Indonesia Bisa Oleh Silvia Rahmelia
Tahukah kalian apa yang menjadi berbeda antara negara berkembang dan negara maju di dunia ini ?
Sesungguhnya, secara lebih dekat dapat sekali kita lihat bahwa tak banyak yang dapat ditandai sebagai perbedaan signifikan dalam mengukur tingkat kemajuan suatu negara. Faktor yang menjadi elemen dari suatu negara pun sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Jika semisalnya satu negara memiliki lebih dari cukup komponen pembangunan negaranya, maka negara yang tertinggal sekalipun sebenarnya dapat mencapai titik itu.
Jika seperti itu kenyataannya, lalu apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu negara ?
Cermatilah berbagai fakta ini. Pertama, usia negara terkadang tidak berpengaruh terhadap kemajuan negara itu sendiri. Suatu negara yang berdiri lebih lama, pada kenyataannya masih menghadapi berbagai permasalahan pelik dalam proses pembangunannya. Kita sebut saja Mesir, yang sistem pemerintahannya kurang sesuai dengan perkembangan zaman. Kemudian bandingkanlah dengan Singapore, yang sempat menyandang predikat negara paling banyak dikunjungi wisatawan asing tiap tahunnya. Tentunya Singapore berpotensi untuk menjadikan negaranya negara maju jika melihat berbagai faktor perbedaan yang ada. Padahal Mesir lebih dulu berdiri sebagai negara dibanding Singapore yang masih dikategorikan negara baru.
Ketiga, sumber daya alam. Sedikit mengungkap lebih dalam, yang satu ini memang sedikit menyentil ibu pertiwi. Bayangkan saja, sumber daya alam ini dipandang sebagai harta alam yang tak ternilai. Bahkan jika dihitung jumlah kekayaannya. Renewable dan unrenewable sebagai sifat dari sumber daya alam, sewaktu-waktu bisa berubah menjadi bertambah atau berkurang. Hal inilah yang tentunya patut menjadi tantangan dalam menyusun strategi pengembangan SDA demi tercapainya pembangunan nasional. Indonesia sebagai pemilik sumber daya alam yang terbilang besar dan melimpah di jagat raya ini ironisnya tidak mampu memberdayakan serta mengembangkan kekayaan alamnya. Hal ini berakibat habisnya sumber daya alam sejurus dengan berdirinya korporasi-korporasi asing di Indonesia yang berakibat non-profit untuk rakyatnya sendiri.
Mari bandingkan dengan negara tetangga, Malaysia. Jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, wilayah yang terbatas, sumber daya alam yang sedikit atau bahkan hampir tak ada, terbukti mampu menjadi negara yang makmur dibanding Indonesia. Kini Malaysia dapat dikategorikan sebagai negara yang mulai maju. Mencukupi kebutuhan rakyatnya, mempertahankan kekuatan industri Proton (mobil) dan Petronas (bahan bakar) sebagai penopang perekonomian merupakan beberapa keberhasilan Malaysia.
Terbukti bukan? Usia negara, jumlah penduduk, dan kekayaan alam yang dimiliki suatu negara belum tentu menjadi tonggak keberhasilan negara itu untuk meninggalkan ketidakmakmuran dan merampungkan pembangunan sebagai predikat negara berkembang. Khusus untuk Indonesia, hal yang mesti digarisbawahi adalah mentalitas pola pikir sebagai warga negara. Dari ketiga faktor yang sudah diuraikan diatas, analisa keseluruhan bahwa usia Indonesia sebagai negara merdeka memang masih muda, jumlah penduduk pun jika memang sumber daya manusianya berkualitas, ditambah sumber daya alam yang melimpah, Indonesia mampu menjadi negara maju dan mengejar ketertinggalan global.
Pola pikir yang berkarakter nasionalis, bertanggung jawab, jujur, peduli dan ke 18 karakter lainnya yang harus dipenuhi sebagai warga negara dapat menjadi modal Indonesia untuk mulai merangkak naik mewujudkan cita-cita pembangunan nasional dan beranjak dari predikat dunia berkembang. Menjadi Indonesia BISA. Berkarakter, Intelektual, Sejahtera dan Adil.