LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
Efektivitas Model Terapi Konsumsi Nasi Merah dan Musik Tradisional Uyon-Uyon dalam
Perbaikan Insomnia pada Lansia
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Anita Dwi Rachmawati 20110310066, angkatan 2011
Arifiana Khusnul Hidayati
20100310105, angkatan 2010
Nurrisa Fikriyani
20110310088, angkatan 2011
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas model terapi konsumsi nasi merah dan
musik tradisional uyon-uyon dalam perbaikan insomnia pada lansia. Kandungan beras merah
yang berpengaruh terhadap terapi insomnia adalah kandungan asam amino triptofan yang cukup
banyak terkandung di dalam beras merah. Uyon – uyon sendiri merupakan musik bertempo
lambat dan tenang. Musik ini dapat melatih otot-otot dan pikiran menjadi relaks. Maka
dipenelitian ini diharapkan dapat membantu para lansia dalam membantu perbaikan insomnianya
pada lansia.
Out put kedepaannya dari penelitian ini adalah akan menghasilkan alternatif terapi baru
yang lebih baik dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Model terapi ini dapat
mengoptimalkan beras merah yang merupakan potensi hasil alam Kecamatan Tepus, Gunung
Kidul. Selain itu, model terapi ini dapat melestarikan budaya Indonesia yang nyaris punah yaitu
musik tradisional uyon-uyon. Artikel ilmiah model terapi ini bahkan akan dipublikasikan di
jurnal nasional maupun internasional, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode
suportif untuk membantu perbaikan insomnia pada lansia.
Kegiatan yang sudah di lakukan perijinan, dilakukan antara pihak peneliti dengan PTSW
Budi Luhur untuk izin melakukan penelitian. Pengelompokan sampel penelitian yang termasuk
kriteria inklusi sampel menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol. Pengukuran tingkat gejala
insomnia pada lansia. Sosialisasi program rutin makan nasi merah dan musik tradisional
uyon-uyon pada populasi kelompok uji. Mengingatkan pasien kelompok uji untuk memakan beras
merah setiap harinya selama satu bulan. Pengambilan data berupa pengukuran tingkat gejala
insomnia
Evaluasi yang perlu diperbaiki adalah kurangnnya kedisplinan penelitian dalam
pemutaran musik uyon-uyon ,dikarenakan waktu pemutaran musik bersamaan dengan waktu
perkuliahan, maka dari itu untuk perbaikan kedepannya adalah menyesuaikan jadwal antara
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
LEMBAR PENGESAHAN ...Error! Bookmark not defined.
RINGKASAN ... iii
DAFTAR ISI... iv-v
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B.
PERUMUSAN MASALAH ... 2
C.
TUJUAN PENELITIAN... 2
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN... 2
E.
KEGUNAAN... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Lansia... 4
B.
Beras Merah ... 5
C.
Musik Tradisional Uyon Uyon ... 6
BAB III METODE PENELITIAN ... 7
A. DESAIN PENELITIAN... 7
B.
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN... 7
C.
POPULASI DAN SAMPEL ... 8
D. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 8
E.
INSTRUMEN PENELITIAN... 9
F.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 9
G. ANALISIS DATA ... 10
BAB IV HASIL YANG DICAPAI ... 11
A. KETERCAPAIAN TARGET LUARAN... 11
B.
KETEPATAN METODE ... 11
C. REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA ... 12
DAFTAR PUSTAKA ... 14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Insomnia pada lansia merupakan masalah besar dan banyak
dikeluhkan. Pada studi epidemiologi, prevalensi insomnia pada usia lanjut
sekitar 6%-48% pada populasi umum (Henkel, 2003). Masalah tidur ini
meliputi kesulitan untuk memulai tidur, keterjagaan tidur pada malam hari,
terbangunnya tidur di awal pagi dan kesulitan untuk memulai tidur kembali
(Lueckenotte, 2000)
Insomnia ini tidak bisa dianggap sebagai gangguan yang sederhana
karena secara umum tidak bisa sembuh spontan. Kondisi ini juga
menimbulkan berbagai dampak buruk antara lain stress, gangguan mood,
alcohol dan substance abuse yang nantinya akan berujung pada penurunan
kualitas hidup pada usia lanjut. Dampak terburuk dari insomnia pada usia
lanjut adalah adanya resiko bunuh diri (Kamel, 2006)
Ada dua strategi untuk mengatasi insomnia yaitu dari farmakologis
dan nonfarmakologis. Pada segi farmakologis biasanya digunakan
obat-obatan seperti golongan hipnotik-sedatif dapat diberikan bila memang ada
indikasi klinis. Namun penggunaan obat ini, terutama dalam jangka panjang
tidak dianjurkan mengingat efek samping yang dapat merugikan. Oleh karena
itu, terapi nonfarmakologis lebih dianjurkan (Kamel, 2006).
Salah satu terapi nonfarmakologis yang relatif murah dan tidak
mengandung efek samping dapat berasal dari sumber makanan yang
mengandung asam amino triptofan. Asam amino triptofan adalah prekursor
melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem
saraf) dan niasin (suatu vitamin). Mengkonsumsi makanan yang kaya akan
triptofan akan membantu seseorang merasa rileks dan mengantuk. Salah satu
makanan yang mengandung triptofan adalah beras merah. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Departmen Kesehatan RI menunjukkan bahwa
2
Terapi nonfarmakologis lainnya dapat berasal dari sumber internal,
yaitu teknik relaksasi. Salah satu teknik relaksasi adalah terapi music atau
terapi suara. Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan
dan terjangkau, tetapi efeknya sangat besar dalam mempengaruhi ketegangan
atau kondisi rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran
endorphine dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga
metanonin sehingga kita bisa merasa lebih relaks (Mucci, 2002). Uyon-uyon
merupakan kesenian khas masyarakat jawa bertempo lambat dan tenang yang
cocok untuk merelaksasikan pikiran.
B. PERUMUSAN MASALAH
Apakah model terapi konsumsi nasi merah dan musik tradisional uyon-uyon
efektif dalam memperbaiki insomnia pada lansia?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui efektivitas model terapi konsumsi nasi merah dan musik
tradisional uyon-uyon dalam perbaikan insomnia pada lansia.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Penelitian ini akan menghasilkan alternatif terapi baru yang lebih baik dari
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Model terapi ini dapat
mengoptimalkan beras merah yang merupakan potensi hasil alam Kecamatan
Tepus, Gunung Kidul. Selain itu, model terapi ini dapat melestarikan budaya
Indonesia yang nyaris punah yaitu musik tradisional uyon-uyon. Artikel
ilmiah model terapi ini bahkan akan dipublikasikan di jurnal nasional maupun
internasional, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode suportif
untuk membantu perbaikan insomnia pada lansia.
E. KEGUNAAN
1. Mengetahui efektivitas model terapi konsumsi nasi merah dan musik
2. Memaksimalkan pemanfaatan beras merah yang merupakan potensi hasil
alam di daerah Kecamatan Tepus, Gunung Kidul.
3. Melestarikan salah satu budaya Indonesia yang hampir punah yaitu
musik tradisional uyon-uyon.
4. Mengaplikasikan model terapi ini pada lansia sehingga masalah insomnia
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANSIA
1. Pola Tidur Fisiologis pada Lansia
Fisiologi tidur dapat diterapkan melalui gambaran aktivitas sel-sel
otak selama tidur, dan dapat direkam dengan elektroensefalograf (EEG).
Untuk merekam otak orang yang sedang tidur, digunakan poligrafi EEG.
Survei epidemiologic menunjukkan bahwa pada usia lanjut yang tinggal di
rumah atau panti werda menunjukkan bahwa 15-75 persen dari mereka
tidak puas dalam lamanya dan kualitas tidur malam. Pada usia lanjut
wanita sehat secara subjektif lebih merasakan kesulitan tidur dari pada
pria. Yang paling mencolok pada karakteristik tidur pada usia lanjut ialah
konfirmasi poligrafik pada upaya setelah dimulai tidur.
2. Insomnia pada Lansia
Insomnia adalah suatu keadaan seseorang sulit masuk tidur, atau
kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga
menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial,
pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya. Insomnia mempunyai
pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya penderita
mengeluh di waktu pagi mengalami kelelahan fisik dan mental, pada siang
hari merasa ekspresif, cemas, tegang, tremor, berkurangnya konsentrasi
dan mudah tersinggung.
Penatalaksanaan insomnia dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi
farmakologis dan terapi nonfarmakologis.
a. Farmakologik
Obat-obatan hipnotik tidak efektif untuk penggunaan jangka panjang,
sebab tolerasinya yang sering berkembang dalam minggu pertama dan
setelah satu bulan pemakaian secara teratur. Obat tidur mempunyai efek
samping yang mempengaruhi fungsi keseharian dan kualitas tidur malam.
Orang tua lebih mudah terpengaruh terhadap efek samping dari obat tidur
REM. Ketika obat tidur tidak di lanjutkan, orang dapat mengalami efek
ulangan, yang dikarakteristikkan oleh mimpi buruk. Secara umum obat
tidur terdiri atas, antihistamin yang dapat mempunyai efek samping seperti
konnfusi,konstipasi, dan pandangan kabur, baik dari obatitu sendiri
maupun kombinasinya. Kombinasinya obat tidur dan obat lain yang
berbahaya dan sering berakibat fatal.
b. Nonfarmakologik
Menurut Amin (2007), hal-hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki
insomnia antara lain: pergi ketempat tidur hanya ketika telah mengantuk,
bangun pada saat yang sama setiap hari, menghindari tidur di siang hari,
tidur dalam keadaan gelap, serta mengkonsumsi makanan dan minuman
yang banyak mengandung asam amino triptofan.
B. BERAS MERAH
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departmen Kesehatan RI
menunjukkan bahwa beras merah mengandung 216,45 kalori, 88%
kecukupan harian (daily value – DV) mineral mangan, 27% DV selenium,
21% DV magnesium, 18,8% DV asam amino triptofan, 3,5 gram serat dan
protein 7,3%. , besi 4,2% dan vitamin B1 0,34% (Harris, 1989).
Kandungan beras merah yang berpengaruh terhadap terapi insomnia
adalah kandungan asam amino triptofan yang cukup banyak terkandung di
dalam beras merah. Triptofan adalah salah satu asam amino esensial dalam
tubuh manusia yang berguna untuk mensintesis protein. Ketika mengonsumsi
makanan dengan kadar kandungan triptofan yang tinggi, liver akan secara
otomatis mengubahnya menjadi Vitamin B3. Konversi triptofan menjadi
niasin (Vitamin B3) akan menyeimbangkan tingkat vitamin ini dalam aliran
darah. Triptofan juga merupakan prekursor dari serotonin yang membantu
pengaturan pola tidur, nafsu makan, dan mood seseorang. Oleh karena itu,
Triptofan juga digunakan dalam pengobatan untuk depresi, gelisah dan
6 C. MUSIK TRADISIONAL UYON UYON
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki kekuatan untuk
mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika
musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan,
memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan
spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena
musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan
universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu
ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya
berulang dan berirama (Pusat Riset Terapi Musik, 2011).
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara yang kaya akan
budaya dan keseniannya, termasuk juga dalam hal musik. Klenengan atau
uyon-uyon merupakan kesenian khas masyarakat jawa berupa musik gamelan
yang biasanya mengiringi suatu pementasan wayang kulit atau tari – tarian
jawa. Musik tersebut mengedepankan, mendengarkan alunan suara sinden
yang merdu di dalam irama gending, dapat menggetarkan hati
(nganyut-nganyut.) Begitu merdunya maka bagi penikmat uyon-uyon dengan
sindenannya berkata bahwa suaranya diibaratkan seperti gelombang panjang
tak terputus sampai akhir nada (swarane turut ngusuk.) Uyon – uyon sendiri
merupakan musik bertempo lambat dan tenang. Musik ini dapat melatih
otot-otot dan pikiran menjadi relaks. Dengan mendengarkan musik, responden
merasakan kondisi yang rileks dan perasaan yang nyaman. Musik tradisional
ini perlu untuk dilestarikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. (Visit
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Metode penelitian yang diambil adalah metode dengan rancangan quasi
eksperimental. Desain penelitian ini adalah pre test-post test control group
design dan pengukuran tingkat gejala insomnia pada lansia di awal dan akhir
penelitian. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, yang terdiri dari 2
kelompok uji dan satu kelompok kontrol.
Keterangan :
1. Kelompok responden dengan perlakuan konsumsi nasi merah saja
sebanyak 100 gram/hari sebelum tidur selama 1 bulan
2. Kelompok responden dengan perlakuan konsumsi nasi merah 100 gram/
hari dan musik tradisional uyon-uyon sebelum tidur selama 1 bulan
3. Kelompok responden tanpa perlakuan
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di Panti Sosial TresnaWredha(PTSW)Budi Luhur, Kasihan , Bantul. Penelitian dilakukan selama 4 bulan.
Subjek penelitian (lansia)
Pengambilan data akhir: pengukuran tingkat gejala Pengambilan data awal: pengukuran tingkat gejala insomnia
3
2
1
8 C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Panti Sosial
TresnaWredha(PTSW)Budi Luhur, Kasihan , Bantul. Kriteria Inklusi:
1. Tercatat sebagai lansia di Panti Sosial TresnaWredha(PTSW) Budi Luhur
2. Bersedia menjadi responden penelitian, bekerja sama selama proses
penelitian berlangsung serta mengisi kuesioner tingkat gejala
insomnia
3. Bersedia memakan beras merah yang diberikan dan mendengarkan
musik tradisional uyon-uyon
Kriteria eksklusi:
1. Tidak / lupa mengkonsumsi nasi merah
2. Tidak mengikuti jalannya penelitian secara lengkap.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 lansia yang berada
PTSW Budi Luhur. Pemilihan kelompok sampel dilakukan secara acak. Kemudian sampel tersebut dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
Kelompok kontrol, yaitu 30 lansia yang berada di PTSW Budi Luhur
Kelompok uji, yaitu 60 lansia yang berada di PTSW Budi Luhur yang dibagi menjadi 2 kelompok uji. 30 orang akan diberikan perlakuan
berupa konsumsi nasi merah setiap harinya, dan 30 orang akan
diberikan perlakuan berupa konsumsi beras merah dan mendengarkan
musik setiap hari selama 1 bulan .
D. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
1. Variabel dalam Penelitian
Variabel independen yaitu beras merah dan musik tradisional uyon-uyon
2. Definisi Operasional
1) Lansia yang akan diambil datanya adalah lansia yang berusia diatas 60
tahun baik laki-laki maupun perempuan.
2) Nasi merah adalah beras merah yang sudah ditanak sampai matang
sebanyak 100 gram. Frekuensi pemberian terapi adalah satu kali
setiap hari selama 1 bulan pada saat makan malan (19.00-21.00).
3) Pemberian terapi musik adalah suatu tindakan yang dilakukan pada
lansia dengan memperdengarkan musik tradisional uyon-uyon selama
30 menit dengan posisi rileks pada kelompok 2. Frekuensi pemberian
terapi adalah satu kali setiap hari selama 4 minggu sebelum tidur.
4) Tingkat gejala insomnia diukur menggunakan Insomnia Symptom
Questionnaire (ISQ).
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Alat-Alat Penelitian
Satu buah alat timbangan beras, lembar kuisioner tingkat gejala insomnia,
satu unit laptop, kaset musik tradisional jawa uyon-uyon, dan pemutar.
2. Bahan Penelitian
Beras merah dan musik tradisional uyon-uyon.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a. Perijinan, dilakukan antara pihak peneliti dengan PTSW Budi Luhur untuk
izin melakukan penelitian.
b. Pengelompokan sampel penelitian yang termasuk kriteria inklusi sampel
menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol.
c. Pengukuran tingkat gejala insomnia pada lansia
d. Sosialisasi program rutin makan nasi merah dan musik tradisional
uyon-uyon pada populasi kelompok uji.
e. Mengingatkan pasien kelompok uji untuk memakan beras merah setiap
harinya selama satu bulan.
10 G. ANALISIS DATA
Data yang diambil berupa kuesioner dari kelompok uji. Data hasil penelitian
akan diolah dengan menggunakan program statistik dengan skala pengukuran
Wilcoxon dan tingkat kepercayaan 95% , setelah dilakukan penelitian dan
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
A. KETERCAPAIAN TARGET LUARAN
B. KETEPATAN METODE
Metode yang kami gunakan sudah tepat karena tujuan penelitian ini adalah mengetahui penurunan kejadian insomnia sebelum dan sesudah pemberian beras merah dan mendengarkan music uyon-uyon.
Dalam penelitian ini dilakukan intervensi terhadap responden sehingga penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimental karena ada beberapa hal
No Tahapan Indikator Ketercapaian Keterangan
1. Perijinan Perijinan penelitian 100% Tercapai 2. Pengelompokan werdha bisa digunakan sebagai responden, karena tidak memenuhi criteria inklusi
100% Sosialisasi dilakukan secara individu dengan cara mendatangi kamar masing-masing lansia.
100% Terdapat beberapa lansia yang tidak bisa membaca dan menulis, sehingga kesulitan dalam menandatangani persetujuan sampel.
5. Pre-Test 100% Lansia yang belum dilakukan pre-test pada hari pertama, diambil pre-test pada hari kedua sebelum perlakuan dimulai.
6. Pelaksanaan program
100% Kendala yang dialami adalah kurang disiplinnya peneliti dalam pemutaran musik uyon-uyon dikarenakan terdapat jadwal kuliah yang bersamaan.
12
murni. Salah satu penyebab tidak memenuhi syarat penelitian eksperimental murni adalah pengambilan sampel dengan purposive sampling.
C. REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA
No Pengeluaran Harga
BAB V
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana yang akan dilaksanakan pasca monev adalah mengaplikasikan
program ini ke institusi terkait seperti dinas kesehatan dan dinas sosial perihal
tentang penerapan penggunaan beras merah mengurai gejala insomnia pada lansia.
Selain itu membuat naskah publikasi tentang hasil penelitian. Dengan tujuan agar
para masyarakat pun mengetahui fungsi dan kegunaan secara menyeluruh tentang
beras merah dan juga membantu para petani beras merah di daerah gunung Kidul
meningkatkan hasil potensi alamnya. Pengolahan dan analisis data akan segera
dilaksanakan.
Evaluasi permasahannya dari segi administratif tidak ada. Sedangkan pada
masalah teknis terdapat kendala dalam hal penyesuaian jadwal ke panti werdha.
Masalah ini dapat ditanggulangi dengan cara menyesuaikan jadwal tiap angkatan.
Kemudian pada masalah keuangan terdapat kendala yaitu naiknya beberapa harga
barang sehingga pengeluaran membengkak. Kami menanggulangi masalah ini
14
DAFTAR PUSTAKA
Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek
Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika
Hadju, Veni, M dan Darwin Karyadi. (1998). Pangan Potensial untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Fisik, Daya Fikir dan Produktifitas Serta
Mencegah Penyakit Degeneratif. Jakarta: Makalah Disajikan Pada
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.
Harris, R.S. dan E. Karmas. (1989). Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Pangan.
Bandung: Penerbit ITB
Hawari. (2007). Sejahtera di Usia Senja. Jakarta: FKUI
Indrasari SD, Adnyana. (2007). Preferensi konsumen terhadap beras merah
sebagai sumber pangan fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2.
Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika
Soekirman, Seta AK, Pribadi N, Martianto D, Ariani M. Prosiding Angka
Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi, Bandung: Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VIII; 17-19 Mei 2004.p.21-40
Maramis, Willy F. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Vitiello, M.V., Rybarczyk, B., Korff, M.V., Stepanski, E.J. (2010). Cognitive
Behavioral Therapy for Insomnia Improves Sleep and Decreases Pain in
Older Adults with Co-Morbid Insomnia and Osteoarthritis. Sleep Med
5(4):355-362.
Visit Semarang. (2011). Gamelan Orchestra Van Java. Tersedia pada :
http://www.visitsemarang.com/artikel/gamelan-orchestra-van-java. Diakses
pada tanggal 18 Oktober 2013.
Williams, J. (2007). Music Therapy for the Older Adults. Tersedia pada :
LAMPIRAN
A. JUSTIFIKASI ANGGARAN KEGIATAN
1. Peralatan Penunjang
Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Map 20 buah 5.000,00 100.000,00
ATK 1 set 50.000,00 50.000,00
Sewa proyektor dan layar 200.000,00 200.000,00 Timbangan dapur/ timbangan
beras
150.000,00
Kertas HVS 2 rim 40.000,00 80.000,00 Merchandise untuk responden 60 buah 15.000,00 900.000,00 Kaset musik tradisional 2 buah 30.000,00 60.000,00 Pemutar kaset 2 buah 200.000,00 400.000,00
Speaker aktif 56.000,00
Refill tinta printer 2 buah 30.000,00 60.000,00
SUB TOTAL (Rp) 2.056.000,00
2. Bahan Habis Pakai
Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Makan siang saat sosialisasi
kegiatan dan penandatangan persetujuan sampel
80 buah 10.000,00 800.000,00
Snack saat sosialisasi kegiatan dan penandatangan
Snack saat rapat koordinasi dengan pihak panti
50 buah 4.000,00 200.000,00
Pembelian beras merah untuk responden
120 kg 15.000,00 1.800.000,00
SUB TOTAL (Rp) 3.620.000,00
3. Perjalanan
Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Transportasi dari kampus
UMY menuju Kecamatan Tepus, Gunung Kidul untuk mengambil beras merah
4 kali 50.000,00 200.000,00
Transportasi dari kampus UMY menuju PTSW Budi Luhur untuk mengurus perijinan
4 kali 5.000,00 20.000,00
16
UMY menuju PTSW Budi
Luhur untuk koordinasi
Transportasi dari kampus
UMY menuju PTSW Budi
Luhur untuk melaksanakan
pre-test
4 kali 5.000,00 20.000,00
Pengambilan data 56 kali 10.000,00 560.000,00 Transportasi dari kampus
UMY menuju PTSW Budi
Luhur untuk melaksanakan
post- test
4 kali 5.000,00 20.000,00
Transportasi dari kampus
UMY menuju PTSW Budi
Luhur untuk menyerahkan
souvenir dan ucapan
terimakasih
2 kali 5.000,00 10.000,00
SUB TOTAL (Rp) 850.000,00
4. Lain-Lain
Material Kuantitas Harga Satuan