• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teknologi Informasi

Definisi teknologi menurut beberapa pendapat seperti Harahap (1982),

menyatakan bahwa teknologi adalah (1) Ilmu yang menyelidiki cara-cara kerja

dalam teknik (2) Ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik-pabrik dan

industri-industri. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Salim (1985),

mengatakan bahwa teknologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan

dengan industri bangunan, mesin-mesin dan sebagainya.

Sedangkan menurut Rogers (dalam Seels, 1994) teknologi adalah suatu

rancangan langkah instrumental untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan

sebab-akibat dalam mencapai hasil yang diharapkan. Menurut Saliman, (1993)

teknologi adalah ilmu pengetahuan mengenai pembangunan dan industri.

Pendapat berbeda dikemukakan Miarso (2007), mengatakan teknologi

adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau

menghasilkan suatu produk, produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk

lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian dari suatu sistem.

Teknologi informasi menurut Haag dan Keen (1996), mengatakan bahwa

teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu manusia bekerja

dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan

pemprosesan informasi. Sedangkan menurut Martin (1999) teknologi informasi

tidak hanya terbatas pada teknologi komputer software, hardware yang digunakan

(2)

komunikasi untuk mengirim informasi. Ada juga pendapat yang dikemukakan

oleh William dan Sawyer (2003), teknologi informasi adalah teknologi yang

menggabungkan komputasi atau komputer dengan jalur komunikasi berkecepatan

tinggi yang dapat membawa data, suara dan video serta data digital lainnya.

Menurut Bodnar dan Hopwood (dalam Rahmawati, 2008) bahwa

teknologi informasi meliputi teknologi komputer (computing technology) dan

teknologi komunikasi (communication technology) yang digunakan untuk

memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau

nonfinansial. Sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi informasi adalah segala

cara atau alat yang terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah

dan mengirim atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam

berbagai format yang bermanfaat bagi pemakainya.

Teknologi informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting karena

sudah banyak organisasi yang menerapkan teknologi informasi untuk mendukung

kegiatan organisasi. Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau

organisasi tentunya memiliki tujuan yang berbeda karena penerapan teknologi

informasi pada suatu organisasi adalah untuk mendukung kepentingan usahanya.

Adapun yang menjadi tujuan dari adanya teknologi informasi menurut Sutarman

(2009), “tujuan TI untuk memecahkan masalah, membuka kreativitas, dan

meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pekerjaan”.

Teknologi informasi berperan penting untuk meningkatkan kualitas

informasi dan juga sebagai alat bantu maupun strategi yang tangguh untuk

mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat serta untuk

(3)

Selain itu teknologi informasi juga berperan penting bagi perusahaan untuk

mengefisiensikan waktu dan biaya yang secara jangka panjang akan memberikan

efisiensi waktu dan keuntungan ekonomis yang sangat tinggi.

Untuk dapat memahami hubungan antara teknologi informasi dengan

kinerja individu menurut Sugeng dan Indriantoro (dalam Rahmawati, 2008)

berpendapat bahwa perlu adanya model teoritis komprehensif yang kuat dimana

didalamnya tercakup variabel-variabel yang secara signifikan menjadi predictor

langsung maupun tidak langsung bagi kinerja individu. Menurut Theory of

Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

seseorang adalah perkiraan dari intensitas dan tindakannya dimana seseorang akan

menggunakan teknologi informasi jika hal itu bermanfaat dan meningkatkan

kinerjanya dan begitu pula sebaliknya. Manfaat dari teknologi informasi ini baru

dapat dirasakan jika pengguna teknologi informasi tersebut “menyadari”

manfaatnya, Ficher (dalam Rahmawati, 2008). Perkembangan teknologi informasi

yang sangat cepat dalam lingkungan kerja menyebabkan pemanfaatan teknologi

informasi menjadi kebutuhan yang mendesak.

Hubungan teknologi informasi dengan kinerja menurut Lee, dkk (dalam

Kusumo, 2009), “(1) individual IT knowledge and both traditional and electronic

communication methods significantly contribute to the internal process

performance of small firms; (2) internal process performance, organizational IT

knowledge, and electronic communication methods affect customer performance;

and (3) financial performance is affected by process and customer performance”.

Menurut mereka (1) pengetahuan seseorang terhadap IT secara tradisional

(4)

internal perusahaan kecil; (2) kinerja proses internal, organisasi TI pengetahuan,

dan metode komunikasi elektronik mempengaruhi kinerja pelanggan, dan (3)

kinerja keuangan adalah dipengaruhi oleh proses dan kinerja pelanggan.

Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau organisasi

tentunya memiliki tujuan yang berbeda karena penerapan teknologi informasi

pada suatu organisasi adalah untuk mendukung kepentingan usahanya. Peran

teknologi informasi bagi suatu perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan

kategori, Mulyadi dan Johny (2001), ada 5 peranan mendasar teknologi informasi

disuatu perusahaan, yaitu:

1. Fungsi operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping, karena telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi.

2. Fungsi monitoring and control mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di

level manajerialdalam setiap fungsi manajer, sehingga struktur organisasi unit

terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship

yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di

perusahaan terkait.

3. Fungsi planning and decision mengangkat teknologi informasi ketataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari

rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah knowledge generator bagi

para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil

sejumlah keputusan penting sehari-harinya.

(5)

posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam

berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.

5. Fungsi interorganisational merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk

melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah para

pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil

sejumlah keputusan penting sehari-harinya.

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa teknologi informasi memiliki

tujuan dan fungsi yang berbeda bagi suatu perusahaan dan itu semua tergantung

pada bidang usaha masing-masing perusahaan. Komponen teknologi informasi

merupakan sub sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi

informasi.

2.1.2 Kepuasan kerja

Kepuasaan kerja sebagai sikap, ungkapan emosi, dan hasil persepsi

individu terhadap pekerjaan. Seseorang yang memiliki kepuasan yang tinggi

terhadap pekerjaan cenderung merasa positif, menyukai, dan menghargai

pekerjaannya dengan baik. Para ahli mendefinisikan kepuasaan kerja dari

beberapa sudut pandang, meskipun demikian tampak kesamaan makna di

dalamnya. Kepuasan kerja menurut Newstrom (2007), mengemukakan bahwa

job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their

work”, yang mempunyai arti bahwa kepuasan kerja berarti perasaan mendukung

(6)

Wexley dan Yukl (1977), mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an

employee feels about his or her job”, bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai

merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah

perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang

berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang

berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya,

kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan

kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan

dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan,

Kepuasan kerja menurut Kinicky dan Robert (2006) adalah kecenderungan

emosi terhadap pekerjaan. Kecenderungan emosi ini dikemukakan Newstorm

(2007) sebagai emosi suka atau tidak suka terhadap pekerjaan dan oleh Davis

(1977) didefinisikan sebagai perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan.

Robbins dan Timothy (2008) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah perasaan

positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil evaluasi

karakteristik-karakteristiknya. Pendapat ini sejalan dengan McShane dan Glinow (2008) yang

mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah hasil penilaian seseorang terhadap

pekerjaan. Meskipun demikian menurut McShane dan Glinow (2008) penilaian

tersebut juga diberikan kepada konteks pekerjaan sesuai dengan persepsinya

terhadap karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja dan pengalaman emosi di

dalamnya.

Menurut Levi (2002) ada 5 aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja,

(7)

1. Pekerjaan itu sendiri (work it selft), setiap pekerjaan memerlukan suatu

keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar atau

tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya

dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau

mengurangi kepuasan kerja,

2. Atasan (supervisor), atasan yang baik adalah atasan yang mau menghargai

pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur

ayah/ibu dan sekaligus atasannya,

3. Teman sekerja (workers), merupakan faktor yang berhubungan antar pegawai

dengan atasannya dan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda

jenis pekerjaannya,

4. Promosi (promotion), merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan

atau tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama

bekerja.

5. Gaji/upah (pay), merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup yang

dianggap layak atau tidak,

Ada beberapa aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja seperti yang

dikutip dari Mangkunegara (2001), antara lain:

1. Kerja yang secara mental menantang, kebanyakan karyawan menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan

keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini

membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang tidak terlalu

(8)

menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang

sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan,

2. Ganjaran yang pantas, para karyawan menginginkan sistem upah dan

kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris dengan

pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan

pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas,

kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan, tidak semua orang mengejar

uang. Banyak orang bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk bekerja

dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang

menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang

mereka lakukan dalam jam-jam kerja. Upah dengan kepuasan bukanlah

jumlah mutlak yang dibayarkan, yang lebih penting adalah persepsi keadilan.

Karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih

banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu

yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi yang lebih banyak, dan

status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang

mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair

dan just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan

mereka,

3. Kondisi kerja yang mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja, baik

untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.

Studi-studi menyatakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar

(9)

kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu

banyak atau sedikit),

4. Rekan kerja yang mendukung, orang-orang mendapatkan lebih daripada

sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan

karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila

mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenangkan akan dapat

meningkatkan kepuasan kerja. Tetapi perilaku atasan juga merupakan

determinan utama dari kepuasan,

5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, pada hakikatnya orang yang tipe

kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang

mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan

kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.

Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada

pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk

berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini mempunyai

kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dalam

kerja mereka.

Menurut Baron dan Byrne (2000) ada 2 kelompok faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: 1) faktor organisasi yang berisi kebijakan

perusahaan dan iklim kerja; dan 2) faktor individual atau karakteristik karyawan.

Kemampuan kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan mendorong

karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal ini menjadi penyebab ketidakpuasan

dalam bekerja. Akan tetapi karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan

(10)

dengan maksimal. Fakor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut

Wexley dan Yulk (1977) mengemukakan bahwa kepuasan kerja dengan

memperhatikan faktor pekerjaan maupun faktor individunya, antara lain gaji,

kondisi kerja, mutu pengawasan, teman bekerja, jenis pekerjaan, keamanan kerja,

dan kesempatan kerja untuk maju serta faktor individu yang berpengaruh antara

lain kebutuhan yang dimilikinya, nilai-nilai yang dianut, dan sifat kepribadian.

Pendapat lain dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown (dalam Ciptono dan

Yamit, 2005) ada lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, antara lain 1)

kedudukan (posisi), pada umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang

bekerja pada posisi pekerjaan yang tinggi akan merasa lebih puas daripada

karyawan yang bekerja pada posisi yang lebih rendah. Akan tetapi pada beberapa

penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi perubahan

dalam tingkat pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kerja; 2) pangkat

(golongan), pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaaan golongan atau

tingkatan, sehingga pekerjaan tersebut akan memberikan kedudukan golongan

pada orang yang melakukannya; 3) usia, bahwa terdapat hubungan antara

kepuasan kerja dengan usia karyawan. Usia diantara 25 sampai 34 tahun dan usia

40 sampai 45 tahun merupakan usia yang dapat menimbulkan perasaan kurang

puas atas pekerjaan yang dilakukannya; 4) jaminan finansial dan sosial, masalah

jaminan finansial dan sosial membuat banyak karyawan yang mencari atau

berpindah pekerjaan yang memiliki jaminan finansial dan sosial yang lebih baik,

sehingga kepuasan dalam bekerja akan timbul jika pekerjaan tersebut menjamin

finansial dan sosial pekerja; 5) mutu pengawasan, kepuasan karyawan dapat

(11)

karyawan, sehingga karyawan akan merasa dirinya merupakan bagian yang

penting dari perusahaan.

2.1.3 Kejelasan Peran

Suseno (2001), menjelaskan kejelasan peran sebagai pengertian dan

penerimaan seorang individu atas tugas yang dibebankan kepadanya adalah

merupakan faktor yang cukup penting bagi prestasi kerja. Makin jelas pengertian

seorang pekerja mengenai persyaratan dan sasaran pekerjaannya, makin banyak

energi yang dapat dikerahkannya bagi kegiatan-kegiatan kearah tujuan, tentu saja

dengan asumsi bahwa pekerja tersebut menerima baik peranan yang ditetapkan

untuknya (Steers, 1997). Dari uraian tersebut diatas dapat dipertegas bahwa salah

satu syarat bagi individu dalam melaksanakan tugasnya dalam meningkatkan

prestasi kerjanya adalah bagaimana individu tersebut menerima perannya secara

jelas. Kejelasan tugas ini sangat penting karena jika seorang pegawai tidak tahu

apa peran mereka, apa tugas mereka maka tugas atau pekerjaan yang ada dalam

organisasi tersebut tidak akan terselesaikan dengan optimal atau bahkan tujuan

organisasi yang telah ditetapkan tidak akan terwujud.

Snock dan Rosenthal (dalam Suseno, 2001) bahwa kekaburan peran dalam

susunan organisasi disebabkan oleh 3 faktor, yaitu: (1) perubahan yang cepat

dalam organisasi; (2) meningkatnya kerumitan dalam organisasi; (3) falsafah

manajemen mengenai komunikasi (yaitu kebijakan dan tindakan yang

mengakibatkan komunikasi yang buruk).

Steers (1997) berpendapat bahwa dalam kegiatan organisasi terdapat 2

(12)

1. Kekaburan peran, dalam susunan organisasi disebabkan oleh 3 faktor, yaitu:

a) Perubahan yang cepat dalam organisasi

b)Meningkatnya kerumitan dalam organisasi

c) Falsafah manajemen mengenai komunikasi

Dalam pengelolaan dana BOS di sekolah oleh bendahara dana BOS

mengalami beberapa persoalan yang berkaitan dengan kapasitas sekolah

dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

(RAPBS), peraturan dalam pencairan dana dari rekening sekolah, penggunaan

dana, dan ketidakjelasan aturan mengenai bunga bank dan pembayaran pajak

menyebabkan beberapa sekolah menggunakan peran kepala sekolah dalam

memutuskan penggunaan dana BOS dan penyusunan RAPBS.

2. Konflik peran, setiap orang mempunyai harapan yang berbeda untuk

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan peran yang dijalankan. Perbedaan harapan

ini menyebabkan tekanan pada pelaksana peran untuk menunjukkan kinerja

yang lebih baik antara satu orang dengan yang lain. Hal ini mengarah pada

konflik peran yang mempengaruhi secara langsung terhadap efektivitas

organisasi apabila ketentuan peran para pekerja yang berhubungan dengan

tujuan bertentangan dengan tuntutan-tuntutan lainnya yang diminta oleh

pegawai. Nimran (2004) menyatakan beberapa ciri-ciri seseorang yang berada

dalam konflik peran antara lain: 1) mengerjakan hal-hal yang tidak perlu; 2)

posisi diantara dua atau lebih kepentingan yang berbeda; 3) menerima perintah

atau permintaan yang bertentangan; 4) mengerjakan sesuatu dengan keadaan

dimana perintah pimpinan dalam organisasi tidak dipatuhi. Role conflict dan

(13)

disfungsional dalam pekerjaan seperti ketidakpuasan dalam bekerja,

kecenderungan untuk meninggalkan organisasi, dan komitmen yang rendah.

2.1.4 Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah

Bendahara BOS merupakan individu guru dari sekolah yang diberikan

tugas tambahan untuk mengurusi penyaluran dana BOS dari Pemerintah dalam

rangka membebaskan iuran kepada siswa. Bendahara BOS dituntut akan kinerja

yang baik dalam menjalankan tugasnya mengingat terdapat beberapa persoalan

dalam pengelolaan dana BOS oleh sekolah. Kinerja bendahara BOS mempunyai

hubungan yang erat dengan kinerja sekolah secara keseluruhan, dimana bendahara

BOS mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja dengan upah atau honor

yang telah disepakati, kerjasama, kepribadian, kepemimpinan, keselamatan,

pengetahuan pekerjaan, kesetiaan, ketangguhan, dan inisiatif.

Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh individu dalam

melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan kriteria tertentu yang berlaku

pada pekerjaan tersebut. Robbins (1998) menyatakan bahwa kinerja individu

merupakan sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Gibson

(1998) menyatakan bahwa respon efektif seseorang terhadap pekerjaan

merupakan kepuasan individu dalam melakukan pekerjaan. Gibson (1998) juga

menjelaskan suatu dimensi khusus yang menunjukkan karakteristik pekerjaan

yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pekerjaan suatu individu.

Kinerja individu dapat diukur dengan berbagai dimensi pekerjaan antara lain jenis

pekerjaan, supervisi, gaji, promosi, serta kondisi dan suasana kerja.

(14)

menginteraksikan dimensi pengukuran yang beragam, begitu juga halnya dengan

mengukur kinerja bendahara BOS dalam menjalankan tugasnya. Tsui (dalam

Mas’ud, 2004) menyatakan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja sumber

daya manusia terdapat 11 kriteria berdasarkan perilaku yang spesifik yaitu: 1)

kuantitas kerja karyawan; 2) kualitas kerja karyawan; 3) efisiensi karyawan; 4)

standar kualitas karyawan; 5) usaha karyawan; 6) standar professional karyawan;

7) kemampuan karyawan terhadap kemampuan inti; 8) kemampuan karyawan

menggunakan fikiran yang sehat; 9) ketepatan karyawan; 10) pengetahuan

karyawan; dan 11) kreativitas karyawan.

Peningkatan kinerja sekolah yang efisien, efektif dan produktif, penciptaan

motivasi, kepuasan kerja, kinerja individu akan mampu menahan tekanan-tekanan

dari pihak luar dan dalam sekolah baik secara psikologis maupun materil bagi

sekolah. Bendahara BOS perlu melakukan perilaku-perilaku inovatif dan spontan,

sehingga perlu melakukan perilaku-perilaku berikut untuk mencapai kinerja yang

baik, antara lain: (1) kerja sama bendahara BOS dengan rekan-rekan sejawat

untuk membantu dalam mencapai tujuan-tujuan sekolah; (2) tindakan-tindakan

protektif dengan bekerja sama dengan individu atau organisasi lain dalam

mengatasi ancaman-ancaman yang terjadi; (3) gagasan-gagasan konstruktif dalam

memberikan sumbangan ide dan kreatif; (4) pendidikan dan pelatihan kepada

bendahara BOS untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola dana BOS di

sekolah; (5) mengembangkan sikap-sikap yang menguntungkan sekolah, diantara

guru, orang tua siswa, dan masyarakat umum.

Sesuai dengan publikasi Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah oleh

(15)

terkait dengan aspek-aspek yang dijelaskan sebagai berikut: (1) aspek finansial,

terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan dari setiap instansi; (2) aspek

kepuasan pelanggan (Customer), yaitu bagaimana instansi pemerintah merespon

tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas dengan memberikan

pelayanan yang prima secara terus menerus; (3) aspek kepuasan pegawai dalam

setiap organisasi, pegawai merupakan aset yang harus dikelola dengan baik,

terutama dalam organisasi yang banyak melakukan inovasi dan peran strategis; (4)

aspek kepuasan komunitas dan stakeholders, informasi dan pengukuran kinerja

harus didesain untuk mengakomodasi kepuasan dari para stakeholder; (5) aspek

waktu/ukuran, waktu adalah merupakan variabel penting dalam desain

pengukuran kinerja.

Beberapa pendapat yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja yang dikutip dari Mathis dan Jackson (2002) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1) kemampuan mereka; 2)

motivasi; 3) dukungan yang diterima; 4) keberadaan pekerjaan yang mereka

lakukan, dan 5) hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di

atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas

dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas

tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh

dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. menurut Mangkunegara

(2001) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain : 1)

Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan), oleh karena itu

(16)

Faktor motivasi, terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental

merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai

potensi kerja secara maksimal. Mc Cleland (dalam Mangkunegara, 2001),

berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan

pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang

untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu

mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc.

Clelland (dalam Mangkunegara, 2001), mengemukakan 6 karakteristik dari

seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : 1) memiliki tanggung jawab

yang tinggi; 2) berani mengambil risiko; 3) memiliki tujuan yang realistis; 4)

memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan

tujuan; 5) memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja

yang dilakukan; 6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan. Menurut Gibson (1998) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja : 1) faktor individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; 2) faktor psikologis:

persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja; 3) faktor

organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem

penghargaan (reward system). Menurut Kopelman (1988), faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah: individual characteristics (karakteristik

individual), organizational charasteristic (karakteristik organisasi), dan work

(17)

kinerja selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga sangat tergantung dari

karakteristik individu seperti kemampuan, pengetahuan, keterampilan, motivasi,

norma dan nilai. Dalam kaitannya dengan konsep kinerja, terlihat bahwa

karakteristik individu seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat

pendidikan suku bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan

yang lalu, akan menentukan perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu

maupun organisasi sehingga hal tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi

pelanggan atau pasien. Karakteristik individu selain dipengaruhi oleh lingkungan,

juga dipengaruhi oleh: (1) karakteristik organisasi seperti reward system, seleksi

dan pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi serta kepemimpinan;

(2) karakteristik pekerjaan, seperti deskripsi pekerjaan, desain pekerjaan dan

jadwal kerja.

Untuk mengetahui kinerja bendahara dalam melaksanakan tugas-tugas

yang menjadi tanggungjawab bendahara, maka perlu dilakukan penilaian terhadap

kinerja bendahara. Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai seberapa baik

bendahara telah melaksanakan pekerjaannya dan apa yang harus mereka lakukan

untuk menjadi lebih baik dimasa mendatang. Ini dilaksanakan dengan merujuk

pada isi pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka harapkan untuk

mencapai setiap aspek dari pekerjaan. Isi dari suatu pekerjaan merupakan dasar

tetap untuk perumusan sasaran yang akan dicapai dari suatu tugas utama yang

dapat dirumuskan sebagai target kuantitas, standar kinerja suatu tugas atau proyek

tertentu untuk diselesaikan (Rivai, 2005).

Kinerja bendahara BOS pada dasarnya merupakan hasil kerja bendahara

(18)

standar, target atau sasaran, dan kinerja yang telah ditentukan atau telah disepakati

bersama. Hal ini sejalan dengan Handoko (1998) bahwa penilaian prestasi kinerja

merupakan proses dimana melalui organisasi-organisasi mengevaluasi atau

menilai evaluasi prestasi kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki

keputusan-keputusan bendahara dana BOS dan memberikan umpan balik kepada

bendahara dana BOS tentang pelaksanaan kinerja. Lebih lanjut Handoko (1998)

menjelaskan bahwa kegunaan penilaian prestasi kinerja itu adalah untuk

memperbaiki prestasi kinerja, dapat menyesuaikan kompensasi yaitu bisa

mengevaluasi prestasi kerja bagi pengambil keputusan dalam menentukan

kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya, juga

mengambil keputusan-keputusan dalam penempatan seperti promosi, transfer, dan

demosi biasanya didasarkan pada prestasi kinerja masa lalu. Demikian juga

dengan kinerja yang baik mencerminkan potensi yang harus dikembangkan,

perencanaan, dan pengembangan karir juga merupakan kegunaan dalam penilaian

prestasi kinerja, sebagai umpan balik prestasi dalam mengarahkan

keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti,

penyimpangan-penyimpangan proses staffing, dalam hal ini prestasi kinerja yang

baik atau jelek akan mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing

departemen personalia. Menggantungkan keputusan pada informasi-informasi

yang tidak akurat menyebabkan keputusan personalia yang diambil tidak tepat,

sehingga kegunaan penilaian prestasi kinerja dapat membantu mengetahui

kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. Penilaian prestasi kinerja membantu

(19)

yang diambil tanpa diskriminasi dan menghindarkan dari faktor-faktor penganggu

yang berasal dari luar orgnisasi.

Menurut Desler (1992) penilaian kinerja merupakan upaya

membandingkan prestasi akrual karyawan dan prestasi kerja yang diharapkan.

Penilaian kinerja bendahara BOS tidak hanya menilai dari fisik, tetapi

pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan mengenai berbagai bidang seperti

kemampuan kerja, kerajinan, kedisiplinan, hubungan kerja, dan hal-hal lainnya

yang berhubungan dengan bidang dan tingkatan pekerjaan. Beberapa faktor

penilaian kinerja bendahara BOS sebagai berikut: (1) kualitas pekerjaan, meliputi

akurasi, ketelitian, penampilan, dan penerimaan hasil pekerjaan; (2) kuantitas

pekerjaan, meliputi volume keluaran dan kontribusi; (3) supervisi yang

dibutuhkan, meliputi kebutuhan saran, arahan, dan perbaikan; (4) kehadiran,

meliputi ketepatan waktu, disiplin, dan dapat dipercaya; (5) konservasi, meliputi

pencegahan pemborosan, kerusakan, dan pemeliharaan peralatan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat 3 penelitian yang digunakan sebagai review

penelitian terdahulu. Penelitian Simorangkir (2013) digunakan sebagai review

dalam menguji pengaruh teknologi informasi terhadap kinerja bendahara BOS

pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian yang dilakukan

Simorangkir (2013) dengan judul pengaruh teknologi informasi, sistem

pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap kinerja manajerial dengan total

quality management sebagai variabel moderating pada PT. Pelabuhan Indonesia I

(20)

reward, satu variabel moderating yaitu total quality management, dan 1 variabel

dependen yaitu kinerja manajerial. Hasil penelitian Simorangkir (2013)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh teknologi informasi, sistem pengukuran

kinerja dan sistem reward terhadap kinerja manajerial secara parsial dan simultan

pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan. Akan tetapi total quality

management bukan merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan antara teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja,

dan sistem reward dengan kinerja manajerial pada perusahaan PT. Pelabuhan

Indonesia-I Medan.

Penelitian yang digunakan sebagai review dalam menguji kepuasan kerja

terhadap kinerja bendahara BOS pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli

Serdang menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Muslim (2006). Penelitian

yang dilakukan Muslim (2006) dengan judul pengaruh gaya kepemimpinan dan

kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Penelitian Muslim (2006) menggunakan dua variabel independen yaitu gaya

kepemimpinan dan kepuasan karyawan, sedangkan kinerja karyawan sebagai

variabel dependen. Hasil penelitian Muslim (2006) menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan

Politeknik Negeri Lhokseumawe secara parsial dan simultan.

Penelitian Dalimunthe (2010) digunakan sebagai review untuk menguji

pengaruh kepuasan kerja dan kejelasan peran terhadap kinerja bendahara BOS

pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang. Dalimunthe (2010)

menganalisis hubungan antara kepuasan kerja, kejelasan peran, dan kinerja

(21)

Dalimunthe (2010) menunjukkan bahwa kepuasan kerja, kejelasan peran dan

kinerja bendahara BOS saling mempengaruhi. Secara rinci, penelitian-penelitian

review tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

Gambar

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Rumus-rumus yang dipergunakan disesuaikan dengan keperluan dalam mengevaluasi dan meneliti penawaran- penawaran yang diajukan para peserta lelang sebagaimana tercantum di dalam BAB

Menyadari persoalan posisi strategis pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita serta pentingnya memastikan engagement mereka terhadap organisasi, maka melakukan diagnosa

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif signifikan antara Adversity Quotient dan komitmen organisasi pada Supir Taksi

Setelah menentukan persamaan regresi linier berganda di atas dapat diketahui bahwa hasil uji t dari ketiga variabel bebas tidak signifikan terhadap minat nasabah non muslim

sesuai untuk meminimalkan interferensi dan untuk balansing amplifier dan sitem distribusi. Item yang digunakan untuk balansing dan meminimalkan interferensi harus mampu

Tahap perkembangan meander selanjutnya ialah batas daratan yang sempit yang memisahkan tikungan yang satu dengan tikungan lainnya akhirnya terpotong oleh aliran baru dan

telah terjadi kesepakatan antara penjual dengan pembeli, dan tidak ada paksaan atau tekanan dan sudah memenuhi unsur perjanjian atau akad sebagaimana hasil

[r]