• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Standar 1: Profesionalisme Elemen Standar Deskripsi Ideal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aspek Standar 1: Profesionalisme Elemen Standar Deskripsi Ideal"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1.

(2)

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas

Aspek Standar 1: Profesionalisme

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi

sumpah/janji apoteker

Dalam melaksanakan pengabdian profesi,

apoteker senantiasa berpegang teguh pada

sumpah/janji apoteker Indonesia

1.2. Pelayanan apoteker

Setiap hari pada jam buka, minimal ada

satu apoteker pendamping untuk

memastikan terpenuhinya pelayanan

apoteker

1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode

etik apoteker Indonesia

Dalam bertindak dan mengambil

keputusan, apoteker berpedoman pada

prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker

Indonesia

1.4. Komitmen bekerja

Apoteker mempunyai komitmen bekerja

sesuai standar kefarmasian

1.5. Komitmen kehadiran

Apabila berhalangan /terlambat hadir

segera memberitahu kepada individu yang

tepat di tempat kerja

1.6. Tanggungjawab

Apoteker menyelesaikan semua tugas yang

menjadi tanggungjawabnya, dengan

berpedoman pada standar prosedur

opersional

1.7. Kualitas kerja

Penyelesaian semua pekerjaan di apotek,

dilakukan dengan berpedoman pada standar

praktik

1.8. Pencapaian penghargaan

Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar

praktik

1.9. Kemandirian

Apoteker mandiri dalam melakukan

pekerjaan kefarmasian, tanpa intervensi

orang lain

1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan bagi masyarakat

Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi

masyarakat, berpedoman pada standar

prosedur opersional dan dicatat dalam

catatan pengobatan

1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien

Dalam hal barang tidak tersedia,

pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan

dari tempat lain tanpa biaya tambahan

1.12. Perlakuan kepada pasien

(3)

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan

pasien untuk membayar

Apoteker memberikan alternatif pilihan

untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai

kemampuan bayar

1.14. Hubungan profesional dengan dokter

Apoteker membangun hubungan

profesional dengan dokter untuk

kemungkinan manajemen terapi terbaik

bagi pasien

1.15. Konsultasi dengan apoteker lain

Apoteker melakukan konsultasi dan

kerjasama dengan apoteker/apotek lain

1.16. Kesalahan terapi

Apoteker melaporkan kejadian kesalahan

terapi walaupun tidak ada orang lain yang

menyadari, untuk ditindaklanjuti

penyelesaiannya dengan baik

1.17. Kritik konstruktif

Apoteker merespon kritik konstruktif,

melalui penyediaan kotak saran

1.18. Belajar sepanjang hayat

Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

1.19. Program pengembangan profesi

berkelanjutan untuk peningkatan

kompetensi

Apoteker memiliki fasilitas yang

disediakan apotek dalam program

pengembangan profesi berkelanjutan bagi

peningkatan kompetensi

1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional

Apoteker secara teratur melakukan

penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional

1.21. Akses ke jasa informasi untuk

memungkinkan praktik efisien

Apoteker memiliki fasilitas akses tak

terbatas yang disediakan apotek ke sumber

informasi internet dan berbagai literatur

untuk kemungkinan praktik efisien

ASPEK STANDAR 2: MANAJERIAL

2.1. Pengelolaan sediaan farmasi

Pengelolaan sediaan farmasi melalui

perencanaan yang baik didukung kartu stok

dan buku defekta

2.2. Kualitas sediaan farmasi

(4)

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

2.3. Penyimpanan sediaan farmasi

Penyimpanan sediaan farmasi didukung

fasilitas yang lengkap: lemari pendingin

khusus, rak yang memenuhi persyaratan

penyimpanan pada kondisi ruangan dengan

temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata

untuk mempermudah pencarian

2.4. Obat kadaluwarsa / rusak

Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1

tahun terakhir akan kadaluwarsa dan

memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/ rusak

2.5. Penataan lingkungan apotek

Penataan lingkungan apotik sesuai dengan

fungsi area/ruangan yang mencerminkan

pengaturan profesional

2.6. Area Konseling

Area konseling tertutup/ terpisah dari

kegiatan lain

2.7. Ruang Tunggu

Mempunyai ruang tunggu yang nyaman

2.8. Keuntungan

Keuntungan diambil dengan menerapkan

HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek

2.9. Imbalan

Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan

yang telah ditetapkan, ditambah insentif

sesuai dengan perolehan laba

ASPEK STANDAR 3: DISPENSING

3.1. Persyaratan Administratif Resep

Dilakukan penilaian persyaratan

administratif resep

3.2. Penyerahan obat atas resep dokter

Penyerahan obat atas resep dokter

dilakukan oleh apoteker

3.3. Aspek ekonomi obat

Apoteker mempertimbangan aspek

ekonomi obat

3.4. Penyerahan obat keras

Penyerahan obat keras hanya melalui resep

dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa

resep dilayani oleh apoteker dan dicatat

dalam catatan pengobatan pasien

3.5. Penjelasan dan informasi obat

Apoteker memberikan penjelasan dan

informasi obat bagi pasien

ASPEK STANDAR 4: ASUHAN KEFARMASIAN

(5)

Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

4.2. Three prime questions

Apoteker menyampaian Three prime

questions pada penyerahan obat melalui

resep

4.3. Komunikasi dengan dokter tentang

kemajuan terapi pasien

Apoteker melakukan komunikasi dengan

dokter tentang kemajuan terapi pasien

4.4. Kesesuaian farmasetik

Apoteker mempertimbangankan kesesuaian

farmasetik

4.5. Pertimbangan Klinis

Apoteker melakukan pertimbangan klinis

4.6. Catatan Pengobatan Pasien

Apoteker membuat Catatan Pengobatan

Pasien

4.7. Monitoring Penggunaan Obat

Apoteker melakukan Monitoring

Penggunaan Obat

4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep

Apoteker melakukan pemilihan pengobatan

tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien

4.9. Rujukan pasien ke dokter

Apoteker melakukan rujukan pasien ke

dokter

ASPEK STANDAR 5: PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi

masyarakat

Apoteker menyediakan informasi kesehatan

bagi masyarakat

5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien

dan tenaga kesehatan lain

Apoteker menyediakan informasi obat bagi

pasien dan dokter

5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat

Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat dilakukan melalui diseminasi

informasi: penyebaran leaflet/brosur atau

poster; dan kegiatan pengabdian

(6)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

KATA PENGANTAR

Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU

Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas di Indonesia”, saya

membutuhkan sejumlah data melalui beberapa kuesioner. Untuk maksud tersebut, saya

mohon kesediaan Teman Sejawat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner

pertama sebagaimana Teman Sejawat terima melalui e-mail atau facebook, atau Teman

sejawat temukan di grup diskusi ini, dan selanjutnya klik "kirim" setelah diisi. Pernyataan

yang akan Teman Sejawat tanggapi terdiri dari "elemen praktik yang diusulkan" dan ":::

→deskripsi idealnya" Saya sangat berharap Teman Sejawat memberikan identitas secara

jujur dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang

salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban dan identitas Teman Sejawat akan dijaga

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya untuk

memberikan gambaran secara singkat, di bawah ini saya sampaikan abstak terkait

kuesioner ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Teman Sejawat sebagai

responden, saya ucapkan terimakasih

Peneliti,

Wiryanto

Fakultas Farmasi USU Medan

ABSTRAK

Praktik farmasi komunitas di Indonesia saat ini dideskripsikan sebagai praktik yang tidak

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengacu pada

kaidah-kaidah profesi. Praktik yang terjadi hanya sebagai kegiatan transaksi jual beli komoditas

bernama obat tanpa standar praktik dan dilakukan bukan oleh apoteker. Berbagai upaya

perbaikan telah dilakukan, akan tetapi praktik farmasi komunitas tetap saja berlangsung

mengikuti caranya sendiri. Obat tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang seolah

tanpa risiko pada penggunaannya, obat keras dijual tanpa resep dokter dan dilakukan oleh

siapa saja. Tujuan penelitian adalah tersedianya model konseptual revitalisasi praktik

farmasi komunitas/apotek, yang dirancang dengan mempertimbangkan berbagai aspek

permasalahan praktis di lapangan, mengakomodir pendapat dan masukan para apoteker

praktisi, akademisi dan tokoh pemerhati farmasi komunitas/apotek di Indonesia. Model

konseptual revitalisasi dimaksudkan sebagai sebuah model pembinaan dan pengawasan

dengan pendekatan pemecahan masalah dan peningkatan mutu secara bertahap dan

berkelanjutan (Plan Do Check Action). Target khusus yang ingin dicapai adalah kepastian

bahwa masyarakat terhindar dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional, dan

memastikan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat bagi peningkatan kualitas

hidup dari penyelenggaraan praktik farmasi komunitas di Indonesia. Untuk merancang

model dimaksud, tahap pertama dibutuhkan sebuah standar praktik farmasi komunitas

terdiri dari 5 aspek standar, yaitu: profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan

kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing tersusun atas

elemen-elemen praktik terpilih dan deskripsi idealnya. Pemilihan elemen-elemen-elemen-elemen praktik

dilakukan berdasarkan kelayakan dan relevansi dari sejumlah elemen-elemen praktik

serta pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi, tokoh pemerhati praktik

farmasi komunitas di Indonesia, melalui kuesioner menggunakan skala Likert lima poin

berkisar antara 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju.

(7)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

IDENTITAS RESPONDEN

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Alumnus Apoteker

USU

UNAND

UI

ITB

UNPAD

UGM

UNAIR

UNHAS

Yang lain:

Tahun Lulus Apoteker

Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek

Frekuensi Kehadiran di Apotek

Selama apotek buka

Setiap hari, pada jam tertentu

2-3 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

Yang lain:

Apoteker Pengelola Apotek merangkap Pemilik Modal Apotek

Ya

Tidak

Status Kepemilikan Apotek

BUMN

(8)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Pekerjaan Lain Selain Sebagai APA

Tidak ada

PNS

Non PNS

Kota Alamat Apotek:

Kuesioner Elemen-elemen Praktik Farmasi Komunitas

Aspek Standar 1: Profesionalisme

Sangat

Setuju

Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah /

janji apoteker ::: →Dalam melaksanakan

pengabdian profesi, apoteker senantiasa

berpegang teguh pada sumpah / janji

apoteker Indonesia

1.2. Pelayanan apoteker ::: →Setiap hari pada

jam buka, minimal ada satu apoteker

pendamping untuk memastikan

terpenuhinya pelayanan apoteker

1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik

apoteker Indonesia ::: →Dalam bertindak

dan mengambil keputusan, apoteker

berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik

Apoteker Indonesia

1.4. Komitmen bekerja ::: →Apoteker

mempunyai komitmen bekerja sesuai

standar kefarmasian

1.5. Komitmen kehadiran ::: →Apabila

berhalangan /terlambat hadir segera

memberitahu kepada individu yang tepat di

tempat kerja

1.6. Tanggungjawab ::: →Apoteker

menyelesaikan semua tugas yang menjadi

tanggung jawabnya, dengan berpedoman

pada standar prosedur opersional

(9)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju

Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.8. Pencapaian penghargaan ::: →Menunjukkan

kinerja terbaik sesuai standar praktik

1.9. Kemandirian ::: →Apoteker mandiri dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian, tanpa

intervensi orang lain

1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan

kesehatan bagi masyarakat :::

→Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi

masyarakat, berpedoman pada standar

prosedur opersional dan dicatat dalam

catatan pengobatan

1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien ::: →Dalam

hal barang tidak tersedia, pemenuhan

kebutuhan pasien diusahakan dari tempat

lain tanpa biaya tambahan

1.12. Perlakuan kepada pasien ::: →Apoteker

berinteraksi dengan pasien, memperlakukan

dengan rasa hormat yang sama, terlepas

dari latar belakang sosial atau kemampuan

bayarnya

1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien

untuk membayar ::: →Apoteker

memberikan alternatif pilihan untuk

pemenuhan kebutuhan pasien sesuai

kemampuan bayar

1.14. Hubungan profesional dengan dokter :::

→Apo

teker membangun hubungan

profesional dengan dokter untuk

kemungkinan manajemen terapi terbaik

bagi pasien

1.15. Konsultasi dengan apoteker lain :::

→Apoteker melakukan konsultasi dan

kerjasama dengan apoteker/apotek lain

(10)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju

Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.17. Kritik konstruktif ::: →Apoteker merespon

kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak

saran

1.18. Belajar sepanjang hayat ::: →Apoteker

mengikuti seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

1.19. Program pengembangan profesi

berkelanjutan untuk peningkatan

kompetensi ::: →Apoteker memiliki

fasilitas yang disediakan apotek dalam

program pengembangan profesi

berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi

1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan

aktivitas profesional ::: →Apoteker secara

teratur melakukan penilaian sendiri atas

kompetensi dan aktivitas profesional

1.21. Akses ke jasa informasi untuk

memungkinkan praktik efisien :::

→Apoteker memiliki fasilitas akses tak

terbatas yang disediakan apotek ke sumber

informasi internet dan berbagai literatur

untuk kemungkinan praktik efisien

Aspek Standar 2: Manajerial

2.1. Pengelolaan sediaan farmasi :::

→Pengelolaan sediaan farmasi melalui

perencanaan yang baik didukung kartu stok

dan buku defekta

2.2. Kualitas sediaan farmasi ::: →Pengadaan

sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.3. Penyimpanan sediaan farmasi :::

(11)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju

Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

2.4. Obat kadaluwarsa / rusak

::: →Membuat

penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun

terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan

obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak

2.5. Penataan lingkungan apotek ::: →Penataan

lingkungan apotik sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang mencerminkan

pengaturan profesional

2.6. Area Konseling ::: →Area konseling

tertutup/ terpisah dari kegiatan lain

2.7. Ruang Tunggu ::: →Mempunyai ruang

tunggu yang nyaman

2.8. Keuntungan ::: →Keuntungan diambil

dengan menerapkan HET, untuk memenuhi

biaya tetap apotek

2.9. Imbalan ::: →Apoteker menerima imbalan

sesuai imbalan yang telah ditetapkan,

ditambah insentif sesuai dengan perolehan

laba

Aspek Standar 3: Dispensing

3.1. Persyaratan Administratif Resep :::

→Dilakukan penilaian persyaratan

administratif resep

3.2. Penyerahan obat atas resep dokter :::

→Penyerahan obat atas resep dokter

dilakukan oleh apoteker

3.3. Aspek ekonomi obat ::: →Apoteker

mempertimbangan aspek ekonomi obat

3.4. Penyerahan obat keras ::: →Penyerahan obat

keras hanya melalui resep dokter,

penyerahan obat daftar OWA tanpa resep

dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam

catatan pengobatan pasien

(12)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Aspek Standar 4: Asuhan Kefarmasian

Sangat

Setuju

Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

4.1. Konseling ::: →Apoteker melaksanakan

konseling pada penggunaan obat

4.2. Three prime questions ::: →Apoteker

menyampaian Three prime questions pada

penyerahan obat melalui resep

4.3. Komunikasi dengan dokter tentang

kemajuan terapi pasien ::: →Apoteker

melakukan komunikasi dengan dokter

tentang kemajuan terapi pasien

4.4. Kesesuaian farmasetik ::: →Apoteker

mempertimbangankan kesesuaian

farmasetik

4.5. Pertimbangan Klinis ::: →Apoteker

melakukan pertimbangan klinis

4.6. Catatan Pengobatan Pasien ::: →Apoteker

membuat Catatan Pengobatan Pasien

4.7. Monitoring Penggunaan Obat :::

→Apoteker melakukan Monitoring

Penggunaan Obat

4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep :::

→Apoteker melakukan pemiliha

n

pengobatan tanpa resep yang paling sesuai

bagi pasien

4.9. Ruj

ukan pasien ke dokter ::: →Apoteker

melakukan rujukan pasien ke dokter

Aspek Standar 5: Pelayanan Kesehatan Masyarakat

5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi

masyarakat ::: →Apoteker menyediakan

informasi kesehatan bagi masyarakat

5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan

tenaga kesehatan lain ::: →Apoteker

(13)

Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas

(Sambungan)

Sangat

Setuju

Setuju Netral

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat

::: →Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat dilakukan melalui diseminasi

informasi: penyebaran leaflet/brosur atau

poster; dan kegiatan pengabdian

masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya

KOMENTAR DAN USUL/MASUKAN SECARA UMUM:

Mohon dituliskan dibawah ini

(14)

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas

1.2 Pearson Correlation .349*

1 .363**

1.4 Pearson Correlation .550** .456**

(15)
(16)

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

4.7 Pearson Correlation .388** .404**

(17)

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

(18)

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 48 96.0

Excludeda 2 4.0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.9560 40

(19)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Pembinaan

>44  Jalur distribusi obat-obatan hendaknya diperketat pengawasannya dan penjualan obat secara langsung dari PBF ke dokter harus ditertibkan, agar fungsi apotek benar-benar seperti seharusnya dan apoteker dapat benar-benar bekerja secara profesional.

 Ketidakoptimalan apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian bukan sepenuhnya menjadi kesalahan apoteker yang berpraktik, tetapi regulasi pemerintah yang tidak tegas dan tidak konsisten terhadap peraturan dan undang-undang yang telah dibuat. Tidak ada sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar, tidak menjalankan undang-undang dan peraturan, sehingga praktik kefarmasian yang ideal tidak pernah teraplikasi sebagaimana seharusnya.

 Aturan yang sudah ada sudah cukup baik, yang perlu ditingkatkan

adalah sistem pengawasan. Kalau mengharapkan kesadaran

apoteker, itu sangat subjektif dan fluktuatif. Kalau ada pengawasan yang ketat maka apoteker, suka atau tidak suka, pasti akan melaksanakan apa yang telah diatur.

 IAI juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap kehadiran apoteker di sarana kefarmasian, dan IAI juga diberi wewenang untuk memberikan sangsi dan di mana sangsi tersebut juga sebagai rekomendasi utama di dinas kesehatan.

 Apotek dijadikan sarana berbisnis tanpa mempedulikan aturan dan etika, bahkan tidak jarang tidak mempedulikan keselamatan dan kesehatan pasien. Demi kelancaran bisnisnya, apoteker dirumahkan. Praktik farmasi komunitas/apotek tidak berjalan, yang ada hanya praktik bisnis obat yang tidak sesuai standar praktik dan tidak mengikuti kode etik.

 Paradigma pemberian obat keras yang tidak termasuk OWA tanpa menggunakan resep sudah terlanjur melekat di hampir semua apotek, bukan hanya karena kesalahan atau kemauan apoteker untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, tetapi melihat kondisi pasien juga harus dipertimbangkan.. semua butuh proses untuk sesuai atau diharap ideal seperti peraturan undang-undang.

 Banyak hal yang dituntut oleh organisasi keprofesian kepada pihak anggotanya guna mendapatkan pengakuan tanpa ikut serta dalam

memperhatikan kenapa anggota tidak tertarik dalam

keanggotaan.

 Dalam pelaksanaannya diharapkan IAI mampu membimbing dan

mengarahkan anggotanya untuk dapat melaksanakannya.

Pembinaan secara intens dan pelaksanaan bertahap perlu dilakukan mengingat terjadinya perubahan dalam pola fikir dan perilaku profesional apoteker.

 Penetapan standar minimal terlebih dahulu baru selanjutnya menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik

 Daftar OWA perlu ditambah jumlahnya

(20)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

(Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

 Organisasi profesi apoteker yang berwenang mengeluarkan standar toolkit yang edukatif dan interaktif untuk alat bantu konseling/edukasi pasien. Misal seperti Asosiasi Diabetes Amerika mengeluarkan berbagai perangkat untuk membantu petugas kesehatan maupun pasien dalam menghadapi kondisi penyakitnya. Keterampilan komunikasi apoteker-pasien-dokter harus dipastikan berada di atas rata-rata. Apotek jaringan untuk memfasilitasi apoteker muda dapat segera memiliki apoteknya sendiri dan juga menggalakkan bahwa apotek harus dimiliki oleh apoteker sendiri.

 Pemberian izin apotek ada baiknya dilakukan uji kelayakan oleh pemerintah dalam hal lokasi, jarak antar apotek, jangan asal diberi izin saja. Honor apoteker harus disesuaikan dengan standar kelayakan profesi

>36  Selama ini saya sebagai apoteker pengelola di sebuah apotek milik

perusahaan swasta sudah dituntut untuk kerja full time untuk dapat melayani informasi obat atau penyerahan obat kepada pasien yang membutuhkan, karena tuntutan pula dari IAI jawa barat khususnya depok menuntut motto tiada pelayanan tanpa apoteker. Sekarang bagaimana kepada teman sejawat kita yang bekerja di dinkes atau pemerintahan yang setiap hari bekerja di luar apotek tapi juga sebagai pemegang apoteker pengelola apotik (APA), kapan waktunya mereka akan mengabdi di apotek sesuai dengan motto di atas tadi....adilkah?

 Mohon peraturan yang ada juga disosialisasikan pada PSA...dan kalau perlu juga dirumuskan peraturan untuk PSA..., sehingga APA tidak selalu terombang-ambing antara peraturan untuk apoteker dengan ketentuan / kebijakan dari PSA. Selama ini sering mendengar teman-teman APA selalu jadi pihak yang lemah dalam

menghadapi PSA, minta kerja full time dengan meminta tambahan

fee 1% omset selalu dibilang kalau apotek untungnya kecil..., akhirnya PSA minta untuk off saja.. (seperti yang terjadi pada saya) sedangkan kita butuh kerja... dll masih banyak lagi...

 Masukan saja, saya berharap bukan hanya apotekernya saja yang

diterapkan PP atau peraturan lainnya, tetapi para owner/PSA pun

seharusnya disosialisasikan kewajibannya, agar para apoteker juga nyaman dan dapat menjalankan kefarmasiannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

 Di kota Kediri (3 kecamatan) ada 90 apotek, karena persaingan

menjadi tidak mudah menegakkan peraturan, kode etik,

(21)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

(Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Komitmen:

>50  Revitalisasi Praktek Kefarmasian oleh apoteker di Indonesia yang diperlukan adalah:

a. kesadaran apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berperan lewat pelayanan kefarmasian agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien

b. pergeseran paradigma dari product oriented ke patient oriented

c. pergeseran paradigma sehat > memberi peluang beragam

produk layanan kesehatan yaitu tidak hanya treating desease,

tapi managing desease, managing health dan preventing

desease

 Farmasi komunitas agar lebih eksis dengan membuat formula

bersama sebagai nilai tawar kepada pemilik modal dalam

penerapan pelayanan di apotek atas dasar standar profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian dan pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk penerapan imbalan, hak dan kewajiban Apoteker

 Yang paling penting apoteker punya jiwa entrepreneurship jangan hanya minta gaji besar saja, kasian PSA. Harus berani punya apotek sendiri. Apoteker cuma buat standar saja, masuk apotek nggak pernah .. bagaimana?

 Kalau tak sanggup melaksanakan standar kefarmasian sebagai apoteker pengelola apotek dengan alasan imbalan yang tak

memadai, sehingga tak bisa hadir selama jam buka apotek, jangan

menjadi apoteker pengelola apotek, daripada bikin malu profesi apoteker.

 Dan saya yakin, akan terjadi kesenjangan antara yang diisi di kuisioner ini dengan yang sedang apoteker praktekkan saat ini....

Poinnya apoteker suka ber-retorika tapi sebenarnya mereka

malas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kuisioner tsb di atas.., ini pengalaman saya membina apoteker baik melalui Dinkes maupun organisasi ISFI/IAI.

 Realita dilapangan memang masih banyak apoteker yg belum menerapkan pharmaceutical care

 Dalam berprofesi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sebaiknya diperlukan komitmen dan kerjasama dari teman-teman sejawat untuk menjaga dan menghidupkan profesi ini.

 Semoga peran apoteker di Indonesia kembali ke jalur yg benar, sesuai dengan tanggungjawab yang sesungguhnya

(22)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

(Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

Kompetensi: pertama diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya, agar visi dan misinya sebagai penghasil apoteker yang kompeten terwujud. Kompetensi yang dimaksud harus sejalan dengan perbaikan

kesejahteraan apoteker itu sendiri, agar apoteker tetap

bertanggungjawab melaksanakan perannya selama apotek

beroperasi (buka), bukan seperti yang terjadi sekarang ini, duduk2 di hotel 3 hari sudah mengantungi sertifikat kompetensi. Tiga hari yang sangat singkat mengalahkan kuliah reguler 5-7 tahun…. bingung

 Agar setiap organisasi profesi (IAI) di berbagai cabang meningkatkan aktivitas ilmiah untuk menambah ilmu apoteker. Apoteker sudah saatnya menunjukkan citra diri dan profesi sebagai sebuah profesi yang dikenal masyarakat luas. Selalu menambah ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan ilmu dan peraturan perundang-undangan terbaru untuk menambah rasa percaya diri.

 Merupakan suatu keharusan, bahwa informasi obat harus dari seorang apoteker bukan profesi lain. Profesi kesehatan lain adalah mitra bagi seorang apoteker bukan pesaing atau musuh, bahkan jangan sampai ada kesan seorang apoteker adalah seorang polisi bagi profesi kesehatan lain. Pengobatan oleh apoteker harus

rasional. Seorang apoteker tidak boleh berhenti dan puas hanya

bisa menguasai ilmu farmasi saja, seorang apoteker harus belajar

ilmu leadership, public speaking, team work dan ilmu2 manajemen

lain. Ilmu kewirausahaan, pemasaran, ilmu psikhologi juga penting diketahui seorang apoteker.

 Menurut saya, apoteker masa kini sudah waktunya untuk muncul

sebagai profesi yg dikenal masyarakat, bukan hanya sekedar tokoh

dibelakang layar di balik berdirinya sebuah apotek. Masyarakat wajib tahu bahwa kita adalah profesi yang paling tepat untuk memberikan segala informasi tentang obat dan sediaan farmasi, karena memang pada dasarnya kita lah yang dibekali ilmu detail tentang itu semua dibanding para medis lain, atau bisa disebut apoteker=ahli obat. Untuk mewujudkan itu semua, sudah sepantasnya kita memperluas wawasan dengan manambah ilmu serta menerapkanya pada pasien,.. Boleh saja kalau berorientasi profit, tapi jangan se-mata2 profit, jadi ada hubungan timbal balik yang tepat antara pasien dan apoteker.

Program pendidikan perlu dibenahi agar dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas apoteker. Juga apoteker perlu selalu belajar dan belajar selama masih aktif melakukan praktek kefarmasian.

(23)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

(Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

 Praktik apoteker perlu penyiapan SDM yang mumpuni di bidang klinik/farmakoterapi. Dengan bekal ilmu cukup didorong supaya percaya diri bertemu pasien ataupun dokter. Mungkin akan lebih mudah bila apoteker sekaligus sebagai PSA dan APA

 Kuisener ini ideal banget. Kapan kira-kira apoteker Indonesia

dianjurkan standby di apotek, tolong IAI juga menstandarkan gaji apoteker di atas 2 juta....untuk syarat pendirian apotek yang bukan milik apoteker... karena sebagian apoteker masih berat bila stanbay karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi bila cuma standby di apotek saja. mohon ditinjau kembali....

 Dengan banyaknya tanggungjawab seorang apoteker sebaiknya kesejahteraan apoteker juga harus diperjuangkan... di mana profesi apoteker di lapangan seperti profesi kelas dua, dokter yang

pada kenyataannya lebih banyak memegang peranan... IAI sebagai

wadah perkumpulan apoteker harus lebih konsen dan merangkul anggota-anggotanya agar profesi apoteker benar-benar lebih maju dan berperan sesuai fungsinya.

 Sampai saat ini apotek tidak/belum bisa terlepas dari faktor sebagai komoditas ekonomi, karena sebahagian besar apotek melibatkan PSA yang bukan apoteker. Saya sangat setuju dengan adanya PP 51/2009 dan Permenkes 889/2011, tapi pertanyaannya… apakah PSA bersedia meningkatkan penghasilan/kesejahteraan apoteker, kemudian apakah bisa meningkatkan omset dari apotik. Bagaimana dengan apoteker-apoteker yang PNS (lebih dari 70% jumlah apotek yang ada ditangani oleh apoteker-apoteker PNS), Tentunya ini akan meminimalisir pelayanan kesehatan masyarakat di bidang farmasi... Perlunya ke depan untuk memikirkan bagaimana agar kesejahteraan apoteker lebih baik dari sekarang (yang jelas2 tidak menjanjikan).

 Apoteker selain dituntut untuk bertanggungjawab pada pengelolaan

dan penggunaan obat juga memiliki kewajiban selalu

meningkatkan pengetahuan melalui seminar ataupun evidence base

kasus lapangan.... untuk itu perlu juga diperhatikan hak-haknya

sehingga dengan kesejahteraan yang baik tuntutan masyarakat

atas keprofesian apoteker dapat terpenuhi....

 Dengan tanggungjawab yang cukup berat sebagai penanggung-

jawab apotek, hendaknya disesuaikan dengan standar upah yang

diterima oleh apoteker, dan sosialisasi praktik farmasi/apotek juga ditekankan ke pemilik apotek dan instansi/profesi yg terkait, sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya.

(24)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

(Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

 Imbalan yang diberikan kepada apoteker yang berpraktik tidak sesuai dengan besarnya tanggungjawab dan pekerjaan yang harus dilakukan. dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan pekerjaan kefarmasian yang lebih aplikatif di Indonesia.. Sehingga para Apoteker dapat melakuan tugasnya dengan profesional. Dengan demikian profesi apoteker dapat diakui di antara para tenaga kesehatan lainnya dan juga dikenal oleh negara dan masyarakat. Dan akhirnya kita dapat memperjuangkan hak-hak/upah atas jasa profesi kita.

 Semoga model praktek farmasi komunitas seperti ini dapat terwujud dan dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia.

 Semoga saja semua elemen-elemen praktik di atas dapat diterapkan....

Elemen-elemen praktik farmasi, yang telah dipaparkan sangat bagus sekali untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang farmasi.

 Semoga hasil dari penelitian ini dapat direalisasikan secara nyata, tidak hanya sekedar wacana saja.

Kuesioner ini sangat tepat untuk dilakukan, agar kita semua tau seberapa profesionalisme apoteker saat ini yang diterapkan di masyarakat, dan hal itu bisa sebagai tolok ukur atau indikator, sudah pantaskah kita disebut ahli obat yang profesional...

Komentar

>15  Semakin banyaknya pertumbuhan apotek seharusnya akan

meningkatkan kualitas pelayanan dalam artian persaingan lebih mengarah kepelayanan. Tetapi yang sering saya liat ada beberapa apotek yang justru karena adanya kompetitor bukannya meningkatkan pelayan atau ketersediaan obat tapi kok justru menjalin kerjasama dengan dokter yang mau memberikan resep sejenis narkotika/psikotropika, yang mana pasiennya adalah anak muda, dalam artian resep yang dibuat memang hanya untuk memberi kemudahan bagi para pecandu obat tersebut. Apakah dengan begitu secara tidak langsung apotek tersebut berperan terhadap peredaran obat terlarang? Kenapa dibiarkan adanya apotek seperti itu? Sungguh sangat miris sekali.

 Sebaiknya ditambahkan kuesioner tentang "APA boleh melakukan praktek lebih dari 1 tempat, seperti dokter"

 HET terkadang dapat dijadikan acuan harga tetapi tidak selalu karena ketika harga obat naik tetapi HET yg dicantumkan tidak ikut naik. Itu menjadi penyebab pasien atau konsumen protes terhadap harga.

 Mengenai kehadiran apoteker selama apotek buka: DILEMA buat apoteker.

 Secara profesional, ini memang keharusan sebagaimana halnya di

negara-negara maju. Namun prakteknya, bisa menyulitkan

(25)

Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi

komunitas

(Sambungan)

Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih

 Apotek perlu jam buka semaksimal mungkin (jika tidak bisa 24 jam, setidaknya buka pukul 08.00 s/d 21.00) untuk memaksimalkan pendapatan. Sementara itu, jika harus ada apoteker pendamping demi tercapainya apotek buka hanya jika ada apotekernya, maka

berarti APA harus berbagi pendapatan dengan apoteker

pendamping (aping) padahal tidak semua apotek beromset tinggi. Atau, apabila tanpa aping maka berarti apoteker harus bekerja melebihi jam kerja umum. Bukankah ini merugikan apoteker?

 Namun jika apotek buka tanpa apoteker, maka sama saja menghapus peranan apoteker. Alias, ada atau tidak ada apoteker, adalah sama saja. Di mana, keberadaan apoteker itu tidak dirasakan masyarakat.

 Menurut saya, lebih baik dilakukan jalan tengah. Yaitu, apoteker bisa saja tidak berada di apotek namun akses ke pelayanan pasien di apotek tetap berjalan. Misal, pasang CCTV di ruang racik untuk bisa memantau kerja AA dan di OTC untuk memantau penyerahan obat ke pasien. Apabila ada yang perlu disampaikan apoteker ke AA atau pasien, maka dilakukan lewat telpon. Demikian pula sebaliknya.

 Namun ini berarti harus tersedia komputer di rumah apoteker. Tapi

bagaimanapun, biaya operasional itu tetap lebih hemat

daripada harus membayar 2 apoteker

 Hendaknya dilakukan survei kepada pemilik modal apakah setuju dengan praktek farmasi seperti yang ada dalam kuestioner

(26)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

Kata Pengantar

Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU

Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas/Apotek di

Indonesia”, serta sebagai kelanjutan dari kuesioner

pertama yang telah selesai dilakukan,

saya membutuhkan data dari Sejawat para Apoteker Penanggung jawab Apotek. Data

dimaksud adalah ►diskripsi keadaan nyata elemen

-elemen standar praktik farmasi

komunitas/apotek di Indonesia saat ini. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan

Sejawat meluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 atau 3 pilihan

►diskripsi untuk masing

-

masing elemen standar dengan cara “klik” kolom dengan

nomor yang sesuai dengan nomor ►diskripsi yang sejawat pilih di baw

ah ini. Oleh

karena salah satu tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang

sesungguhnya dari praktik farmasi komunitas di Indonesia, maka suksesnya penelitian ini

sangat bergantung pada Sejawat dalam memberikan identitas dan pilihan ►deskri

psi

secara jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya.

Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Sejawat

akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Sejawat sebagai responden, saya ucapkan

terimakasih.

Medan, 22 Juni 2012

Peneliti,

Wiryanto

Fakultas Farmasi USU Medan

IDENTITAS RESPONDEN

Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Alumnus Apoteker

USU

UNAND

UI

ITB

UNPAD

UGM

UNAIR

UNHAS

(27)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Tahun lulus apoteker:

Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek

Tuliskan dalam angka saja berapa tahun Teman Sejawat bekerja sebagai Apoteker

Pengelola Apotek

Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek

PNS di lingkungan Badan POM

PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan

PNS di Rumah Sakit Pemerintah

Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri

Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta

Tidak ada pekerjaan lain

Yang lain:

Frekuensi Kehadiran di Apotek

Selama apotek buka

Setiap hari, pada jam tertentu

2-4 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

Yang lain:

Imbalan per bulan (Rp.)

Sampai dengan 1.000.000

>1.000.000 - 2.000.000

>2.000.000 - 3.000.000

>3.000.000 - 4.000.000

>4.000.000

Yang lain:

Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan

Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan

(28)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Usulan Sejawat tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan

Kenyataan imbalan yang diterima APA pasti jauh dari harapan, dan sudah barang tentu tidak mudah untuk memenuhinya, tuliskan usul sejawat tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut

Kemungkinan upaya yang sejawat usulkan berhasil

Pilih kemungkinan upaya yang sejawat usulkan dapat berhasil sehubungan dengan keadaan nyata di lapangan

sangat mungkin

mungkin

tidak mungkin

Kepemilikan Apotek

Milik Sendiri

Milik PSA perorangan

Milik Perusahaan Swasta

Milik BUMN

Yang lain:

Rata-rata jumlah lembar resep per hari.

Tuliskan dalam angka saja

Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep.

Tuliskan dalam angka saja

Rata-rata omset (Rp.) per hari.

Tuliskan dalam angka saja

Jumlah tenaga kefarmasian selain Apoteker Penanggung Jawab Apotek.

Tuliskan dalam angka saja

Apoteker Pendamping

(29)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Kota / Kabupaten.

Tuliskan nama kota atau kabupaten dimana apotek berada

KUESIONER

Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya

Aspek Standar 1. Profesionalisme

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat

1

2

3

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam

melaksanakan praktik kefarmasian: ► 1. Senantiasa berpegang

teguh pada sumpah/janji ►

2. Tidak sepenuhnya berpegang teguh

pada sumpah/janji ► 3. Apoteker tidak melaksanakan praktik

kefarmasian

1.2. Pelayanan langsung apoteker: ► 1. Setiap hari pada jam buka,

minimal ada satu apoteker pendamping ► 2. Setiap hari pada jam

tertentu, tidak ada apoteker pendampi

ng ► 3. Tidak dilakukan,

tidak ada apoteker pendamping

1.3. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia,

dalam bertindak dan

mengambil keputusan: ► 1. Berpedoman

pada prinsip-

prinsip kode etik ► 2. Tidak

sepenuhnya

berpedoman pada prinsip-

prinsip kode etik ► 3. Tidak pernah

bertindak dan mengambil keputusan

1.4. Komitmen bekerja apoteker: ► 1. Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai standar praktik ► 2. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai

kondisi dan situasi ► 3. Tidak menunjukkan kinerja

1.5. Komitmen kehadiran apoteker, bila terlambat/berhalangan hadir:

► 1. Segera memberitahu ► 3. Tidak memberitahu

1.6. Tanggungjawab apoteker dalam menyelesaikan tugas: ► 1.

Menyelesaikan seluruh

tugas yang menjadi tanggungjawabnya ►

2. Menyelesaikan sebagian tugas yang menjadi

tanggungjawabnya ► 3. Tidak menyele

saikan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya

(30)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

1

2

3

1.8. Dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker: ► 1.

Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain ► 2.

Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan

situa

si ► 3. Tidak melakukan praktik kefarmasian

1.9. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: ►

1. Diusahakan dari tempat lain

tanpa biaya tambahan ► 2.

Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan ► 3. Tidak

diusahakan dari tempat lain

1.10. Perlakuan apoteker

kepada pasien: ► 1. Berinteraksi dengan

pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan

bayarnya ►

2. Berinteraksi dengan pasien bila diperlukan

► 3.

Tidak berinteraksi dengan pasien

1.11. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait

ketidakmampuan pasien untuk membayar: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Dilakukan oleh siapa saja

1.12. Hubungan profesional apoteker dengan dokter: ► 1. Dibangun

untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien ► 3.

Tidak dibangun

1.13. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek

lain: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan

1.14. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: ► 1.

Menindaklanjuti penyelesaiannya ► 3. Tidak menindaklanjuti

penyelesaiannya

1.15. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: ► 1. Merespon

dengan menyediakan kotak saran ►

2. Merespon, tidak

menyediakan kotak saran ► 3. Tidak merespon, tidak

menyediakan kotak saran

1.16. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan

organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam

rangka belajar sepanjang hayat: ► 1. Lebih 60%

berpartisipasi/mengikuti ► 2. Kurang dari 60%

berpartisipasi/mengikuti ► 3. Kurang dari 30%

berpartisipasi/mengikuti

(31)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

1

2

3

1.18. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional

apoteker: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan

1.19. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk

memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih efisien: ► 1.

Disediakan apotek ► 3. Tidak disediakan apotek

Aspek Standar 2. Manajerial

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat

2.1. Pengelolaan sediaan farmasi: ► 1. Melalui perencanaan yang

baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong ► 2.

Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah

satu kartu stok atau buku catatan barang kosong ► 3.

Melalui

perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun

buku catatan barang kosong

2.2. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: ► 1.

Melalui jalur resmi ► 3. Tidak hanya melalui jalur resmi

2.3. Penyimpanan sediaan farmasi: ► 1. Didukung fasilitas yang

memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah

ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk

mempermudah pencarian ► 2. Kurang didukung fasilitas yang

memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang

memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang

kurang teratur ► 3. Tidak didukung fasilitas yang memadai:

lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi

syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur

2.4. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: ► 1. Me

mbuat penandaan

bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-

obat yang sudah kadaluwarsa/rusak ► 2. Tidak

membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan

kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/rusak ►

3. Tidak menangani secara khusus

obat-obat kadaluwarsa/rusak

2.5. Penataan lingkungan apotek: ► 1. Sesuai dengan fungsi

area/ruangan yang me

ncerminkan pengaturan profesional ► 2.

Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan ► 3. Tidak melakukan

penataan lingkungan apotik

(32)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

1

2

3

2.7. Ruang Tunggu: ► 1. Nyaman ► 2. Seadanya ► 3. Tidak punya

2.8. Keuntungan: ► 1. Menerapkan sistem yang dapat menjamin

pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah

yang wajar ► 3. Menerapkan sistem yang tidak dapat menjamin

pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah

yang wajar

2.9. Imbalan apoteker: ► 1. Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif

sesuai omset ► 2. Layak sesuai ketentuan ► 3. Tidak layak,

tidak sesuai ketentuan

Aspek Standar 3. Dispensing

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat

3.1. Pengecekan p

ersyaratan administratif resep: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ►

2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Tidak dilakukan pengecekan

3.

2. Penyerahan obat atas resep dokter: ► 1. Dilakukan oleh apoteker

► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan

oleh siapa saja

3.3. Pertimbangan aspek ekonomi obat: ► 1. Dilakukan oleh Apoteker

► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

dilakukan

3.4.

Penyerahan obat keras: ► 1. Hanya melalui resep dokter ► 2.

Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh

apoteker ► 3. Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep

dokter oleh siapa saja

3.5. Penjelasan dan informasi obat: ► 1. Diberikan oleh Apoteker ►

2. Diberikan oleh tenaga kefarmasian ► 3. Diberikan oleh siapa

saja

Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat

(33)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

1

2

3

4.2. Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep: ► 1.

Disampaikan oleh apoteker penanggungjawab apotek ► 2.

Disampaikan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

dilakukan

4.3. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian terapi obat

► 1.

Dilakukan oleh apoteker 2. Dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasia

n ► 3. Tidak dilakukan

4.4. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ►

3.

Tidak dilakukan

4.5. Pertimbangan Klinis: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.

Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan

4.6. Catatan Pengobatan Pasien: ► 1. Diselenggarakan oleh apoteker

► 2. Diselenggarakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

diselenggarakan

4.7. Monitoring Penggunaan Obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.

Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan

4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien:

► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasian ► 3

. Dilakukan oleh siapa saja

4.9. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter: ► 1. Dilakukan oleh

apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.

Tidak dilakukan

Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat

5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat,

pasien, dan tenaga kesehatan lain ► 1. Disediakan oleh Apoteker

► 2. Disediakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak

disediakan

(34)

Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik

Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Usulan/masukan yang lebih konstruktif pilihan deskripsi:

Apabila ada mohon dituliskan dibawah ini

(35)

Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas

Aspek Standar 1. Profesionalisme

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi

sumpah / janji dalam melaksanakan

praktik kefarmasian

Senantiasa berpegang teguh pada sumpah /

janji

1.2 Akuntabilitas apoteker memenuhi kode

etik apoteker Indonesia, dalam

bertindak dan mengambil keputusan

Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik

1.3. Komitmen bekerja apoteker

Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar

praktik

1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam

melakukan praktik kefarmasian,

Mempunyai kemandirian sikap, tanpa

intervensi orang lain

1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien

Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari

latar belakang sosial atau kemampuan

bayarnya

1.6. Pelayanan langsung apoteker

Setiap hari pada jam buka, minimal ada

satu apoteker pendamping

1.7. Hubungan profesional apoteker dengan

dokter

Dibangun untuk kemungkinan manajemen

terapi terbaik bagi pasien

1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker

dengan apoteker dari apotek lain

Dilakukan

1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian

kesalahan terapi

Menindaklanjuti langsung penyelesaiannya

1.10. Sikap apoteker terhadap kritik

konstruktif

Menyediakan kotak saran untuk merespon

1.11. Sikap apoteker terhadap

seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

setempat dalam rangka belajar

sepanjang hayat

Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti

1.12. Penilaian apoteker sendiri atas

kompetensi dan aktivitas

profesionalnya

Dilakukan

Aspek Standar 2. Manajerial

2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas

kerja

Berpedoman pada standar prosedur

opersional dalam menyelesaian semua

pekerjaan

2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam

hal barang tidak tersedia

(36)

Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

2.3. Fasilitas untuk mengikuti program

pengembangan profesi berkelanjutan

dalam rangka peningkatan kompetensi

Lebih dari 60% diberikan apotek

2.4. Akses ke sumber informasi internet

dan berbagai literatur untuk

memungkinkan praktik apoteker

menjadi lebih baik

Disediakan apotek

2.5. Pengelolaan sediaan farmasi

Melalui perencanaan yang baik, didukung

kartu stok dan buku catatan barang kosong

2.6. Pengadaan sediaan farmasi

hubungannya dengan kualitas

Melalui jalur resmi

2.7. Penyimpanan sediaan farmasi

Didukung fasilitas yang memadai: lemari

pendingin khusus, rak yang memenuhi

persyaratan penyimpanan dengan

temperatur ruangan yang telah ditetapkan,

dengan penataan yang sangat teratur untuk

mempermudah pencarian penyimpanan,

dengan penataan yang kurang teratur

2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak

Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1

tahun ke depan akan kadaluwarsa,

memisahkan obat-obat yang sudah

kadaluwarsa/ rusak

2.9. Penataan lingkungan apotek

Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang

mencerminkan pengaturan profesional

2.10. Area Konseling

Tertutup/ terpisah dari kegiatan lain

2.11. Ruang Tunggu

Nyaman

2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai

tenaga profesional

Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif

sesuai omset

ASPEK STANDAR 3. DISPENSING

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

3.1. Pengecekan persyaratan administratif

resep

Dilakukan oleh Apoteker

3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat

Dilakukan oleh Apoteker

3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk

pemenuhan kebutuhan terkait

ketidakmampuan pasien untuk

membayar

Dilakukan oleh apoteker

(37)

Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas

(Sambungan)

Elemen Standar

Deskripsi Ideal

3.5. Penyerahan obat atas resep dokter

Dilakukan oleh apoteker

3.6. Penjelasan dan informasi obat

Diberikan oleh Apoteker

Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian

4.1. Konseling pada penggunaan obat

Dilakukan oleh apoteker

4.2. Komunikasi dengan dokter tentang

kemajuan terapi pasien

Dilakukan oleh apoteker

4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik

Dilakukan oleh apoteker

4.4. Pertimbangan Klinis

Dilakukan oleh apoteker

4.5. Catatan Pengobatan Pasien

Diselenggarakan oleh apoteker

4.6. Monitoring Penggunaan Obat

Dilakukan oleh apoteker

4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang

paling sesuai bagi pasien

Dilakukan oleh apoteker

4.8. Rujukan pasien ke dokter, bila

diperlukan,

Dilakukan oleh apoteker

Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

5.1. Informasi kesehatan termasuk

informasi obat bagi masyarakat,

pasien, dan tenaga kesehatan lain

Disediakan oleh Apoteker

5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan

masyarakat

Dilakukan melalui diseminasi informasi:

penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan

kegiatan pengabdian masyarakat:

(38)

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar

DESKRIPSI ELEMEN

1

2

3

HASIL

PENILAIAN

BOBOT NILAI

4

2

0

Standar 1. PROFESIONALISME

1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi

sumpah/janji dalam melaksanakan

praktik kefarmasian:

Senantiasa berpegang teguh

pada sumpah/janji

Tidak sepenuhnya berpegang

teguh pada sumpah/janji

Tidak berpegang teguh pada

sumpah/janji

0

1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi

kode etik apoteker Indonesia, dalam

bertindak dan mengambil keputusan:

Berpedoman pada

prinsip-prinsip kode etik

Tidak sepenuhnya

berpedoman pada

prinsip-prinsip kode etik

Tidak pernah bertindak dan

mengambil keputusan

0

1.3. Komitmen bekerja apoteker:

Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai standar praktik

Menunjukkan kinerja terbaik

sesuai kondisi dan situasi

Tidak menunjukkan kinerja

0

1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam

melakukan praktik kefarmasian:

Mempunyai kemandirian

sikap, tanpa intervensi orang

lain

Tidak mempunyai

kemandirian sikap, mengikuti

kondisi dan situasi

Tidak melakukan praktik

kefarmasian

0

1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:

Berinteraksi dengan pasien,

terlepas dari kondisi dan

situasi

Berinteraksi dengan pasien,

tergantung kondisi dan

situasi

Tidak berinteraksi dengan

pasien

0

(39)

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar

(Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN

1

2

3

HASIL

PENILAIAN

BOBOT NILAI

4

2

0

1.6. Pelayanan langsung apoteker:

Setiap hari pada jam buka,

minimal ada satu apoteker

pendamping

Setiap hari pada jam tertentu

Tidak setiap hari

0

1.7 Hubungan profesional apoteker

dengan dokter, untuk kemungkinan

manajemen terapi terbaik bagi pasien:

Dibangun

Tidak ada deskripsi

Tidak dibangun

0

1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker

dengan apoteker dari apotek lain,

menuju praktik farmasi yang baik:

Dilakukan

Tidak ada deskripsi

Tidak dilakukan

0

1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian

kesalahan terapi:

Menindaklanjuti secara

langsung penyelesaiannya

Tidak ada deskripsi

Tidak menindaklanjuti

secara langsung

penyelesaiannya

0

1.10 Sikap apoteker terhadap kritik

konstruktif:

Menyediakan kotak saran

Tidak ada deskripsi

Tidak menyediakan kotak

(40)

Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar

(Sambungan)

DESKRIPSI ELEMEN

1

2

3

HASIL

PENILAIAN

BOBOT NILAI

4

2

0

1.11. Sikap apoteker terhadap

seminar/pelatihan yang

diselenggarakan organisasi

profesi/perguruan tinggi farmasi

setempat dalam rangka belajar

sepanjang hayat:

Lebih 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 60%

berpartisipasi/mengikuti

Kurang dari 30%

berpartisipasi/mengikuti

4

1.12. Penilaian apoteker sendiri atas

kompetensi dan aktivitas

profesionalnya :

Dilakukan

Tidak ada deskripsi

Tidak dilakukan

4

Standar 2. MANAJERIAL

2.1. Mewujudkan kualitas dan

akuntabilitas kerja:

Menerapkan standar prosedur

opersional dalam

menyelesaian semua pekerjaan

Tidak ada deskripsi

Tidak berpedoman pada

standar prosedur opersional

dalam menyelesaian semua

pekerjaan

4

2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien

dalam hal barang tidak tersedia:

Diusahakan dari tempat lain

tanpa biaya tambahan

Diusahakan dari tempat lain

dengan biaya tambahan

Tidak diusahakan dari

tempat lain

4

2.3. Fasilitas untuk mengikuti program

pengembangan profesi berkelanjutan

dalam rangka peningkatan kompetensi:

Lebih dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 60% diberikan

apotek

Kurang dari 30% diberikan

Referensi

Dokumen terkait

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

1) Humas berperan dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi Manado dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas dengan informasinya mampu memberi pengetahuan

Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan kebijakan nasional tersebut seyogianya berupa suatu

Tugas akhir yang berjudul “Analisis Pemilihan Moda Transportasi Alternatif Akibat Gangguan Operasional Kereta Commuter Indonesia Pada Rute Red Line Jakarta Kota -

Tapteng terdakwa melihat 1 (satu) unit sepeda motor jupiter warna merah sedang terparkir di depan rumah tersebut, sehingga timbul niat terdakwa untuk mengambil

Beri penilaian untuk setiap alternatif lokasi pada setiap faktor dengan menggunakan skala penilaian pada langkah 3.. Analisis tiap faktor dengan mengalikan bobot untuk tiap

Dari Gambar 9, dilakukan marking (penandaan) citra hasil segmentasi untuk menentukan wilayah potensi banjir di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat dengan fokus

Jadi karakteristik yang khas dalam pembelajaran sejarah adalah suatu kegiatan pembelajaran tentang kehidupan manusia dalam dimensi ruang dan waktu yang cara