• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cinta Reinkarnasi Cinta Reinkarnasi Cinta Reinkarnasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cinta Reinkarnasi Cinta Reinkarnasi Cinta Reinkarnasi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Cinta

Reinkarnasi

Reinkarnasi adalah salah satu hal yang bisa dikatakan mustahil untuk bisa terjadi di dunia ini, apalagi di dunia yang sudah modern ini. Tapi masih banyak juga orang yang mempercayai adanya reinkarnasi. Salah satunya adalah Muhammad Anjasta Karindra atau yang biasa disapa Rindra. Dia adalah salah satu siswa kelas 9 di SMP N 1 Cilacap. Dia mengalami kisah cinta yang sangat sulit untuk dimengerti, karena cintanya adalah Cinta Reinkarnasi.

Dua tahun yang lalu, dia memiliki pacar yang bernama Vio. Namun cintanya itu harus berakhir setelah 8 bulan jadian, karena dia ditinggal oleh Vio untuk selamanya. Vio ternyata telah mengidap penyakit kanker hati stadium lanjut. Karena kematian Vio, Rindra sangat terpukul dan dia terpuruk dalam kesedihan yang berlarut. Hal itu juga yang menyebabkan Rindra menjadi trauma untuk pacaran lagi dan susah move on.

(2)

Arian bingung dan nggak percaya akan hal itu. Akhirnya dia menceritakan hal itu kepada Rindra.

“Rin, gue mau ngomong sama lo.” ujar Arian.

“ngomong apaan, sih? Kayaknya penting banget.” jawab Rindra.

“ada anak baru di kelas gue, lo pasti nggak bakal percaya deh.” kata Arian.

“emang kenapa sama tuh anak baru?” tanya Rindra.

“besok aja lo ke kelas gue, biar lo bisa liat langsung dia itu gimana?!” saran Arian.

“idiih. Gue? Ke kelas lo? Nggak ah. Males gue, ngapain coba? Gue itu orangnya nggak kepo kayak lo. Kalo lo kan orangnya kepo pake banget, apalagi yang berurusan sama lo.” tolak Rindra.

“udah deh, nggak usah nolak. Lo pasti kaget banget dan nggak nyangka hal itu bisa terjadi.” kata Arian.

“emang apaan sih, Ian? Kasih tau gue sekarang aja deh.” jawab Rindra penasaran.

“tuh kan jadi kepo kan lo!! Tadi katanya gue nggak kepo kayak lo. Nah itu buktinya apaan? Kepo juga kan lo.” ledek Arian.

(3)

“ye... itu mah sama aja kali. Ya ampun bego banget sih twin gue, kepo sama penasaran aja pake dibedain.” ucap Arian.

“iya juga sih, hehe...” aku Rindra.

“sekarang gimana? Mau kan ke kelas gue besok?” tanya Arian lagi.

“ya udah deh, gue besok ke kelas lo. Tapi awas kalo gue nggak kaget, gue jitak kepala lo!!” jawab Rindra.

“okee, siapa takut. Tapi kalo lo kaget, lo harus traktir gue makan di kantin selama 1 minggu?! Berani nggak?” tantang Arian.

“siiph...” terima Rindra.

Paginya Rindra pun pergi ke kelas Arian yang tidak terlalu jauh dari kelasnya. Setelah sampai didepan kelas Arian, Rindra langsung memanggil Arian untuk memastikan apa yang dimaksud Arian semalam.

“Ian, sini cepet!!” perintahnya.

“iya, bentar. Udah siap lo?!” jawab Arian.

“siap apaan sih?” tanya Rindra.

“udahlah, Rin. Bentar ya dia belum dateng.” kata Arian. Tak lama kemudian yang dicari pun telah datang. “nah itu dia yang gue maksud.” kata Arian sambil menunjuk ke arah Vio.

(4)

mata yang berbinar dan mulut yang menganga, sampai lalat pun bisa hinggap.

“Vio.” katanya tidak percaya. “itu Vio kan, Ian?!” tanyanya pada Arian yang melihatnya dengan mata yang tersenyum puas karena dia akan di traktir makan selama 1 minggu.

“iya itu Vio, tapi bukan Vio cewek lo.” jawab Arian

“maksud lo??” jawab Rindra bingung.

“daripada bingung mending lo tanya langsung deh sama orangnya.” ujar Arian.

Tak lama kemudian Vio tiba didepan kelas, namun langkahnya terhenti karena dihalang oleh Arian dan juga Rindra.

“permisi, gue mau lewat.” kata Vio berusaha melewati Arian dan Rindra.

“bentar, ada yang mau kenalan nih.” jawab Arian sambil menengok ke Rindra. Vio pun langsung menengok kearah Rindra juga.

“hai, gue Rindra twinnya Arian.” kata Rindra memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.

(5)

“udah bel nih, gue masuk dulu ya.” ujar Vio meninggalkan saudara kembar itu dan tak lupa dengan mengembangkan senyumnya. Rindra hanya membalas perkataan Vio dengan anggukan kepala.

Sebelum Rindra kembali ke kelasnya Arian menagih janjinya pada Rindra. Mereka berdua memutuskan untuk makan bareng saat istirahat nanti.

Jam pelajaran demi jam pelajaran telah berlalu, saat jam istirahat Rindra pun langsung ke kantin untuk makan. Setelah tiba di kantin, dia mencari Arian. Akhirnya sosok yang dia cari ketemu. Arian sudah menunggunya di depan penjual bakso langganannya. Rindra pun menghampiri Arian dan mereka memesan makanan. Setelah itu mereka mencari tempat yang kosong. Dan kebetulan tempat yang kosong hanyalah tempat yang diduduki Vio dan salah satu temannya. Karena tidak ada tempat lain, Arian berinisiatif untuk duduk dengan mereka.

“gue boleh gabung sama kalian nggak??” tanya Arian kepada Vio.

“boleh kok, duduk aja.” jawab Vio.

“okee, makasih ya.” kata Arian. “lo duduk di depan Vio aja ya, Rin.” kata Arian pada Rindra.

“ya udah deh.” jawab Rindra.

(6)

“boleh minta nomor handphone lo nggak?” tanya Rindra ke Vio.

“boleh, nih.” jawab Vio sambil menyodorkan handphonenya.

“makasih ya. Lo ternyata seru ya orangnya.” ujar Rindra.

“sama sama, masa sih?! Biasa aja lagi.” kata Vio.

Setelah saling kenal satu sama lain, Rindra dan Vio menjadi semakin dekat. Mereka suka makan bareng, pulang sekolah bareng bahkan Rindra pernah mengajak Vio jalan bareng. Akhirnya perasaan saling suka muncul dalam diri masing masing. Hingga pada suatu sore Rindra menyatakan perasaannya kepada Vio.

“Vi, gue mau ngomong sesuatu sama lo.” kata Rindra.

“ngomong aja.” jawab Vio.

“gue nggak tau perasaan itu muncul kapan? Tapi semenjak gue kenal sama lo, gue jadi suka sama semua yang ada pada diri lo. Gue sayang sama lo Vi. Lo mau nggak jadi pacar gue?!” kata Rindra.

“gue juga, Rin. Semenjak gue kenal sama lo, hidup gue jadi lebih berwarna. Gue juga sayang sama lo. Gue mau kok jadi pacar lo.” jawab Vio.

(7)

“sama sama, sayang” jawab Vio

Setelah mereka jadian, mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama. Dari mulai berangkat sekolah, makan di kantin, pulang sekolah, pergi ke toko buku bahkan belajar pun mereka lakukan bersama. Rindra melihat sosok pacarnya yang udah meninggal ada pada diri Vio, hingga dia menganggap bahwa Vio adalah pacarnya yang udah meninggal. Tetapi Vio tidak tau bahwa Rindra memilihnya karena dia mirip dengan pacarnya yang udah meninggal. Sampai suatu hari Vio diberitahu oleh salah satu teman sekelas Rindra. Waktu itu Vio tidak berangkat bersama Rindra karena dia piket dan dia pun menunggu Rindra didepan kelasnya. Saat sedang menunggu Vio di hampiri oleh salah satu teman cewek Rindra.

“Vio!!” kata teman Rindra.

“iya, gue Vio. Kok lo bisa tau?” tanyanya heran karena mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

“lo Vio pacarnya Rin kan?” tanya teman Rindra meyakinkan.

“iya, gue pacarnya Rindra. Emang kenapa sih?” jawab Vio yang udah mulai sebal.

(8)

“gue beneran Vio pacarnya Rindra dan gue bukan hantu. Lihat nih gue nginjak tanah dan jantung gue masih berdetak. Kanker hati? Gue nggak menderita apa apa kok, gue sehat.” jawab Vio meyakinkan.

“jadi lo beneran Vio tapi bukan Vio pacarnya Rin yang udah meninggal?” tanyanya masih tidak percaya.

“iya, gue beneran Vio. Tapi kenapa lo ngiranya gue udah meninggal?” ujar Vio.

“gue boleh tau nama panjang lo nggak?” tanyanya balik tanpa menjawab pertanyaan Vio.

“Viola Oryta. Emang kenapa lo ngira kalo gue udah meninggal?” tanya Vio untuk kedua kalinya.

“nama lo beda sama Vio pacarnya Rin yang udah meninggal, yang sama itu nama panggilan lo, muka lo dan tingkah laku lo kalo bicara. Makanya waktu gue lihat lo tadi, gue kira lo Vio pacarnya Rin yang udah meninggal.” terangnya.

“jadi, maksud lo dulu Rindra pernah punya pacar yang namanya Vio dan mukanya, tingkah lakunya sama kayak gue gitu?! Tapi dia meninggal sebelum mereka putus gara gara Vio mengidap kanker hati, iya!?” jawab Vio.

“iya, bener. Waktu Vio meninggal, Rin itu sedih banget dan dia nggak bisa melupakan sosok Vio. Bahkan setelah Vio meninggal dia nggak pernah pacaran lagi karena dia nggak bisa move on dari Vio.” jawabnya yang membuat Vio mulai naik darah.

(9)

tingkah laku gue sama kayak Vio?! Jadi gue cuma dianggep sebagai pelariannya dia aja?” kata Vio yang sudah mulai marah.

“gue nggak tau kalo itu, yang gue tau Rin emang nggak bisa ngelupain Vio dan membuat dia trauma untuk pacaran juga susah move on. Dan lo adalah pacar pertama Rin setelah kematian Vio.” jawabnya.

“oh jadi gitu, thanks infonya. Gue mau balik kekelas dulu.” jawab Vio sambil meninggalkan temannya Rindra.

Setelah sampai dikelas Vio masih mengingat perkataan temannya Rindra dan dia mencerna kembali perkataanya. Dia tidak menyangka bahwa dia hanya dijadikan pelarian oleh pacarnya. Dia sangat kecewa dengan sikap Rindra. Kenapa Rindra tidak terus terang dari awal kalo dia itu mirip dengan pacarnya yang udah meninggal. Padahal jika Rindra terus terang dari awal sebelum mereka jadian, Vio masih bisa memaklunminya dan masih bisa memaafkannya.

(10)

“Rin, aku mau tanya sama kamu.” ucap Vio memecahkan keheningan.

“mau nanya apa? Kamu kenapa dari tadi ngediamin aku kayak gitu, aku punya salah ya sama kamu!? Kalo aku punya salah aku minta maaf sama kamu.” jawab Rindra.

“kamu beneran sayang sama aku? Tulus nggak sayang sama aku?” tanya Vio yang membuat Rindra ketawa geli.

“kamu itu ada ada aja. Ya jelas lah aku sayang sama kamu, aku beneran tulus sayang sama kamu. Emangnya kenapa? Mau bukti apa?” jawab Rindra yang sedikit meledek.

“beneran?! Bukannya kamu mau pacaran sama aku karena aku mirip sama seorang cewek yang udah meninggal gara gara mengidap penyakit kanker hati stadium lanjut dan memiliki nama, wajah, serta tingkah laku yang sama kayak aku, hah?” tutur Vio panjang lebar yang membuat Rindra kaget.

“maksud kamu apa sih? Aku nggak ngerti” elak Rindra.

“kamu nggak usah bohong lagi sama aku. Kamu pacaran sama aku karena aku mirip banget sama pacar kamu yang udah meninggal, kan? Aku nggak habis pikir sama kamu, kenapa kamu tega ngebohongin aku selama ini? Kamu udah buat aku kecewa. Aku benci sama kamu!!” kata Vio sambil menangis.

(11)

“aku tau dari teman kamu. Tadi pagi aku nunggu kamu didepan kelas kamu. Terus ada teman kamu lewat dan manggil aku. Aku nggak tau kenapa dia bisa tau nama aku dan tau kalo aku itu pacar kamu, padahal kita belum pernah ketemu sebelumnya. Terus dia menceritakan semuanya ke aku tentang Vio pacar kamu yang udah meninggal setahun yang lalu gara gara kanker hati. Karena kematian Vio kamu jadi trauma untuk pacaran dan susah move on. Dan aku adalah pacar pertama kamu setelah kematian Vio. Itu pun karena kamu melihat sosok Vio dalam diri aku. Iya kan Rin?” tutur Vio dengan sabar walaupun dia sedang marah dengan Rindra.

Tapi Rindra tidak menjawab pertanyaan Vio, Rindra menunduk dan terdiam karena dia tidak mampu berbicara lagi. “jawab Rin!! Jawab!!” perintah Vio sambil menangis dan memukuli dada Rindra.

Rindra terus terdiam tanpa kata. Kemudian dia memeluk Vio yang masih menangis dan Vio pun menangis dalam pelukan Rindra. Sampai akhirnya Rindra mau membuka mulutnya.

(12)

Jangan tinggalin aku. Aku sayang banget sama kamu.” terang Rindra.

Vio melepas pelukan Rindra dan menampar pipi kiri Rindra. Plaakk... Rindra hanya terdiam karena dia merasa memang pantas mendapatkan tamparan itu.

“Kalo kamu jujur dari awal, aku masih bisa terima dan masih bisa maafn kamu. Tapi sekarang semuanya udah terlanjur. Apa gunanya kita ngejalanin hubungan ini kalo kamu aja nggak jujur sama aku? Percuma hubungan ini dipertahanin. Kamu udah bohongin aku, aku kecewa banget sama kamu. Tolong jangan temuin aku lagi, aku nggak mau lihat muka kamu lagi. Kamu pengecut!!” ucap Vio yang kemudian berjalan meninggalkan Rindra sambil menangis

“Vio maafn aku, pliss..!! Aku nyesel udah bohong sama kamu. Aku emang pengecut nggak berani bilang sama kamu dari awal. Tolong jangan tinggalin aku, Vi. Aku nggak mau kehilangan kamu.” kata Rindra yang melihat pacarnya pergi meninggalkannya.

Tapi Vio tidak memedulikan perkataan Rindra, dia terus berjalan pergi meninggalkan Rindra sambil mengusap air matanya. “Vio!! Vio!! Vio maafn aku!! Vio!!” teriak Rindra tetapi Vio masih tidak memedulikannya.

(13)

sekolah Rindra tidak langsung ke kelasnya, melainkan ke kelas Vio untuk menemuinya. Tapi Vio belum sampai di kelas. Rindra bingung, dimanakah Vio sebenarnya?! Saat jam istirahat pun Rindra mencari Vio di kelasnya, tapi hasilnya sama Vio tidak ada di kelasnya. Kata teman Vio, dia pergi ke kantin untuk membeli minum. Akhirnya Rindra pergi untuk menyusulnya. Setelah sampai di kantin Rindra tidak juga menemukan Vio.

“Vio kamu dimana sih? Aku bingung mau nyari kamu kemana lagi. Kenapa kamu menghindar dari aku? Aku khawatir sama kamu Vio” gumam Rindra dalam hati. Karena bingung mau mencari kemana lagi, Rindra memutuskan untuk kembali ke kelas.

Disisi lain, Vio tau bahwa Rindra sedang mencari cari dirinya. Dia sengaja bersembunyi di perpustakaan untuk menghindari Rindra karena dia sedang tidak ingin untuk berdebat dengan Rindra. Saat bel masuk berbunyi, Vio memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Kebetulan kelas Vio lagi ada jam kosong dan tidak ada tugas dari gurunya, Vio pun tidak menyia-nyiakan waktu itu. Dia menghampiri Arian dan bertanya apakah yang di bilang teman Rindra kemarin benar atau tidak.

“Ian, gue boleh duduk nggak? Ada yang pengen gue omongin sama lo.” kata Vio sambil memegang kursi disamping Arian.

“duduk aja, emang lo mau ngomong apaan?” ucap Arian.

(14)

untuk memastikan Arian tidak berbohong tentang hal ini.

“tau, emang kenapa?” tanya Arian.

“namanya siapa?” ujar Vio.

“namanya...” jawab Arian ragu karena Vio menatapnya dengan sangat tajam.

“siapa namanya?” paksa Vio.

“namanya.. em.. eh anu.. itu apa..” kata Arian mulai gugup.

“cepetan siapa?” kata Vio tidak sabar.

“namanya...” ucap Arian terputus.

“Vio.” potong Vio. “ iya kan? Namanya Vio dan wajahnya, tingkah lakunya itu sama kayak gue, bener kan?”

“I...i...iya.” jawab Arian gugup. “kenapa nih anak bisa tau? Tau darimana dia ya? Masa sih Rin yang ngasih tau? Ah itu jelas nggak mungkin, emang dia mau hubungannya berakhir gitu aja. Bener bener bencana besar. Bakalan perang dunia tiga nih.” gumam Arian dalam hati.

“heran kenapa gue bisa tau??” tanya Vio.

“iya. Lo tau darimana kalo pacarnya Rin itu sama kayak lo?” kata Arian bingung kenapa Vio bisa tau.

(15)

“berarti lo juga udah tau kalo Vio itu udah em..” Arian tidak menyelesaikan ucapannya.

“udah meninggal maksud lo? Gara gara kanker hati stadium lanjut, kan?” jawab Vio.

“iya” kata Arian.

“sekarang gue mau nanya, Rin pacaran sama gue itu gara gara gue mirip sama Vio apa bukan?” tanya Vio yang membuat Arian melotot karena dia tidak menyangka Vio akan menanyakan hal itu. “kenapa mata lo melotot? Bingung mau jawab apaan karena emang kenyataanya gitu? Iya?” kata Vio ketika melihat mata Arian melotot.

(16)

Gue nggak mau dia kembali lagi seperti dulu saat Vio meninggal. Cuma lo yang bisa buat dia kayak gini. Cuma lo yang bisa buat dia semangat lagi. Tolong maaafn dia. Semalem dia curhat sama gue katanya dia nyesel banget nggak bilang sama lo tentang hal ini dari awal sebelum kalian jadian. Dia nyesel udah jadi pengecut.” jelas Arian dengan sabar.

“tapi tetep dia itu salah. Gue nggak suka sama cowok pembohong. Gue benci!! Kalo dia emang bener sayang sama gue kenapa kemarin dia nggak mau ngejelasin ke gue. Padahal gue udah sabar buat ngadepin dia, tapi dia malah diem aja. Kesabaran gue udah abis dan akhirnya gue tampar dia. Kalo untuk maafn dia kayaknya gue belum bisa. Sorry ya..” jawab Vio.

“kenapa Vi? Kenapa lo belum bisa maafn Rindreh? Lo juga menghindar kan dari dia? Lo sengaja sembunyi biar dia nggak bisa ketemu lo, bener?!” tanya Arian.

“gue masih sakit hati sama dia, Ian. Gue kecewa banget sama dia. Iya gue emang menghindar dari dia dan gue emang sengaja buat sembunyi dari dia. Karena gue yakin kalo gue ketemu sama dia kita pasti bakalan berantem lagi. Gue nggak mau lagi berantem sama dia. Gue capek Ian kalo harus berantem lagi sama dia. Makanya gue menghindar dari dia.” terang Vio.

(17)

“gue nggak mau berhubungan sama dia dulu untuk saat ini, Ian. Kalo dia nanya sama lo tentang kabar gue, lo bilang aja kalo gue baik baik aja. Tolong bilang sama dia kalo gue juga minta maaf untuk saat ini gue belum bisa maafn dia karena gue masih kecewa sama dia. Makasih Ian udah mau denger cerita gue. Gue mau ke toilet dulu ya, bye.” kata Vio beranjak dari kursi dan keluar kelas.

“sama sama, Vi” jawab Arian.

Dan saat itu juga Arian memberitahu Rindra lewat sms kalo Vio sedang pergi ke toilet.Melihat sms dari Arian, Rindra langsung meminta izin kepada guru yang sedang mengajar untuk ke toilet.

Setelah sampai didepan toilet Rindra menunggu sampai Vio keluar. Ternyata Vio menangis di dalam toilet. Akhirnya Vio sadar, walaupun dia menangis hal itu sudah terjadi dan tidak dapat kembali lagi seperti semula. Dia memutuskan untuk kembali ke kelas meskipun matanya sembab karena menangis. Tapi saat keluar dari toilet dia mendapati bahwa Rindra telah berdiri diluar untuk menunggunya. Dia tidak memedulikan hal itu, dia berjalan untuk melewatinya. Tapi tanpa disadarinya Rindra telah menggenggam tangan kirinya dan itu membuat langkahnya terhenti.

(18)

“apa Vi? Kamu bilang apa tadi? Kamu panggil aku pake sebutan ‘lo’ ?” tanya Rindra heran.

“emang kenapa? Nggak terima? Baru gue nyebut lo gitu aja udah gitu. Gimana kalo lo ada diposisi gue?” ujar Vio.

“Vio, aku tau kamu kecewa banget sama aku. Tapi tolong jangan panggil aku pake sebutan ‘lo’ . Aku nggak mau kamu samain sama yang lain, aku ingin menjadi seseorang yang istimewa buat kamu.” jawab Rindra.

“ya whatever lah. Sekarang kamu mau ngapain lagi? Darimana kamu tau kalo aku lagi di toilet?” tanyanya bingung.

“nah gitu dong. Nggak penting aku tau darimana, yang penting aku sekarang mau ngejelasin semuanya sama kamu. Pliss kasih aku kesempatan buat

ngejelasin semuanya.” pinta Rindra.

“oke, aku bakal kasih kamu kesempatan buat ngejelasin semuanya. Tapi nggak disekolah, karena sekarang aku mau kembali ke kelas.” ucap Vio.

“makasih ya, Vi. Kalo gitu ntar sore kita ketemuan ditaman ya. Ya udah kalo kamu mau kembali ke kelas barengan aja, aku anterin kamu.” ajak Rindra.

“oke, jam 4 sore jangan lupa.” kata Vio sambil berjalan tanpa menunggu jawaban Rindra.

(19)

tidak berani untuk mengajak bicaara Vio, karena dia masih merasa bersalah dengannya. Jadi dia memutuskan untuk menggandeng tangan Vio dan Vio pun juga ikut menggandeng tangan Rindra. Rindra tersenyum karena Vio mau tangannya digandeng olehnya.

Setelah sampai dipintu kelas Vio, Rindra melepaskan tangannya. Sebelum meninggalkan kelas Vio, dia memanggil nama Arian sambil mengacungkan jempol kananya dan mengedipkan 1 mata. Setelah itu dia meninggalkan kelas Vio dan kembali ke kelasnya. Melihat hal itu, Vio bisa menduga bahwa Arian lah yang telah memberitahu Rindra kalo dirinya sedang pergi ke toilet. Langsung saja dia menghampiri Arian.

“oh, jadi lo yang ngasih tau ke twin lo kalo gue ke toilet!? Pantes aja dia tau. Rese ya lo, Ian.” ujar Vio.

“hehe...ya sorry Vi. Habisnya gue kasian lihat Rin, dia khawatir sama lo. Tapi lo malah menghindar mulu dari dia. Ya udah gue kasih tau Rin aja kalo lo lagi ke toilet.” jawab Arian.

“dasar lo. Meskipun gue emang sebel sama lo, tapi makasih juga ya.” kata Vio.

“makasih buat apaan?” tanya Arian bingung.

“nggak pa pa kok. Tapi sekali lagi makasih ya.” jawabnya sambil berjalan menuju bangkunya.

(20)

“nggak pa pa kok, Ian.” ucap Vio.

“ah Vio. Lo tuh hobi banget sih bikin gue jadi kepo.” kata Arian sebal.

“lo kepo? Bagus deh kalo lo kepo.” balas Vio sambil tertawa kecil.

“lo mah gitu sama gue, ya udah deh kalo nggak mau jawab terserah lo aja. Gue udah bete sama lo.” jawab Arian yang akhirnya nyerah karena Vio tidak memberitahunya.

“hahaha...” Vio tertawa.

Disebuah bangku taman Rindra duduk sambil menunggu Vio. Hatinya resah apakah Vio akan bisa menerima penjelasannya dan bisa memafkannya atau malah sebaliknya. Tak lama kemudian Vio datang dan langsung duduk disamping Rindra.

“udah lama nunggunya?” tanya Vio.

“nggak kok cuma setengah jam aja.” jawab Rindra yang membuat Vio sontak kaget.

“apa? Setengah jam kamu nungguin aku? Kita kan janjiannya jam 4 tapi kamu kok nunggunya udah dari tadi? Maaf ya kalo aku udah bikin kamu nunggu lama.” ucap Vio sedikit menyesal.

(21)

“kamu ini masih sempet sempetnya gombalin aku.” balas Vio sambil tertawa kecil.

“itu yang mau aku lihat dari kamu. Aku pengen lihat kamu tersenyum lagi sama aku.” kata Rindra.

“iya iya. Sekarang buruan jelasin keburu malem nih.” ujar Vio yang membuat Rindra terdiam sesaat dan kemudian menjawab.

“kamu janji ya jangan marah dulu sama aku, tunggu aku selesai jelasin dulu.” pinta Rindra.

“iya, aku janji.” jawab Vio yang membuat Rindra menghela napas.

(22)

pikir itu cuma mimpi tapi ternyata iku bukan mimpi. Terus Arian nyuruh aku kenalan sama kamu. Setelah kenal sama ternyata bener kamu itu persis banget sama dia. Aku melihat sosok Vio ada pada diri kamu. Setiap malem aku selalu nanya sama Ian, gimana kamu kalo dikelas. Dan hal yang dikatakan Ian sama aku itu persis sama yang dilakuin Vio dulu saat dikelas. Tapi setelah kita deket sampai akhirnya jadian, aku mulai ngerasain adanya perbedaan antara kamu dan Vio.” tutur Rindra panjang lebar yang membuat Vio kagum terhadapnya.

Tapi karena Rindra menghentikan kata katanya yang menurut Vio itu belum selesai, dia pun memutuskan untuk menanyakannya.

“apa perbedaan antara aku dan Vio?” tanyanya kemudian.

(23)

“terus kalo Vio gimana?” tanya Vio lagi.

“Vio itu kalo udah marah mesti nggak pernah ngasih aku kesempatan aku buat ngejelasin semuanya. Setiap kita berantem kebanyakan dia selalu nyalahin aku, jadi aku cuma bisa ngalah sama dia. Makanya aku ngerasa kalo aku selalu nyakitin dia, nggak pernah bisa ngebahagiain dia. Itu sebabnya waktu dia meninggal aku nyesel banget. Sekarang kamu paham, kan?!” ucap Rindra.

“iya, aku paham. Jadi...” Vio sengaja menggantung kalimatnya.

“jadi, kamu sekarang mau maafn aku?” tanya Rindra.

Vio tersenyum pipinya mulai merah karena menahan malu “iya, aku mau maafn kamu. Aku juga minta maaf ya sama kamu karena aku udah nampar pipi kamu.” kata Vio sambil sedikit memelas.

“gimana ya? Maafn? Nggak usah? Maafn? Nggak usah?” goda Rindra sambil pura pura berpikir.

“ah Rindra, maafn dong. Katanya kita udah baikan.” jawab Vio.

“eitsss...kata siapa kita udah baikan? Nggak ada yang bilang perasaan.” elak Rindra dengan masih menggoda Vio.

(24)

Melihat perubahan wajah Vio, Rindra pun tertawa. Karena dia puas sudah bisa menggoda Vio. Melihat itu Vio menyadari kalo Rindra hanya mempermainkan dirinya.

“ah Rindra!! Rese banget sih jadi orang!! Nggak bosen apa kerjaannya ngisengin aku mulu? Kamu itu emang nggak beda jauh ya sama Ian, sukanya ngisengin orang terus.” gerutu Vio.

“emang enak aku kerjain?” ejek Rindra yang membuat Vio semakin cemberut. “iya iya aku minta maaf. Habisnya kamu juga aneh, ngapain coba aku nggak mau maafn kamu. Ya jelas mau lah. Aku kan udah bilang tadi, aku emang pantes ngedapetin itu. Ya iyalah aku nggak beda jauh sama Ian, dia kan twin aku. Meskipun wajah aku nggak begitu mirip sama dia dan kata orang orang lebih gantengan dia dibanding aku karena muka aku lebih sedikit dewasa bibanding dia. Katanya aku juga lebih cocok jadi abangnya daripada adiknya. Kalo kembar itu pasti ada kemiripannya. Kalo nggak wajah, sifat, ya tingkah lakunya. Dan kemiripan aku sama dia itu sifatnya.” terang Rindra.

“ya udah aku maafn. Tapi bener sekarang kita udah baikan?” tanya Vio lagi.

“iya dong, sekarang kita udah baikan.” ucap Rindra sambil tersenyum.

(25)

menyaksikan sang raja dunia mulai tenggelam diujung barat yang cahayanya mulai meredup dan memberikan kesan warna langit menjadi jingga yang sangat indah. Kebetulan mereka duduk di sebuah bangku yang menghadap ke barat sehingga mereka bisa melihat pegantian dari matahari yang berubah menjadi bulan dan juga bintang yang menghiasi langit malam. Setelah waktu menunjukkan pukul 6.30 mereka memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum itu mereka mencari makan malam terlebih dahulu, karena Vio sudah mulai merasakan bahwa perutnya sudah lapar dan Rindra meng-iyakannya karena dia juga merasakan hal yang sama. Setelah makan, Rindra mengantarkan Vio pulang terlebih dahulu baru dirinya pulang.

Keesokan harinya, seperti biasa Rindra berangkat lebih pagi. Dia tidak langsung berangkat ke sekolah melainkan untuk menjemput Vio. Setelah sampai didepan rumah Vio, ternyata Vio sudah menunggunya diteras ditemani mamanya yang minum teh. Melihat kedatangan Rindra, Vio pun langsung bertpamitan kepada mamanya.

“ma, aku pergi dulu ya. Itu udah dateng orangnya.” ucapnya sambil menunjuk kearah Rindra.

“iya, hati hati dijalan ya. Bye sayang.” jawab mamanya sambil mencium kening putrinya itu dan melambaikan tangan.

(26)

Setelah Vio sampai diluar pagar, Rindra juga tak lupa untuk berpamitan dengan mama Vio.

“tante, saya permisi dulu ya. Mari tante.” kata Rindra tak lupa dengan mengembangkan senyumnya.

“iya, mari. Hati hati ya Rin.” balas mama Vio dan tak lupa juga sambil tersenyum utuk membalas senyum Rindra.

“iya Tante.” jawab Rindra.

“bye, Mama...” Vio juga tak mau kalah dari Rindra

“bye, Sayang...” ucap mama Vio kembali

Setelah sampai disekolah, mereka tetap berjalan bersama. Hingga akhirnya mereka berpisah didepan kelas Vio. Namun sebelum mereka berpisah, ada orang yang menyindir mereka dari belakang yang tak lain adalah Arian.

“oh, jadi ada yang udah baikan lagi. Bagus deh kalo gitu. Jadi, nggak akan ada yang nangis nangis lagi curhat sama gue.” ledek Arian yang sudah jelas mengarah ke Rindra.

“apaan sih lo Ian? Malu maluin gue aja tau nggak?” jawab Rindra.

“emang benerkan?!” ledek Arian lagi.

“gue jitak juga lo” kata Rindra sambil menjitak kepala Arian.

(27)

“emang enak? Rasain lo.” ledek Rindra.

“gue bales juga lo. Nih rasain jitakan tangan gue.” balas Arian tak mau kalah untuk menjitak Rindra balik.

“aduh...sakit kali Ian.” ucap Rindra sambil mengelus kepalanya.

“salah siapa? Lo duluan kan yang mulai. Makanya jangan macem macem sama gue. Rasain lo sekarang. Sakit kan.” jawab Arian.

“wah, ngajakin berantem nih anak. Lo berani jitak gue, berarti lo berani sama gue.” tantang Rindra.

“ayok...siapa takut? Gue nggak takut sama lo.” terima Arian.

Melihat hal itu, Vio pun langsung mencegahnya. Karena mereka akan berantem layaknya anak kecil didepan kelasnya dan pasti akan menjadi tontonan banyak siswa yang sedang melintas didepan kelasnya.

“eh, udah udah. Kalian ini udah besar juga masih aja suka berantem. Kayak anak kecil tau nggak? Main jitak jitakan” ucap Vio untuk mencegah twin itu berantem seperti anak kecil.

“dia dulu yang mulai Vi. Aku kan jadi kesel.” kata Rindra.

“udah deh ngadu, dibelain sih. Ya udah deh iya, gue yang mulai duluan. Maafn gue ya.” jawab Arian.

(28)

“iya, aku maafn. Oke Ian, sekarang lo gue maafn tapi awas kalo dirumah lo ledekin gue lagi gue jitak lagi kepala lo.” ujar Rindra pada Arian dan sambil mengulurkan tangannya, Arian membalasnya dan masuk kekelas duluan. Rindra pun memutuskan untuk kekelasnya karena sudah mau bel.

“Vi, aku kekelas dulu ya. Nanti istirahat aku jemput, bye...” ucapnya sambil melambaikan tangannya untuk Vio.

“iya, bye...” kata Vio dan memasuki kelas setelah beberapa detik menunggu didepan kelas melihat Rindra sampai masuk kekelasnya.

(29)

Biodata

Penulis

Nama

: Giftiyatul Fitriah

Alamat: Ds. Jepangrejo RT 01 RW 06, Kec.

Blora, Kab. Blora

Kontak:

Hp

: 089699001238

Email

:

arianafrendra@gmail.com

Facebook : Giftiyatul Fitriah

Referensi

Dokumen terkait

Perintah Turn Left berhasil memenuhi spesifikasi 100% yaitu memutar panah.. dan motor berlawanan arah jarum sebanyak parameter

Yang didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Pemberkasan Arsip Dinamis Aktif di Biro Umum Sekretariat Jendral Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia” terdiri

Karyawan yang memiliki kompetensi karyawan yang baik akan menunjukan sikap, pengetahuan, dan juga keterampilan dalam mengerjakan pekerjaannya yang diwujudkan dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kuantitatif pengaruh penurunan harga Bahan Bahan Bakar jenis premium pada bulan Desember 2008 (variabel intervensi

Diversity and distribution of nematode communities in grass- lands from Romania in relation to vegetation and soil characteristics, 14 (2000) 27. Porazinska,

An awareness of the short longevity of the roots of many common crop species, less than 7 days for half of the new roots of oats, and of the hyphae of arbuscular mycorrhizal fungi

Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini