BAB II
ASPEK – ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit
Dalam kehidupan kita sehari-hari, setiap orang di belahan dunia manapun
pasti saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain saling berinteraksi guna mendapatkan kebutuhan
masing-masing yang tentu berbeda-beda dengan jumlah dan kualitas yang juga
tidak sama.
Melalui kebutuhan dan saling ingin memenuhi kebutuhan masing-masing,
maka setiap manusia tentu membutuhkan alat yang bisa memenuhi kebutuhan
masing-masing dari mereka.
Jika pada zaman dahulu kala, sistem barter dijadikan sistem transaksi yang
maju, maka di zaman yang sekarang sudah ada alat tukar menukar untuk
melakukan transaksi yang dinamakan uang.
Uang sampai saat ini adalah salah satu alat pembayaran yang sah dan dapat
digunakan dengan lebih mudah karena tidak perlu membawa barang yang ingin
kita tukarkan dengan barang yang kita butuhkan kepada orang lain.
Namun, ternyata ada kebutuhan yang apabila ingin kita raih ternyata tidak
mempunyai uang yang cukup untuk membeli atau mendapatkan barang tersebut.
cukup, bahkan tidak ada modal sekalipun tetapi dengan keinginan yang kuat saja
tentu kita tidak bisa mendirikan usaha yang kita inginkan.
Perlu diketahui bahwa kondisi masyarakat dapat dibagi kedalam tiga
golongan sehingga kita dapat memahami golongan mana sebenarnya yang
dimaksud sebagai masyarakat yang membutuhkan uang tetapi tidak mempunyai
uang atau bahkan kekurangan uang. Adapun pembagian golongan itu adalah
sebagai berikut:
1. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang
lebih tinggi dari kebutuhan sehari-harinya. Kelompok masayarakat ini
sangat tidak mungkin sekali kekurangan uang dikarenakan uang yang ada
pun masih berlebih sehingga bisa menutupi kekurangan dana yang ada.
2. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang
sama dengan pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat seperti ini
mempunyai kemungkinan yang besar juga untuk tidak kekurangan uang
karena mempunyai pendapatan yang masih cukup untuk membiayai
keperluannya.
3. Golongan masyarakat yang pendapatan atau penghasilannya jauh dibawah
pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat inilah yang dimaksud
dimana setiap saat masyarakat seperti ini selalu kekurangan modal untuk
memulai usaha atau pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya sehingga ia
harus berpikir untuk melakukan cara-cara guna menutupi kekurangan dana
Hal yang menjadi poin ketiga diatas tentu yang menjadi penghambat
pertumbuhan ekonomi individu bahkan sampai perkenomian suatu bangsa bisa
maju dan meningkat dikarenakan masyarakat dunia mayoritas berada pada posisi
golongan ketiga.
Maka, manusia dengan segala daya upaya menggunakan akal pikirannya
untuk menemukan cara atau solusi guna mendapatkan dana guna merubah kondisi
perekonomian.
Seiring dengan berkembangnya pola perekonomian masyarakat, maka ada
salah satu cara yang bisa digunakan untuk membuat usaha tanpa mempunyai
seluruh dana yang dibutuhkan. Cara yang dimaksud disini adalah dengan cara
kredit.
Dikaji dari sudut pandang sejarah kata, maka kredit sebenarnya sudah ada
di negara lain pada dahulu kala. Dahulu, kredit dikenal dengan istilah “credere”
atau credo. Istilah ini diambil dari bahasa Latin yang menganut pengertian yang
cukup sederhana yaitu saya percaya dimana dalam artian bahwa apabila seseorang
telah memperoleh kredit, maka ia percaya12
12
H. Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, ANALISIS KREDIT (Dilengkapi Telaah
Kasus), cetakan pertama, Pionir Jaya, Bandung, Maret 1991, hal. 4
.
Bila dijabarkan lebih lanjut, maka yang dimaksud dengan kepercayaan
adalah dalam hal pinjam meminjam uang, dimana ada seseorang yang
membutuhkan uang kemudian meminta pinjaman kepada orang lain dan dengan
janji untuk mengembalikan uang tersebut pada suatu saat yang telah ditentukan
Ada istilah yang perlu untuk dipahami yang kemudian timbul untuk
pemberi pinjaman dan penerima pinjaman yaitu kreditur dan debitur. Berikut akan
diberikan pengertian berupa gambar di bawah ini:
Hal diatas merupakan dasar yang menjadikan kredit menjadi istilah yang
digunakan dalam istilah ekonomi dalam pinjam meminjam uang.
Sementara itu, di Indonesia, kredit mempunyai beberapa pengertian,
diantaranya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang didalam
Undang-Undang 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang nomor 7 tahun
1992 yang mengatakan bahwa defenisi kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Maksud dari defenisi kredit berdasarkan undang-undang diatas adalah
bahwa ada sebuah lembaga dalam hal ini adalah sebuah bank yang menyediakan
sejumlah dana untuk dipinjamkan kepada pihak lain dengan melalui sebuah
perjanjian yang telah dilakukan antara kedua belah pihak dan telah mencapai
kesepakatan dimana pihak peminjam wajib untuk membayar sejumlah uang yang
telah dipinjamnya dari bank atau lembaga pemberi pinjaman tersebut dengan satu Pemberi Pinjaman
(Kreditur)
Penerima Pinjaman (Debitur)
rentang periode tertentu dengan membayar juga bunga atas jumlah pinjaman yang
telah dipinjamnya.
Sementara itu, beberapa pengertian yang didapat dari kredit menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah13
1. cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai (pembayaran
ditangguhkan atau diangsur); :
2. pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur;
3. pinjaman sampai batas jumlah tertentu yg diizinkan oleh bank atau badan
lain.
Ada pula pengertian yang sama dari Sudarsono tentang kredit14
Sarjana Amir R. Batubara memberikan pengertian kredit adalah suatu
pemberian prestasi yang kontra prestasinya akan terjadi pada suatu waktu di hari
yang akan datang
yang
mengatakan sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
15
Rolling G. Thomas juga memberikan pengertian kredit yaitu dalam
pengertian umum, kredit itu didasarkan kepada kepercayaan atas kemampuan si
peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang (in
general sense, credit is a based on confidence in the debtor ability to make a
money payment a some future time) .
16
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia online,
.
diakses pada tanggal 15 Februari 2012 14
Sudarsono, op. cit., hal. 232 15
H.Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 6 16
Sementara itu, beberapa pengertian lain dari beberapa sarjana terkemuka
pada zamannya tentang kredit, yaitu sebagai berikut:17
1. Savelberg, menyatakan bahwa kredit mempunyai arti:
a). Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang
berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Pada poin ini mempunyai
penjelasan bahwa setiap perikatan berisi antara hak seseorang atau
sebuah pihak dengan pihak yang lain dimana didalamnya ada
kewajiban yang harus dijalankan;
b). Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada
orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang
diserahkan itu (commodatus, depositus, regulare, pignus). Uraian
dari poin ini adalah bahwa apabila ada seseorang yang dengan
sengaja dan sadar menyerahkan sesuatu barang kepunyaannya
dalam hal ini adalah miliknya, maka orang tersebut mengharapkan
imbalan atas penyerahan barangnya itu berupa pengembalian
barangnya itu dengan kelebihan-kelebihan yang ada dan disepakati
sebelumnya.
2. Levy, mengatakan bahwa kredit adalah menyerahkan secara sukarela
sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.
Penjelasan yang dapat penulis berikan adalah bahwa penerima kredit
berhak mempergunakan pinjaman itu untuk hal-hal pribadi si penerima
kredit apakah kredit itu hendak dipergunakan untuk sesuatu yang positif
17
Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank
Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Alumni,
atau tidak tetapi dengan pertanggungjawaban bahwa kredit itu nanti
dengan periode tertentu harus dikembalikan kepada si pemberi kredit
dengan bunga-bunga yang juga telah disepakati.
3. Jakile, menyatakan bahwa kredit itu adalah suatu ukuran kemampuan
dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis
sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali utangnya pada
tanggal tertentu. Pengertiannya tidak jauh beda dari pengertian kredit
pada umumnya yaitu bahwa seseorang yang ingin mendapatkan kredit
berjanji untuk membayar kembali utangnya pada satuan periode
tertentu.
Hal-hal mengenai pengertian kredit diatas dapat diperoleh sebuah
pemikiran bahwa kredit itu merupakan kejadian atau peristiwa dimana seseorang
memberi pinjaman berupa uang yang merupakan barang yang dinilai mempunyai
nilai ekonomis yang kemudian diberikan kepada seseorang yang dengan sadar dan
sengaja untuk meminta uang itu untuk kebutuhan yang jauh lebih penting bagi si
penerima pinjaman dengan kesepakatan bahwa si peminjam haruslah
mengembalikan uang tersebut dengan rentang waktu yang telah disepakati
sebelumnya dan dengan bunga yang telah ditentukan jumlahnya.
Kemudian, setelah kita memperoleh pengertian tentang kredit, maka hal
yang perlu diketahui adalah unsur-unsur kredit itu sendiri.
Ada beberapa sarjana yang menulis unsur-unsur kredit itu, diantaranya
adalah H. Hadiwidjaja dan Abdul Kadir Muhammad. Para sarjana ini mempunyai
H. Hadiwidjaja menyebutkan unsur-unsur kredit itu dalam 6 pokok bahasan
yang penting, yaitu 18
Sementara itu, menurut tuan Abdul Kadir Muhammad yang menelaah UU
Perbankan, unsur-unsur kredit itu secara yuridis dapat disederhanakan kedalam 4
bagian penting saja, yaitu :
1. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan
bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Orang ini disebut
Kreditur;
2. Adanya orang/badan sebagai pihak yang memerlukan/meminjam uang,
barang atau jasa. Orang ini disebut Debitur;
3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur;
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada krditur.
Hal inilah yang nantinya akan dituangkan didalam perjanjian secara
tertulis;
5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang,
barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh
debitur; dan,
6. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu, karena
terbayang jelas ketidakpastian untuk masa yang akan datang.
Maksudnya adalah kedua belah pihak tidak bisa menebak apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga berpengaruh terhadap
isi kesepakatan.
19
18
Hadi Widjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 7
1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank;
2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai
pembiayaan, misalnya pembiayaan kenderaan bermotor dan tempat
tinggal;
3. Kewajiban peminjam untuk melunasi hutangnya menurut jangka waktu
yang telah ditentukan beserta bunga-bunganya; dan,
4. Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara bank/lembaga
pemberi pinjaman dan peminjam dengan persyaratan yang disepakati
bersama.
Hal diatas merupakan unsur-unsur dari kredit. Ada persamaan yang
mendasar dari kedua pendapat sarjana-sarjana diatas.
Persamaan itu adalah mengenai kewajiban peminjam untuk membayar
kembali utang-utangnya kepada pemberi pinjaman dengan jangka waktu yang
ditetapkan dan dengan sejumlah bunga yang kemudian ditulis dalam sebuah
perjanjian tertulis. Didalam perjanjian itu juga nantinya ada syarat-syarat
tambahan agar terjadi kesepakatan yang sama-sama menyenangkan kedua belah
pihak.
Kemudian, setelah selesai menguraikan tentang krdit, maka perlu dijelaskan
pengertian dari perjanjian kredit. Perlu diketahui bahwa perjanjian kredit berasal
dua suku kata yang berbeda, perjanjian dan kredit.
Jika pada kredit telah diberi penjelasan sebelumnya dibagian awal bab ini,
maka sekarang akan diberi penjelasan mengenai perjanjian.
19
Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Marniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Kalau dilihat pengertian perjanjian pada Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kita dapat memperoleh pengertian perjanjian yaitu persetujuan (tertulis atau
dengan lisan) yg dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan
menaati apa yg tersebut didalam persetujuan itu.
Maksud dari pengertian diatas adalah bahwa perjanjian merupakan hasil
dari kedua belah pihak yang telah menyetujui untuk melakukan sebuah
kesepakatan yang kemudian dituangkan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
yang kemudian kedua belah pihak terrsebut harus bertanggungjawab terhadap isi
perjanjian itu dengan kemudian menaatinya.
Sedangkan menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyebutkan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Pada pasal di atas, pengertian perjanjian dapat dijelaskan secara sederhana
yaitu kesediaan seseorang dengan sadar dan sengaja untuk mengikatkan dirinya
yang dalam hal ini adalah bersedia membuat kesepakatan dengan orang lain.
Sementara itu, R. Subekti mempunyai pengertian lain yang cukup mudah
dimengerti tentang defenisi dari perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu20
Maka diperoleh inti dari beberapa penjelasan singkat mengenai perjanjian
yaitu berupa kesimpulan singkat yaitu bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana ada seseorang atau lebih yang dengan sengaja dan sadar untuk membuat .
20
kesepakatan dengan orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal
dimana keduanya wajib untuk menaati perjanjian itu karena perjanjian itu
merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Adapun perbuatan perjanjian ini ada beberapa macam ditinjau dari jenis
macam perjanjian itu dilaksanakan, yaitu21
1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang.
:
Maksudnya adalah perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak yang isinya
untuk memberikan atau menyerahkan barang baik antara pihak yang satu kepada
pihak yang lain demikian juga sebaliknya.
Jenis-jenis dari perjanjian ini adalah perjanjian jual beli, tukar menukar,
pemberian atau penghibahan, sewa menyewa, dan lainnya yang termasuk kepada
pemberian atau menyerahkan suatu barang dari satu pihak kepada pihak lain.
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu.
Maksudnya adalah pihak yang satu bersedia mengikatkan diri dengan pihak
yang lain dimana pihak pertama bersedia melakukan sesuatu untuk pihak yang
lain selama itu tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
telah ditetapkan.
Adapun jenis-jenis perjanjian dari perjanjian untuk berbuat sesuatu ini
adalah perjanjian untuk membuat suatu benda, perjanjian pekerja, perjanjian untuk
membuat rumah, dan perjanjian yang lain yang isinya untuk melakukan
pembuatan terhadap sesuatu.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.
Maksud dari perjanjian ini adalah bahwa seseorang atau lebih berjanji
kepada orang lain atau lebih untuk tidak melakukan sesuatu hal yang mana
perbuatan itu tidak dilarang oleh undang-undang.
Adapun perjanjian ini contohnya adalah perjanjian untuk tidak mendirikan
pembatasan rumah yang satu dengan yang lainnya, perjanjian untuk tidak
mendirikan perusahaan yang sama dengan temaannya dimana perusahaan tersebut
sejenis usahanya.
Ketiga macam perjanjian diatas adalah jenis-jenis perjanjian yang telah
ditinjau dari segi macamnya.
Ada isitilah yang perlu diketahui tentang pelaksanaan perjanjian. Istilah itu
disebut dengan “prestasi”.
Prestasi ini juga dapat dibagi kedalam dua macam prestasi, yaitu prestasi
primer dan prestasi subsidair22
Wanprestasi ini terjadi biasanya dengan beberapa alasan, yaitu .
Prestasi primer adalah barang yang diperjanjikan itu untuk kemudian
dilaksanakan oleh pihak yang seharusnya melaksanakannya.
Sedangkan prestasi subsidair adalah ganti rugi barang yang telah
diperjanjikan yang nilainya diperkirakan bisa sama dengan barang yang pertama.
Sedangkan pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian yang telah
diperjanjikan biasanya disebut dengan wanprestasi.
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, artinya
adalah pihak yang harus melakukan apa yang telah diperjanjikan
ternyata tidak dapat melakukan isi dari perjanjian itu;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
diperjanjikan artinya adalah bahwa pihak yang akan melaksanakan
prestasi tidak melaksanakan sesuai isi dari yang diperjanjikan dan
bahkan lain dari yang diperjanjikan;
3. Melakukan apa yang diperjanjikannya tetapi terlambat artinya adalah
bahwa yang melaksanakan prestasi tidak melakukannya tepat waktu
sesuai dengan butir perjanjian; dan
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya
artinya adalah si pelaksana isi perjanjian melanggar isi dari ketentuan
yang telah diperjanjikan.
Terhadap apa yang menjadi wanprestasi diatas, maka seharusnya
diberlakukan beberapa macam sanksi yang dapat dikenakan kepada pihak yang
melanggar perjanjian, sanksi-sanksi itu dapat berupa 24
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur / ganti rugi.
:
Pada umumnya ganti rugi ini harus senilai dengan tindakan wanprestasi
yang telah dilakukannya.
Ganti rugi ini jika dilihat dari unsur katanya mempunyai tiga unsur yaitu:
biaya, rugi, dan bunga.
Jika yang dimaksud pada biaya adalah segala macam pengeluaran atau
perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak selama
perjanjian ini berlangsung.
Sedangkan rugi adalah kerugian yang diderita oleh salah satu pihak karena
kerusakan barang-barang kepunyaan salah satu pihak yang diakibatkan kelalaian
oleh pihak lain yang ada didalam perjanjian.
Dan kemudian bunga. Bunga adalah kerugian yang didapat karena
kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan oleh pihak yang memberikan
pinjaman.
2. Pembatalan perjanjian /pemecahan perjanjian.
Pembatalan perjanjian ini dapat dilakukan dengan kesepakatan kedua belah
pihak, tidak boleh hanya sepihak saja;
3. Peralihan resiko;
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan hakim.
Tetapi satu hal yang perlu juga untuk diingat bahwa harus bisa dilihat juga
si debitur melakukan wanprestasi atau tidak karena hal ini sering sekali menjadi
perdebatan yang mengakibatkan ketidakrelaan sidebitur membayar ganti kerugian.
Kalau perkara sampai kedepan hakim, maka hakim harus pandai melihat isi
dari perjanjian itu pasal demi pasal, karena sering sekali hal-hal sepele tidak
diperjanjikan kedua belah pihak, padahal hal itu menjadi permasalahan besar
dibelakang hari.
Misalnya saja, ada seorang kontraktor rumah menjanjikan akan
tetapi waktu yang diperjanjikan tidak jelas kapan, maka disini kontraktor rumah
tidak bisa dipersalahkan dan dianggap lalai karena tidak ada dibuat didalam
perjanjian kapan tepatnya rumah yang akan diselesaikan itu selesai hanya
dikatakan didalam perjanjian itu akan diselesaikan tepat pada waktunya.
Namun, bila si debitur yang dianggap lalai oleh kreditur tidak menerima
bahwa dirinya lalai, ada beberapa cara yang dapat dilakukan debitur untuk
membela dirinya, antara lain 25
1. Debitur dapat mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa.
:
Istilah asing dari keadaan memaksa ini adalah overmacht. Dalam keadan
memaksa ini debitur dapat mengatakan bahwa sebenarnya debitur mempunyai
suatu keadaan dimana ia tidak dapat melaksanakan isi perjanjian dikarenakan
keadaan yang sungguh-sungguh tidak dapat dihindarinya karena keadaan itu
diluar ekspektasi atau dugaannya. Maka perjanjian itu menjadi tidak dapat
dilaksanakannya.
2. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai
Istilah asing untuk hal ini adalah exception non adimpleti contractus. Hal ini dapat
dilakukan debitur dalam pembelaannya dengan mengatkan kreditur juga telah lalai
dalam melaksanakan isi dari perjanjian dimana ada didalam Pasal 1478 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Si penjual tidak
diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya,
sedangkan si penjual tidak mengizinkan penundaan pembayaran tersebut”.
25
Hal diatas merupakan kata lain bahwa setiap pihak harus secara
bersama-sama melaksanakan perjanjian dengan tidak ada kata terlambat satu dengan yang
lainnya.
3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut
ganti rugi.
Istilah yang dapat digunakan untuk pelepasan hak ini adalah
rechtsverweking, dimana didalam poin nomor tiga ini menjelaskan bahwa si
kreditur telah dianggap melepaskan haknya untuk meminta ganti rugi.
Sebagai contoh bahwa apabila ada pembeli memakai barang yang telah
dibelinya dari penjual namun ternyata barang itu mengalami cacat tersembunyi
dan sipembeli tidak mengetahui dan malah memesan lagi barang tersebut dengan
spesifikasi yang sama, maka dalam hal ini si pembeli telah dianggap melepaskan
haknya terhadap sipenjual karena dengan cara memesan barang tersebut maka
dianggap sipembeli telah puas memakai barang yang dijual oleh sipenjual.
Hal itulah yang bisa dijelaskan mengenai perjanjian dan secara umum
perjanjian kredit sebenarnya adalah nama lain dari perjanjian pinjam meminjam.
Perjanjian pinjam meminjam dalam hal ini yang dimaksudkan adalah dalam
hal uang. Uang yang dipinjam oleh debitur dari kreditur haruslah dibuat perjanjian
yang baku sehingga semua jelas dan tidak absurd isinya.
Nama perjanjian pinjam meminjam uang ini berubah menjadi perjanjian
kredit dikarenakan hanya factor perkembangan zaman dan kosa kata yang kini
mulai banyak dipergunakan oleh khalayak ramai. Objek yang diperjanjikan pun
B. Jenis-Jenis Kredit
Ada beberapa jenis kredit yang dapat dijelaskan di dalam skripsi ini.
Kredit-kredit itu dibagi ke dalam beberapa penggolongan dan penggolongan itu
sendiri dibuat oleh beberapa sarjana yang berbeda-beda. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai pembagian kredit-kredit itu sendiri.
Ada pembagian kredit berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu26
1. Kredit Konsumtif.
:
Kredit konsumtif ini adalah kredit yang bertujuan untuk
memuaskan/sebagai alat pemuas kebutuhan manusia secara langsung.
Contoh yang dapat diberikan adalah manusia memerlukan kredit untuk
membeli bahan makanan sehari-hari.
2. Kredit Produktif.
Kredit produktif ini mempunyai pengertian bahwa nantinya apabila
ingin mengajukan kredit ini penggunaannya kepada agar dapat
memperloh faedah-faedah yang maksimal dalam kegunaan (utilities),
bentuk (form utilites), tempat (place utilities), waktu (time utilities) dan
kepemilikan (possecion utilities). Lebih jelasnya bahwa kredit jenis ini
digunakan untuk peningkatan usaha-usaha dalam memproduksi sesuatu.
Sementara itu, kredit produktif ini dibagi kedalam tiga jenis kredit lagi
yaitu:
a). Kredit Investasi.
26
Kredit jenis ini adalah kredit dengan mana si debitur
menggunakan kredit untuk membeli barang-barang tahan lama
guna kepentingan produksinya. Contohnya adalah kredit tanah
untuk mengolah lahan.
b). Kredit modal kerja (Kredit Eksploitasi/Working Capital).
Jenis kredit ini adalah kredit yang dipakai untuk mendanai
modal lancer, yang biasa habis dalam satu periode waktu.
Contohnya adalah barang dagangan, bahan baku dan upah
pekerja.
c). Kredit Likuiditas.
Jenis yang satu ini berbeda dengan dua kredit yang sebelumnya
yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit ini lebih
menitikberatkan kepada perusahaan yang sedang mengalami
likuiditas dalam memelihara likuiditas minimalnya. Kredit ini
biasanya diberikan oleh Bank Sentral. Likuiditas mempunyai
pengertian perihal posisi uang kas suatu perusahaan dan
kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo
tepat pada waktunya; kemampuan memenuhi kewajiban
membayar utang dan sebagainya pada waktunya.
Pada negara-negara berkembang maupun negara-negara maju, kredit
produktif ini terutama kredit modal kerja dan kredit investasi sangat berpengaruh
Kemudian ada jenis-jenis kredit yang dikelompokkan berdasarkan
pengalihan hak materinya. Jenis-jenisnya adalah sebagai berikut27
1. Kredit dalam bentuk uang (money credit)
;
Kredit jenis ini seperti pada kredit umunya yaitu pemberiannya dalam
bentuk uang.
2. Kredit dalam bentuk bukan uang (non money credit)
Kredit jenis ini pemberiannya berupa barang atau jasa yang biasa
diberikan oleh perusahaan-perusahaan, sedangkan pengembaliannya
dalam bentuk uang. Kredit ini mempunyai istilah lain yaituj mercantile
credit atau merchant credit.
Jenis pengelompokan kredit berikutnya adalah kredit menurut cara
penggunaannya. Jenis kredit ini dapat diuraikan sebagai berikut28
1. Kredit Tunai (Cash Credit).
:
Kredit tunai ini adalah kredit yang penggunaannya dilakukan secara
tunai atau pemindahbukuannya berdasarkan keinginan si debiturnya.
2. Kredit Bukan Tunai (Non Cash Credit).
Kredit jenis ini adalah kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat
perjanjian pinjaman dibuat, melainkan ada tenggang waktu yang harus
dilakukan, misalnya seperti:
a) Garansi Bank. Garansi bank ini adalah kesediaan tertulis
bank penjamin untuk membayar kepada sesorang atau
pihak yang ditunjuk oleh pemohon jaminan Bank.
27
Ibid, hal 17 28
b) Letter of Credit. L/C ini yaitu surat yang dikeluarkan oleh
Bank yang diminta oleh pembeli untuk disampaikan kepada
penjual/eksportir sebagai jaminan pembeli kepada penjual,
sampai sejumlah harga barang dikirimkan kepada pembeli
harus dibayar oleh pembeli.
Ada juga pembagian kredit menurut jangka waktunya. Pembagiannya
adalah sebagai berikut29
1. Kredit Jangka Pendek
:
Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan oleh lembaga
pemberi pinjaman dengan jangka waktu pelunasan maksimal 1 tahun.
2. Kredit Jangka Menengah
Kredit jangka menengah adalah kredit yang diberikan oleh lembaga
pemberi pinjaman dengan jangka waktu pelunasanan maksimal 3 tahun.
Biasanya kredit inin berguna untuk keperluan-keperluan modal kerja
permanen atau invesatasi yang kecil.
3. Kredit Jangka Panjang
Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan oleh lembaga
pemberi pinjaman dengan maksimal lebih dari 3 tahun atau 5 tahun.
Kredit jenis ini biasanya diberikan untuk investasi sarana dan prasarana
perusahaan seperti alat berat, pembangunan kantor-kantor.
Adapula pembagian kredit berdasarkan cara penarikannya dan cara
pembayarannya kembali. Adapun kredit-kredit jenis ini adalah sebagai berikut30
1. Kredit sekaligus (aflopend)
:
Adalah kredit yang penyediaan dananya dapat diambil sekaligus baik
secara langsung maupun dengan cara pemindahbukuan. Kredit ini
mempunyai dua cara pengembalian, yaitu:
a). Kredit sekaligus ini bisa dikembalikan dengan cara diangsur selama
beberapa periode hingga sampai pada pelunasannya.
b). Kredit sekaligus ini dapat diambil dan dikembalikan secara
sekaligus pula. Kredit sperti ini biasanya dipergunakan untuk modal
kerja.
2. Kredit rekening Koran ( R/K atau R/C)
Kredit rekening Koran ini adalah kredit yang dilakukan dengan
pembayaran berangsur-angsur menggunakan alat pemindahbukuan
yang ada seperti cek, bilyet giro, dan instrument pemindahbukuan yang
lainnya.
Adapan kredit rekening Koran ini dibagi kedalam 2 bagian, yaitu:
a). Kredit rekening Koran dengan plafond atau dasar yang tetap sampai
akhir masa perjanjian. Pada akhir pinjaman harus dilunaskan
sekaligus.
b). kredit rekening Koran dengan batas makasimum kredit yang
menurun tergantung isi perjanjian apakah bulanan, harian, atau
bahkan tahunan.
3. Kredit bertahap
Adalah kredit yang pemberiannya dilakukan secara bertahap. Kredit ini
efektif untuk nilai investasi yang memang membutuhkan
tahapan-tahapan dana, jadi tidak sekaligus langsung diberikan.
4. Kredit berulang (revolving credit)
Kredit berulang ini adalah kredit yang apabila sudah habis dan lunas
pinjamannya, maka dapat diulang kembali dengan nilai yang sama atau
berbeda tetapi sesuai dengan isi yang akan diperjanjikan kemudian.
5. Kredit pre-transaksi (selfquidating credit – eenmalige transactie
crediet)
Kredit jenis ini adalah kredit yang hampir sama dengan kredit berulang,
namun kredit ini agak berbeda di tujuannya, yaitu kredit ini dipakai
untuk membelanjakan suatu transaksi dan hasil dari transaksi yang telah
dilakukan itu kemudian dibayarkan terhadap kredit itu.
Kemudian, ada kredit yang dilihat dari segi sektor ekonominya, yaitu
sebagai berikut31
1. Kredit Sektor Pertanian
:
Kredit jenis ini digunakan untuk tujuan produktif peningkatan hasil
pertanian.
2. Kredit Sektor Pertambangan
Kredit pertambangan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal
dari hasil-hasil tambang.
3. Kredit Sektor Industri
Kredit ini bertujuan untuk mengubah bentuk atau menambah modal
usaha.
4. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air
Kredit ini bertujuan untuk pengadaan alat-alat listrik, gas dan air.
5. Kredit Sektor Konstruksi
Kredit ini bertujuan untuk mengadakan pembangunan, perbaikan
konstruksi-konstruksi baik bangunan, jembatan, dan lain sebagainya.
Ada lagi kredit yang dilihat berdasarkan segi jaminan yang ada dalam
kredit itu sendiri, yaitu sebagai berikut32
1. Jaminan perorangan (personal security)
:
Maksudnya adalah bahwa kredit ini diberikan sebagai jaminan
seseorang atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai
avalist atau penanggungjawab kredit.
2. Jaminan kebendaan secara fisik (tangible securities)
Jaminan berupa benda-benda yang:
- Bergerak: mesin-mesin, kenderaan bermotor, perhiasan, dan
lain-lain.
- Tidak bergerak: tanah dan bangunan, mesin-mesin berat, kapal, dan
lain-lain.
3. Jaminan kebendaan non fisik (intangible securities)
Maksudnya adalah bahwa jaminan ini meliputi surat-surat obligasi, hak
tagih, dan surat berharga lainnya.
Ada pengelompokan yang cukup sederhana yaitu kredit tanpa jaminan atau
yang dikenal dengan uncecured loan. 33
Kredit yang lain dapat dikelompokkan menurut pemberiannya, yaitu
Kredit semacam ini biasanya tidak diberikan oleh undang-undang
Perbankan di Indonesia karena landasan pemberiannya hanya berdasarkan
kepercayaan, namun kalau untuk kalangan keluarga dan pengusaha hal ini masih
diperbolehkan asalkan satu dengan yang lain saling percaya.
34
1. Kredit yang terorganisasi (organized credit)
:
Kredit yang terorganisasi maksudnya adalah bahwa kredit ini diberikan
oleh lembaga-lembaga yang sudah mempunyai struktur dan organisasi
perusahaan dengan baik semisalnya bank dan lembaga non bank seperti
koperasi. Ada juga lembaga kredit pedesaan.
2. Kredit yang tidak terorganisasi (unorganized credit)
Kredit tidak terorganisasi ini maksudnya adalah kredit yang diberikan
oleh sekelompok orang yang tidak mempunyai organisasi resmi.
Kemudian ada juga kredit apabila dilihat dari segi alat buktinya atau
dikenal dengan instrument credit, yaitu sebagai berikut 35
1. Kredit secara lisan. Maksdunya adalah kredit yang perjanjiannya
dilakukan secar lisan. Biasanya hal ini terjadi apabila kedua belah
pihak sudah saling mengenal dengan baik. Kelemahannya adalah
apabila ada yang ingkar, maka sangat sukar dibuktikan karena tidak ada
bukti ikatan janjinya.
2. Kredit tercatat. Maksudnya adalah bahwa kredit ini merupakan semua
transaksi kredit yang dicatat dalam suatu catatan khusus tentang kredit.
Kredit ini biasanya dilakukan oleh kaum-kaum niaga.
3. Kredit dengan perjanjian tertulis. Maksudnya adalah bahwa setiap
kredit yang dilakukan maka dibuat sebuah perjanjian khusus kredit
terhadap hal itu. Hal ini sudah lumrah bagi masyarakat Indonesia dan
sering digunakan lembaga bank maupun non bank dalam pemberian
kreditnya.
Kemudian ada pula kredit yang diklasifikasikan menurut sumber dananya
yaitu sebagai berikut 36
1. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat. Maksudnya
adalah kredit ini ada dikarenakan oleh adanya kelebihand dari dana
simpanan masyarakat dalam sebuah lembaga. :
2. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan uang baru. Maksudya
adalah kredit ini ada dikarenakan adanya penambahan uang baru.
Namun, kredit ini biasanya yang menyebabkan faktor inflasi terjadi bila
35
Ibid. hal. 25
tidak ada penyeimbangan antara peningkatan jumlah produksi terhadap
jumlah uang beredar.
Ada juga kredit menurut negara pembelinya. Kelompok kredit itu adalah
sebagai berikut 37
1. Kredit dalam negeri. Yaitu kredit yang pemberi dan penerimanya
berasal dari dalam negeri. :
2. Kredit luar negeri. Yaitu kredit yang diberikan oleh pihak asing kepada
peminjam didalam negeri.
Kredit kemudian digolongkan juga kedalam 4 macam jenis kredit
berdasarkan kolektibilitasnya atau kemampuan membayarnya, yaitu38
1. Kredit lancar
:
2. Krdit kurang lancar
3. Kredit yang diragukan
4. Kredit macet.
Kredit-kredit yang telah disebutkan diatas adalah jenis-jenis kredit yang
digunakan oleh mayoritas lembaga bank dan non bank.
Ada juga pengelompokan kredit yang dibuat oleh koperasi simpan pinjam
yaitu C.U. Rukun Damai dimana dilakukan penelitian sehubungan dengan
kaitannya dengan perjanjian kredit.
Adapun jenis kredit yang dibuat oleh koperasi simpan pinjam C.U. Rukun
Damai ini adalah sebenarnya juga merupakan produk dari koperasi ini dalam lebih
Jenis-jenis pinjaman atau kredit itu antara lain sebagai berikut39
1. PINTAS (Pinjaman Terbatas)
:
Pinjaman ini adalah pinjaman yang diberikan oleh koperasi dalam
jumlah yang batasannya telah ditentukan, yaitu Rp. 500.000 dan hanya
bisa dipinjam oleh karyawan Koperasi ini dengan jangka waktu hanya
sebulan.
2. Pinjaman biasa (dibawah saham/ sama dengan dua kali saham)
Pinjaman ini maksudnya adalah pinjaman yang boleh diberikan oleh
koperasi tergantung dari jumlah saham atau dana yang disimpan
anggotanya. Maksimal pemberian pinjamannya hanya boleh dikali dua
dari jumlah sahamnya.
3. Pinjaman Potong Gaji
Pinjaman ini tentu sudah jelas artinya yaitu pembayarannya dilakukan
dari pemotongan gaji anggota yang melakukan pinjaman. Maka
koperasi ini menjalin kerjasama dengan instansi-instansi di tempat
dimana si anggota yang meminjam uang bekerja.
4. Pinjaman Semi Hipotik (Agunan/Surat Tanah)
Pinjaman ini tidak jauh beda dengan pinjaman dengan memakai agunan
atau jaminan. Jaminan disini bisa surat tanah atau juga surat berharga
lainnya.
5. Pinjaman UPAKOP (Usaha Pribadi Anggota Koperasi)
39
Pinjaman ini adalah pinjaman berdasarkan tujuannnya dimana koperasi
memberikan pinjaman dengan tujuan untuk meningkatkan usaha yang
dijalankan anggota koperasi. Pinjaman ini mirip dengan pinjaman
produktif.
6. Pinjaman Kutipan Harian (Pasar dan Luar Pasar)
Pinjaman ini adalah pinjaman yang cara angsurannya adalah dengan
membayar secara harian. Pinjaman ini dilakukan dengan pengutipan
oleh pegawai-pegawai lapangan koperasi setiap hari kepada para
anggota yang mayoritas berusaha di pasar maupun diluar pasar yang
sifatnya kecil-kecilan.
7. Pinjaman Musiman (Sistem Panen)
Pinjaman ini diberikan kepada anggota yang umumnya mempunyai
mata pencaharian yang tidak setiap bulan, melainkan pada masa-masa
panen semisal petani. Cara mengangsurnya adalah dengan menyicil
setiap panen datang tetapi dengan perjanjian yang dibuat sedemikian
rupa oleh notaris dikarenakan angsurannya juga lumayan lama.
C. Tujuan dan Fungsi Kredit
Kredit mempunyai beberapa tujuan dan fungsi yang diapat dijabarkan.
Adapun tujuan dan fungsi dari pengadaan kredit itu akan diuraikan sebagai
berikut40
1. Tujuan Kredit.
:
40
a). Profitability
Yang dimaksud dengan profitability adalah tujuan pengadaan kredit
untuk memperolhe hasil dari kredit tersebut berupa keuntunganj yang
didapat dari pemungutan bunga terhadap kredit tersebut.
b). Safety
Yang dapat didefenisikan dari safety adalah bahwa pengadaan kredit
itu bertujuan untuk memberikan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat
benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang cukup besar.
Baik lembaga keuangan bank maupun non bank seperti koperasi
menjalankan tujuan kredit diatas selain tujuan pribadi bank tersebut secara umum.
Hal itu dijalankan guna tercapainya kredit yang aman dan benar-benar
dapat digunakan sesuai sasaran dan tujuan yang ingin dicapainya.
2. Fungsi Kredit.
Secara umum kredit mempunyai fungsi untuk membantu kesejahteraan
masyarakat pada umumnya sehingga tercapailah kemakmuran dan kesejahteraan
bangsa.
Berikut akan diuraikan fungsi kredit bila dipandang dari sudut
perekonomian, yaitu 41
1. Kredit dapat meningkatkan dayaguna dari modal/uang
:
41
Fungsi ini adalah untuk menambah produksi suatu usaha dari modal
yang telah diperoleh sehingga lebih mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Kredit dapat meningkatkan dayaguna suatu barang
Fungsi ini meningkatkan dayaguna suatu barang semisall barang
mentah yang sudah diproduksi dapat ditingkatkan menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi dengan proses melakukan kredit.
3. Kredit dapat meningkatkan lalu lintas peredaran uang
Peredaran uang didalam fungsi ini adalah bahwa dengan adanya kerdit,
maka peredaran giro, check, wesel, promess dan surat-surat seperti itu
akan berkembang sehingga menambah kegairahan masyarakat dalam
berusaha.
4. Kredit dapat meingkatkan kegairahan masyarakat dalam berusaha
Dengan adanya kredit, maka masyarakat dapa melakukan usaha yang
mereka inginkan tanpa harus menunggu sampai mereka mendapatkan
modal yang cukup untuk memulai usahanya.
5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi
Kredit dalam arti ini adalah harus mengarah kehal-hal yang lebih
produktif dan usaha yang lebih berkembang dikarenakan apabila terjadi
inflasi maka bank harus pintar dalam memberikan kredit.
6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
Dalam hal ini kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
melalui kredit, maka secara otomatis pendapatan negara akan jauh
meningkat.
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Kredit sebagai alat hubungan internasional dalam hal memberikan
bantuan kepada negara-negara yang membutuhkan pinjaman untuk
membangun negara tersebut. Dalam hal ini biasanya dilakukan oleh
negara maju dengan bank yang sudah mapan. Seperti contoh negara
Indonesia dibantu dalam pinjaman luar negerinya oleh grup-grup
lembaga pemberi bantuan asing khusus untuk Indonesia.
D. Asas-Asas atau Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Adapun asas atau prinsip nya, kredit pun punya sejarah dan asas atau
falsafahnya sendiri.
Adapun falsafah yang paling dikenal untuk pemberian kredit ini adalah No
one likes to be in debt.42
Hal ini terjadi dikarenakan karena lembaga pemberi pinjaman juga
mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional.
Pendapatan-pendapatan nasional bergantung sebagian besar juga kepada hidup matinya suatu
usaha, maka untuk menjamin suatu usaha tetap berjalan, maka dibutuhkan
tambahan modal untuk memberikan kehidupan baru bagi usaha-usaha tersebut. Artinya adalah bahwa tidak seorang pun suka melakukan
hutang. Tetapi hal ini justru tampaknya tidak berlaku dengan semakin maraknya
orang melakukan kredit.
42
Disinilah kredit berperan besar. Jadi, tidak serta merta yang dibayangkan
kredit itu adalah hutang yang harus dibayar.
Berikut akan diberikan beberapa prinsip-prinsip pemberian kredit yang
didapat dari uraian panjang dari bab II ini yaitu sebagai berikut:
1. Kredit yang diberikan harus melihat jenis usahanya produktif atau tidak
2. Kredit yang diberikan wajib melihat apakah sipeminjam dapat
membayar dengan maksimal biaya yang mampu ditanggungnya agar
kemacetan pembayaran dapat dihindarkan.
3. Lembaga pemberi pinjaman harus bisa melihat apakah itikad baik
peminjam ada atau tidak.
4. Kredit tidak diberikan kepada mereka yang menggunakan kredit
tersebut untuk hal yang kurang bermanfaat.
E. Bentuk-bentuk Perjanjian Kredit
Ada beberapa bentuk perjanjian kredit yang akan dijelaskan. Namun di
dalam penulisan ini akan dijabarkan bentuk perjanjian kredit secara substansi atau
isi.
Adapun materi atau isi dari perjanjian kredit itu ada syarat-syarat yang
harus dapat dipenuhi sehingga perjanjian itu dapat dipertanggungjawabkan dan
tidak cacat hukum.
Materi-materi perjanjian itu yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut43
1. Syarat-syarat penarikan kredit pertama kali.
:
43
Syarat ini isinya tentang bagaimana cara mendapakan kredit didalam
perjanjian kredit
2. Klausul mengenai maksimum kredit
Adalah mengenai seberapa besar jumlah kredit yang dapat diperoleh
berdasarkan perhitungan dan resiko yang didapat
3. Klausul mengenai jangka waktu kredit
Adalah mengenai berapa lama kredit harus dibayar sampai lunas
4. Klausul mengenai bunga pinjaman
Adalah berapa besar bunga yang ditentukan. Bunga kredit bisa flat bisa
menurun, tergantung lembaga pemberi pinjamannya.
5. Klausul mengenai barang agunan kredit
Biasanya klausul ini ada dikarenakan jumlah kredit yang besar. Tetapi
kalusul ini adalah tidak mutlak digunakan.
6. Klausul asuransi
Apabila sipeminjam melakukan kredit, maka aka nada asuransi
terhadap kredit itu sendiri.
7. Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh lembaga pemberi kredit
Adalah segenap peraturan yang berisikan peraturan yang tidak
diperbolehkan pemberi pinjaman terhadap peminjam.
8. Tiger clause
Adalah klausul dimana lembaga pemberi pinjaman berhak mengakhiri
masa pinjaman secara sepihak apabila ada hal-hal diluar dugaan terjadi
Adalah biaya yang harus dibayar apabila si peminjam macet dalam
melakukan pembayaran.
10.Experience clause
Adalah ongkos tambahan dalam pembuatan perjanjian kredit
11.Klausul ketaatan pada lembaga pemberi pinjaman
Adalah klausul mengenai bahwa si peminjam harus taat dan mematuhi
isi perjanjian
12.Pasal-pasal tambahan
Pasal-pasal tambahan yang perlu dalam perjanjian kredit
13.Pasal penutup
Pasal yang menutup isi perjanjian kredit
Macam-macam perjanjian kredit ini kemudian dibagi kedalam dua
kelompok besar, yaitu :
1. Perubahan Perjanjiannya
a. Perjanjian Pembaruan Kredit. Adalah perjanjian untuk
memperpanjang jangka waktu pinjaman apabila si anggota tidak
sanggup membayar.
b. Perjanjian perpanjangan kredit. Perjanjian yang berisikan
perpanjangan jangka waktu pinjaman yang dilakukan sebelum
dilakukan perjanjian pembaruan.
c. Perjanjian tambahan kredit. Adalah perjanjian yang dilakukan
apabila ada hal-hal lain yang ingin ditambahakan sementara
2. Dari Wujud dan Bentuknya
a. Kredit uang. Yaitu perjanjian kredit yang dihubungkan dengan
penyerahan sejumlah uang kepada peminjam.
b. Kredit barang. Yaitu perjanjian kredit yang dihubungkan dengan
penyerahan barang atau sejumlah barang kepada peminjam dengan
pembayaran barang tersebut diangsur.
F. Sahnya Perjanjian Kredit
Maka sahnya perjanjian kredit tidak jauh beda dengan sahnya suatu
perjanjian. Didalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sahnya
perjanjian dikatakan apabila:
1. Sepakat kedua belah pihak mengikat dirinya
2. Kecapakan untuk membuat perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Hal itulah yang dapat membuat suatu perjanjian itu sah. Dalam perjanjian
kredit, untuk memperoleh keabsahannya ada beberapa tambahan, yaitu:
1. Adanya perjanjian itu dibuat oleh pihak ketiga selain kreditur dan
debitur. Didalam hal ini notaris bisa membantu membuat perjanjian
tersebut agar tidak melanggar undang-undang.
2. Adanya batasan maksimum bunga yang ditetapkan sehingga tidak
3. Adanya jangka waktu, jumlah pinjaman, jumlah angsuran, dan hal-hal
lain yang khusus didalam perjanjian kredit.
Hal-hal itulah yang dapat dikatakan membantu untuk membuat suatu
perjanjian kredit menjadi sah. Sebenarnya perjanjian kredit ini bebas dibuat tetapi
khusus perjanjian kredit tentu harus memuat ketentuan-ketentuan khusus agar