• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI KEGIATAN USAHA PENITIPAN DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLIKASI KEGIATAN USAHA PENITIPAN DAN "

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Banks leading the development, besarnya peran perbankan dalam keseluruhan sistem keuangan nasional, menuntut peran lebih sektor perbankan yang dapat memberdayakan ekonomi masyarakat mengawal pencapaian pertumbuhan ekonomi, Sesuai dengan fungsi intermediary perbankan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 3 UU No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan) bahwa “Fungsi utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman (kredit)“.

Terbitnya Peraturan Bank Indonesia (selanjutnya ditulis PBI) No : 14/7/PBI/2012 Tanggal 23 November 2012 Tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) menambah jenis perjanjian yang berkembang dalam praktik perbankan. PBI ini merupakan tindak lanjut dari kebijakan makropudensial tentang penerimaan devisa hasil ekspor (DHE) dan devisa utang luar negeri (DULN) melalui perbankan di dalam negeri. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh fakta adanya kebutuhan bisnis khususnya di sektor migas yang masih menggunakan jasa Trustee oleh perbankan di luar negeri.dan Penggunaan konsep trust dalam aktivitas bisnis di Indonesia semakin berkembang, tidak hanya di dalam transaksi perbankan, namun juga di dalam transaksi pasar modal, dan investasi.

(2)

pihak ketiga dalam KUHPerdata dengan konsep trust, yang berasal dari common law system.

Dari sudut pandang hukum , konsep trust masih menimbulkan perdebatan , mengingat secara historis konsep trust berasal dari sistem hukum Anglo-Saxon (common law system) yang mengenal dual-ownership , dimana terhadap suatu benda dimungkinkan untuk dimiliki oleh subjek hukum berbeda, yaitu pemilik legal (legal owner) dan pemilik manfaat ( beneficial owner). Hal ini tidak dikenal dalam sistem hukum benda dan hukum perjanjian di Indonesia, namun eksistensi dari perjanjian trust ini dimungkinkan berdasarkan asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian (Pasal 1338 Ayat 1).

Dalam kegiatan trust yang dilakukan perbankan terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat yakni (i) settlor sebagai pihak yang memiliki dan menitipkan hartanya untuk dikelola oleh trustee; (ii) trustee yang terdiri dari bank yang melakukan kegiatan Trust; dan (iii) beneficiary yakni pihak yang menerima manfaat dari kegiatan Trust. Pada dasarnya hubungan hukum yang terjalin di antara settlor, trustee, maupun beneficiary termasuk ke dalam lingkup perjanjian.

Perjanjian pada umumnya diatur pada Pasal 1313 KUHPerdata, yang menyebutkan bahwa :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

(3)

trustee yang melakukan investasi asset berdasarkan instruksi yang jelas dan rinci dari settlor, yang disesuaikan dengan jenis kegiatan atau instrument yang digunakan.

Buku III KUHPerdata yang bersifat terbuka mengandung beberapa asas penting seperti asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas kepercayaan, asas kekuatan mengikat, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, dan asas kebiasaan.1 Miriam Darus Badrulzaman

menyatakan bahwa asas kebebasan berkontrak tersebut di atas pada dasarnya dibatasi juga oleh tanggung jawab para pihak.2 Asas-asas yang disebutkan di atas harus

dikandung dalam setiap perjanjian termasuk perjanjian Trust yang didesain oleh bank, yang dibentuk berdasarkan PBI No. 14/17/PBI/2002 tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan Pengelolaan (Trust).

PBI tersebut bertujuanmemberikan penguatan struktur pasokan devisa yang berssumber dari devisa hasil ekspor migas. Kegiatan Trust ini dilakukan oleh unit kerja yang terpisah dari unit bank lainnya. Ketentuan PBI ini akan bermanfaat untuk mengelola potensi devisa yang belum tergali secara maksimal.

Kegiatan Pengelolaan dan Penitipan (Trust) ini memiliki tiga fungsi yaitu; sebagai agen pembayar, sebagai agen investasi secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah serta sebagai agen peminjam dan atau agen pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Untuk menjalankan fungsi trustee, bank umum selain kantor cabang bank asing (KCBA) yang akan menjadi trustee harus memenuhi dua tahap yang harus ditempuh dan sudah di tentukan okeh Bank Indonesia. Pertama. harus memiliki izin prinsip dengan sejumlah syarat selain berbadan hukum Indonesia, Bank tersebut memiliki Kpaasitas untuk melakukan kegiatan Trust, mencantumkan rencana kegiatan Trust dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) yang sudah memperoleh

1 Miriam Darus Badrulzaman, KUHPerdata, Buku III, Hukum Perikatan dengan PEnjelasan,

Bandung, Alumni 2001, hlm. 108

(4)

assessment dari Bank Indonesia. Setelah itu Bank yang ingin memperoleh kegiatan trustee harus mendapatkan surat penegasan dari Bank Indonesia. Jika dua tahap ini sudah dipenuhi, baru sebuah bank dapat menjalankan kegiatan trustee nya.

Berdasarkan PBI tersebut, hubungan hukum yang mendasari kegiatan usaha penitipan dan pengelolaan ini didasarkan pada perjanjian, yakni perjanjian trust. Sebagaimana telah dijelaskan , perjanjian trust merupakan perjanjian yang berasal dari common law system. Oleh karena itu perlu dikaji perjanjian penitipan dan pengelolaan ( trust) berdasarkan PBI ini agar dalam praktik dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan berlakunya PBI tersebut dan harmonis dengan hukum yang berlaku. Ada pun judul penelitian yang diangkat adalah IMPLIKASI KEGIATAN USAHA PENITIPAN DENGAN PENGELOLAAN (TRUST) DALAM AKTIVITAS PERBANKAN TERHADAP PEMBAHARUAN HUKUM PERJANJIAN INDONESIA

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain :

1. Bagaimana kedudukan perjanjian penitipan dan pengelolaan (trust) dalam sistem hukum perjanjian Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab Bank terhadap pengelolaan asset yang dititipkan dan dikelola oleh Bank?

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegiatan Usaha Bank Pada Umumnya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya, tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat memerlukan terciptanya kondisi-kondisi dasar yaitu :

a) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; b) Penciptaan sector ekonomi yang kokoh serta;

c) Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.

Di sisi lain, perkembangan ekonomi nasional tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ekonomi dunia yang saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika Serikat.3

2.2 Kegiatan Penitipan Dan Pengelolaan (Trust) yang Di kelola Oleh Bank Indonesia telah mengambil kebijakan di sektor moneter melalui Bank Indonesia, kebijakan tersebut terkait devisa hasil ekspor dan utang luar negeri. Berdasarkan PBI no : 14/25/PBI/2012 Tentang Penerimaan Devisa Hasil ekspor dan Penarikan Devisa Luar Negeri, maka bank di Indonesia dimungkinkan untuk menawarkan kegiatan usaha yang berkenaan dengan penitipan dan pengelolaan asset (trust) berdasarkan perjanjian. Diharapkan dengan kebijakan ini, pasokan

(6)

devisa dapat menjadi lebih berkesinambungan (sustainable), yang dapat yang dapat dioptimalkan untuk keperluan kegiatan usaha bank yang mendukung pengelolaan devisa. Lebih lanjut pengelolaan devisa dapat dilakukan melalui kegiatan usaha bank berupa penitipan dan pengelolaan (trust) yang dapat mendukung peningkatan daya saing perbankan di dalam negeri, pendalaman pasar keuangan atau financial deepening, dan terwujudnya pasar keuangan yang aktif dan sehat..4

Jenis kegiatan penitipan pengelolaan ini merupakan wujud pengembangan dari jenis usaha bank yang sudah diatur didalam Pasal 6 UU perbankan. Didalam Pasal 6 huruf (i) diatur bahwa salah satu usaha bank adalah menyediakan Jasa Penitipan Untuk Kepentingan Pihak ketiga (custody).

Realisasi dari perkembangan Kegiatan usaha bank untuk penitipan dan pengelolaan (trust) dapat mendukung upaya Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai Rupiah. Upaya ini ini sesuai dengan fungsi Bank sebagai intermediary yang mempertemukan mereka yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang membutuhkan dana (Lack of Fund).

Sebelumnya Bank tidak diperkenankan untuk menyelenggarakan kegiatan trust sehingga peluang untuk menarik devisa sisa hasil ekspor dan utang luar negeri tidak terfasilitasi. Diharapkan dengan terbitnya PBI no 14/ 17/ PBI/2012 kelebihan dana yang berasal dari devisa hasil ekpor dan utang luar negeri dapat digunakan di dalam negeri, dan pada akhirnya dapat menunjang pembangunan ekonomi di Indonesia. Walaupun usaha dan jenis usaha bank termasuk pengembangan kegiatan usaha penitipan dan pengelolaan (trust) harus tetap patuh

(7)

terhadap prinsip utama dalam aktifitas perbankan yakni Prinsip kehati-hatian (prudential banking plinciples) 5

Berkaitan dengan kegiatan usaha ini, jika dilihat dari sudut pandang hukum perjanjian, pengembangan kegiatan usaha penitipan dan pengelolaan asset (trust) yang didasarkan pada perjanjian ini merupakan pengembangan dari jenis perjanjian yang tetap tunduk pada ketentuan umum dalam Buku III KUHPerdata Tentang Perikatan. KUHperdata merupakan produk system hukum Eropa Kontinental, namun dalam perkembangannya banyak produk hukum di Indonesia yang dipengaruhi oleh system hukum Anglo Saxon dan salah satunya adalah perjanjian trust sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.

Dalam kegiatan trust yang dilakukan perbankan terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat yakni (i) settlor sebagai pihak yang memiliki dan menitipkan hartanya untuk dikelola oleh trustee; (ii) trustee yang terdiri dari bank yang melakukan kegiatan Trust; dan (iii) beneficiary yakni pihak yang menerima manfaat dari kegiatan Trust. Pada dasarnya hubungan hukum yang terjalin di antara settlor, trustee, maupun beneficiary termasuk ke dalam lingkup perjanjian yang masi didasarkan Keada ketentuan-ketentuan umum dalam Buku II KUHPerdata diantaranya Pasal 1313, 1320 , dan 1338.

Buku III KUHPerdata yang bersifat terbuka mengandung beberapa asas penting seperti asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas kepercayaan, asas kekuatan mengikat, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, dan asas kebiasaan.6 Miriam

Darus Badrulzaman menyatakan bahwa asas kebebasan berkontrak tersebut di atas

5 Lihat Pasal 2, Pasal 8 dan Pasal 29 UU Perbankan.

6 Miriam Darus Badrulzaman, KUHPerdata, Buku III, Hukum Perikatan dengan PEnjelasan,

(8)

pada dasarnya dibatasi juga oleh tanggung jawab para pihak.7 Asas-asas yang

disebutkan di atas harus dikandung dalam setiap perjanjian termasuk perjanjian Trust yang didesain oleh bank, yang dibentuk berdasarkan PBI No. 14/17/PBI/2002 tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan Pengelolaan (Trust).

Terbitnya Peraturan Bank Inonesia PBI No : 14/7/PBI/2012 Tanggal 23 November 2012 Tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) menambah jenis perjanjian yang berkembang dalam praktik perbankan. PBI ini merupakan tindak lanjut dari kebijakan makropudensial tentang penerimaan devisa hasil ekspor (DHE) dan devisa utang luar negeri (DULN) melalui perbankan di dalam negeri. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh fakta adanya kebutuhan bisnis khususnya di sektor migas yang masih menggunakan jasa Trustee oleh perbankan di luar negeri.. berdasarkan PBI ini Bank akan bertindak sebagai trustee guna menarik potensi devisa dari industry Migas yang semula dikelola oleh trustee di luar negeri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan BI diperoleh keterangan bahwa Bank Indonesia mengambil peluang tersebut dengan cara mendorong perbankan domestic untuk menyediakan dan mengembangkan jasa yang diatur dalam UU Perbankan. Pasal 6 huruf 1 jo Pasal 9 UU Perbankan mengatur tentang kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak ketiga berdasarkan suatu kontrak. Selanjutnya kontrak yang dibuat harus memenuhi rambu-rambu sebagai berikut :

a. Bank Umum yang menyelenggarakan kegiatan penitipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf i bertanggung jawab untuk menyimpan harta mulik penitip dan memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak;

(9)

b. Harta yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat secara tersendiri; c. Dalam hal mengalami kepailitan, semua harta yang dititipkan pada

Bank tersebut tidak dimasukkan ke dalam harta pailit dan wajib dikembalikan kepada penitip yang bersangkutan.

Mengacu pada peluang mengembangkan jasa penitipan di atas, PBI menerbitkan PBI No : 14/17/PBI/2012 Tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan dan Pengelolaan (Trust). PBI ini tentu bukan satu2nya regulasi yang mengatur kegiatan trust di perbankan. Banyak regulasi terkait yang melengkapi UU Perbankan dan PBI tentang trust tersebut. Salah satu yang terkait dengan fungsi pengawasan terhadap aktivitas Trust ini, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No : 15/10/DPNP 2013 Tentang Laporan Kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) Bank Umum yang disampaikan kepada Bank Umum.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa hingga saat ini baru 3 Bank yang menawarkan jasa penitian dengan pengelolaan (trust) ini, yakni Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI. Berkenaan dengan kontrak sebagai dasar hubungan hukum bank selaku trustee dengan settlor/beneficiary, kewenangan Bank selaku trustee dibatasi oleh PBI. Selanjutnya Pasal 5 Ayat 1 PBI memgatur tentang kegiatan yang dapat dilakukan oleh Bank selaku trustee, yakni :

a) agen Pembayar (paying agent) ; kegiatan menerima dan melakukan pemindahan uang dan/atau dana, serta mencatat arus kas masuk dan keluar untuk dan atas nama Settlor.

b) Agen investasi dana secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah.; kegiatan menempatkan , mengkonversi, melakukan lindung nilai (hedging) dan mengadministrasikan penempatan dana untuk dan atas nama Settlor.

(10)

perjanjian trust. Disini Bank akan bertinfak sebagai perantara dalam rangka mendapatkan sumber-sumber pendanaan antara lain dalam bentuk pinjaman/pembiayaan.

Selanjutnya Pasal 14 Ayat 2 menegaskan bahwa seluruh kegiatan yang dimaksud wajib dilakukan berdasarkan instruksi tertulis dari settlor sebagaimana termuat dalam perjanjian trust.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam PBI , tugas bank sebagai trust dalam Perjanjian Trust sebatas pihak yang akan melakukan perbuatan hukum berdasarkan perintah tertulis untuk kepentingan settlor, yang sekaligus beneficiary. Dalam Pasal 1 butir 2 dan Pasal 23 dari PBI No. 14/17/PBI/2012 disebutkan bahwa perjanjian Trust yang dibuat secara tertulis harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a) penunjukan bank sebagai trustee b) penunjukan beneficiary

c) hak dan kewajiban para pihak, yaitu trustee, settlor, dan beneficiary d) kewajiban trustee untuk menjaga kerahasiaan data dan transaksi settlor

dan beneficiary, kecuali untuk kepentingan pelaporan kepada Bank Indonesia

e) harta Trust tidak termasuk dalam harta pailit dan wajib dikembalikan kepada settlor

f) pencatatan harta Trust dilakukan secara terpisah dari harta bank

g) pembebasan trustee dari tanggung-jawab (indemnification) terhadap kerugian, kecuali karena kelalaian (negligence) dan pelanggaran (unlawful conduct) yang dilakukan trustee

h) mekanisme penghentian perjanjian Trust

i) penunjukan trustee pengganti dalam hal bank sebagai trustee dicabut izin usahanya sebagai bank baik atas inisiatif Bank Indonesia maupun atas Permintaan bank (self liquidation), atau dicabut persetujuan prinsipnya untuk melakukan kegiatan Trust

(11)

k) pilihan hukum (choice of law)

l) yurisdiksi pengadilan apabila penyelesaian sengketa ditempuh melalui jalur hukum

m) klausula yang menyatakan bahwa kegiatan yang diperjanjikan dalam perjanjian Trust adalah kegiatan Trust sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia No. 14/17/PBI/2012

n) klausula yang menyatakan bahwa perubahan terhadap isi perjanjian hanya dapat dilakukan secara tertulis dan disepakati oleh para pihak o) tidak bertujuan untuk pencucian uang dan/ atau terorisme sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme

p) tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.

2.3 Perjanjian Pada Umumnya dalam Sistem Hukum Indonesia

Pengaturan mengenai perjanjian di Indonesia tercantum dalam Buku III KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata yang dimaksud dengan Perjanjian adalah:

“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih”.

(12)

disini hanya ditujukan terhadap hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja seperti yang dimaksud oleh Buku III KUHPerdata.

Hukum perjanjian dibicarakan sebagai bagian daripada hukum perikatan, sedangkan hukum perikatan adalah bagian daripada hukum kekayaan. Maka hubungan yang timbul antara para pihak di dalam perjanjian adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan. Karena perjanjian menimbulkan hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan, maka dapat kita simpulkan, bahwa perjanjian menimbulkan perikatan. Itulah sebabnya dikatakan, bahwa perjanjian adalah salah satu sumber utama perikatan. Dan karenanya ada yang mengatakan, bahwa perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1313 BW adalah perjanjian yang menimbulkan perjanjian yang menimbulkan perikatan atau perjanjian obligatoir. 8

Perjanjian selalu merupakan perbuatan hukum bersegi dua atau jamak, di mana untuk itu diperlukan kata sepakat para pihak. Akan tetapi tidak semua perbuatan hukum yang bersegi banyak merupakan persetujuan/perjanjian, misalnya pemilihan umum. Perjanjian kalau dilihat dari wujudnya adalah merupakan rangkaian kata-kata yang mengandung janji-janji atau kesanggupan-kesanggupan yang diucapkan atau dituangkan dalam bentuk tulisan oleh pihak-pihak yang membuat perjanjian. Dalam perjanjian tercantum hak-hak dan kewajiban dari pihak yang membuatnya.9

Melaksanakan perjanjian berarti melaksanakan sebagaimana mestinya apa yang merupakan hak dan kewajiban terhadap siapa perjanjian itu dibuat. Oleh karena itu melaksanakan perjanjian pada hakikatnya adalah berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain, yakni pihak yang berhak atas

8 J. Satrio, Op. Cit, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku 1, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 28

(13)

pelaksanaan perjanjian tersebut. Apabila perjanjian itu bersegi satu maka kewajiban untuk melaksanakan perjanjian tersebut hanya ada pada satu pihak saja sedangkan pihak yang lain hanya mempunyai hak. Tapi bilamana perjanjian itu bersegi dua maka kewajiban untuk melaksanakan perjanjian ada pada kedua belah pihak, sehingga kedua belah pihak secara timbal balik masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang saling berhadapan satu sama lain.

2.3.1 Asas-asas dalam Hukum Perjanjian

Mengenai hukum perjanjian khususnya kita mengenal beberapa asas yaitu :

1. Asas itikad baik

Asas ini terkandung dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang

menyatakan bahwa surat perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

baik. Adanya itikad baik merupakan hal utama dalam suatu perjanjian. Hal

ini menunjukan bahwa dalam mengadakan suatu perjanjian, para pihak

mendasarkannya atas tujuan yang, dan memang berniat baik untuk melaksanakan perjanjian tersebut sesuai dengan yang diperjanjikan, tanpa adanya tipu muslihat.

2. Asas kebebasan berkontrak

Merupakan kebebasan mengadakan perjanjian yang berisi dan bersyarat apa saja dengan siapa saja. Kebebasan berkontrak merupakan kehendak bebas sebagai perwujudan dan diakuinya hak asasi manusia. Hal ini berarti bahwa para pihak bebas membuat perjanjian dan mengatur sendiri isi perjanjian tersebut, sepanjang memenuhi syarat sebagai berikut:10

1. Memenuhi syarat sebagai suatu perjanjian 2. Tidak dilarang oleh undang-undang

(14)

3. Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku 4. Dilaksanakan dengan itikad baik

Asas ini terdefinisikan dalam Pasal 1319 KUHPerdata yang menyatakan bahwa Semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain.

3. Asas konsensualisme

Konsensualisme berasal dari kata ‘konsesnsus’ yang berarti kesepakatan. Hal ini menunjukan dengan adanya kesepakatan diantara para pihak, berarti telah tercapai sesuatu kehendak. Kehendak ini harus dinyatakan. Dengan demikian, menurut asas ini, perjanjian dilahirkan pada saat tercapainya kesepakatan.

4. Asas kekuatan mengikat

Terikatnya para pihak pada perjanjian tidak hanya terbatas pada apa yang diperjanjikan, tetapi juga kebiasaan, kepatutan, dan moral. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1254 KUHPerdata “semua syarat yang bertujuan

melakukan sesuatu yang tidak mungkin terlaksana, sesuatu yang

bertentangan dengan kesusilaan baik, atau sesuatu yang dilarang oleh

undang-undang, adalah batal, dan berakibat bagi persetujuan yang

digantungkan padanya, tidak berdaya.”

5. Asas kepastian hukum

Asas ini harus terdapat dalam setiap perjanjian yang dibuat. Kepastian ini

terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian tersebut sebagai

undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya.

(15)

Asas ini terkandung dalam Pasal 1339 KUHPerdata dan berkaitan dengan

isi perjanjian. Hal yang dinyatakan secara tegas oleh pihak-pihak

mengenai hak-hak dan kewajiban mereka dalam suatu perjanjian harus

memenuhi nilai kepatutan yang dianut oleh masyarakat dan harus

memenuhi rasa keadilan masyarakat

7. Asas kebiasaan

Hal ini diatur dalam Pasal 1339 dan Pasal 1347 KUHPerdata. Suatu

perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang secara tegas telah diatur,

tetapi juga hal-hal yang memenuhi kebiasaan umum lazim diikuti.

2.4 Perjanjian Penitipan Dan Pengelolaan (Trust) Dalam Perspektif Sistem Hukum Indonesia.11

2.4.1 Trust merupakan bagian dari Equity.

Dalam pandangan tradisi hukum Anglo Saxon trust is created where the absolute owner of property (the settlor) passes the legal title in that property to a person, (the trustee) to hold that peoperty on trust for the benefit of another person (the beneficiary) in accordance with terms set out by the settlor

Disamping itu pengertian yuridis dari Trust, berikut ini diberikan definisi yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary sebagai berikut :

“(1) the right, enforceable solely in equity, to the beneficial enjoyment of property to which another person holds the legal title; a property interest held

(16)

by one person ( the trustee ) at the request of another (the settler) for the benefit of a third party (beneficiary);

(2) a fiduciary relationship regarding property and charging the person with title to the property with equitable duties to deal with it for another’s benefit; the confidence placed in a trustee, together with the trustee’s obligations toward the property and the beneficiary”12

teoritis, dalam suatu pernyataan trusts, settlor menyerahkan suatu benda untuk diletakkan dalam trusts yang tercatat atas nama atau dalam kepemilikan trustee. Pemberian oleh seorang settlor ini disertai dengan kewajiban kepada trustee untuk menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan benda tersebut kepada pihak ketiga yang disebut dengan beneficiary. Ini menunjukkan bahwa settlor sebagai pemberi suatu benda, setelah pernyataan trusts yang diucapkan olehnya dilaksanakan tidak lagi menguasai, memiliki atau mempunyai kepentingan apapun atas benda yang sudah diserahkan dalam trusts tersebut. Penyerahan benda tersebut tidak disertai dengan suatu kontra prestasi langsung yang harus dilakukan oleh trustee kepada settlor, melainkan kepada seorang pihak ketiga yang disebutkan oleh settlor dalam pernyataan trusts-nya tersebut.

Pada negara-negara dengan tradisi Anglo saxon, trusts adalah suatu pranata atau institusi yang unik. Trust tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dati suatu sistem yang lebih besar, yaitu equity.13 Trust merupakan salah

satu kontribusi terbesar dari equity.14

12 Bryan A Garner, Black’s Law Dictionary, (St. Paul, Minn: Thompson Reuters, 9th ed, 2009) hlm.

1647-1648

13 Peter Joseph Loughlin, “The Domestication of The “Trust: Bridging the Gap between Common Law and Civil Law, hlm. 3, http://jurisconsultsgroup.com/Trusts.htm

(17)

Dalam perjanjian trust dikenal ada 2 (dua) jenis kepemilikan (ownerships) yakni pemilik secara hukum (legal owner) yang disebut dengan trustee yang melakukan dungsi pengurusan atau pengelolaan atas kekayaan trust, dan pemilik manfaat (beneficial owner) yang dinamakan dengan beneficiary. Pemilik menurut hukum (legal owner) adalah trustee, sedang pemilik manfaat (beneficiary) hanya memperoleh manfaat menggunakan atau memakai benda yang berada dalam pemilikan trustee.15

Dalam suatu trust, trustee tidaklah memiliki hubungan langsung dengan benefiaciary. Trustee adalah pihak yang menerima hak milik atas suatu benda dari tangan settlor, baik yang diberikan setelah settlor meninggal (trust will) maupun selama settlor masih hidup (iter vivos) dengan kewajiban untuk menyerahkan kenikmatan trust corpus kepada beneficiary. Trustee, meskipun merupakan pemegang hak milik atas benda yang berada dalam trusts tidaklah memiliki wewenang yang penuh atas benda yang berada di dalam trusts tersebut.

Pure trusts adalah suatu perjanjian dengan tiga pihak. Trust demikian dibentuk dari suatu perjanjian yang disebut dengan “indenture”, yang memuat kesepakatan antara pihak yang disebut dengan nama grantor atau creator atau settlor yang meletakkan suatu benda ke dalam trusts, dengan trustee sebagai pihak yang dipercayakan untuk melindungi, mengurus, dan memberikan kemanfaatan dari benda yang diletakkan dalam trusts (trusts corpus) untuk kepentingan pihak-pihak yang dinamakan beneficiaris, yang berhak atas pemanfaatan atau penghasilan yang diperoleh berdasarkan atau menurut syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya karena trusts ini dibentuk

(18)

berdasarkan pada suatu perjanjian, dalam hal ini seluruh ketentuan yang berlaku dalam common law berlaku bagi trusts yang demikian.

2.4.2 Prinsip-prnsip yang terkandung dalam Equity

Equity merupakan konstruksi etikal, 16 yang diterapkan secara kasuistis

ternyata pada akhirnya juga memperoleh bentuk-bentuk hukumnya, yang selanjutnya menghasilkan prinsip-prinsip (hukum) dalam equity, yang kemudian diterapkan setiap proses dalam peradilan, khususnya setelah berlakunya judicature Act (Imp) 1873. Prinsip-prinsip equity secara garis besar dijelaskan berikut di bawah ini :17

1. Equity will not suffer a wrong to be without remedy

Prinsip ini merupakan dasar atau pondasi equity. Pada dasarnya setiap pihak yang melakukan perbuatan yang melawan hukum atau yang bersalahan dengan hukum (termasuk perikatan yang lahir dari perjanjian) dapat digugat dihadapan pengadilan untuk memberikan ganti rugi atau untuk mengembalikan kerugian pada keadaan seperti semula, maupun untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ketentuan hukum yang berlaku tidak cukup memberikan penggantian yang layak atau pelaksanaan kewajiban yang sepadan, equity mencoba untuk menyeimbangkan kekurangan tersebut dengan memberikan penggantian yang seimbang.

2. Equity follows the law

Court of Chancery tidak berhak mengeluarkan putusan yang berbeda atau mengabaikan putusan yang dikeluarkan oleh court of common law, kecuali dalam hal terjadinya ketidakaadilan. Court of chancery juga tidak boleh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku.18

3. Where there is equal equity, the law shall prevail

Dalam prinsip ketiga ini menggambarkan bahwa dua orang yang secara 16 Alastair Hudson, Equity and Trusts, (London: Cavendish Publishing, 2002), hlm 13-14.

17 Ibid, hlm 17-18

(19)

bersama-sama memiliki hak dalam equity (equitable right) menuntut kepemilikan atas suatu benda, dan salah satu dari orang tersebut memiliki titel hak dalam hukum ( legal rights), dalam equity pun, orang yang memiliki titel hak dalam hukum menjadi pemilik dari benda tersebut, meskipun hak dalam equity dari orang yang lainnya sudah diperolehnya lebih dahulu sebelum orang yang memiliki titel hak dalam hukum ini memperoleh hakya dalam equity.

4. Where the Equities are equal, the first in time shall prevail

Dalam prinsip ini, jika ada dua orang yang memiliki hak dalam equity yang sama, dan tidak ada alah satu pun dari mereka yang memiliki titel hak dalam hukum, maka org pertama kali memperoleh hak dalam equity merupakan pemilik dari benda tersebut.

5. He who seeks equity must do equity

Menurut prinsip ini jika seseorang menuntut hak ya dalam equity harus melaksanakan juga kewajiban-kewajiban dalam equity. Misalnya, seorang beneficiary yang menuntut agar seorang trustee melaksanakan kewajiban sebagai trustee bagi beneficiary, harus memelihara dan atau menyelamatkan benda yang berada dalam trust nya tersebut.19

6. He who comes to equity come with clean hands

Berdasarkan prinsip ini setiap orang yang menuntut hak nya dalam equity, harus dapat membuktikan bahwa ia telah memeroleh hak dalam equty nya tersebut tanpa melakukan pelanggaran hak orang lain. Jika terbukti bahwa dalam memperolehnya, ada hak pihak lain yang telah dilanggar, equity menolak untuk peneguhan hak dalam equity nya tersebut.20

7. Delay defeats equity

Dalam prinsip ini, waktu untuk mempertahankan hak dalam equity menjadi perhatian yang penting. Seorang yang menuntut haknya dalam equity tidak boleh mengabaikannya, begitu ia mengetahui adanya keadaan atau fakta

(20)

hukum yang menunjukan telah terjadi pelanggaran terhadap hak nya dalam equity.21

8. Equity is equity

Menurut prinsip ini ika ada lebih dari satu orang yang menikmati kepentingan yang sama atas suatu benda tertentu, tetapi tanpa adanya suatu ketentuan, kesepakatan atau perjanjian bagaimana cara membagi benda tersebut diantara mereka, equity menyatakan bahwa benda tersebut harus dibagi di antara mereka secara adil dan sama besarnya.

9. Equity looks on that as done which ought to be done

Prinsip ini menyatakan bahwa dalam hal suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang dapat dipaksakan pelaksanaannya, equity menganggap pihak yang menjanjikan untuk melakukan prestasi telah melakukan prestasi yang dijanjikan olehnya tersebut, karena ia dapat dipaksa untuk melakukannya. 10.Equity imputes an intentionto fulfil an obligation

Equity menempatkan tindakan manusia dalam konstruksi yang paling menguntungkan. Bilamana ada seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat dikonstruksikan untuk memenuhi kewajibannya yang harus dipenuhi, maka equity memperlakukan tindakan tersebut sebagai tindakan pemenuhan kewajibannya tersebut.

11.Equity acts in personam

Equity tidak memberikan tuntutan hak kebendaan atas harta kekayaan tertentu, melainkan hanya memberikan hak untuk mengajukan gugatan secara pribadi dan perorangan

2.4.3 Konsepsi Trust dalam Hukum Perjanjian (Menurut Sistem Hukum Anglosaxon dan Sistem Hukum Eropa Kontinental)

Definisi secara umum mengenai trust adalah : ‘Legal relationships created –inter vivos or on Death- by a person, the settlor, when assets have been

(21)

placed under the control of a trustee for the benefits of a beneficiary or for a Specified Purpose ( The hague convention on law applicable for trusts and its recognition, 1985)’22 atau dengan kata lain legal relationship created under the

laws of equity whereby property (the corpus) is held by one party (the trustee) for the benefit of other. Konsepsi trusts tersebut jelas berbeda dengan konsepsi perjanjian dalam tradisi hukum Anglo Saxon. Sementara itu, pengertian dari perjanjian menurut tradisi hukum anglo saxon adalah ‘contract is a private relationship between the parties to the contract; it is not of the essence of a trust that a setllor can give property to his trustee on trust for a third party.23 Dengan

demikian terdapat beberapa perbedaan atara trust dengan perjanjian diantaranya yaitu;

a.Perjanjian menurut tradisi system hukum anglo saxon harus memiliki consideration ( Prestasi Timbal balik) agar perjanjian tersebut sah, atau dalam hal tidak adanya consideration, perjanjian tersebut harus dibuat dalam bentuk akta (autentik). Consideration terdiri dari executed consideration dan executory consideration. Yang dimaksud dengan excecutory consideration adalah suatu janji yang dibuat oleh salah satu pihak sebagai penukaran (exchange) atau suatu imbalan atas suatu janji yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang (future) Sementara itu yang dimaksud dengan Executed Consideration adalah merupakan harga yang dibayarkan oleh satu pihak sebagai imbalan dari janji atau perbuatan/ tindakan oleh pihak lain. 24

22 Sebagaimana di kutip dari Kajian Hukum mengenai Trustee, ‘aspek Legal Skim Trustee dalam Industri Hulu Migas’ oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia, Juni 2010.

23 Beswick v Beswick (1968) pada 19.1 dikutip dari Gary Watt Briefcase on Equity and Trust (London; Cavebdish Publishing ltd, 1999) hlm. 3

(22)

Dengan demikian konsepsi hukum perjanjian dalam system hukum anglo saxon tidak dapat dibuat secara cuma-cuma, setiap perjanjian harus berisikan prestasi secara timbal balik antara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Kecuali dibuat dalam bentuk akta.

Perjanjian tidak dapat dibuat untuk kepentingan pihak ketiga. Dalam pandangan tradisi hukum Anglo Saxon, asas privity of contract, meskipun dalam suatu perjanjian dicantumkan kepentingan pihak ketiga, namun pihak ketiga tersebut tidak dapat memperoleh manfaat atau menuntut dipenuhinya hak pihak ketiga yang ada dalam perjanjian tersebut.25

b.Perjanjian tidak dapat dibuat untuk kepentingan pihak ketiga. Dalam pandangan tradisi hukum Anglo Saxon, asas Privity of Contract ,meskipun dalam suatu perjanjian dicantumkan kepentingan pihak ketiga, namun pihak ketiga tersebut tidak dapat memperoleh manfaat ayau menuntut dipenuhinya hak pihak ketiga yang ada dalam perjanjian tersebut.

Trust dalam sistem hukum Indonesia seringkali disalahgunakan sebagai penyelundupan hukum, hal ini dikarenakan pranata trust merupakan pranata hukum yang bebas nilai, trust pada hakikatnya menyerahkan kewenangan bahkan kepamilikan kepada seseorang untuk kepentingan orang lain. Di Indonesia, belum ada hukum yang mengatur tentang lembaga trust ini, namun secara implisit pengaturannya masih tersebar dalam Buku III KUHperdata. Hal ini disebabkan trust ini berasal dari tradisi hukum anglo saxon, maka tidak heran jika dalam sistem hukum

Indonesia;Kenyataan, Harapan, Tantangan, Rosda, Bandung 2012, hlm. 547

(23)

kita tidak mengenal pranata trust ini.

Sebagaimana diketahui Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka dan dengan adanya asas kebebasan berkontrak maka dimungkinkan terbentuknya suatu perjanjian baru yang berkembang dalam praktik yang sebelumnya tidak tercantum dalam KUHPerdata. Keberadaan lembaga trust di Indonesia ini didasarkan oleh suatu perjanjian.

Munir fuady dalam bukunya menyatakan bahwa, paranata hukum trustee dapat berlaku di Indonesia apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 26

a. Harus ada kontrak untuk itu. Perlu diketahui ada juga trustee yang tidak berlandaskan kontrak, karena itu tidak berlaku di Indonesia aitu apa yang disebut dengan implied trustee

b. Berlakunya bukan secara kepranataan, melainkan secara kontraktual. Maksudnya hak, kewajiban dan tanggung jawab hukum dan para pihak semata-mata seperti yang diatur dalam kontrak tersebut. Selebihnya hanya berlaku sesuai dengan penafsiran hukum yang lazim atas kontrak tersebut. Tidak ada ketentuan lain yang berlaku selain itu. c. Harus mengikuti syarat-syarat yang berlaku untuk suatu kontrak,

karena itu suatu kontrak trustee yang bertujuan untuk menyelundupi suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak bisa diberlakukan dan haruslah null and void (batal demi hukum), karena itu bertentangan dengan syarat yang dipepruntukan bagi suatu kontrak, yakni:

(1) Suatu kontrak harus dibuat untuk suatu sebab yang halal (Pasal 1320 KUHPerdata)

(24)
(25)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

.1 Tujuan Penelitian

Penelitian terkait kegiatan usaha penitipan dan pengelolaan (trust) oleh Bank dapat ditujukan sebgai berikut:

1. Untuk mengetahui kedudukan perjanjian penitipan dan pengelolaan (trust) dalam sistem hukum perjanjian Indonesia

2. Untuk mengetahui tanggung jawab Bank terhadap pengelolaan asset yang dititipkan dan dikelola oleh Bank

3. Untuk mengetahui implikasi hukum dari kegiatan penitipan dan pengelolaan (trust) terhadap pembaruan hukum perjanjian Indonesia

3.2. Manfaat Penelitian 3.2.1 Kegunaan teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dan merupakan sumber teoritis bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum perbankan, terutama yang berkaitan dengan fungsi intermediary perbankan.

3.2.2 Kegunaan praktis

(26)
(27)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Spesifikasi Penelitian;

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta.27 Juga dimaksudkan untuk

memberikan data seteliti mungkin tentang manusia dan gejala lainnya.28 Dengan

demikian penelitian ini akan menggambarkan berbagai masalah hukum dan fakta serta gejala lainnya yang berkaitan upaya pemberdayaan UMKM untuk menunjang sektor riil melalui revitalisasi fungsi intermediary fungsi perbankan, kemudian menganalisisnya guna memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang permasalahan-permasalahan yang diteliti

4.2 Metode Pendekatan;

Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu menelusuri, mengkaji dan meneliti data sekunder yang berkaitan dengan materi peneltian ini. Digunakannya pendekatan yuridis dengan pertimbangan masalah yang diteliti berkisar pada keterkaitan suatu peraturan dengan peraturan lainnya.

4.3 Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengkaji, meneliti dan menelusuri data sekunder yang berupa bahan hukum primer yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(28)

b. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

c. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 sebagimana diubah dengan UU No : 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.

d. Peraturan Bank Indonesia No 14/17/PBI/2012 tentang Kegiatan usaha Bank Penitipan dan Pengelolaan (trust)

Studi kepustakaan juga meliputi bahan-bahan hukum sekunder berupa literatur, hasil penelitian, lokakarya yang berkaitan dengan materi penelitian. Untuk melengkapi dapat digunakan bahan hukum tersier berupa kamus atau artikel pada majalah, surat kabar. Selain studi kepustakaan pengumpulan data juga dilakukan melalui penelitian lapangan, tujuannya mencari data-data lapangan (data primer) yang berkaitan dengan materi penelitian dan berfungsi sebagai pendukung data sekunder.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

(29)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Implementasi PBI No : 17/2012 tentang Perjanjian Penitipan dan Pengelolaan.

5.1.1 Latar Belakang Terbitnya PBI No : 17/PBI/2012 Tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan Pengelolaan (Trust).

Lahirnya PBI Tentang Trust merupakan dampak dari kebijakan yang dikeluarkan oleh BP Migas terkait penerimaan devisa hasil ekspor dan utang luar negeri melalui perbankan di dalam negeri, yang diharapkan pasokan devisa dapat lebih berkesinambungan (sustainable). Kebijakan ini khususnya terkait dengan aktivitas pertambangan, khususnya Minyak Bumi dan Gas (Migas).mengatur tentang pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan mengutamakan penggunaan rekening di Bank Umum Nasional. Berdasarkan kajian dari Bank Indonesia, dampak kebijakan sektor Migas tersebut memang belum signifikan menambah pasokan devisa, namun demikian berpeluang memberikan kesempatan bagi bank-bank BUMN untuk terlibat dalam industri Migas, mendorong peningkatan level of playing field, fee based income dan daya saing terhadap KCBA (Kantor Cabang Bank Asing).29

(30)

Bank Indonesia. Pembelian PT Pertamina di pasar mencapai USD 1,2 miliar per bulan atau 30 % dari total pembelian nasabah bank, lebih besar dari DHE Migas yang masuk ke dalam cadangan devisa BI.

disimpan di luar negeri. Oleh karena itu , diperlukan upaya untuk mengalihkan seluruh potensi devisa tersebut ke dalam negeri. Peluang tersebut dapat direalisasi dengan cara mengembangkan dan mengoptimalkan jasa perbankan nasional , yakni jasa penitipan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 jo Pasal 9 UU Perbankan.

Praktik aliran dana/potensi dari industri Migas sebelum dan setelah terbitnya SK BP Migas Tahun 2008 saat ini dapat dilihat dari skema di bawah ini

(31)
(32)

Dalam praktik saat ini, selain cash call, potensi pasokan devisa antara lain berasal dari hasil penjualan gas dan dana yang dikelola oleh trustee di luar negeri. Berdasarkan hasil kajian, setidaknya ada 3 hal yang harus dibenahi bagi bank-bank BUMN memanfaatkan peluang , yaitu.

Potensi Sumber Devisa Cash Call

(33)

1. pooling account umumnya di Bank Luar dan masuk ke dalam Negeri secara terjadwal melalui KCBA.

2. Dana yang diterima BUMN mayoritas dalam rupiah 3. Turnover cukup tinggi dan dapat dikatakan tidak ada float. 4. konversi disesuaikan dengan kebutuhan operasional 5. efektif sudah menjadi sumber pasokan devisa saat ini.

Fakta di atas menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi industri perbankan Indonesia untuk meningkatkan level of playing field dan fee based income bank-bank BUMN serta meningkatkan likuiditas valas/rupiah bank-bank BUMN. Peluang ini dapat diperoleh dengan menempatkan dana yang semula dititipkan di Bank Luar Negeri tersebut untuk ditempatkan pada surat-surat berharga di Indonesia seperti Surat Utang Negara (SUN) melalui dana titipan, dan penempatan di Bank Indonesia (BI). Mengingat selama ini, dana hasil ekspor Migas disimpan pada Bank di luar negeri, maka tantangan terbesar bank-bank BUMN adalah bagaimana meningkatkan kepercayaan pemilik dana agar dananya aman di simpan di Indonesia. Untuk itu Indonesia perlu mempersiapkan kualitas teknologi dan pelayanan bank-bank BUMN yang belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan K3S dan cross border issues seperti regional treasury, counterparties, biaya transfer dll.30

Adapun kebijakan yang dibutuhkan adalah :

1. pelaksanaan dari ketentuan BP Migas terkait transaksi barang dan jasa K3S. 2. Peningkatan teknologi dan kualitas pelayanan bank-bank BUMN

3. Mewajibkan penggunaan rekening di bank dalam negeri sebagai pooling account untuk kontrak Migas yang baru.

A. Potensi Sumber Devisa : Hasil Penjualan gas (revenue)

Berkenaan sumber devisa berupa hasil penjualan gas (revenue), maka selama ini faktanya adalah :

(34)

1. dana ditempatkan di bank luar negeri yang berperan sebagai trustee 2. akumulasi dana akan meningkat sesuai dengan kapasitas produksi; 3. dana mengendap sesuai jadwal pembayaran/instalment;

4. re-investment dana oleh trustee berdasarkan kriteria tertentu dan harus seizin BP Migas (join signature).,

berdasarkan fakta di atas, maka terdapat peluang bagi perbankan di Indonesia untuk menggantikan posisi trustee di luar negeri sebagai trustee. Selain itu, dana dapat ditempatkan melalui instrumen Surat Utang Negara (SUN) melalui kegiatan penitipan atau penempatan dana di Bank Indonesia. Adapaun tantangan yang dihadapi adalah :

1. diperlukan regulasi perbankan yang memungkinkan pengembangan kegiatan penitipan.

2. Kajian aspek legak terkait dengan pencantuman klausula terbebas dari boedel pailit dan penempatan dan trust di dalam negeri.

3. Diperlukan biaya untuk mengubah kontrak yang berlaku saat ini.

Beberapa kebijakan yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah :

1. penyusunan ketentuan mengenai kegiatan penitipan termasuk aturan mengenai kontrak antara pemilik dan pengelola harta yang dititipkan ( trusteeship agreement);

2. penyediaan instrumen di dalam negeri untu menampung aliran devisa;

3. mewajibkan penempatan trust fund di dalam negeri untuk kontrak migas yang baru.

b. Eksistensi trustee dalam kegiatan pengelolaan dana yang bersumber dari industri Migas.

(35)

1. penggunaan bank di luar negeri berdasarkan kesepakatan para pihak (perjanjian)

2. didirikan di negara yang memiliki pranata trust.

3. Trustee dapat bertindak sebagai guarantor, menerima, mengelola dan membagi revenue ( untuk bagian para pihak maupun pembayaran utang), 4. Dana yang dikelola terlindungi dari boedel pailit jika trustee di likuidasi.

Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan adalah mengambil alih fungsi trustee ke dalam negeri melalui kegiatan penitipan di bank BUMN (khusus untuk non-borrowing scheme) dan penempatan dana di Bank Indonesia. Sedangkan tantangan yang dihadapi adalah keberadaan regulasi mengenai kegiatan penitipan, penggunaan konsep trust khususnya maxim “bankcruptcy remote dan penempatan trust fund di dalam negeri. Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan terkit eksistensi trustee diperlukan ketentuan mengenai kegiatan penitipan termasuk aturan mengenai kontrak antara pemilik dan pengelola harta yang dititipkan; penyediaan instrumen di dalam negeri untuk menampung aliran devisa serta dasar hukum bagi kewajiban penggunaan bank dalam negeri sebagai agen pembayar (paying agent)untuk kontrak-kontrak migas baru.

(36)

V.1.2.

Skema Kerangka Regulasi yang mendukung Kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan

Baik pengaturan dalam UU Perbankan dan UU BI maupun aturan-aturan terkait , pada dasarnya memastikan bahwa dalam

kegiatan penitipan dengan pengelolaan , Bank sebagai trustee dibatasi oleh rambu-rambu sebagai berikut :

 UU NO ; 8/2010 TTG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN TPPU

 UU NO : 5 TAHUN 1995 TTG PASAR MODAL

 PBI 14/3/PBI/2012 TTG PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI PENYELENGGARAAN JASA SISTEM PEMBAYARAN SELAIN BANK

 PBI NO : 12/20/PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BPR DAN BPRS

 PBI NO : 12/3/ PBI/2010 TTG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALAS BUKAN BANK

 11/28/PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME

 PBI 12/21/PBI/2010 TENTANG RENCANA

BISNIS BANK

 PBI 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

 PBI 7/6/PBI/2005 TENTANG

TRANSPARANSI PRODUK BANK DAN PENGGUNAAN DATA PRIBADI NASABAH

(37)

a. bank selaku trustee wajib menjaga kekayaan settlr dan melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada settlor.

b. Bank yang melakukan kegiatan penitipan dengan Pengelolaan wajib mengetahui asal usul dana yang dititipkan, khususnya tidak berasal dari aktivitas illegal, sehingga berpotensi mendudukkan Bank selaku trustee terlibat dalam TPPU.

c. Bank selaku trustee wajib menerapkan prinsip kehati-hatian Bank ( prudential banking principle) , mengingat dana yang dikelola oleh Bank sebagai trustee d. Mengadopsi konsep trust dimana trustee adalah pemilik secara hukum (legal

owner), maka settlor atau benerficiary merupakan pemilik manfaat (beneficial owner), maka regulasi kegiatan penitipan dengan pengelolaan mewajibkan Bank selaku trustee untuk mematuhi ketentuan tentang transparansi produk dan penggunaan data pribadi nasabah.

e. Selanjutnya regulasi juga mewajibkan Bank selaku trustee membuat perencanaan bisnis Bank, mengelola risiko yang berpotensi timbul dalam kegiatan penitipan dengan pengelolaan

Selain regulasi yang terkait, maka PBI No 14/17/PBI/2012 mengatur substansi Kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan, termasuk mengatur apa saja yang harus dimasukkan dalam perjanjian Penitipan dengan pengelolaan. Berdasarkan PBI ini, kegiatan penitipan dengan pengelolaan yang berlaku di lingkungan perbankan Indonesia dapat diperbandingkan dengan konsep trust yang berlaku pada sistem common law.

Berikut ini, beberapa perspektif legal dari substansi pengaturan kegiatan penitipan dengan pengelolaan menurut PBI No : 14/17/PBI/2012.

(38)

Dimaksudkan dengan trust dalam PBI iniadalah kegiatan penitipan dengan pengelolaan atas harta milik settlor berdasarkan perjanjian tertulis antara Bank sebagai trustee dengan settlor sebagai pemilik dan pihak yang menitipkan hartanya untuk kepentingan beneficiary sebagai pihak yang akan menerima manfaat (Pasal 1).

b. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan Trust.

PBI mewajibkan Bank yang akan melakukan kegiatan trust ini berhati-hati dalam menyelenggarakan kegiatan penitipan dengan pengelolaan, khususnya untuk mencegah kegiatan trust sebagai upaya cara untuk melakukan pencucian uang dan pendanaan kegiatan terorisme (Pasal 3). Oleh karena itu, trustee harus melakukan beberapa hal berikut ini :

1. customer due dilligence;

2. enhanced due dilligence; dan/atau

3. pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan; untuk memastikan harta turst tidak berasal dari kejahatan dan/atau tidak bertujuan untuk pencucian uang dan pendanaan terorisme.

c. Penerapan “Bankcruptcy remote” dalam kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan

Bank yang melakukan kegiatan trust wajib memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut (Pasal 4) :

1. kegiatan trust harus dilakuakn oleh unit yang terpisah dari unit kegiatan Bank lainnya;

2. harta yang dititipkan oleh settlor untuk dikelola terbatas pada aset finasial, yaitu aset berupa dana, tagihan dan/atau surat berharga;

3. harta yang dititipkan settlor untuk dikelola oleh trustee dicatat dan dilaporkan secara terpisah.

(39)

kepada settlor âtau dialihkan kepada trustee pengganti yang ditunjuk settlor.

Ketentuan-ketentuan di atas menegaskan bahwa kegiatan penitipan dengan pengelolaan menerapkan bankcruptcy remote. PBI juga menegaskan bahwa kegiatan trust dituangkan dalam perjanjian tertulis antara trustee dan settlor.

d. Kegiatan trustee berdasarkan perintah tertulis dari Settlor

Bank yang melakukan kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan (trust), dapat bertindak sebagai ( Pasal 5) :

1. agen pembayar (paying agent); yakni kegiatan menerima dan melakukan pemidahan uang dan/atau dana, serta mencatat arus kas masuk dan keluar untuk dan atas nama settlor. Sebagai agen pembayar, kegiatan trustee meliputi ;membuka dan menutup rekening untuk dan atas nama settlor; menerima dan menyimpan dana ke dalam rekening settlor, melakukan pembayaran dari rekening settlor kepada beneficiary dan/atau pihak lain; serta mencatat , mendokumentasikan, dan mengadministrasikan dokumen terkait dengan rekening settlor.

2. Agen investasi dana secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah. Dimaksudkan dengan kegiatan agen investasi disini adalah kegiatan menempatkan, mengkonversi, melakukan lindung nilai (hedging) dan mengadminsitrasikan penempatan dana untuk dan atas nama settlor. Kegiatan investasi dana baik secara konvensional maupun syariah dilaksanakan berdasarkana instruksi yang jelas dan rinci dari settlor, yang sesuai dengan jenis kegiatan atau instrumen yang digunakan. Instrumen yang jelas dan rinci tersebut antara lain :

a. jenis mata uang;

b. jenis/instrumen penempatan;

(40)

d. jumlah nominal’

e. counterparty;

f. counterparty limit;

g. penjamin;dan/atau

h. peringkat instrumen investasi.

Dalam hal settlor menginstruksikan trustee untuk melakukan kegiatan investasi dana selain kegiatan yang diatur dalam peraturan perundanga-undangan yang berlaku, maka investasi tersebut harus dilakukan oleh manajer investasi. Disini berlaku ketentuan di Pasar Modal.

3. Agen peminjaman (borrowing agent) dan/atau agen pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, untuk dan atas nama settlor sesuai perjanjian trust. Dalam kegiatan ini , dimaksudkan sebagai agen pinjaman adalah kegiatan perantara dalam rangka mendapatkan sumber –sumber pendanaan antara lain dalam bentuk pinjaman /pembiayaan. Dimaksudkan dengan kegiatan sebagai agen peminjaman dan/atau pembiayaan ini, antara lain mencakup : memperoleh pinjaman atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang dibuktikan dengan perjanjian kredit atau perjanjian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; melakukan transaksi lindung nilai (hedging) atau tahawwuth , mencadangkan dana untuk membayar pinjaman atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah berdasarkan mekanisme yang ditetapkan oleh settlor.

(41)

pendapat peneliti harus ditafsirkan baik dicantumkan maupun tidak dalam klausul perjanjian trust.

e. Larangan Bagi Trustee

PBI mengatur secara tegas bahwa dalam melakukan kegiatan trust , trustee dilarang memanfaatkan harta trust untuk kepentingan sendiri; dan /atau melakukan kegiatan di luar yang telah diatur dalam perjanjian trust, baik atas inisiatif sendiri maupun berdasarkan perintah settlor (Pasal 9).

f. Kegiatan Trust merupakan Fee Based Income

Dalam melaksanakan kegiatan trust, trustee memperoleh fee atau ujrah sesuai dengan perjanjian trust.bagi bank umum syariah, fee atau ujrah disesuaikan dengan akad yang digunakan (Pasal 10)

g. Pencatatan Kegiatan Trust terpisah dari pembukuan Bank

(42)

Trustee wajib memastikan bahwa kegiatan trust merupakan bagian sari audit umum terhadap bank.

5.1.3 Kesiapan perbankan Indonesia untuk mengembangkan jasa Penitipan dengan Pengelolaan

Eksistensi Kegiatan Usaha Penitipan dengan Pengelolaan diakui dalam UU Perbankan, khususnya dalam Pasal 6 jo Pasal 9 UU Perbankan , yang menjadi landasan bagi bank untuk melayani jasa penitipan . Dalam praktik perbankan saat ini, Pasal 6 digunakan sebagai landasan bagi jasa penitipan yang dikenal dengan save deposite box, sedangkan Pasal 9 menjadi dasar bagi Bank untuk menyediakan jasa sebagai Kustodian dan Wali Amanat, sebagai lembaga penunjang dipasar modal. Oleh karena itu, terhadap Bank yang menjadi Bank Kustodian dan Wali Amanat tunduk pada regulasi di Pasar Modal, khususnya UU No : 5 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

Berdasarkan hasil penelitian, saat ini baru terdapat 3 Bank umum nasional yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk memberikan jasa penitipan dengan pengelolaan (trust) di Indonesia, yaitu Bank Mandir, Tbk, Bank BNI, Tbk, dan Bank BRI.31 Pemilihan ke 3 bank umum nasional ini

berdasarkan pertimbangan regulasi, kesiapan teknologi informasi dan pertimbangan dari Bank Indonesia selaku regulator. Pemilihan ke 3 bank tersebut tentunya harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

(43)

a. Persyaratan bagi Bank yang akan melakukan kegiatan Trust.

Pasal 15 PBI mensyaratkan bahwa Bank sebagai trustee harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. berbadan hukum Indonesia;

2. merupakan bank devisa dengan modal inti paling sedikit Rp.5 triliun; 3. rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum paling rendah sebesar 13 %

selama 18 bulan terakhir berturut-turut

4. memiliki Tingkat Kesehatan Bank sebagai berikut :

a) paling rendah tingkat peringkat komposit 2 pada periode penilaian dalam 12 bulan terakhir secara berturut-turut;

b) paling rendah peringkat komposit 3 pada periode penilaian dalam 6 bulan sebelum periode sebagaimana diatur dalam angka 1.

5. Mencantumkan rencana kegiatan trust dalam rencana bisnis bank. Dan 6. Memiliki kapasitas untuk melakukan kegiatan trust berdasarkan hasil

penilaian Bank Indonesia..

Selama melakukan kegiatan trust, Bank wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. modal inti paling sedikit sebesar Rp.5 triliun;

2. rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang paling rendah sebesar 13 %; dan

3. tingkat kesehatan Bank paling rendah peringkat komposit 2.

Selain Bank umum nasional, kegiatan trust dapat dilakukan oleh kantor selain cabang bank asing yang berbadan hukum Indonesia dengan modal inti dan rasio kewajiban modal minimumm yang sama dengan bank umum nasional. Selain itu, bagi kantor cabang bank asing harus memenuhi syarat khusus yakni :

(44)

2. memenuhi persyaratan badan hukum Indonesia paling lambat 3 tahun sejak ketentuan ini berlaku.

Selama melakukan kegiatan trust, kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib memnuhi persyaratan :

1. CEMA minimum dengan penghitungan sesuai ketentuan yang berlaku dan paling sebesar Rp.5 triliun;

2. Rasio Kewajiban Peyediaan Modal Minimum paling rendah sebesar 13 %, 3. Tingkat kesehatan Bank paling rendah peringkat komposit 2.

b. Akibat Hukum Bagi Bank yang tidak lagi memenuhi persyaratan selama melaksanakan kegiatan trust.

Akibat hukum apabila selama melaksanakan kegiatan trust , persyaratan sebagai trustee tidak terpenuhi, maka berdasarkan Pasal 15, Bank atau kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri :

1. dilarang membuat perjanjian trust baru;

2. wajib menyelesaikan pemenuhan persyaratan; dan 3. wajib mengembalikan harta trust kepada settlor atau

mengalihkan harta trust kepada trustee pengganti yang ditunjuk oleh settlor sesuai dengan perjanjian trust , apabila trustee tidak dapat memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam angka 2.

(45)

1. manajemen risiko Bank yang memadai khususnya untuk sistem operasi dan prosedur yang didukung oleh teknologi informasi yang memadai untuk seluruh kegiatan trust yang diperkenankan;

2. bank tidak sedang dikenakan tindakan pengawasan bank. Sedangkan yang dimaksud dengan tindakan pengawasan adalah Cease and Desist Order (CDO)yang disebabkan oleh fraud.

3. Kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan pada saat Bank menyampaikan permohonan untuk melakukan kegiatan trust.

Selain penilaian terhadap Bank yang akan melaksanakan kegiatan trust, Bank Indonesia menetapkan kebijakan bagi sumber daya manusia yang mengelola unit trust sebagai berikut (Pasal 19) :

1. Bank wajib memliki kebijakan terkait sumber daya manusia yang mengelola unit kerja trustee;

2. Dalam menetapkan kebijakan sumber daya manusia pada unit kerja trustee, Bank tetap berpedoman pada ketentuan BI yan mengatur mengenai prinsip kehati-hatian Bank yang melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain.

3. Kebijakan SDM tersebut antara lain berupa penentuan persyaratan dan kualifikasi SDM untuk kegiatan trust;

4. Komposisi jumlah SDM unit kerja trustee paling sedikit 50 % merupakan pegawai Bank (dalam hal ini pegawai tetap) dan berkewarganegaraan Indonesia.

(46)

Di samping persyaratan untuk menjadi Trustee, PBI juga mengatur bahwa settlor adalah nasabah korporasi; dan bukan merupakan pihak terafiliasi dengan Bank. 32

Berdasarkan PBI, settlor juga dapat bertindak sebagai beneficiary.

5.2. Perjanjian Penitipan dengan Pengelolaan sebagai Perjanjian Tidak Bernama yang berkembang dalam Praktik Perbankan.

5.2.1 Perjanjian Penitipan dengan Pengelolaan tunduk pada Prinsip-prinsip Hukum perjanjian Indonesia.

Berdasarkan PBI, hubungan antara settlor dan trustee dituangkan dalam perjanjian Penitipan dengan Pengelolaan yang dibuat secara tertulis. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa kegiatan Penitipan dengan pengelolaan ini merupakan perngembangan dari jasa yang sebelumnya sudah dilakukan oleh dunia perbankan, yakni jasa penitipan untuk kepentingan pihak ke tiga berdasarkan suatu kontrak, yang diatur dalam Pasal 6 i jo Pasal 9 UU Perbankan. Selama ini, Pasal 6 i jo pasal 9 ini dalam praktik di implementasikan dalam perjanjian dalam rangka fungsi Bank sebagai Kustodian dan Bank sebagai Wali Amanat, yaitu lembaga penunjang pasar modal. Pengembangan kegiatan Penitipan dengan pengelolaan berdasarkan hukum positif Indonesia diperkenankan dengan mengacu pada Pasal 1319 , Pasal 1318 Ayat (1) sepanjang memenuhi syarat sah nya suatu perjanjian.

Oleh karena itu, Kegiatan Penitipan dengan pengelolaan yang dituangkan dalam Perjanjian Penitipan dengan pengelolaan (trusts) merupakan perjanjian yang berkembang dalam praktik perbankan. Berdasarkan sistem terbuka dan asas

(47)

kebebasan berkontrak, maka perjanjian penitipan dengan pengelolaan ini digolongkan sebagai perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenskomst) yang tetap tunduk pada prinsip/asas dan ketentuan dalam Buku III KUHPerdata tentang Perikatan, khususnya Pasal 1320 KUHPerdata sebagai syarat lahir dan mengikatnya perjanjian trust ini bagi para para pihak.

Perjanjian Penitipan dengan Pengelolaan tentunya telah memenuhi persyaratan sahnya perjanjian, yakni :

a. adanya kesepakatan antara settlor dan trustee untuk membuat perjanjian pentipan dengan pengelolaan yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh ke dua belah pihak (syarat kesepakatan para pihak) baik Bank sebagai trustee dan settlor

b. Bank sebagai trustee dan pemilik dana (settlor ) adalah badan hukum yang merupakan subjek hukum yang cakap melakukan perbuatan hukum, termasuk membuat perjanjian. Bank yang bertindak sebagai trustee harus memenuhi persyaratan khusus yang diatur dalam PBI dan ketentuan terkait lainnya, sedangkan settlor adalah pemilik dana berupa nasabah korporasi (syarat cakap untuk melakukan perjanjian)

c. objek atau hal tertentu dalam Perjanjian Penitipan dengan Pengelolaan adalah jasa penitipan dengan pengelolaan yang akan dilakukan oleh trustee untuk kepentingan beneficiary (syarat hal tertentu)

(48)

Bagan V.2.1.2

Kedudukan Perjanjian Penitipan dengan Pengelolaan dalam Sistem Hukum Perjanjian Indonesia.

mengacu pada skema di atas, keberadaan perjanjian Pengelolaan dengan penitipan di Indonesia, khususnya di perbankan dapat diterima sebagai jenis perjanjian baru yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan peran perbankan dalam mendorong perekonomian Indonesia, khususnya untuk meningkatkan pengelolaan

(49)

cadangan devisa negara. Namun demikian, tentu saja perjanjian Penitipan dengan pengelolaan ini harus disesuaikan dengan sistem hukum Indonesia, mengingat sistem hukum Indonesia tidak mengenal konsep trust sebagaimana dikenal dalam sistem coomon law. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian atau harmonisasi agar dapat digunakan secara baik. Salah satu cara yang digunakan oleh otoritas perbankan, dalam hal ini menerbitkan PBI No ; 14/17/PBI/2012 merupakan langkah yang tepat, mengingat landasan hukum yang akan dijadikan acuan bagi para pihak adalah perjanjian Penitipan dengan pengelolaan (trust) yang akan di buat oleh para pihak dan mengikat ke para pihak. PBI mengatur persyarata para pihak , bentuk dan substansi apa saja yang harus diakomodasikan ke dalam perjanjian penitipan dengan pengelolaan.

Penunjukan Bank sebagai trustee dan penunjukan beneficiary harus disampaikan secara tertulis oleh settlor kepada Bank. Dan bank yang ditunjuk sebagai trustee harus membuat pernyataan tertulis atas kesanggupannya sebagai trustee. Selanjutnya, penunjukan dan kesepakatan lainnya wajib dituangkan dalam perjanjian trustee secara tertulis.

Selain diwajibkan dibuat dalam bentuk tertulis, perjanjian trust harus dibuat dalam bahasa Indonesia, dan dapat dialihbahasakan ke dalam bahasa lain sesuai dengan kepentingan para pihak. Dalam hal perjanjian dialihbahasakan, maka perjanjian tersebut arus memuat informasi yang sama dengan perjanjian trust yang disusun dalam bahasa Indonesia. Apabila terdapat perbedaan penafsiran, maka yang berlaku adalah perjanjian yang disusun dalam bahasa Indonesia.

(50)

a. Penunjukan Bank sebagai Trustee; b. Penunjukan beneficiary;

c. Hak dan kewajiban para pihak, yaitu Trustee, Settlor dan Beneficiary;

d. Kewajiban Trustee untuk menjaga kerahasiaan data dan transaksi Settlor dan Beneficiary, kecuali untuk kepentingan pelaporan kepada bank Indonesia; e. Harta trust tidak termasuk dalam harta pailit dan wajib dikembalikan kepada

Settlor;

f. Pencatatan harta trust dilakukan secara terpisah dari harta Bank;

g. Pembebasan Trustee dari tanggung jawab (indemnification) terhadapa kerugian , kecuali karena kelalain (negligence) dan pelanggarab (willful misconduct) yang dilakukan trustee.

h. Mekanisme penghentian perjanjian Trust;

i. Penunjukan Trustee pengganti antara lain dalam hal Bank sebagai Trustee dicabut izin usahanya sebagai Bank baik atas inisiatif Bank Indonesia maupun atas permintaan Bank (self liquidation) atau dicabut persetujuan prinsipnya untuk melakukan kegiatan trust;

j. Penyelesaian sengketa;

k. Pilihan hukum (choice of law);

l. Yurisdiksi pengadilan apabila penyelesaian sengketa ditempuh melalui jalur hukum;

m. Klausul yang menyatakan bahwa kegiatan yang diperjanjikan dalam perjanjian Trust adalah kegiatan Trust sebagaimana dimaksud dalam PBI No : 14/17/PBI/2012.

n. Klausul bahwa perubahan terhadap isi perjanjian hanya dapaty dilakukan secara tertulis dan disepakati oleh para pihak;

o. Tidak bertujuan untuk pencucian uang dan/atau terorisme sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dan perundang-undangan yang mengatur mengenai anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme;

p. Tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku lainnya.

Gambar

Tabel V.1.1 Perbedaan Antara Perjanjian Trust dlm PBI dengan Trust dalam commonlaw system

Referensi

Dokumen terkait

menjadi lebih baik saat aplikasi ini digunakan oleh PT.Daya Manunggal. pada

Orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya disekolah tersebut cenderung tidak mengkhawatirkan dikarenakan lembaga Al-Mufidah mengelolah anak dengan praktek serta

SELF MANAGEMENT DENGAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII MTSN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

I. Manfaaat 'Iugas Akh1r. S1stematika Penuhsan ... Tinjauan Ten tang fkan llasil Tangkapan .... Daerah Koloni Penyeberan Kapal l.kan ... l'tpe-hpe Kapal Penangkap lkan

11 Pengertian penelitian kasus (studi kasus) menurut Basuki definisi studi kasus adalah suatu bentuk penelitian atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat

pemerintah yang tidak memenuhi kewajiban finansial.. tersebut mewakili perluasan yang signifikan dari MIGA’s business toolkit sejak 1988. Dukungan MIGA terhadap investor tahun

PENJELASAN PASAL

Cheng pada Data Pengujian.. JURNAL GAUSSIAN Vol. Metode fuzzy time series Cheng menghasilkan ukuran kesalahan peramalan terkecil daripada metode lainnya. Maka metode fuzzy time