dalam menurunkan angka

kematian bayi khususnya pada umur 0-28 hari. Imunisasi tetanus toksoid ibu hamil

efektif memberikan perlindungan pada bayi dan ibu hamil, bila ibu hamil mendapat

imunisasi yang lengkap maka kemungkinan untuk terjadi komplikasi penyakit tetanus

neonatorum menjadi sangat kecil.

2.3.1 Umur

Umur adalah bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun

terakhir seseorang melakukan aktifitas. Umur seseorang demikian besarnya dalam

mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Perbedaan pengalaman terhadap

masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur

individu tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut Hidayat (2003) umur yaitu usia

individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin

cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bekerja.

Hasil penelitian Wijayanti, dkk (2013) menyatakan bahwa umur seseorang

(38)

akan timbul karena pengalaman dan kematangan jiwa yang mayoritas ibu hamil yang

menerima imunisasi tetanus toksoid berusia 20-35 tahun.

2.5.2 Pendidikan

Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga

mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut

Fitriani (2011) pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan

perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan

berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara

kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan

kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. Hal ini sesuai dengan semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan

yang lebih luas. Individu yang berpendidikan memiliki kesadaran yang lebih tinggi

terhadap manfaat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan dan memiliki informasi

tentang pengobatan medis modern serta memiliki kapasitas yang lebih besar dalam

mengenali penyakit tertentu. Jadi kesehatan bukan hanya disadari dan disikapi

(39)

Nanda (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka

semakin baik pula pengetahuannya tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid. Hal

ini menggambarkan responden yang berpendidikan tinggi maka wawasannya semakin

terbuka semakin mudah untuk memahami suatu informasi.

2.5.3 Paritas

Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan.

Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup

ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya.

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan

menjadi:

a. Primipara, yaitu wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali

b. Multipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat

kali

c. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali

atau lebih

Paritas mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki

beberapa orang anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru

memiliki anak satu atau dua. Nanda (2013) menyatakan bahwa paritas ibu

mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki beberapa orang

anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru memiliki 1 orang

(40)

Hasil penelitian Pratiwi (2013) menyatakan bahwa menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara paritas dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid. Hasil

penelitian diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas multipara hal ini

disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat

imunisasi tetanus toksoid terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa

kali mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada

paritas primipara yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi

tetanus toksoid.

2.5.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang, tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi

perilaku individu daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003) Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,

(41)

mencari pengobatan, bagaimana cara penularan penyakit dan bagaimana cara

pencegahan.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi

kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahaya

merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan pentingnya istirahat yang

cukup, relaksasi, rekreasi bagi kesehatan.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi : manfaat air bersih,

cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan rumah yang sehat,

dan akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan.

2.5.5 Sikap

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap objek

tertentu. Individu yang dalam hal ini adalah ibu hamil yang memiliki sikap

mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai

sikap yang menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab.

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi. Sebaliknya, bila ibu memiliki sikap yang tidak

mendukung terhadap suatu objek maka ia akan menyatakan sikap yang menunjukkan

atau memperlihatkan penolakan.

Maulida (2012) menyatakan sikap sangat menentukan seseorang kearah yang

(42)

imunisasi tetanus toksoid baik di puskesmas maupun di posyandu untuk

memanfaatkan segala pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil.

Menurut Wijayanti, dkk (2012) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil tentang

imunisasi mempunyai sikap positif terhadap imunisasi tetanus toksoid. Terutama

pada sikap mengenai pemberian imunisasi tetanus toksoid, hal ini terjadi karena

beberapa faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan sosial budaya. Dari dua faktor

tersebut meskipun ibu memiliki pengetahuan yang cukup namun karena sikap ibu

positif maka status imunisasi tetanus toksoid lengkap.

1. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap suatu

objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah

ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya

adalah apa yang akan dilakukan ibu apabila bayinya terkena infeksi tetanus.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Contoh seorang ibu mendengar (tahu) penyakit tetanus

(43)

sebagainya). Pengetahuan akan membawa ibu hamil untuk berpikir dan

berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit tetanus.

Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu

tersebut berniat (kecendrungan bertindak) untuk menerima imunisasi tetanus

toksoid agar bayinya tidak terkena tetanus neonatorum. Ibu hamil ini

mempunyai sikap tertentu yaitu berniat meneriman imunisasi tetanus toksoid.

2.6 Landasan Teori

Penelitian ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green.

Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.

Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

(44)

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi dukungan sosial pada ibu hamil terhadap kelengkapan

imunisasi tetanus toksoid yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, dan

[image:44.612.132.524.242.569.2]

dukungan fasilitas pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green Sumber : Notoatmodjo, 2003 dan Pengembangan Penulis

Faktor Predisposisi

1. Demografi (Umur, Pendidikan, Paritas)

2. Pengetahuan 3. Sikap

Faktor Pemungkin

1. Sarana 2. Prasarana

Perilaku Kesehatan

Faktor Penguat

1. Tokoh masyarakat, tokoh agama 2. Sikap petugas kesehatan

(45)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini

[image:45.612.126.534.215.381.2]

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang mempengaruhi tindakan imunisasi tetanus toksoid diantaranya

adalah faktor predisposisi ibu yang meliputi : umur, pendidikan, paritas, pengetahuan

dan sikap. Faktor predisposisi tersebut dapat mempermudah ibu hamil untuk

melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Faktor pemungkin adalah fasilitas

kesehatan yang tidak berbeda bagi seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Sambi Rejo begitu juga dengan faktor penguat, jadi faktor pemungkin dan faktor

penguat tidak termasuk dalam kerangka konsep penelitian.

Faktor Predisposisi

1. Umur

2. Pendidikan

3. Paritas

4. Pengetahuan

5. Sikap

(46)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.7Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei dengan desain cross

sectional, bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi terhadap

tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi

Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

3.8Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa proporsi tindakan imunisasi

tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo belum

tercapai atau belum sesuai dengan target imunisasi tetanus toksoid (TT).

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari pengumpulan data sampai

(47)

3.9Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat dan tercatat di Puskesmas Sambi Rejo yaitu sebanyak 326 orang ibu hamil

trimester III di bulan Oktober tahun 2014.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebagian dari populasi, pengambilan sampel

menggunakan teknik simple random sampling. Besar sampel yang akan diteliti

dihitung menggunakan rumus Lemeshow, et al (1997), sebagai berikut:

� = [�1−�

2��0

(1− �0) +�1−���(1− �)]2 (�− �0)2

Keterangan:

n : Besar sampel minimal

�1−�/2 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 0,05 (1,96) �1−� : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β 80% (0,842)

�0 : Proporsi ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus

toksoid (TT) 72% (Dinas Kesehatan Kab. Langkat tahun 2012)

�� : Perkiraan proporsi ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi

tetanus toksoid (TT) 82%

�� − �0 : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam

penelitian ini dapat dikalkulasikan sebagai berikut :

�= [1,96�0,72(1−0,72) + 0,842�0,82(1−0,82)] 2

(0,82−0,72)2 �= 1,448469185

0,01

(48)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 144 ibu hamil.

Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling (acak

sederhana), yaitu pengambilan sampel paling sederhana, seluruh ibu hamil di setiap

desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo diseleksi secara acak

dengan pemilihan kriteria. Nama ibu hamil, dan alamat diketik menggunakan

komputer sampai jumlah sampel yang diinginkan tercukupi dengan rumus

RANDBETWEEN.

Adapun kriteria inklusi bagi responden untuk bisa dijadikan sampel dalam

penelitian adalah :

a. Dapat berkomunikasi dengan baik

b. Bersedia menjadi sampel penelitian

3.10 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer diperoleh dari responden menggunakan kuesioner yang dibagikan

ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.

2. Data Sekunder diperoleh dari dokumen Puskesmas Sambi Rejo dan dari profil

(49)

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan

reliabel sebagai alat pengumpul data maka akan dilakukan uji coba pada 30 ibu hamil

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Alasan

pemilihan lokasi ini karena memiliki karakteristik yang sama dan relatif dekat dengan

wilayah penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan cara menguji isi kuesioner setiap item

pertanyaan dengan skor total variabel yang dilihat dari nilai corrected item total

correlation dengan nilai tabel r pada df=30-2=28 dan α=0,05 sebesar 0,361.

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis

dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat

ukur menggunakan Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari

satu kali pengukuran dengan ketentuan bila Cronbach Alpha > 0,60, maka

dinyatakan reliabel dan bila Cronbach Alpha < 0,60 maka butir soal dinyatakan

(50)
[image:50.612.115.525.142.443.2]

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

Sub Variabel Nilai Corrected Item-Total Keterangan

Pengetahuan1 0.392 Valid

Pengetahuan2 0.467 Valid

Pengetahuan3 0.444 Valid

Pengetahuan4 0.581 Valid

Pengetahuan5 0.705 Valid

Pengetahuan6 0.496 Valid

Pengetahuan7 0.422 Valid

Pengetahuan8 0.515 Valid

Pengetahuan9 0.613 Valid

Pengetahuan10 0.543 Valid

Pengetahuan11 0.549 Valid

Pengetahuan12 0.778 Valid

Pengetahuan13 0.477 Valid

Pengetahuan14 0.401 Valid

Cronbach Alpha 0,742 Reliabel

Pada tabel 3.1 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan nilai

corrected item total correlation lebih besar dari nilai tabel (tabel r =0,361), artinya

seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan

(51)
[image:51.612.117.526.143.379.2]

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap

Sub Variabel Nilai Corrected Item-Total Keterangan

SIKAP1 0,538 Valid

SIKAP2 0,421 Valid

SIKAP3 0,517 Valid

SIKAP4 0,705 Valid

SIKAP5 0,617 Valid

SIKAP6 0,398 Valid

SIKAP7 0,396 Valid

SIKAP8 0,403 Valid

SIKAP9 0,521 Valid

SIKAP10 0,534 Valid

SIKAP11 0,673 Valid

SIKAP12 0,494 Valid

Cronbach Alpha 0,742 Reliabel

Pada tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan nilai

corrected item total correlation lebih besar dari nilai tabel (tabel r =0,361), artinya

seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan

semuanya valid dan reliabel.

3.11 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur,

pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap). Variabel terikat dalam penelitian ini

(52)

3.5.2. Definisi Operasional

1. Tindakan imunisasi tetanus toksoid adalah suatu perwujudan dari sikap untuk

melakukan suntikan imunisasi tetanus toksoid “Ya” dan “Tidak”.

2. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah seorang ibu hamil

untuk melakukan tindakan, yang mencakup :

a. Umur adalah lamanya hidup ibu hamil yang dihitung dalam tahun.

b. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal terakhir yang telah diselesaikan ibu

hamil.

c. Paritas adalah jumlah melahirkan anak.

d. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT yang

meliputi pengertian, manfaat, jadwal pemberian imunisasi, efek samping dan

tempat pemberian imunisasi.

e. Sikap adalah pendapat atau penilaian ibu hamil yang dinyatakan dengan

setuju, ragu-ragu dan tidak setuju terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

(53)

3.12 Metode Pengukuran

Metode Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen

1. Umur Ibu Hamil

Variabel umur dibagi atas 3 kategori yaitu (Prasetyawati, 2012) :

1. Umur < 20 tahun

2. Umur 20 – 34 tahun

3. Umur ≥ 35 tahun

Skala : Nominal

2. Pendidikan Ibu Hamil

Dalam penelitian ini untuk pengukuran tingkat pendidikan dibagi atas

2 kategori yaitu (UU RI No.20 tahun 2003) :

1. Pendidikan Dasar (SD, SMP sederajat)

2. Pendidikan Lanjut (SMA, Perguruan Tinggi/Akademi)

Skala : Ordinal

3. Paritas

Paritas seorang ibu dapat dibedakan menjadi :

1. Primipara adalah ibu yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali

2. Multipara adalah ibu yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat kali

(54)

4. Pengetahuan

Pengetahuan ibu hamil diukur melalui 14 pertanyaan yang telah

disediakan. Setiap jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi nilai

0, sehingga total berkisar 0-14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dibagi atas

2 kategori :

1. Baik : jika skor jawaban > 75% dalam interval 11 – 14

2. Kurang baik : jika skor jawaban ≤ 75% dalam interval 0 – 10

Skala : Ordinal

5. Sikap

Pengukuran sikap yaitu dengan 12 buah pernyataan. Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau

ketidaksetujuan terhadap suatu kejadian. Diberi skor 3 jika responden

menjawab setuju, diberi skor 2 jika responden menjawab ragu-ragu, dan skor

1 jika menjawab tidak setuju. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat

dicapai responden adalah 36, diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Baik : jika jawaban responden > 75% memiliki total skor

30 – 36

2. Kurang baik : jika jawaban responden ≤ 75% memiliki total skor

12 – 29

(55)

3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen yaitu tindakan imunisasi ibu hamil dengan

menggunakan data dari kuesioner dengan jawaban Ya dan Tidak.

1. Ya : Apabila melaksanakan tindakan imunisasi tetanus toksoid dua

kali (TT1 dan TT2)

2. Tidak : Apabila tidak melaksanakan tindakan imunisasi tetanus

toksoid dua kali (TT1 dan TT2)

Skala : Nominal

3.7Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi

frekuensi berdasarkan persentase untuk masing-masing variabel yaitu faktor

predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap ibu hamil), dan

variabel tindakan imunisasi tetanus toksoid.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel

independen dengan dependen, kemudian dilihat hubungan antar kedua variabel

dengan menggunakan uji Chi Square dengan ketentuan jika nilai expected count

kurang dari 5 < 20%, dan jika nilai expected count kurang dari 5 > 20% digunakan

(56)

3.7.3 Analisis Multivariat

Bila hasil uji chi square p < 0,25 maka variabel tersebut diikutsertakan dalam

uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Analisis

multivariat, yaitu analisis lanjutan yang memungkinkan dilakukan untuk mengetahui

(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo

Berdasarkan Kemenkes RI No. 128/Menkes/RI/SK/II/2004 tentang kebijakan

dasar kesejahteraan masayarat bahwa puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis

dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes RI, 2004).

Puskesmas Sambi Rejo merupakan salah satu dari 23 puskesmas yang berada

di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara.

4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Sambi Rejo beralamat di Jl.T. Amir Hamzah Desa Sambi Rejo

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan jarak 8 km dari Kota Binjai dan 23 km

dari kota Stabat ibukota Kabupaten Langkat. Luas wilayah kerja puskesmas Sambi

Rejo 450 km2

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kwala Gumit

meliputi 6 desa dan 1 kelurahan, dengan batas-batas sebagai berikut :

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Binjai

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Sendang Rejo

(58)

4.1.2 Keadaan Demografi

Berdasarkan hasil laporan puskesmas Sambi Rejo tahun 2014 jumlah

penduduk yang berada di wilayah kerja puskesmas Sambi Rejo 42791 jiwa.

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014

Nama Desa Jumlah Penduduk

Sambi Rejo Sendang Rejo Sido Mulyo Tanjung Jati Perdamaian Kwala Gumit Suka Makmur

6.853 6.522 7.448 6.959 6.331 5.037 3.641

Total 42.791

Sumber : Puskesmas Sambi Rejo, 2014

Tabel 4.1 menyatakan jumlah penduduk terbanyak di wilayah kerja

puskesmas Sambi Rejo yaitu di desa Sido Mulyo sebanyak 7.448 jiwa dan terendah di

[image:58.612.119.525.236.367.2]
(59)

4.1.3 Sarana Kesehatan

Puskesmas Sambi Rejo mempunyai sarana kesehatan untuk membantu kerja

dari puskesmas seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.2 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014

No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

1 Puskesmas Pembantu

- Perdamaian - Suka Makmur - Tanjung Jati - Sido Mulyo

1 1 1 1 2 Polindes

- Kwala Gumit - Sendang Rejo

1 1

[image:59.612.114.528.235.368.2]

Sumber : Puskesmas Sambi Rejo, 2014

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Puskesmas

Gambar

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2  Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Bantul tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi

[r]

Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing di Kecamatan Sayurmatinggi terdiri atas 11 kelompok leksikon yaitu (1)

sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam

Resiko ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko: penurunan fungsi ginjal akibat penurunan kesadaran/ koma. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

Penelitian ini sepaham dengan penelitian yang dilakukan Setia (2013), menjelaskan injury akibat pengaruh dari dalam (faktor intrinsik ) seperti gerakan latihan

Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam

Hal yang menjadi pertimbangan sendiri bagi pemerintah China mengingat keutuhan wilayah ialah bagian kedaulatan negara yang tidak dapat dielekan oleh negara manapun,