HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2014
TESIS
Oleh ALFI LAILI 127032143/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE RELATION BETWEEN PREDISPOSITION FACTOR AND GIVING TOXOID TETANUS IMMUNIZATION TO PREGNANT MOTHERS IN THE WORKING AREA OF SAMBI REJO PUBLIC HEALTH CENTRE
BINJAI SUBDISTRICT LANGKAT DISTRICT 2014
THESIS
By ALFI LAILI 127032143/IKM
MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh ALFI LAILI 127032143/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI
TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Alfi Laili Nomor Induk Mahasiswa : 127032143
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi
Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 21 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi
PERNYATAAN
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 21 Januari 2015
ABSTRAK
Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), pemotongan tali pusat alat berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Faktor predisposisi menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif survei dengan desain cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester III yaitu sebanyak 326 orang dan sampel sebanyak 144 orang l dengan cara
simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai sebagian besar tidak melaksanakan 101 (70,1%) dan melaksanakan 43 (29,9%). Variabel yang berhubungan adalah pendidikan (p-value 0,016) dan paritas dengan p-value (0,027), variabel yang lebih dominan adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.
Diharapkan bagi puskesmas Sambi Rejo untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, terutama pada ibu dengan pendidikan SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu paritas primipara agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toksoid.
ABSTRACT
There are still a lot of prospective mothers, especially those who reside in the remote area, who live in filthy condition; they lack of sterile equipment during childbirth since the process of childbirth is usually helped by traditional midwives (68%), they use bamboo for cutting umbilical cords (26%), and the incidence of tetanus in newborn babies occurs because pregnant mothers are not immunized by to toxoid tetanus. Predisposing factors illustrate that each individual has a tendency to use a different health care.
The objective of the research was to analyze the relation between predisposition factor and giving toxoid tetanus immunization to pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Public Health Centre, Binjai Subdistrict, Langkat District. The research was a quantitative survey with cross sectional design. The population was 326 trimester III pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Puskesmas, and 144 of the were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires to respondents and were filled out by them.
The result of the research showed that 101 respondents (70.1%) did not carry out toxoid tetanus immunization, and 43 respondents (29.9%) did it. The variables which were correlated were education (p-value = 0.016) and parity (p-value = 0.027); the variable which the most dominant iwas parity at regression coefficient value Exp (β) 3.895.
It is recommended that the management of Sambi Rejo Puskesmas provide counseling about the importance of giving toxoid tetanus (TT) immunization to pregnant mothers, especially those who are Elementary School and Junior High School graduates and have bad knowledge. Primipara parity mothers should increase the coverage of toxoid tetanus immunization.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Faktor
Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014”.
Selama proses penyusunan tesis ini, saya telah banyak menerima bantuan,
nasehat dan bimbingan demi kelancaran proses pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, saya ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
5. Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Ria
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk penulis.
6. Prof. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep,
Sp.Mat, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan
masukan guna penyempurnaan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Orang tua, Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
doa pada penulis dalam penyusunan tesis ini.
9. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran
serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis
penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
Medan, 21 Januari 2015 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Bakung Tanjung Pura pada tanggal 1 Maret 1987
beragama Islam, anak pertama dari satu bersaudara dari pasangan Bapak Ilyas dan
Ibu Mariani.
Penulis menamatkan pendidikan, tahun 1999 dari SD Negeri 054932 Tanjung
Pura, tahun 2002 dari MTs Negeri Tanjung Pura, tahun 2005 dari SMA Negeri 1
Tanjung Pura, Tahun 2008 penulis menamatkan pendidikan D-III Kebidanan dari
Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat, dan tahun 2011 menamatkan
sarjana dari FKM Helvetia Medan. Penulis bekerja sebagai Staff Pengajar di
Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat sejak tahun 2009. Penulis
menikah dengan Hadi Wijaya Kusuma, S.Kom dan telah dikaruniai satu orang putri
yaitu Fairuz Alha. Penulis bertempat tinggal di Dusun Dahlia Rantau Panjang Desa
Teluk Bakung Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Selanjutnya pada Tahun 2012
penulis melanjutkan kuliah di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Hipotesis Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid ... 9
2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya ... 10
2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid ... 10
2.1.3 Fasilias Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 11
2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi ... 11
2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid ... 13
2.2 Tetanus ... 14
2.3 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 15
2.3.2 Umur ... 17
2.3.3 Pendidikan ... 18
2.3.4 Paritas ... 19
2.3.5 Pengetahuan ... 20
2.3.6 Sikap ... 21
2.4 Landasan Teori ... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ... 26
3.3 Populasi dan Sampel ... 27
3.3.1 Populasi ... 27
3.3.2 Sampel ... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.4.1 Jenis Data ... 28
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 31
3.5.1 Variabel ... 31
3.5.2 Definisi Operasional ... 32
3.6 Metode Pengukuran ... 33
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen ... 33
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen ... 35
3.7 Metode Analisis Data ... 35
3.7.1 Analisis Univariat ... 35
3.7.2 Analisis Bivariat ... 35
3.7.3 Analisis Multivariat ... 36
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 37
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo ... 37
4.1.1 Keadaan Geografis ... 37
4.1.2 Keadaan Demografi ... 38
4.1.3 Sarana Kesehatan ... 39
4.2 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 40
4.2.1 Umur ... 40
4.2.2 Pendidikan ... 41
4.2.3 Paritas ... 42
4.2.4 Pengetahuan ... 43
4.2.5 Sikap ... 45
4.3 Tindakan ... 47
4.4 Analisis Bivariat ... 48
4.4.1 Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 48
4.4.2 Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 49
4.4.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid ... 51
4.4.5 Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 52
4.5 Analisis Multivariat ... 53
BAB 5 PEMBAHASAN ... 55
5.1 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 55
5.1.1 Umur Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 55
5.1.2 Pendidikan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid... 57
5.1.3 Paritas Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 58
5.1.4 Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid... 61
5.1.5 Sikap Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 62
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
6.1 Kesimpulan ... 64
6.2 Saran ... 65
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 38
4.2 Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 39 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 40 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 41 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 42
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 43 4.7 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pertanyaan Dalam
Mengukur Pengetahuan Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 44
4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Tentang
Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 45 4.9 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pernyataan Dalam
Mengukur Sikap Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 46 4.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Melakukan
4.11 Tabulasi Silang Hubungan Umur Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 48
4.12 Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 49 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Paritas DenganTindakan Imunisasi
Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 50
4.14 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 51 4.15 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Tindakan Imunisasi
Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 52 4.16 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2 Kuesioner Penelitian
ABSTRAK
Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), pemotongan tali pusat alat berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Faktor predisposisi menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif survei dengan desain cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester III yaitu sebanyak 326 orang dan sampel sebanyak 144 orang l dengan cara
simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai sebagian besar tidak melaksanakan 101 (70,1%) dan melaksanakan 43 (29,9%). Variabel yang berhubungan adalah pendidikan (p-value 0,016) dan paritas dengan p-value (0,027), variabel yang lebih dominan adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.
Diharapkan bagi puskesmas Sambi Rejo untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, terutama pada ibu dengan pendidikan SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu paritas primipara agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toksoid.
ABSTRACT
There are still a lot of prospective mothers, especially those who reside in the remote area, who live in filthy condition; they lack of sterile equipment during childbirth since the process of childbirth is usually helped by traditional midwives (68%), they use bamboo for cutting umbilical cords (26%), and the incidence of tetanus in newborn babies occurs because pregnant mothers are not immunized by to toxoid tetanus. Predisposing factors illustrate that each individual has a tendency to use a different health care.
The objective of the research was to analyze the relation between predisposition factor and giving toxoid tetanus immunization to pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Public Health Centre, Binjai Subdistrict, Langkat District. The research was a quantitative survey with cross sectional design. The population was 326 trimester III pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Puskesmas, and 144 of the were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires to respondents and were filled out by them.
The result of the research showed that 101 respondents (70.1%) did not carry out toxoid tetanus immunization, and 43 respondents (29.9%) did it. The variables which were correlated were education (p-value = 0.016) and parity (p-value = 0.027); the variable which the most dominant iwas parity at regression coefficient value Exp (β) 3.895.
It is recommended that the management of Sambi Rejo Puskesmas provide counseling about the importance of giving toxoid tetanus (TT) immunization to pregnant mothers, especially those who are Elementary School and Junior High School graduates and have bad knowledge. Primipara parity mothers should increase the coverage of toxoid tetanus immunization.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan
Millenium (MDG’s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan
angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Angka kematian merupakan
indikator yang paling sering dijadikan sebagai standar atau tingkat keberhasilan
pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu, hampir semua kegiatan pembangunan
kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian (Prasetyawati, 2012).
Unsur kualitas hidup dan unsur-unsur mortalitas sangat mempengaruhi derajat
kesehatan yang optimal. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate
(IMR) merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan suatu wilayah, oleh karena itu hampir semua kegiatan pembangunan
kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian bayi. Berdasarkan data yang
diperoleh tahun 2012 di Kabupaten Langkat angka kematian bayi sebesar 3,17 per
1.000 kelahiran hidup, jumlah bayi yang mati sebanyak 70 jiwa dari 22.091 kelahiran
hidup.
Menurut BPS (2012), penyebab utama kematian bayi di negara berkembang
adalah tetanus neonatorum (TN). Untuk pencegahan tetanus neonatorum (TN) dapat
dilakukan dengan imunisasi yaitu suntikan tetanus toksoid (TT) yang diberikan
tetanus neonatorum (TN) di Indonesia dilaporkan sebanyak 114 kasus yang tersebar
di 20 propinsi, dengan jumlah meninggal akibat tetanus neonatorum (TN) tersebut
sebanyak 59 kasus. Kasus tetanus neonatorum (TN) paling banyak terjadi di Propinsi
Banten (32 kasus) dan Jawa Timur (29 kasus).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2012) terjadi
3 kasus tetanus neonatorum (TN), jumlah ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 11 kasus, 2010 yaitu 5 kasus dan tahun 2009
yaitu 6 kasus. Bila dilihat dari daerah terjadinya kasus, diketahui 2 kasus terjadi di
Kabupaten Labuhan Utara dan 1 kasus di kabupaten Tapanuli Tengah.
Pencegahan kasus tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi yang
merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh
lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus
dirawat di rumah sakit. Imunisasi sebaiknya dipandang bukan hanya sebagai upaya
klinik saja, namun harus dipandang sebagai intervensi epidemiologik dan dinilai
keberhasilannya dengan parameter epidemiologik, yaitu berapa banyak kasus dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta wabah yang dapat dihentikan
penularannya (IDAI, 2011).
Persentase anak yang terlindung dari tetanus neonatorum (TN) yaitu anak
yang ibunya berumur 20-34 tahun (61,2%), ibu yang tinggal di perkotaan (61,4%)
dan ibu yang pendidikan menengah keatas (63,5%) lebih besar kemungkinannya
tenaga kesehatan ketika melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu
lebih muda atau lebih tua. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan lebih besar
kemungkinannya untuk mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga medis
terlatih dibanding ibu yang tinggal di perdesaan (BPS, 2012).
Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut
Clostridium Tetani. Tetanus masuk ke tubuh melalui luka, pada bayi baru lahir
penyakit ini menginfeksi pada saat persalinan dan perawatan tali pusat yang dapat
menyebabkan kematian. Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang
tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari
kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan
masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), untuk pemotongan tali
pusat alat yang digunakan berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan
oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor
penyebab bayinya terkena tetanus (Kemenkes RI, 2011).
Ibu merupakan anggota keluarga yang paling rentan mengalami masalah
kesehatan. Pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil ke tenaga kesehatan secara teratur
sangat penting untuk kesehatan ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Hal ini
dilakukan guna menghindari risiko kehamilan yang tidak diinginkan sedini mungkin
baik terhadap kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sehingga ibu hamil
dapat bersalin dengan sehat dan melahirkan bayi yang sehat. Pemeriksaan kehamilan
dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas rahim), pemberian
tablet zat besi, serta imunisasi tetanus toksoid (TT) (BPS, 2012).
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi yaitu dengan
memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan vaksin (ketersediaan vaksin,
promosi kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan), pelayanan kesehatan ibu hamil
terutama pertolongan persalinan yang bersih oleh tenaga kesehatan dan perawatan tali
pusat yang bersih serta penguatan surveilans tetanus neonatorum (TN). Tetanus
neonatorum perlu dijadikan sebagai salah satu penyakit yang dilaporkan secara
mingguan dalam laporan system kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa.
Karena terjadinya satu kasus tetanus neonatorum dapat ditetapkan sebagai KLB
sehingga perlu dilakukan penanggulangan secepatnya (Kemenkes RI, 2012).
Beberapa permasalahan tentang pencapaian target imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal,
pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak
hamil) belum seragam, dan cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari
cakupan K4 (Kemenkes RI, 2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan Khoiri dkk
(2012), bahwa permasalahan belum tercapainya target cakupan imunisasi TT ibu
hamil ialah karena ibu hamil tidak lagi datang berkunjung ke posyandu sehingga
pemberian suntikan TT berikutnya tidak bisa diberikan, dan petugas kesehatan tidak
memberikan suntikan melalui kunjungan rumah.
Disamping itu masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya
serta bahaya yang akan dihadapi jika terkena infeksi tersebut yang dapat
menyebabkan kematian pada bayi. Jika semua ibu hamil mau melaksanakan
penyuntikan imunisasi tetanus toksoid maka angka kejadian infeksi tetanus pada ibu
nifas dan bayi baru lahir akan menurun secara drastis dan tingkat kesehatan penduduk
Indonesia akan meningkat (Syafrudin dkk, 2011).
Karakteristik ibu hamil meliputi umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan
berpengaruh terhadap penerimaan imunisasi tetanus toksoid (TT). Hasil penelitian
Pratiwi (2013) diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas
multipara sebanyak 20 orang (55,6%), hal ini disebabkan karena pada kelompok
paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat imunisasi TT terkait dengan
pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa kali mengalami kehamilan dan
persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada paritas primipara 16 orang
(44,4%) yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi TT.
Dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena
telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, hal ini akan membuat
keputusan yang lebih baik dalam bertindak.
Faktor predisposisi meliputi umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap
berhubungan dengan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil. Hasil
penelitian Maulida (2012) menyatakan bahwa sikap ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas Meutulang kecamatan Panton Reu kabupaten Aceh Barat berpengaruh
apabila didukung dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik akan hal tersebut
maka semakin positif sikap terhadap kesehatan.
Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten Langkat tahun
2012 yang terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah 30 puskesmas, cakupan ibu hamil
dengan imunisasi TT1 10.439 ibu hamil (41,9%), TT2 8.715 ibu hamil (35%). Data
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat diwilayah kerja Puskesmas
Sambi Rejo Tahun 2013 dari bulan Januari dan Februari yang mendapatkan TT1 pada
bulan Januari 2013 19 orang (2,04%), TT2 pada bulan Januari 17 orang (1,802%),
TT1 pada bulan Februari 0 orang, TT 2 pada bulan Februari 0 orang dengan sasaran
ibu hamil sebanyak 943 orang
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dari 7 orang ibu hamil
status tindakan penerimaan imunisasi tetanus toksoid tidak lengkap dengan alasan
adanya rasa takut terhadap efek samping dari imunisasi dan kurangnya pengetahuan
ibu tentang manfaat imunisasi tersebut. Sedangkan petugas kesehatan telah
memberikan penyuluhan dan menyediakan sarana untuk imunisasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian apakah faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan
sikap) berhubungan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas yang menjadi masalah
pada penelitian ini adalah : tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang
masih rendah.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan sikap)
terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
1.4Hipotesis Penelitian
Ada hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat
1.5Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi puskesmas untuk lebih
meningkatkan cakupan pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat.
Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu
hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki
antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan
melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus. Sedangkan Imunisasi
adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya
penyakit tertentu dan pemberiannya bisa berupa vaksin (Syafrudin, dkk, 2011).
Tetanus toksoid merupakan antigen yang aman untuk wanita hamil. Vaksin
tetanus toksoid terdiri dari toksoid atau bibit penyakit yang telah dilemahkan
diberikan melalui suntikan vaksin tetanus toksoid kepada ibu hamil. Dengan
demikian, setiap ibu hamil telah mendapat perlindungan untuk bayi yang akan
2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya
Pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang telah mendapatkan
imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada kehamilan sebelumnya atau pada saat calon
pengantin, maka imunisasi cukup diberikan 1 kali saja dengan dosis 0,5 cc pada
lengan atas. Bila ibu hamil belum mendapat imunisasi atau ragu, maka perlu
diberikan imunisasi tetanus toksoid sejak kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan
jadwal interval minimum 1 bulan (Fauziah &Sutejo, 2012).
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT
(difteri, pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada
usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 – 18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk
sekolah (4 – 6) tahun. Bagi orang dewasa, sebaiknya menerima booster dalam bentuk
TT (tetanus toksoid) setiap 10 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, wanita hamil dengan persalinan
berisiko tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua
sebaiknya diberikan 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua
sebaiknya diberikan paling tidak dua minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil
yang sebelumnya pernah menerima TT dua kali pada waktu calon pengantin atau
pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT satu kali saja (Cahyono,
2010).
Menurut BPS (2012), Kemenkes menerapkan program imunisasi pada ibu
K1 untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang salah satu programnya adalah
imunisasi tetanus toksoid (TT). Fauziah & Sutejo (2012) menyatakan bahwa TT1
belum memberikan kekebalan terhadap tetanus, empat minggu kemudian dilanjutkan
dengan TT2 untuk memberikan kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun.
2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh) standar
yaitu diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) lengkap. Menurut
WHO (1993) dalam Wahab & Julia (2002) TT (tetanus toksoid) adalah vaksin yang
sangat efektif, persentase kegagalannya sangat kecil, efektifitas dua dosis TT (tetanus
toksoid) selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum berkisar antara 80-100%.
Tetanus toksoid merangsang pembentukan antitoksin untuk menetralkan toksin
tetanus, anti toksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu
dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum.
Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikan tetanus toksoid dengan tujuan
merangsang tubuh membentuk antibodi. Ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi
tetanus toksoid mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan
kekebalan tersebut disalurkan melalui plasenta dan tali pusat kepada janin yang
dikandungnya, selain itu setelah melahirkan ibu tetap menyalurkan kekebalan
tersebut melalui air susu ibu (IDAI, 2011).
Vaksin tetanus diberikan pada bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun, ibu
preparat tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT,DT,
DTwP, DtaP) dan kombinasi dengan komponen lain seperti HiB dan hepatitis B.
Imunisasi pasif diindikasikan pada seseorang yang mengalami luka kotor,
diperoleh dengan memberikan serum yang sudah mengandung antitoksin heterolog
(ATS) atau antitoksin homolog (imunoglobulin antitetanus) (Cahyono, 2010).
2.1.3 Fasilitas Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid
Fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yaitu :
Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah sakit, Rumah bersalin, Polindes, Posyandu,
Rumah sakit swasta, Dokter praktek, dan, Bidan praktek. Laporan imunisasi dibuat
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (dalam buku KIA, rekam medis, dan/atau kohort)
(Kemenkes RI, 2013).
2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi
Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi). Imunitas (kekebalan) seseorang
terhadap penyakit infeksi terbentuk akibat respon tubuhnya terhadap mikroorganisme
penyebab penyakit. Sistem kekebalan tubuh mengenal mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur dan parasit yang disebut antigen (IDAI, 2011).
Manusia dapat terhindar atau sembuh dari serangan penyakit infeksi karena
telah dilengkapi dengan 2 sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem kekebalan non
spesifik dan kekebalan spesifik. Disebut sebagai sistem imun non spesifik karena
sistem kekebalan tubuh kita tidak ditujukan terhadap mikroorganisme atau zat asing
- Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung – yang
berfungsi untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke saluran napas
bawah.
- Pertahanan biokimiawi – air susu ibu yang mengandung laktoferin –
berperan sebagai anti bakteri
- Interferon – pada saat tubuh kita kemasukan virus, maka sel darah putih
akan memproduksi interferon untuk melawan virus tersebut
- Apabila mikroorganisme masuk ke tubuh, maka sistem kekebalan
non-spesifik yang diperankan oleh pertahanan selular (monosit dan makrofag)
akan menangkap, mencerna dan membunuh mikroorganisme tersebut.
Apabila sistem kekebalan non-spesifik tidak mampu menghentikan serangan
mikroorganisme, maka sistem kekebalan spesifik akan diaktifkan. Yang dimaksud
dengan sistem kekebalan spesifik adalah cara bekerja sistem kekebalan tubuh secara
khusus ditujukan untuk menangkal mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan
spesifik dimainkan oleh dua komponen utama, yaitu sel T dan sel B. Sistem
kekebalan spesifik tidak mengenali seluruh struktur utuh mikroorganisme melainkan
sebagian protein saja yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh. Bagian dari
struktur protein mikroorganisme yang dapat merangsang sistem kekebalan spesifik
disebut dengan antigen. Adanya antigen akan merangsang diaktifkannya sel T atau
sistem kekebalan selular. Selanjutnya sel T ini akan memacu sel B atau sel humoral
untuk mengubah bentuk dan fungsi menjadi sel plasma yang selanjutnya akan
dengan sel memori yang berfungsi untuk mengenali antigen, semakin sering tubuh
kontak dengan antigen dari luar maka semakin tinggi pula peningkatan kadar anti
bodi tubuh (Cahyono, 2010).
Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen penyakit,
vaksin diberikan pada saat imunisasi. Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat
imunisasi adalah keseimbangan kondisi tubuh yang sehat sehingga pembentukan
imunogenisitas dan reaktogenisitas terbentuk sempurna dan kejadian komplikasi yang
terjadi lebih minimal (Lisnawati, 2011).
2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid
Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat suntikan. Tetanus toksoid adalah antigen
yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin
apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Efek samping tersebut
berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan
tindakan/pengobatan (Cahyono, 2010).
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau telah digunakan berulang kali
dapat meyebabkan penyakit. Oleh karena itu penggunaan alat harus steril khususnya
2.3 Tetanus
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh toksin tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran, tetanus masuk kedalam tubuh melalui luka, gigitan
serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat
(Rampengan, 2008).
Tetanus pada bayi baru lahir terjadi karena tali pusat terinfeksi oleh kuman
tetanus, akibat pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih. Pada anak,
bakteri ini masuk melalui luka dalam yang tidak diobati dengan baik. Pada bayi baru
lahir toksin Clostridium tetani menyebabkan bayi sulit minum karena kekakuan otot
mulut dan badan yang kejang kaku. Keadaan ini dapat menimbulkan kematian pada
bayi yang terkena tetanus tersebut. Tetanus pada bayi baru lahir ini disebut tetanus
neonatorum (TN).
Pada anak besar juga dapat terjadi tetanus yang menyebabkan kejang kaku,
mulanya karena rangsangan sentuh, suara keras, akhirnya bisa juga terjadi kejang
spontan tanpa rangsangan apapun dapat saja anak kejang. Anak dengan tetanus juga
dapat terjadi kesulitan untuk makan dan minum, selain itu tetanus dapat juga
menyerang otak yang menyebabkan penyakitnya menjadi lebih berat lagi. Hal-hal
2.4 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Faktor predisposisi (predisposing factors) yang menggambarkan fakta bahwa
setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda yang digolongkan atas :
a. Demografi
Variabel demografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Menurut Notoatmodjo
(2003) menyatakan bahwa variabel-variabel sosiodemografi digunakan sebagai
ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, jenis kelamin) dan
siklus hidup (status perkawinan dan jumlah keluarga) dengan asumsi bahwa
perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan
akan berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.
b. Struktur sosial
Variabel struktur sosial terdiri dari pendidikan, pekerjaaan, etnis, hubungan sosial
dan kebudayaan. Variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kesukuan
mencerminkan keadaan sosial dan individu atau keluarga dalam masyarakat
penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup itu yang
ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Individu-individu yang
berbeda etnis atau suku, pekerjaan, tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan
c. Kepercayaan terhadap kesehatan
Variabel kepercayaan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat
individu peduli dan mencari layanan kesehatan.
Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Untuk perilaku kesehatan
misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan
kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri
dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai
masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa
kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk
suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut
faktor pemudah.
Menurut Pratiwi (2013) kelengkapan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah
pendidikan, paritas, pengetahuan. Selain itu menurut Nanda (2013), dalam pelayanan
ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil akan diberikan imunisasi
tetanus toksoid sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadi
merupakan suatu keharusan pada ibu hamil. Namun sampai saat ini masih ada ibu
hamil yang kurang memperhatikan faktor dan hal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah masih ada ibu hamil yang
belum mengikuti program imunisasi tetanus toxoid (TT) yang seharusnya didapatkan
2 kali pada masa kehamilan.
Program imunisasi merupakan program prioritas pemerintah. Imunisasi
tetanus toksoid ibu hamil mempunyai peran yang besar dalam menurunkan angka
kematian bayi khususnya pada umur 0-28 hari. Imunisasi tetanus toksoid ibu hamil
efektif memberikan perlindungan pada bayi dan ibu hamil, bila ibu hamil mendapat
imunisasi yang lengkap maka kemungkinan untuk terjadi komplikasi penyakit tetanus
neonatorum menjadi sangat kecil.
2.3.1 Umur
Umur adalah bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun
terakhir seseorang melakukan aktifitas. Umur seseorang demikian besarnya dalam
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Perbedaan pengalaman terhadap
masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur
individu tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut Hidayat (2003) umur yaitu usia
individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin
cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja.
Hasil penelitian Wijayanti, dkk (2013) menyatakan bahwa umur seseorang
akan timbul karena pengalaman dan kematangan jiwa yang mayoritas ibu hamil yang
menerima imunisasi tetanus toksoid berusia 20-35 tahun.
2.5.2 Pendidikan
Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut
Fitriani (2011) pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan
berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara
kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan
kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. Hal ini sesuai dengan semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan
yang lebih luas. Individu yang berpendidikan memiliki kesadaran yang lebih tinggi
terhadap manfaat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan dan memiliki informasi
tentang pengobatan medis modern serta memiliki kapasitas yang lebih besar dalam
mengenali penyakit tertentu. Jadi kesehatan bukan hanya disadari dan disikapi
Nanda (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka
semakin baik pula pengetahuannya tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid. Hal
ini menggambarkan responden yang berpendidikan tinggi maka wawasannya semakin
terbuka semakin mudah untuk memahami suatu informasi.
2.5.3 Paritas
Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan.
Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup
ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya.
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan
menjadi:
a. Primipara, yaitu wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali
b. Multipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat
kali
c. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali
atau lebih
Paritas mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki
beberapa orang anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru
memiliki anak satu atau dua. Nanda (2013) menyatakan bahwa paritas ibu
mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki beberapa orang
anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru memiliki 1 orang
Hasil penelitian Pratiwi (2013) menyatakan bahwa menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara paritas dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid. Hasil
penelitian diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas multipara hal ini
disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat
imunisasi tetanus toksoid terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa
kali mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada
paritas primipara yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi
tetanus toksoid.
2.5.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang, tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi
perilaku individu daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003) Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,
mencari pengobatan, bagaimana cara penularan penyakit dan bagaimana cara
pencegahan.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi
kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahaya
merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan pentingnya istirahat yang
cukup, relaksasi, rekreasi bagi kesehatan.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi : manfaat air bersih,
cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan rumah yang sehat,
dan akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan.
2.5.5 Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap objek
tertentu. Individu yang dalam hal ini adalah ibu hamil yang memiliki sikap
mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai
sikap yang menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab.
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Sebaliknya, bila ibu memiliki sikap yang tidak
mendukung terhadap suatu objek maka ia akan menyatakan sikap yang menunjukkan
atau memperlihatkan penolakan.
Maulida (2012) menyatakan sikap sangat menentukan seseorang kearah yang
imunisasi tetanus toksoid baik di puskesmas maupun di posyandu untuk
memanfaatkan segala pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil.
Menurut Wijayanti, dkk (2012) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil tentang
imunisasi mempunyai sikap positif terhadap imunisasi tetanus toksoid. Terutama
pada sikap mengenai pemberian imunisasi tetanus toksoid, hal ini terjadi karena
beberapa faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan sosial budaya. Dari dua faktor
tersebut meskipun ibu memiliki pengetahuan yang cukup namun karena sikap ibu
positif maka status imunisasi tetanus toksoid lengkap.
1. Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap suatu
objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah
ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya
adalah apa yang akan dilakukan ibu apabila bayinya terkena infeksi tetanus.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Contoh seorang ibu mendengar (tahu) penyakit tetanus
sebagainya). Pengetahuan akan membawa ibu hamil untuk berpikir dan
berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit tetanus.
Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu
tersebut berniat (kecendrungan bertindak) untuk menerima imunisasi tetanus
toksoid agar bayinya tidak terkena tetanus neonatorum. Ibu hamil ini
mempunyai sikap tertentu yaitu berniat meneriman imunisasi tetanus toksoid.
2.6 Landasan Teori
Penelitian ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green.
Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.
Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi dukungan sosial pada ibu hamil terhadap kelengkapan
imunisasi tetanus toksoid yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, dan
[image:44.612.132.524.242.569.2]dukungan fasilitas pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Gambar 2.1 Teori Lawrence Green Sumber : Notoatmodjo, 2003 dan Pengembangan Penulis
Faktor Predisposisi
1. Demografi (Umur, Pendidikan, Paritas)
2. Pengetahuan 3. Sikap
Faktor Pemungkin
1. Sarana 2. Prasarana
Perilaku Kesehatan
Faktor Penguat
1. Tokoh masyarakat, tokoh agama 2. Sikap petugas kesehatan
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini
[image:45.612.126.534.215.381.2]dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Faktor yang mempengaruhi tindakan imunisasi tetanus toksoid diantaranya
adalah faktor predisposisi ibu yang meliputi : umur, pendidikan, paritas, pengetahuan
dan sikap. Faktor predisposisi tersebut dapat mempermudah ibu hamil untuk
melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Faktor pemungkin adalah fasilitas
kesehatan yang tidak berbeda bagi seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sambi Rejo begitu juga dengan faktor penguat, jadi faktor pemungkin dan faktor
penguat tidak termasuk dalam kerangka konsep penelitian.
Faktor Predisposisi
1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Pengetahuan
5. Sikap
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.7Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei dengan desain cross
sectional, bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi terhadap
tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi
Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
3.8Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa proporsi tindakan imunisasi
tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo belum
tercapai atau belum sesuai dengan target imunisasi tetanus toksoid (TT).
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari pengumpulan data sampai
3.9Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat dan tercatat di Puskesmas Sambi Rejo yaitu sebanyak 326 orang ibu hamil
trimester III di bulan Oktober tahun 2014.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebagian dari populasi, pengambilan sampel
menggunakan teknik simple random sampling. Besar sampel yang akan diteliti
dihitung menggunakan rumus Lemeshow, et al (1997), sebagai berikut:
� = [�1−�
2��0
(1− �0) +�1−����(1− ��)]2 (��− �0)2
Keterangan:
n : Besar sampel minimal
�1−�/2 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 0,05 (1,96) �1−� : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β 80% (0,842)
�0 : Proporsi ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus
toksoid (TT) 72% (Dinas Kesehatan Kab. Langkat tahun 2012)
�� : Perkiraan proporsi ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi
tetanus toksoid (TT) 82%
�� − �0 : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam
penelitian ini dapat dikalkulasikan sebagai berikut :
�= [1,96�0,72(1−0,72) + 0,842�0,82(1−0,82)] 2
(0,82−0,72)2 �= 1,448469185
0,01
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 144 ibu hamil.
Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling (acak
sederhana), yaitu pengambilan sampel paling sederhana, seluruh ibu hamil di setiap
desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo diseleksi secara acak
dengan pemilihan kriteria. Nama ibu hamil, dan alamat diketik menggunakan
komputer sampai jumlah sampel yang diinginkan tercukupi dengan rumus
RANDBETWEEN.
Adapun kriteria inklusi bagi responden untuk bisa dijadikan sampel dalam
penelitian adalah :
a. Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Bersedia menjadi sampel penelitian
3.10 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer diperoleh dari responden menggunakan kuesioner yang dibagikan
ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.
2. Data Sekunder diperoleh dari dokumen Puskesmas Sambi Rejo dan dari profil
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan
reliabel sebagai alat pengumpul data maka akan dilakukan uji coba pada 30 ibu hamil
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Alasan
pemilihan lokasi ini karena memiliki karakteristik yang sama dan relatif dekat dengan
wilayah penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan cara menguji isi kuesioner setiap item
pertanyaan dengan skor total variabel yang dilihat dari nilai corrected item total
correlation dengan nilai tabel r pada df=30-2=28 dan α=0,05 sebesar 0,361.
Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis
dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat
ukur menggunakan Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari
satu kali pengukuran dengan ketentuan bila Cronbach Alpha > 0,60, maka
dinyatakan reliabel dan bila Cronbach Alpha < 0,60 maka butir soal dinyatakan
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Sub Variabel Nilai Corrected Item-Total Keterangan
Pengetahuan1 0.392 Valid
Pengetahuan2 0.467 Valid
Pengetahuan3 0.444 Valid
Pengetahuan4 0.581 Valid
Pengetahuan5 0.705 Valid
Pengetahuan6 0.496 Valid
Pengetahuan7 0.422 Valid
Pengetahuan8 0.515 Valid
Pengetahuan9 0.613 Valid
Pengetahuan10 0.543 Valid
Pengetahuan11 0.549 Valid
Pengetahuan12 0.778 Valid
Pengetahuan13 0.477 Valid
Pengetahuan14 0.401 Valid
Cronbach Alpha 0,742 Reliabel
Pada tabel 3.1 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan nilai
corrected item total correlation lebih besar dari nilai tabel (tabel r =0,361), artinya
seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
Sub Variabel Nilai Corrected Item-Total Keterangan
SIKAP1 0,538 Valid
SIKAP2 0,421 Valid
SIKAP3 0,517 Valid
SIKAP4 0,705 Valid
SIKAP5 0,617 Valid
SIKAP6 0,398 Valid
SIKAP7 0,396 Valid
SIKAP8 0,403 Valid
SIKAP9 0,521 Valid
SIKAP10 0,534 Valid
SIKAP11 0,673 Valid
SIKAP12 0,494 Valid
Cronbach Alpha 0,742 Reliabel
Pada tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan nilai
corrected item total correlation lebih besar dari nilai tabel (tabel r =0,361), artinya
seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan
semuanya valid dan reliabel.
3.11 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur,
pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap). Variabel terikat dalam penelitian ini
3.5.2. Definisi Operasional
1. Tindakan imunisasi tetanus toksoid adalah suatu perwujudan dari sikap untuk
melakukan suntikan imunisasi tetanus toksoid “Ya” dan “Tidak”.
2. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah seorang ibu hamil
untuk melakukan tindakan, yang mencakup :
a. Umur adalah lamanya hidup ibu hamil yang dihitung dalam tahun.
b. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal terakhir yang telah diselesaikan ibu
hamil.
c. Paritas adalah jumlah melahirkan anak.
d. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT yang
meliputi pengertian, manfaat, jadwal pemberian imunisasi, efek samping dan
tempat pemberian imunisasi.
e. Sikap adalah pendapat atau penilaian ibu hamil yang dinyatakan dengan
setuju, ragu-ragu dan tidak setuju terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
3.12 Metode Pengukuran
Metode Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen
1. Umur Ibu Hamil
Variabel umur dibagi atas 3 kategori yaitu (Prasetyawati, 2012) :
1. Umur < 20 tahun
2. Umur 20 – 34 tahun
3. Umur ≥ 35 tahun
Skala : Nominal
2. Pendidikan Ibu Hamil
Dalam penelitian ini untuk pengukuran tingkat pendidikan dibagi atas
2 kategori yaitu (UU RI No.20 tahun 2003) :
1. Pendidikan Dasar (SD, SMP sederajat)
2. Pendidikan Lanjut (SMA, Perguruan Tinggi/Akademi)
Skala : Ordinal
3. Paritas
Paritas seorang ibu dapat dibedakan menjadi :
1. Primipara adalah ibu yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali
2. Multipara adalah ibu yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat kali
4. Pengetahuan
Pengetahuan ibu hamil diukur melalui 14 pertanyaan yang telah
disediakan. Setiap jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi nilai
0, sehingga total berkisar 0-14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dibagi atas
2 kategori :
1. Baik : jika skor jawaban > 75% dalam interval 11 – 14
2. Kurang baik : jika skor jawaban ≤ 75% dalam interval 0 – 10
Skala : Ordinal
5. Sikap
Pengukuran sikap yaitu dengan 12 buah pernyataan. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuan terhadap suatu kejadian. Diberi skor 3 jika responden
menjawab setuju, diberi skor 2 jika responden menjawab ragu-ragu, dan skor
1 jika menjawab tidak setuju. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat
dicapai responden adalah 36, diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :
1. Baik : jika jawaban responden > 75% memiliki total skor
30 – 36
2. Kurang baik : jika jawaban responden ≤ 75% memiliki total skor
12 – 29
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yaitu tindakan imunisasi ibu hamil dengan
menggunakan data dari kuesioner dengan jawaban Ya dan Tidak.
1. Ya : Apabila melaksanakan tindakan imunisasi tetanus toksoid dua
kali (TT1 dan TT2)
2. Tidak : Apabila tidak melaksanakan tindakan imunisasi tetanus
toksoid dua kali (TT1 dan TT2)
Skala : Nominal
3.7Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi
frekuensi berdasarkan persentase untuk masing-masing variabel yaitu faktor
predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap ibu hamil), dan
variabel tindakan imunisasi tetanus toksoid.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel
independen dengan dependen, kemudian dilihat hubungan antar kedua variabel
dengan menggunakan uji Chi Square dengan ketentuan jika nilai expected count
kurang dari 5 < 20%, dan jika nilai expected count kurang dari 5 > 20% digunakan
3.7.3 Analisis Multivariat
Bila hasil uji chi square p < 0,25 maka variabel tersebut diikutsertakan dalam
uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Analisis
multivariat, yaitu analisis lanjutan yang memungkinkan dilakukan untuk mengetahui
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo
Berdasarkan Kemenkes RI No. 128/Menkes/RI/SK/II/2004 tentang kebijakan
dasar kesejahteraan masayarat bahwa puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes RI, 2004).
Puskesmas Sambi Rejo merupakan salah satu dari 23 puskesmas yang berada
di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara.
4.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Sambi Rejo beralamat di Jl.T. Amir Hamzah Desa Sambi Rejo
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan jarak 8 km dari Kota Binjai dan 23 km
dari kota Stabat ibukota Kabupaten Langkat. Luas wilayah kerja puskesmas Sambi
Rejo 450 km2
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kwala Gumit
meliputi 6 desa dan 1 kelurahan, dengan batas-batas sebagai berikut :
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Binjai
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Sendang Rejo
4.1.2 Keadaan Demografi
Berdasarkan hasil laporan puskesmas Sambi Rejo tahun 2014 jumlah
penduduk yang berada di wilayah kerja puskesmas Sambi Rejo 42791 jiwa.
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Nama Desa Jumlah Penduduk
Sambi Rejo Sendang Rejo Sido Mulyo Tanjung Jati Perdamaian Kwala Gumit Suka Makmur
6.853 6.522 7.448 6.959 6.331 5.037 3.641
Total 42.791
Sumber : Puskesmas Sambi Rejo, 2014
Tabel 4.1 menyatakan jumlah penduduk terbanyak di wilayah kerja
puskesmas Sambi Rejo yaitu di desa Sido Mulyo sebanyak 7.448 jiwa dan terendah di
[image:58.612.119.525.236.367.2]4.1.3 Sarana Kesehatan
Puskesmas Sambi Rejo mempunyai sarana kesehatan untuk membantu kerja
dari puskesmas seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.2 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1 Puskesmas Pembantu
- Perdamaian - Suka Makmur - Tanjung Jati - Sido Mulyo
1 1 1 1 2 Polindes
- Kwala Gumit - Sendang Rejo
1 1
[image:59.612.114.528.235.368.2]Sumber : Puskesmas Sambi Rejo, 2014
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Puskesmas