• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAH"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

Efektivitas Model Terapi Konsumsi Nasi Merah dan Musik Tradisional Uyon-Uyon dalam

Perbaikan Insomnia pada Lansia

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :

Anita Dwi Rachmawati 20110310066, angkatan 2011

Arifiana Khusnul Hidayati

20100310105, angkatan 2010

Nurrisa Fikriyani

20110310088, angkatan 2011

(2)
(3)

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas model terapi konsumsi nasi merah dan

musik tradisional uyon-uyon dalam perbaikan insomnia pada lansia. Kandungan beras merah

yang berpengaruh terhadap terapi insomnia adalah kandungan asam amino triptofan yang cukup

banyak terkandung di dalam beras merah. Uyon – uyon sendiri merupakan musik bertempo

lambat dan tenang. Musik ini dapat melatih otot-otot dan pikiran menjadi relaks. Maka

dipenelitian ini diharapkan dapat membantu para lansia dalam membantu perbaikan insomnianya

pada lansia.

Out put kedepaannya dari penelitian ini adalah akan menghasilkan alternatif terapi baru

yang lebih baik dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Model terapi ini dapat

mengoptimalkan beras merah yang merupakan potensi hasil alam Kecamatan Tepus, Gunung

Kidul. Selain itu, model terapi ini dapat melestarikan budaya Indonesia yang nyaris punah yaitu

musik tradisional uyon-uyon. Artikel ilmiah model terapi ini bahkan akan dipublikasikan di

jurnal nasional maupun internasional, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode

suportif untuk membantu perbaikan insomnia pada lansia.

Kegiatan yang sudah di lakukan perijinan, dilakukan antara pihak peneliti dengan PTSW

Budi Luhur untuk izin melakukan penelitian. Pengelompokan sampel penelitian yang termasuk

kriteria inklusi sampel menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol. Pengukuran tingkat gejala

insomnia pada lansia. Sosialisasi program rutin makan nasi merah dan musik tradisional

uyon-uyon pada populasi kelompok uji. Mengingatkan pasien kelompok uji untuk memakan beras

merah setiap harinya selama satu bulan. Pengambilan data berupa pengukuran tingkat gejala

insomnia

Evaluasi yang perlu diperbaiki adalah kurangnnya kedisplinan penelitian dalam

pemutaran musik uyon-uyon ,dikarenakan waktu pemutaran musik bersamaan dengan waktu

perkuliahan, maka dari itu untuk perbaikan kedepannya adalah menyesuaikan jadwal antara

(4)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ...Error! Bookmark not defined.

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI... iv-v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B.

PERUMUSAN MASALAH ... 2

C.

TUJUAN PENELITIAN... 2

D. LUARAN YANG DIHARAPKAN... 2

E.

KEGUNAAN... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Lansia... 4

B.

Beras Merah ... 5

C.

Musik Tradisional Uyon Uyon ... 6

BAB III METODE PENELITIAN ... 7

A. DESAIN PENELITIAN... 7

B.

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN... 7

C.

POPULASI DAN SAMPEL ... 8

D. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 8

E.

INSTRUMEN PENELITIAN... 9

F.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 9

G. ANALISIS DATA ... 10

BAB IV HASIL YANG DICAPAI ... 11

A. KETERCAPAIAN TARGET LUARAN... 11

B.

KETEPATAN METODE ... 11

C. REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA ... 12

(5)

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(6)
(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Insomnia pada lansia merupakan masalah besar dan banyak

dikeluhkan. Pada studi epidemiologi, prevalensi insomnia pada usia lanjut

sekitar 6%-48% pada populasi umum (Henkel, 2003). Masalah tidur ini

meliputi kesulitan untuk memulai tidur, keterjagaan tidur pada malam hari,

terbangunnya tidur di awal pagi dan kesulitan untuk memulai tidur kembali

(Lueckenotte, 2000)

Insomnia ini tidak bisa dianggap sebagai gangguan yang sederhana

karena secara umum tidak bisa sembuh spontan. Kondisi ini juga

menimbulkan berbagai dampak buruk antara lain stress, gangguan mood,

alcohol dan substance abuse yang nantinya akan berujung pada penurunan

kualitas hidup pada usia lanjut. Dampak terburuk dari insomnia pada usia

lanjut adalah adanya resiko bunuh diri (Kamel, 2006)

Ada dua strategi untuk mengatasi insomnia yaitu dari farmakologis

dan nonfarmakologis. Pada segi farmakologis biasanya digunakan

obat-obatan seperti golongan hipnotik-sedatif dapat diberikan bila memang ada

indikasi klinis. Namun penggunaan obat ini, terutama dalam jangka panjang

tidak dianjurkan mengingat efek samping yang dapat merugikan. Oleh karena

itu, terapi nonfarmakologis lebih dianjurkan (Kamel, 2006).

Salah satu terapi nonfarmakologis yang relatif murah dan tidak

mengandung efek samping dapat berasal dari sumber makanan yang

mengandung asam amino triptofan. Asam amino triptofan adalah prekursor

melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem

saraf) dan niasin (suatu vitamin). Mengkonsumsi makanan yang kaya akan

triptofan akan membantu seseorang merasa rileks dan mengantuk. Salah satu

makanan yang mengandung triptofan adalah beras merah. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Departmen Kesehatan RI menunjukkan bahwa

(8)

2

Terapi nonfarmakologis lainnya dapat berasal dari sumber internal,

yaitu teknik relaksasi. Salah satu teknik relaksasi adalah terapi music atau

terapi suara. Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan

dan terjangkau, tetapi efeknya sangat besar dalam mempengaruhi ketegangan

atau kondisi rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran

endorphine dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga

metanonin sehingga kita bisa merasa lebih relaks (Mucci, 2002). Uyon-uyon

merupakan kesenian khas masyarakat jawa bertempo lambat dan tenang yang

cocok untuk merelaksasikan pikiran.

B. PERUMUSAN MASALAH

Apakah model terapi konsumsi nasi merah dan musik tradisional uyon-uyon

efektif dalam memperbaiki insomnia pada lansia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui efektivitas model terapi konsumsi nasi merah dan musik

tradisional uyon-uyon dalam perbaikan insomnia pada lansia.

D. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Penelitian ini akan menghasilkan alternatif terapi baru yang lebih baik dari

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Model terapi ini dapat

mengoptimalkan beras merah yang merupakan potensi hasil alam Kecamatan

Tepus, Gunung Kidul. Selain itu, model terapi ini dapat melestarikan budaya

Indonesia yang nyaris punah yaitu musik tradisional uyon-uyon. Artikel

ilmiah model terapi ini bahkan akan dipublikasikan di jurnal nasional maupun

internasional, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode suportif

untuk membantu perbaikan insomnia pada lansia.

E. KEGUNAAN

1. Mengetahui efektivitas model terapi konsumsi nasi merah dan musik

(9)

2. Memaksimalkan pemanfaatan beras merah yang merupakan potensi hasil

alam di daerah Kecamatan Tepus, Gunung Kidul.

3. Melestarikan salah satu budaya Indonesia yang hampir punah yaitu

musik tradisional uyon-uyon.

4. Mengaplikasikan model terapi ini pada lansia sehingga masalah insomnia

(10)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANSIA

1. Pola Tidur Fisiologis pada Lansia

Fisiologi tidur dapat diterapkan melalui gambaran aktivitas sel-sel

otak selama tidur, dan dapat direkam dengan elektroensefalograf (EEG).

Untuk merekam otak orang yang sedang tidur, digunakan poligrafi EEG.

Survei epidemiologic menunjukkan bahwa pada usia lanjut yang tinggal di

rumah atau panti werda menunjukkan bahwa 15-75 persen dari mereka

tidak puas dalam lamanya dan kualitas tidur malam. Pada usia lanjut

wanita sehat secara subjektif lebih merasakan kesulitan tidur dari pada

pria. Yang paling mencolok pada karakteristik tidur pada usia lanjut ialah

konfirmasi poligrafik pada upaya setelah dimulai tidur.

2. Insomnia pada Lansia

Insomnia adalah suatu keadaan seseorang sulit masuk tidur, atau

kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga

menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial,

pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya. Insomnia mempunyai

pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya penderita

mengeluh di waktu pagi mengalami kelelahan fisik dan mental, pada siang

hari merasa ekspresif, cemas, tegang, tremor, berkurangnya konsentrasi

dan mudah tersinggung.

Penatalaksanaan insomnia dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi

farmakologis dan terapi nonfarmakologis.

a. Farmakologik

Obat-obatan hipnotik tidak efektif untuk penggunaan jangka panjang,

sebab tolerasinya yang sering berkembang dalam minggu pertama dan

setelah satu bulan pemakaian secara teratur. Obat tidur mempunyai efek

samping yang mempengaruhi fungsi keseharian dan kualitas tidur malam.

Orang tua lebih mudah terpengaruh terhadap efek samping dari obat tidur

(11)

REM. Ketika obat tidur tidak di lanjutkan, orang dapat mengalami efek

ulangan, yang dikarakteristikkan oleh mimpi buruk. Secara umum obat

tidur terdiri atas, antihistamin yang dapat mempunyai efek samping seperti

konnfusi,konstipasi, dan pandangan kabur, baik dari obatitu sendiri

maupun kombinasinya. Kombinasinya obat tidur dan obat lain yang

berbahaya dan sering berakibat fatal.

b. Nonfarmakologik

Menurut Amin (2007), hal-hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki

insomnia antara lain: pergi ketempat tidur hanya ketika telah mengantuk,

bangun pada saat yang sama setiap hari, menghindari tidur di siang hari,

tidur dalam keadaan gelap, serta mengkonsumsi makanan dan minuman

yang banyak mengandung asam amino triptofan.

B. BERAS MERAH

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departmen Kesehatan RI

menunjukkan bahwa beras merah mengandung 216,45 kalori, 88%

kecukupan harian (daily value – DV) mineral mangan, 27% DV selenium,

21% DV magnesium, 18,8% DV asam amino triptofan, 3,5 gram serat dan

protein 7,3%. , besi 4,2% dan vitamin B1 0,34% (Harris, 1989).

Kandungan beras merah yang berpengaruh terhadap terapi insomnia

adalah kandungan asam amino triptofan yang cukup banyak terkandung di

dalam beras merah. Triptofan adalah salah satu asam amino esensial dalam

tubuh manusia yang berguna untuk mensintesis protein. Ketika mengonsumsi

makanan dengan kadar kandungan triptofan yang tinggi, liver akan secara

otomatis mengubahnya menjadi Vitamin B3. Konversi triptofan menjadi

niasin (Vitamin B3) akan menyeimbangkan tingkat vitamin ini dalam aliran

darah. Triptofan juga merupakan prekursor dari serotonin yang membantu

pengaturan pola tidur, nafsu makan, dan mood seseorang. Oleh karena itu,

Triptofan juga digunakan dalam pengobatan untuk depresi, gelisah dan

(12)

6 C. MUSIK TRADISIONAL UYON UYON

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental

dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,

bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang

bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki kekuatan untuk

mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika

musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan,

memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan

spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena

musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan

universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu

ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya

berulang dan berirama (Pusat Riset Terapi Musik, 2011).

Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara yang kaya akan

budaya dan keseniannya, termasuk juga dalam hal musik. Klenengan atau

uyon-uyon merupakan kesenian khas masyarakat jawa berupa musik gamelan

yang biasanya mengiringi suatu pementasan wayang kulit atau tari – tarian

jawa. Musik tersebut mengedepankan, mendengarkan alunan suara sinden

yang merdu di dalam irama gending, dapat menggetarkan hati

(nganyut-nganyut.) Begitu merdunya maka bagi penikmat uyon-uyon dengan

sindenannya berkata bahwa suaranya diibaratkan seperti gelombang panjang

tak terputus sampai akhir nada (swarane turut ngusuk.) Uyon – uyon sendiri

merupakan musik bertempo lambat dan tenang. Musik ini dapat melatih

otot-otot dan pikiran menjadi relaks. Dengan mendengarkan musik, responden

merasakan kondisi yang rileks dan perasaan yang nyaman. Musik tradisional

ini perlu untuk dilestarikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. (Visit

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian yang diambil adalah metode dengan rancangan quasi

eksperimental. Desain penelitian ini adalah pre test-post test control group

design dan pengukuran tingkat gejala insomnia pada lansia di awal dan akhir

penelitian. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, yang terdiri dari 2

kelompok uji dan satu kelompok kontrol.

Keterangan :

1. Kelompok responden dengan perlakuan konsumsi nasi merah saja

sebanyak 100 gram/hari sebelum tidur selama 1 bulan

2. Kelompok responden dengan perlakuan konsumsi nasi merah 100 gram/

hari dan musik tradisional uyon-uyon sebelum tidur selama 1 bulan

3. Kelompok responden tanpa perlakuan

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan di Panti Sosial TresnaWredha(PTSW)Budi Luhur, Kasihan , Bantul. Penelitian dilakukan selama 4 bulan.

Subjek penelitian (lansia)

Pengambilan data akhir: pengukuran tingkat gejala Pengambilan data awal: pengukuran tingkat gejala insomnia

3

2

1

(14)

8 C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Panti Sosial

TresnaWredha(PTSW)Budi Luhur, Kasihan , Bantul. Kriteria Inklusi:

1. Tercatat sebagai lansia di Panti Sosial TresnaWredha(PTSW) Budi Luhur

2. Bersedia menjadi responden penelitian, bekerja sama selama proses

penelitian berlangsung serta mengisi kuesioner tingkat gejala

insomnia

3. Bersedia memakan beras merah yang diberikan dan mendengarkan

musik tradisional uyon-uyon

Kriteria eksklusi:

1. Tidak / lupa mengkonsumsi nasi merah

2. Tidak mengikuti jalannya penelitian secara lengkap.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 lansia yang berada

PTSW Budi Luhur. Pemilihan kelompok sampel dilakukan secara acak. Kemudian sampel tersebut dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

 Kelompok kontrol, yaitu 30 lansia yang berada di PTSW Budi Luhur

 Kelompok uji, yaitu 60 lansia yang berada di PTSW Budi Luhur yang dibagi menjadi 2 kelompok uji. 30 orang akan diberikan perlakuan

berupa konsumsi nasi merah setiap harinya, dan 30 orang akan

diberikan perlakuan berupa konsumsi beras merah dan mendengarkan

musik setiap hari selama 1 bulan .

D. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel dalam Penelitian

Variabel independen yaitu beras merah dan musik tradisional uyon-uyon

(15)

2. Definisi Operasional

1) Lansia yang akan diambil datanya adalah lansia yang berusia diatas 60

tahun baik laki-laki maupun perempuan.

2) Nasi merah adalah beras merah yang sudah ditanak sampai matang

sebanyak 100 gram. Frekuensi pemberian terapi adalah satu kali

setiap hari selama 1 bulan pada saat makan malan (19.00-21.00).

3) Pemberian terapi musik adalah suatu tindakan yang dilakukan pada

lansia dengan memperdengarkan musik tradisional uyon-uyon selama

30 menit dengan posisi rileks pada kelompok 2. Frekuensi pemberian

terapi adalah satu kali setiap hari selama 4 minggu sebelum tidur.

4) Tingkat gejala insomnia diukur menggunakan Insomnia Symptom

Questionnaire (ISQ).

E. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Alat-Alat Penelitian

Satu buah alat timbangan beras, lembar kuisioner tingkat gejala insomnia,

satu unit laptop, kaset musik tradisional jawa uyon-uyon, dan pemutar.

2. Bahan Penelitian

Beras merah dan musik tradisional uyon-uyon.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a. Perijinan, dilakukan antara pihak peneliti dengan PTSW Budi Luhur untuk

izin melakukan penelitian.

b. Pengelompokan sampel penelitian yang termasuk kriteria inklusi sampel

menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol.

c. Pengukuran tingkat gejala insomnia pada lansia

d. Sosialisasi program rutin makan nasi merah dan musik tradisional

uyon-uyon pada populasi kelompok uji.

e. Mengingatkan pasien kelompok uji untuk memakan beras merah setiap

harinya selama satu bulan.

(16)

10 G. ANALISIS DATA

Data yang diambil berupa kuesioner dari kelompok uji. Data hasil penelitian

akan diolah dengan menggunakan program statistik dengan skala pengukuran

Wilcoxon dan tingkat kepercayaan 95% , setelah dilakukan penelitian dan

(17)

BAB IV

HASIL YANG DICAPAI

A. KETERCAPAIAN TARGET LUARAN

B. KETEPATAN METODE

Metode yang kami gunakan sudah tepat karena tujuan penelitian ini adalah mengetahui penurunan kejadian insomnia sebelum dan sesudah pemberian beras merah dan mendengarkan music uyon-uyon.

Dalam penelitian ini dilakukan intervensi terhadap responden sehingga penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimental karena ada beberapa hal

No Tahapan Indikator Ketercapaian Keterangan

1. Perijinan Perijinan penelitian 100% Tercapai 2. Pengelompokan werdha bisa digunakan sebagai responden, karena tidak memenuhi criteria inklusi

100% Sosialisasi dilakukan secara individu dengan cara mendatangi kamar masing-masing lansia.

100% Terdapat beberapa lansia yang tidak bisa membaca dan menulis, sehingga kesulitan dalam menandatangani persetujuan sampel.

5. Pre-Test 100% Lansia yang belum dilakukan pre-test pada hari pertama, diambil pre-test pada hari kedua sebelum perlakuan dimulai.

6. Pelaksanaan program

100% Kendala yang dialami adalah kurang disiplinnya peneliti dalam pemutaran musik uyon-uyon dikarenakan terdapat jadwal kuliah yang bersamaan.

(18)

12

murni. Salah satu penyebab tidak memenuhi syarat penelitian eksperimental murni adalah pengambilan sampel dengan purposive sampling.

C. REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA

No Pengeluaran Harga

(19)

BAB V

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Rencana yang akan dilaksanakan pasca monev adalah mengaplikasikan

program ini ke institusi terkait seperti dinas kesehatan dan dinas sosial perihal

tentang penerapan penggunaan beras merah mengurai gejala insomnia pada lansia.

Selain itu membuat naskah publikasi tentang hasil penelitian. Dengan tujuan agar

para masyarakat pun mengetahui fungsi dan kegunaan secara menyeluruh tentang

beras merah dan juga membantu para petani beras merah di daerah gunung Kidul

meningkatkan hasil potensi alamnya. Pengolahan dan analisis data akan segera

dilaksanakan.

Evaluasi permasahannya dari segi administratif tidak ada. Sedangkan pada

masalah teknis terdapat kendala dalam hal penyesuaian jadwal ke panti werdha.

Masalah ini dapat ditanggulangi dengan cara menyesuaikan jadwal tiap angkatan.

Kemudian pada masalah keuangan terdapat kendala yaitu naiknya beberapa harga

barang sehingga pengeluaran membengkak. Kami menanggulangi masalah ini

(20)

14

DAFTAR PUSTAKA

Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek

Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika

Hadju, Veni, M dan Darwin Karyadi. (1998). Pangan Potensial untuk

Meningkatkan Pertumbuhan Fisik, Daya Fikir dan Produktifitas Serta

Mencegah Penyakit Degeneratif. Jakarta: Makalah Disajikan Pada

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.

Harris, R.S. dan E. Karmas. (1989). Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Pangan.

Bandung: Penerbit ITB

Hawari. (2007). Sejahtera di Usia Senja. Jakarta: FKUI

Indrasari SD, Adnyana. (2007). Preferensi konsumen terhadap beras merah

sebagai sumber pangan fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2.

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :

Salemba Medika

Soekirman, Seta AK, Pribadi N, Martianto D, Ariani M. Prosiding Angka

Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi, Bandung: Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi VIII; 17-19 Mei 2004.p.21-40

Maramis, Willy F. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga

University Press.

Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika.

Vitiello, M.V., Rybarczyk, B., Korff, M.V., Stepanski, E.J. (2010). Cognitive

Behavioral Therapy for Insomnia Improves Sleep and Decreases Pain in

Older Adults with Co-Morbid Insomnia and Osteoarthritis. Sleep Med

5(4):355-362.

Visit Semarang. (2011). Gamelan Orchestra Van Java. Tersedia pada :

http://www.visitsemarang.com/artikel/gamelan-orchestra-van-java. Diakses

pada tanggal 18 Oktober 2013.

Williams, J. (2007). Music Therapy for the Older Adults. Tersedia pada :

(21)

LAMPIRAN

A. JUSTIFIKASI ANGGARAN KEGIATAN

1. Peralatan Penunjang

Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Map 20 buah 5.000,00 100.000,00

ATK 1 set 50.000,00 50.000,00

Sewa proyektor dan layar 200.000,00 200.000,00 Timbangan dapur/ timbangan

beras

150.000,00

Kertas HVS 2 rim 40.000,00 80.000,00 Merchandise untuk responden 60 buah 15.000,00 900.000,00 Kaset musik tradisional 2 buah 30.000,00 60.000,00 Pemutar kaset 2 buah 200.000,00 400.000,00

Speaker aktif 56.000,00

Refill tinta printer 2 buah 30.000,00 60.000,00

SUB TOTAL (Rp) 2.056.000,00

2. Bahan Habis Pakai

Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Makan siang saat sosialisasi

kegiatan dan penandatangan persetujuan sampel

80 buah 10.000,00 800.000,00

Snack saat sosialisasi kegiatan dan penandatangan

Snack saat rapat koordinasi dengan pihak panti

50 buah 4.000,00 200.000,00

Pembelian beras merah untuk responden

120 kg 15.000,00 1.800.000,00

SUB TOTAL (Rp) 3.620.000,00

3. Perjalanan

Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Transportasi dari kampus

UMY menuju Kecamatan Tepus, Gunung Kidul untuk mengambil beras merah

4 kali 50.000,00 200.000,00

Transportasi dari kampus UMY menuju PTSW Budi Luhur untuk mengurus perijinan

4 kali 5.000,00 20.000,00

(22)

16

UMY menuju PTSW Budi

Luhur untuk koordinasi

Transportasi dari kampus

UMY menuju PTSW Budi

Luhur untuk melaksanakan

pre-test

4 kali 5.000,00 20.000,00

Pengambilan data 56 kali 10.000,00 560.000,00 Transportasi dari kampus

UMY menuju PTSW Budi

Luhur untuk melaksanakan

post- test

4 kali 5.000,00 20.000,00

Transportasi dari kampus

UMY menuju PTSW Budi

Luhur untuk menyerahkan

souvenir dan ucapan

terimakasih

2 kali 5.000,00 10.000,00

SUB TOTAL (Rp) 850.000,00

4. Lain-Lain

Material Kuantitas Harga Satuan

(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait