• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika serikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika serikat "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8% (YoY), namun lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ini juga lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mampu mencapai 6,5%. Adapun nilai PDB Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012 mencapai IDR 2.618,1 trilyun, naik sebesar IDR 153,4 trilyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2.464,7 trilyun.

(2)

Dari sisi lapangan usaha, 9 sektor lapangan usaha mencatat pertumbuhan positif pada tahun 2012. Di tahun 2012, sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 9,98% diikuti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang tumbuh sebesar 8,11%, serta sektor Konstruksi sebesar 7,50%. Adapun pertumbuhan terendah dialami oleh sektor Pertambangan dan Penggalian, tumbuh sebesar 1,49% di tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas pertambangan.

(3)
(4)
(5)

Berbagai kajian yang menelaah krisis keuangan Asia telah banyak dilakukan, dari berbagai sudut pandang pula. Secara umum terlihat suatu pola dan karakteristik yang berlaku sama di seluruh negara yang dilanda krisis. Namun, dalam hal kedalamannya dan jangka waktunya, Indonesia dapat dikatakan sangat unik. Sulit mencari pembandingnya, barangkali negara yang paling layak untuk dibandingkan waktu itu adalah Rusia, dan sekarang mungkin Argentina. Oleh karena itu, dalam uraian berikut kita akan mengkaji secara singkat mengapa krisis di Indonesia begitu parah, dan mengapa pemulihannya begitu lambat.

Sebagai introspeksi, harus kita akui bahwa krisis di Indonesia benar-benar tidak terduga datangnya, sama sekali tidak terprediksi sebelumnya. Seperti dikatakan oleh Furman dan Stiglitz (1998), bahwa di antara 34 negara bermasalah yang diambil sebagai percontoh (sample) penelitiannya, Indonesia adalah negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya dalam percontoh, tersebut. Ketika Thailand mulai menunjukkan gejala krisis, orang umumnya percaya bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama. Fundamental ekonomi Indonesia dipercaya cukup kuat untuk menahan kejut eksternal (external shock) akibat kejatuhan ekonomi Thailand.

Berikut ini 4 Penyebab Krisis Ekonomi Indonesia tahun 1997-1998 :

1. Yang pertama, stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi bagi “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.

Pemerintah selama ini selalu ekstra hati-hati dalam mengelola hutang pemerintah (atau hutang publik lainnya), dan senantiasa menjaganya dalam batas-batas yang dapat tertangani (manageable). Akan tetapi untuk hutang yang dibuat oleh sektor swasta Indonesia, pemerintah sama sekali tidak memiliki mekanisme pengawasan. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius. Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998). Hal ini mirip dengan yang terjadi di negara-negara lain di Asia yang dilanda krisis. Dalam banyak hal, boleh dikatakan bahwa negara telah menjadi korban dari keberhasilannya

sendiri. Mengapa demikian? Karena kreditur asing tentu bersemangat meminjamkan modalnya kepada perusahaan-perusahaan (swasta) di negara yang memiliki inflasi rendah, memiliki surplus anggaran, mempunyai tenaga kerja terdidik dalam jumlah besar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, dan menjalankan sistem perdagangan terbuka.

Daya tarik dari “dynamic economies’” ini telah menyebabkan net capital inflows atau arus modal masuk (yang meliputi hutang jangka panjang, penanaman modal asing, danequity purchases) ke wilayah Asia Pasifik meningkat dari US$25 milyar pada tahun 1990 menjadi lebih dari US$110 milyar pada tahun 1996 (Greenspan 1997). Sayangnya, banyaknya modal yang masuk tersebut tidak cukup dimanfaatkan untuk sektor-sektor yang produktif, seperti pertanian atau industri, tetapi justru masuk ke pembiayaan konsumsi, pasar modal, dan khusus bagi Indonesia dan Thailand, ke sektor perumahan (real estate). Di sektor-sektor ini memang terjadi ledakan (boom) karena sebagian dipengaruhi oleh arus modal masuk tadi, tetapi sebaliknya kinerja ekspor yang selama ini menjadi andalan ekonomi

nasional justru mengalami perlambatan, akibat apresiasi nilai tukar yang terjadi, antara lain, karena derasnya arus modal yang masuk itu.

(6)

kurs lokal (Radelet and Sachs 1998). Yang ikut memperburuk keadaan adalah batas waktu pinjaman (maturity) hutang swasta tersebut rata-rata makin pendek. Pada saat krisis terjadi, rata-rata batas waktu pinjaman sektor swasta adalah 18 bulan, dan menjelang Desember 1997 jumlah hutang yang harus dilunasi dalam tempo kurang dari satu tahun adalah sebesar US$20,7 milyar (World Bank 1998).

2. Yang kedua, dan terkait erat dengan masalah di atas, adalah banyaknya kelemahan dalam sistem

perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.

Ketika liberalisasi sistem perbankan diberlakukan pada pertengahan tahun 1980-an, mekanisme pengendalian dan pengawasan dari pemerintah tidak efektif dan tidak mampu mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor perbankan. Yang lebih parah, hampir tidak ada penegakan hukum terhadap bank-bank yang melanggar ketentuan, khususnya dalam kasus peminjaman ke kelompok bisnisnya sendiri, konsentrasi pinjaman pada pihak tertentu, dan pelanggaran kriteria layak kredit. Pada waktu yang bersamaan banyak sekali bank yang sesunguhnya tidak bermodal

cukup (undercapitalized) atau kekurangan modal, tetapi tetap dibiarkan beroperasi. Semua ini berarti, ketika nilai rupiah mulai terdepresiasi, sistem perbankan tidak mampu menempatkan dirinya sebagai “peredam

kerusakan”, tetapi justru menjadi korban langsung akibat neracanya yang tidak sehat.

3. Yang ketiga, sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula.

Hill (1999) menulis bahwa banyaknya pihak yang memiliki vested interest dengan intrik-intrik politiknya yang menyebar ke mana-mana telah menghambat atau menghalangi gerak pemerintah, untuk mengambil tindakan tegas di tengah krisis. Jauh sebelum krisis terjadi, investor asing dan pelaku bisnis yang bergerak di Indonesia selalu mengeluhkan kurangnya transparansi, dan lemahnya perlindungan maupun kepastian hukum. Persoalan ini sering dikaitkan dengan tingginya “biaya siluman” yang harus dikeluarkan bila orang melakukan kegiatan bisnis di sini. Anehnya, selama Indonesia menikmati economic boom persepsi negatif tersebut tidak terlalu menghambat ekonomi Indonesia. Akan tetapi begitu krisis menghantam, maka segala kelemahan itu muncul menjadi penghalang bagi pemerintah untuk mampu mengendalikan krisis. Masalah ini pulalah yang mengurangi kemampuan kelembagaan pemerintah untuk bertindak cepat, adil, dan efektif. Akhirnya semua itu berkembang menjadi “krisis

kepercayaan” yang ternyata menjadi penyebab paling utama dari segala masalah ekonomi yang dihadapi pada waktu itu. Akibat krisis kepercayaan itu, modal yang dibawa lari ke luar tidak kunjung kembali, apalagi modal baru.

4. Yang keempat, perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memberbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri.

Faktor ini merupakan hal yang paling sulit diatasi. Kegagalan dalam mengembalikan stabilitas sosial-politik telah mempersulit kinerja ekonomi dalam mencapai momentum pemulihan secara mantap dan berkesinambungan.

(7)

Ekonomi makro Indonesia - Definisi dari ekonomi makro Indonesia adalah suatu sistem yang mempelajari tentang perubahan ekonomi di indonesia yang membawa pengaruh besar terhadap masyarakat, pasar, dan juga

perusahaan. Dengan kata lain ekonomi makro indonesia adalah sistem yang melakukan analisa mengenai segala bentuk perubahaan kondisi ekonomi indonesia untuk mencapai hasil analisa terbaik. Bentuk perubahaan ekonomi yang dimaksud di sini meliputi tentang pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan kestabilitasan harga, serta tercapai atau tidaknya kesimbangan neraca yang dilakukan secara berkesinambungan.

Namun perlu diketahui juga bahwa karakter ekonomi indonesia ini termasuk dalam kategori Small Open Economy yang berarti bahwa kondisi perekonomian indonesia dipengaruhi tidak hanya karena perekomian di dalam negeri namun juga dipengaruhi oleh perekonomian yang terjadi di negara-negara maju serta beberapa negara yang termasuk negara tujuan ekspor. Itu artinya Indonesia punya tantangan tersendiri untuk berusaha menyeimbangkan pasar keuangan internasional dengan pasar keuangan nasional.

Di sini lain ada juga tiga variabel yang ada dalam ekonomi makro Indonesia yang pada kenyataannya memiliki cakupan lebih luas dalam perekonomian Indonesia.

Konsumsi privat, pengeluaran pemerintah, impor dan ekspor, serta investasi adalah dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut di dalam permintaan agregat.

Semakin membaik atau tidaknya permintaan agregat itu tergantung semakin baik atau tidaknya varibel di atas. Dan supaya perekonomian indonesia dapat berkembang sesuai keinginan masyarakat dan pemerintah maka harus mendapat penanganan yang seimbang. Hal ini dikarenakan selain permintaan agregat ada juga penawaran agregat yang meliputi pasar tenaga kerja dan teknologi atau yang kita kenal dengan IPTEK.

Seperti informasi yang lalu mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011, saat itu menurut RAPBN 2011 diperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai angka 6,4% yang berarti mengalami peningkatan 0,6 persen lebih tinggi dari pada tahun 2010 yang hanya sebesar 5,8 %. Dan perkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 – 2014 diprediksi mencapai angka antata 6,4% sampai dengan 7,7%.

(8)

Dan mengenai kerangka asumsi makro ekonomi Indonesia yang diakui pemerintah selama ini selalu mempertimbangkan baik faktor eksternal maupun internal dalam penetapannya.

Faktor eksternal yang akan mempengaruhi ekonomi

makro Indonesia yaitu :

 Harga minyak mentah internasional relatif stabil

 Perekonomian global diperkirakan akan tumbuh pada level yang moderat

 Proses pemulihan terhadap perekonomian global.

Faktor internal yang akan mempengaruhi ekonomi makro Indonesia

yaitu :

 Hutang terhadap PBB yang terus mengalami penurunan.

 Optimalisasi terhadap anggaran belanja negara.

 Meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur.

 Fiscal Sustainability tetap terdukung dengan terkendalinya konsolidasi fiskal.

 Terkendalinya penerapan target inflasi.

(9)

Jika dilihat dari sisi makro, nilai tukar mana uang juga merupakan salah satu variabel penting bagikondisi ekonomi Indonesia. Sesuai dengan data dari BI (Bank Indonesia) tahun 2010 dan 2011 rupiah mengalami penguatan nilai tukar sebesar lebih dari 3,8% meskipun di beberapa hari pada bulan-bulan tertentu nilai tukar rupiah mengalami pergerakan melemah. Demikian juga yang kita amati di tahun 2012. Melemahnya nilai rupiah di beberapa waktu tersebut salah satu penyebabnya dikarenakan kondisi pasar yang tidak menentu sehingga membuat para pelaku pasar cenderung menunjukkan penurunan aktivitas pada pasar uang sehingga menyebabkan rupiah melemah.

Sebenarnya, nilai tukar rupiah masih memiliki kemungkinan untuk lebih menguat ladi dan lebih stabil lagi karena kondisi makro ekonomi di dalam negeri saat ini lebih baik jika dibandingkan dengankondisi ekonomi global. Namun ada penghalang yang mencegah rupiah untuk terus menguat, yaitu terdapat beberapa investor dari luar yang masih melepas saham pada pasar ekuiti lokal.

Di lain pihak kenaikan mata uang di Asia memperlihatkan dukungan juga terhadap pergerakan mata uang di dalam negeri. Dan pemerintah juga terus berusaha untuk mencegah anjloknya nilai rupiah agar stabilitas kondisi ekonomi Indonesia tidak terganggu. Selain itu juga pemerintah bertujuan untuk menekan tingkat inflasi.

Terjadinya inflasi disebabkan karena meningkatnya harga barang secara umum dalam waktu yang berlangsung terus-menerus. Hal ini juga disebabkan beberapa faktor yang berkaitan dengan mekanisme pasar, yaitu :

1. Meningkatnya daya konsumsi masyarakat.

(10)

3. Spekulasi yang memicu konsumi karena berlebihnya likuiditas di pasar.

Selain beberapa penjelasan di atas mengenai ekonomi makro Indonesia, sebenarnya ada satu masalah lagi yang juga menjadi masalah utama ekonomi di Indonesia, yaitu jumlah penduduk miskin yang masih cukup besar. Menurut data terakhir dari Badan Statistik Nasional bulan Maret tahun 2012 saja angka kemiskinan Indonesia masih

mencapai angka 11,96% atau sekitar 29,13 juta jiwa. Meskipun sudah mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang mencapai angka 12,49% atau sekitar 30 juta orang. Yah, mungkin ini masih menjadi tugas pemerintah lagi untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia yang juga memiliki pengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di Indonesia. Tentunya hal ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan kita semua.

Perkembangan Ekonomi di Indonesia (Makalah)

BAB I

PEDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan ekonomi saat ini mengalami kenaikan beberapa persen. Walaupun begitu, perkembangan ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari banyaknya perubahan-perubahan yang telah dilakukan dan diterapkan dalam perekonomian di Indonesia. Untuk itu penulis kemudian membuat makalah tentang “Perkembangan Ekonomi di Indoneisia”.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan yang hendak penulis paparkan, yakni : 1. Sejarah mengenai perekonomian di Indonesia

2. Perkembangan perekonomian di Indonesia

3. Masalah-masalah yang di hadapi oleh Indonesia dalam pengembangan perekonomian di Indonesia

1.3.Rumusan Masalah

Adapaun, pokok-pokok masalah yanga telah penulis rumuskan, diantaranya : 1. Bagaimana sejarah perekonomian di Indonesia

2. Bagaimana Perkembanagn perekonomian di Indonesia

3. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia dalam mengembangkan perekonomian di Indonesia

1.4.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis buat sangat sederhana, yakni :  Bab I adalah Pendahuluan

 Bab II adalah Kajian Teori  Bab III adalah Pembahasan  Bab IV adalah Penutup

(11)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Sejarah Perekonomian di Indonesia

1. ORDE LAMA (pasca kemerdekaan 1945-1950

Keadaan ekonomi&keuangan pada masa ini sangat buruk, karena disebabkan oleh :

Inflasi yang sangat tinggi yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak

terkendali. Pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata

uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan

Jepang.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :

a. Menteri keuangan Ir. Surachman melaksanakan Program Pinjaman Nasional dengan

persetujuan BP-KNIP pada bulan Juli 1946

b. Usaha melawan blokade dengan diplomasi beras ke India

c. Mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika

d. Melawan blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.

Tujuan dilakukannya Konferensi Ekonomi Februari 1946 untuk memperoleh k

esepakatan yang tetap dalam menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak, seperti :

a. Masalah produksi&distribusi sandang,pangan,papan, serta status dan administrasi perkebunan.

b. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947

c. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas

(12)

d. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk

pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan

membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).

Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.

Karena pengusaha pribumi masih lemah&belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi,

terutama pengusaha Cina.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

a. Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun, Gunting Syarifuddin

memotongan nilai uang (sanering) pada 20 Maret 1950.

b. Membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir

pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat

berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional program ini disebut Program Benteng.

Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin& struktur ekonomi Indonesia

menjurus pada sistem etatisme (pemerintah mengatur segalanya) sebagai akibat dari dekrit

presiden 5 Juli 1959. Sistem ini diharapkan akan membawa kemakmuran bersama dan

persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Namun kebijakan ekonomi

tersebut pada masa ini belum bisa memperbaiki keadaan ekonomi indonesia, seperti :

a. Menurunkan nilai uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000

menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan pada Devaluasi

(13)

b. Dibentuknya Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia

dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian

Indonesia dan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.

c. Tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

d. Pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya sehingga memperparah tindakan

moneter.

2. ORDE BARU

Stabilisasi politik menjadi prioritas utama pada masa ini. Karena pengusaha pribumi tidak

bisa bersaing dengan pengusaha non pribumi, serta sistem etatisme pun tidak memperbaiki

keadaan, maka Dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi

pancasila yang merupakan campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi,

pasar tidak bisa menentukan sendiri dalam keadaan atau masalah tertentu.

Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang,seperti:

a. kebutuhan pokok

b. pendidikan dan kesehatan

c. pembagian pendapatan

d. kesempatan kerja

e. kesempatan berusaha

f. partisipasi wanita dan generasi muda

g. penyebaran pembangunan

h. peradilan

Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30

(14)

Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan tingkat

kesejahteraan rakyat dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil

menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia

minimum orang yang akan menikah,dampak positif ini diperoleh pada tahun 1984.

Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan

sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar

kelompok dalam masyarakat, serta penumpukan utang luar negeri. Akibatnya, ketika terjadi

krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling

buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan

menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.

3. ORDE REFORMASI

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan

manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya

diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik.

Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, juga tidak ada tindakan yang

cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan

ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan

mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan

kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden

(15)

Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri Masalah-masalah yang mendesak

untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang

ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :

Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3

dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di alam periode

krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan

mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi

Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang

diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum

ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat

banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu

jalannya pembangunan nasional.

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Kebijakan kontroversial pertama

presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga

BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM

dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan

Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang

(16)

Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah

mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta

mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah

diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang

mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.

Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.

Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan

bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang

ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah

kesempatan kerja juga akan bertambah.

(17)

3.1. Perkembangan Ekonomi di Indonesia dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor serta investasi juga mempengaruhi..

Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin. Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2013. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.

3.2. Masalah-masalah dalam Pengembangan Ekonomi di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya. Namun, harus diakui bahwa masih banyak sumber daya milik Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau bahkan malah justru pihak asing yang berhasil mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu masalah ekonomi Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah ekonomi Indonesia yang lain:

(18)

Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas. Dari tahun ke tahun jumlah pengangguran di Indoensia semakin bertambah. Upaya pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja belum bisa menyelesaikan masalah ini.

2. Ekonomi Biaya Tinggi

Ini juga merupakan masalah klasik di dunia industri. Ada banyak hal yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Diantaranya adalah pungutan liar / pungli yang tidak hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun tidak jarang dilakukan secara terbuka.

3. Regulasi Ekonomi

Beberapa kali pemerintah mengeluarkan keputusan mengenai regulasi ekonomi yang dianggap tidak tepat bagi kondisi perekonomian Indonesia. Contohnya adalah keputusan pemerintah untuk masuk dalam anggota CAFTA yang sekarang ini mengakibatkan membanjirnya produk China di Indonesia sehingga membuat produk lokal kepayahan di pasar sendiri.

4. Kelangkaan Bahan Pokok

Operasi pasar yang sering dilakukan pemerintah disaat harga bahan pokok mulai beranjak naik bisa dipastikan tidak membantu menyelesaikan masalah ini. Kelangkaan bahan pokok memang merupakan masalah yang sangat sering terjadi di wilayah luar jawa karena alasan teknis seperti transportasi. Namun menjelang puasa, lebaran, dan natal bisa dipastikan wilayah jawa juga mengalami masalah yang sama.

5. Tingginya Suku Bunga Perbankan

Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat / tidaknya kondisi perekonomian Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat mempengaruhi perekonomian.

6. Tingginya Nilai Inflasi

(19)

sekali naik. Misalnya walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Perkembangan ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkemabangannya di

zaman sebelumnya. Mulai dari masa Orde Lama→Orde Baru→Reformasi. Semuanya

bermetamorfosa dalam mencapai perkembangan ekonomi yang lebih baik.

Namun, yang patut kita garis bawahi saat ini adalah sumber daya manusia yang ada di

(20)

4.2. Saran

Untuk memajukan perekonomian di Indonesia ini bukan hanya tanggungjawab

pemerintah saja. Namun, kita juga sebagai generasi muda yang suatu saat akan memimpi negeri

kita ini patut ikut ambil bagian dalam hal ini. Seperti mendirikan usaha-usaha padat karya atau

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh data dari hasil pengamatan yang dikaitkan dengan Cobit khususnya pada 4 proses DS, maka usulan perbaikan TI dapat diberikan sesuai model standar Cobit.. Hasil

Menurut penulis dalam pembahasan singkat diatas, yang sangat menarik dalam Buku Novel berjudul “Analisis Denotasi dan Konotasi Terhadap Narasi Perempuan Bercadar

Dalam menyusun model Z Altman mengambil sampel 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965 dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut dengan

Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), BBNKAA dihitung dan ditetapkan oleh Gubernur dengan mengacu kepada perhitungan sebagaimana

1) Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada dinegeri itu cukup heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan orang

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mutu fisik flakes dari 3 formulasi perbandingan beras merah dan bekatul padi beras putih lebih baik dari corn flakes untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar tahun

Segala puji syukur terlimpah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir