BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan untuk memperbaiki fungsi
mastikasi, bicara dan estetis seseorang, tetapi perawatan ortodonti dapat juga
menyebabkan komplikasi karena terjadinya kesukaran di dalam penjagaan higiena
oral.9 Piranti ortodonti cekat dapat membentuk daerah retensi yang baru bagi plak
maupun debris dan juga meningkatkan jumlah mikroba sehingga akumulasi plak
dalam rongga mulut meningkat.10 Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi
gingivitis meningkat pada pemakai piranti ortodonti cekat.
2.1 Definisi piranti ortodonti cekat.
11
Piranti ortodonti cekat merupakan suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi
dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Piranti ortodonti cekat ini mampu
menggerakkan gigi dengan beberapa macam gerakan seperti rotasi, tiping, intrusi,
ekstrusi dan juga dapat menggerakkan akar gigi. Oleh karena itu, piranti ortodonti
cekat dapat digunakan untuk merawat maloklusi. Kekurangan dalam pemakaian
ortodonti cekat ini adalah penjagaan higiena oral menjadi lebih sukar. Plak dan debris
makanan cenderung untuk berakumulasi diantara perlekatan piranti dengan gigi
sehingga semakin sukar untuk pasien membersihkan gigi. Hal tersebut memicu
2.2 Definisi Gingivitis
Gingivitis merupakan suatu kondisi inflamasi pada jaringan ikat disekeliling
gigi ataupun gingiva yang belum melibatkan destruksi struktur periodontal
pendukung yaitu ligamen periodontal,tulang alveolar, dan sementum.
2.3 Resesi Gingiva
13
Resesi gingiva pada satu gigi atau beberapa gigi sering menjadi suatu
permasalahan umum. Gingiva yang mengalami resesi mungkin terinflamasi atau
bebas dari penyakit tergantung ada atau tidak iritasi lokal yang bisa menyebabkan
resesi gingiva. Terdapat banyak faktor etiologi terjadinya resesi gingiva antaranya
adalah kesalahan di dalam prosedur menyikat gigi, malposisi gigi, inflamasi gingiva
dan pelekatan frenulum yang abnormal. Resesi gingiva terjadi pada gigi yang berada
dalam posisi labio versi dan pada gigi yang mengalami rotasi atau miring sehingga
menyebabkan akar gigi tersebut mengarah ke arah labial. Gigitan terbuka anterior
juga meningkatkan prevalensi resesi gingiva. Resesi gingiva bisa terjadi sewaktu
berada dalam fase transisi erupsi gigi atau dalam perawatan ortodonti dan akan
terkoreksi dengan sendirinya jika gigi sudah berada dalam susunan yang benar.
Resesi pada interproksimal gingiva menyebabkan masalah dalam penjagaan higiena
oral sehingga menyebabkan akumulasi plak terjadi.
2.4 Hiperplasia Gingiva
13
Hiperplasia Gingiva atau pembesaran gingiva merupakan akibat dari
perubahan inflamasi gingiva kronis maupun akut. Inflamasi gingiva kronis pada
pada margin gingiva gigi yang terlibat. Penggembungan tersebut bisa membesar
sehingga bisa menutup sebagian dari mahkota gigi. Pembesaran gingiva tersebut bisa
secara lokalisata atau generalisata dan akan berkembang secara perlahan dan tanpa
rasa sakit kecuali disebabkan oleh infeksi akut atau trauma. Pembesaran inflamasi
kronis gingiva adalah disebabkan karena pemaparan yang panjang terhadap plak
dental. Faktor yang mendukung akumulasi dan retensi plak adalah termasuk higiena
oral yang buruk disebabkan oleh restorasi yang tidak benar dan pemakaian piranti
ortodonti sewaktu perawatan ortodonti.
2.5 Faktor-faktor terjadinya gingivitis
13
Gingivitis merupakan reaksi inflamasi yang paling umum pada gingiva yang
disebabkan oleh kolonisasi bakteri plak pada permukaan gigi dan invasi
mikroorganisme ke dalam sulkus gingiva. Kondisi gingiva yang sudah mengalami
gingivitis adalah oedematous, konsistensinya lunak dan mudah berdarah apabila
diprobing.14
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat
antara insiden terjadinya gingivitis dengan higiena oral. Perubahan inflamasi pada
margin gingiva disebabkan oleh akumulasi bakteri periodontopathogenic pada
permukaan gigi. Kebanyakan individu secara klinis menghasilkan gingivitis setelah
10-21 hari pertumbuhan biofilm bakteri secara terus menerus. Jika dalam tempo
waktu tersebut bakteri biofilm disingkirkan dan kontrol plak secara efektif
dilaksanakan maka inflamasi gingiva tidak akan terjadi.
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya gingivitis yaitu oral
higiene yang jelek, kebiasaan merokok, infeksi, konsumsi obat-obatan, perubahan
hormonal, kekurangan nutrisi dan penyakit sistemik.
Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke
permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut. Proses pembentukan
plak dibagi atas tiga tahap yaitu:
i.Pembentukan pelikel dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari
pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi ( cekat
maupun lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari
saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan
debris.
Komponen khas pelikel pada berbagai daerah adalah bervariasi komposisinya.
Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk ( dua jam) menunjukkan
bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal mana berarti
bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.
Mekanisme yang terlibat dalam pembentukan pelikel enamel adalah tekanan
elektrostatis, tekanan van der waals, dan tekanan hidrofobik. Permukaan
hidroksiapatit didominasi oleh grup fosfat yang bermuatan listrik negatif yang
secara langsung atau tidak langsung berinteraksi dengan komponen makromolekul
saliva dan cairan sulkular yang bermuatan listrik positif.
16
Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif yang bertindak sebagai
pelumas permukaan dan mencegah desikasi ( pengeringan) jaringan. Selain itu,
pelikel merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat.
16
ii.Kolonisasi awal dan perlekatan bakteri pada permukaan gigi.
Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri
yang pertama sekali mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah
didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif seperti Actinomyces
viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel
dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan
bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Sebagai
contoh, sel-sel Actinomyces viscosus memiliki struktur protein yang fibrous yang
dinamakan fimbria yang menjulur dari permukaan sel bakteri. Adhesin protein pada
fimbria tersebut berikatan dengan protein kaya-prolin yang terdapat pada plak
dental sehingga terjadi perlekatan sel bakteri ke permukaan gigi yang dibalut
pelikel.
Massa plak kemudian mengalami permatangan bersamaan dengan
pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan
spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm,
yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif
gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan
adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.
16
iii.Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
16
Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai
pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Provotella intermedia,
Provotella loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobakterium nucleatum dan
Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam
massa plak. Proses perlekatannya adan berupa interaksi stereokemikal yang sangat
spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada permukaan
sel bakteri dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal dari tekanan hidrofobik,
tekanan elektrostatis dan tekanan van der waals.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke
bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Koagregasi pengkoloni sekunder
ke bakteri pengkoloni awal terjadi antara Fusobacterium nucleatum dengan
Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscosus dan
Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus. Pada stadium akhir
pembentukan plak yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif,
misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas
gingivalis.
16
2.6 Mekanisme terjadinya gingivitis pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat.
16
Menurut penelitian Sheibanina A, Saghiri MA, dkk, penyakit periodontal
merupakan kompromi sejumlah inflamasi dan proses degeneratif struktur pendukung
periodontal termasuk gingivitis, resesi gingiva, perdarahan gingiva dan hiperplasia
gingiva25
Menurut penelitian Naranjo dkk, pemakaian piranti ortodonti cekat
mikroflora aerob menjadi mikroflora anaerob yang membahayakan integritas jaringan
lunak dan keras. Dalam penelitian klinis, peningkatan insiden lesi dan gingivitis
generalisata ditemukan pada pasien yang sedang menjalani perawatan ortodonti
cekat.
Penelitian Hagg dkk dan Boyd dkk menunjukkan bahwa perubahan ekologi
dalam mikrobiota oral berpengaruh terhadap komposisi, aktivitas metabolik dan
patogenitas biofilm dengan jumlah daerah retentif bagi plak yang tinggi dan kesulitan
di dalam menyingkirkan plak dan menjaga higiena oral.
17
Menurut penelitian Eliades dkk dan Anhoury dkk telah diobervasi bahwa
material dan permukaan piranti cekat dapat mempengaruhi perlekatan bakteri dan
kapasitas retensi plak.
17
Penelitian Hannig menunjukkan bahwa pembentukan pelikel terjadi dari
biopolimer saliva yang terabsorbasi setelah terpaparnya semua jaringan keras dan
lunak dalam rongga mulut.
17
Menurut penelitian Bussher dan Van der Mei dan Bos dkk menunjukkan
bahwa lapisan pertama ini terbentuk diantara permukaan gigi dengan kolonisasi
mikroorganisme.
17
17
Penelitian Liljemark dan Bloomduist menunjukkan bahwa kolonisasi awal
bakteri adalah pre-kondisi untuk pembentukan biofim yang matang. Jika plak/biofilm
tidak disingkirkan dalam waktu 72 jam, plak akan mengeras menjadi kalkulus dan
tidak dapat dibersihkan dengan cara menyikat gigi dan flossing sehingga dapat
menyebabkan terjadinya gingivitis.
Penelitian epidemiologi telah menunjukkan hubungan signifikan antara
keparahan penyakit periodontal dengan jumlah plak dental dan tahap oral higiene
dengan penyebab dan hubungan diantara pembentukan dan penumpukan plak dengan
pembentukan gingivitis.
2.7 Kerangka Teori
18-2
Pemakaian piranti ortodonti cekat
Sukar memelihara higiena oral
Akumulasi plak daerah retensi plak
Kolonisasi bakteri plak
Invasi bakteri ke daerah subgingiva
2.8 Kerangka Konsep
2.9 Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis nol yaitu :
1. Tidak ada hubungan antara piranti ortodonti cekat dengan kondisi
periodontal.
Status periodontal :
- Indeks Plak
- Indeks Oral Higiene Simplified
(OHIS)
- Indeks Gingiva
- Indeks Perdarahan papila dimodifikasi
(IPPD)
- Indeks resesi gingiva
- Indeks hiperplasia gingiva Pemakai piranti ortodonti