MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA
I. Pengertian Sistem PemerintahanIstilah system pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan. Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau
b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah
Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berate kekuasaan membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan Yudiskatif yang berate kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Jadi, system pemerintaha negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu system pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya adalah presidensial.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga negara itu berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
Sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara itu. Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
B. SISTEM PEMERINTAHAN PRUDENSIAL DAN PARLEMENTER
Sistem pemerintahan parlementer terbentuk karena pergeseran sejarah hegemonia kerajaan. Pergeseran tersebut seringkali dijelaskan kedalam tiga fase peralihan, meskipun perubahan dari fase ke fase yang lain tidak selalu tampak jelas. Pertama, pada mulanya pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang bertanggung jawab atas seluruh sistem politik atau sistem ketatanegaraan. Kedua, Kemudian muncul sebuah majelis dengan anggota yang menetang hegemoni raja. Ketiga, mejalis mengambil ahli tanggung jawab atas pemerintahan dengan bertindak sebagai parlemen maka raja kehilangan sebagian besar kekuasaan tradisionalnya.[5] Oleh sebab itu keberadaan sistem parlementer tidaklah lepas dari perkembangan sejarah negara kerajaan seperti Inggris, Belgia dan sewedia.
Ciri umum pemerintahan parlementer sebagaimana dijelaskan S.L Witman dan J.J Wuest, yakni: [6]
2. There is mutual responsibility between the the executive and the legislature; hance the executive may dissolve the ligislature or he must resign together with the rest of the cabinet whent his policies or no longer accepted by the majority of the membership in the legislature.
3. There is also mutual responsibility between the executive and the cabinet.
4. The executive (Prime Minister, Premier, or Chancellor) is chosen by yhe titular head of the State (Monarch or Presiden), accorfing to the support of majority in the legislature.
Selain itu Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa dalam sistem parlementer dapat dikemukakan enam ciri, yaitu: (i) Kabinet dibentuk dan bertanggung jawab kepada parlement. (ii) Kabinet dibentuk sebagai satu kesatuan dengan tanggung jawab kolektif dibawah Perdana Menteri. (iii) Kabinet mempunyai hak konstitusional untuk membubarkan parlemen sebelum periode bekerjanya berakhir. (iv) Setiap anggota kabinet adalah anggota parlement yang terpilih. (v) Kepala pemerintahan (Perdana Menteri) tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan hanya dipilih menjadi salah seorang anggota parlement. (vi) Adanya pemisahan yang tegas antara kepala negara dengan kepala pemerintahan.[7]
Berdasarkan ciri-ciri sistem pemerintahan tersebut. Pada hakekatnya kedua pendapat tersebut tidaklah berbeda, keduanya memiliki persamaan. Dalam kaitannya dengan kedudukan Presiden berdasarkan apa yang dijabarkan dalam ciri tersebut, kedudukan Presiden hanya ditemukan pada sistem parlementer yang berbentuk negara republik. Menurut S.L Witman dan J.J Wuest pada ciri yang keempat dan Jimly Asshiddiqie Pada ciri yang keenam, kedudukan Presiden hanyalah sebagai kepala negara sedangkan kepala pemerintahan diemban oleh Perdana Menteri.
Pada sistem parlementer kedudukan Presiden hanya sebagai kepala negara dimaksud bahwa Presiden hanya memiliki kedudukan simbolik sebagai pemimpin yang mewakili segenap bangsa dan negara. Di beberapa negara, kepala negara juga memiliki kedudukan seremonial tertentu seperti pengukuhan, melantik dan mengambil sumpah Perdana Menteri beserta para anggota kabinet, dan para pejabat tinggi lainnya, mengesahkan undang-undang, mengangkat duta dan konsul, menerima duta besar dan perwakilan negara-negara asing, memberikan grasi, amnesti, abolisi dan rehalibitasi. Selain itu pada negara-negara yang menganut sistem multi partai kepala negara dapat mempengaruhi pemilihan calon Perdana Menteri.[8]
Bagan Sistem Perintahan Parlementer[9]
memilih secara langsung Presiden mereka, dipilih oleh parlement atau oleh suatu badan pemilihan.[10] Sedangkan untuk masa jabatan Presiden sekitar 5 (lima) sampai 7 (tujuh) tahun.
Dalam pemerintahan Presidensial tidak ada pemisahan antara fungsi kepala negara dan fungsi kepala pemerintahan, kedua fungsi tersebut dijalankan oleh Presiden.[11] Presiden pada sistem Presidensil dipilih secara langsung oleh rakyat atau melalui badan pemilihan dan memiliki masa jabatan yang ditentukan oleh konstitusi.[12] Menurut von Mettenheim dan Rockman sebagaimana dikutip Rod hague dan Martin Harrop sistem Presidensil memiliki beberapa ciri yakni :[13]
1. popular elections of the Presiden who directs the goverenment and makes appointments to it.
2. fixed terms of offices for the Presiden and the assembly, neither or which can be brought down by the other (to forestall arbitrary use of powers).
3. no overlaping in membership between the executive and the legislature.
Dalam keadaan normal, kepala pemerintahan dalam sistem Presidensial tidak dapat dipaksa untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif (meskipun terdapat kemungkinan untuk memecat seorang Presiden dengan proses pendakwaan luar biasa). Jika pada sistem parlementer memiliki pemerintah/eksekutif kolektif atau kolegial maka pada sistem Presidensial memiliki eksekutif nonkolegial (satu orang), para anggota kabinet Presidensial hanya merupakan penasehat dan bawahan Presiden.
Menurut Duchacck perbedaan utama antara sistem Presidensil dan parlementer pada pokoknya menyangkut empat hal, yaitu: terpisah tidaknya kekuasaan seremonial dan politik (fusion of ceremonial and political powers), terpisah tidaknya personalia legislatif dan eksekutif (separation of legislatif and eksekutif personels), tinggi redahnya corak kolektif dalam sistem pertanggungjawbannya (lack of collective responsibility), dan pasti tidaknya jabatan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan (fixed term of office).[14]
D. ciri-ciri system pemerintahan parlementer dan presidensial
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu :
Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif. Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:
Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang.
Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
NEGARA YANG MENGANUT SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER
1. Inggris
Kepala negara adalah raja, ratu sifatnya simbolis tidak dapat diganggu gugat.
UU dalam penyekenggaraan negara berrsifat konvensi.
Kekuasaan pemerintah ada di tangan Perdana Menteri.
Kabinet yang tidak memperoleh kepercayaan dari badan legislatif harus
meletakkan jabatannya.
Perdana Menteri sewaktu-waktu dapat mengadakan pemilu.
Hanya ada 2partai besar yaitu konservatif dan partai buruh.
2. Prancis: (bukan parlementer resmi)
Presiden kuat karena dipilih langsung oleh rakyat.
Kepala negara adalah presiden dengan masa jabatan 7 tahun.
Presiden dapat bertindak dimasa darurat untuk menyelesaikan krisis.
Bila terjadi pertentangan antara kabinet dengan legislatif maka presiden
membubarkan legislatif.
Jika suatu UU telah disetujui legislatif tapi tidak disetujui presiden maka
diajukan kepada rakyat melalui referendum atau persetujuan mahkamah
konstitusional.
Mosi dan interplasi dipersukar harus disetujui oleh 10 % dari anggota legislatif.
3. India
Badan eksekutif adalah presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri
yang dipimpin oleh Perdana Menteri.
Presiden dipolih oleh lembaga legislatif baik dipusat maupun didaerah.
Pemerintah dapat menyatakan keadaan darurat dan pembatasan kegiatan bagi
para pelaku politik agar tidak mengganggu usaha pembangunan.
Badan eksekutif adalah presiden dan menterinya yang beragama islam.
Perdana menteri adalah pembantunya tidak boleh merangkap anggota legislatif.
Presiden punya wewenang memveto RUU, veto gagal bila UU diterima 2/3
anggota legislatif.
Presiden berwenang membubarkan badan legislatif dan presiden harus
mengundurkan diri dalam jangka waktu 4 bulan dan mengadakan pemilu baru.
Dalam keadaan darurat reiden dapat mengeluarkan ketetapan yang diajukan ke
legislatif paling lama 6 bulan.
5. Kanada
Kanada diakui secara resmi oleh Inggris melalui parlemennya sebagai sebuah
negara yang sederajat dengan Inggris dalam persemakmuran.
Kekuasaan konstitusional penuh diserahkan dari Inggris oleh Ratu Elizabeth II
pada tahun 1982. Di bawah ini terdapat bagan bentuk pemerintahan negara
Kanada.
Badan pemerintahan utama:
Majelis Perwakilan Rendah bertugas membuat UU, anggotanya dipilih rakyat.
Senat bertugas memberi saran atau nasehat secara umum,Senator di tunjuk oleh Gubernur Jendral (Wakil Ratu di kanada ) atas saran Perdana Menteri.
Parlemen Kanada di Ottawa sebagai badan Pemerintahan Utama yang terdiri atas Majelis Perwakilan Rendah dan Senat.
6. Jepang
Konstitusi tahun 1946 menganggap kaisar hanya sebagai simbol kepala negara
dan melimpahkan kekuasaannya di tangan Badan Legislatif (
Diet
).
Kepala pemerintahan Jepang adalah Perdana Menteri dan bertanggung jawab
kepada
Diet
.
Perdana Menteri membentuk kabinet yang anggotanya adalah anggota
Diet
.
Sistem peradilan di negara Jepang meniru sistem peradilan di negara Perancis,
Jerman, dan Inggris, yaitu dengan sedikit hakim. Karena pada setiap penyelesaian
perselisihan dilakukan menurut kebiasaan lama, yaitu meminta orang tua untuk
menyelesaikannya sebelum ke pengadilan.
Mahkamah Agung merupakan peradilan terakhir untuk perkara banding.
Sejak tahun 1945, Partai Demokrat Liberal berperan sangat besar dalam
pembuatan undang-undang karena selalu menang secara mayoritas di setiap
pemilihan. Usahawan dan petani sangat mendukung partai ini.
7. Belanda
Pemerintahan negeeri Belanda menganut sistem monarki konstitusional, dimana
pemerintahan didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui raja (atau
kaisar) sebagai kepala negara.
Sistem parlementer di negeri Belanda timbul pada tahun 1866-1868 ketika
Sejak terjadi perselisihan antara pemerintah dan parlemen, raja tidak
mempertaankan menterinya, sehingga kainet harus bubar, sesudah peristiwa ini,
maka lahirlah di belanda sistem parlemnter yang oleh undang-undang dasar
tidak di atur dan merupakan hokum kebiasaan dalam hokum tata Negara.
Sebelumnya,
pada tahun 1848 dikenal suatu hak raja dalam undang-undang Dasar Negeri
Belanda. Hak raja yang di maksudkan adalah hak untuk membubarkan salah satu
atau kedua kamar dari
staten-general,
jika raja menganggap sebagian besar
anggota
staten-general
telah berbeda pendapat dengan keyakinan rakyat, dengan
hak yang dimiliki, raja telah mengambil keputusan atas perselisihan yang terjadi
antara pemerintah dan parlemen. Dalam keputusan tersebut, raja
mempertahankan para menteri dan membuarkan parlemen. Selanjutnya dalam
waktu tertentu di adakan pemilihan umum kembali.
8. Australia
Penyelenggaraan Pemerintahan Australia dilaksanakan oleh Perdana Menteri
dengan sistem pemerintahan parlementer dua lapis.
Parlemen terdiri atas dewan perwakilan rakyat (Majelis Rendah) dan senat
(Majelis tinggi).
Partai yang memiliki jumlah kursi terbanyak dalam dewan perwakilan rakyat
akan membentuk pemerintahan dan menunjuk menteri-menterinya.
Adapun yang memimpin pemerintah adalah perdana menteri.
Dalam masalah perundang - undangan, yang mempunyai kewenangan
mengesahkan undang-undang adalah majelis rendah dan majelis tinggi atau
parlemen. Keberadaan perdana menteri sangat tergantung dari dukungan
anggota perlemen.
9. Malaysia
Malaysia adalah Negara yang berbentuk kerajaan.
Di Negara Malaysia badan kerajan terdiri atas tiga badan utama, yaitu badan
perundangan, badan eksekutif, dan badan kehakim.
Di Malaysia terdapat dua badan utama dalam badan kerajaan perundangan,
yaitu dewan Negara dan dewan rakyat.
Peranan kedua dewan ini adalah membuat Undang-undang kecuali
undang-undang tentang keuangan. Sementara itu, badan eksekutif Negara Malaysia tidak
di pegang oleh raja atau yang di pertuan agong, karena yang di pertuan agong
hanya sebuah lambing sebuah Negara yang berdaulat.
Badan eksekutif terletak pada perdana menteri yang memegang kuasa
pengaturan dan sebagai penggerak pemerintahan Negara. Di Malaysia, jabatan
yang di pertuan agong di pegang oleh salah seorang sultan dari Negara bagian
yang akan memegang kuasa selama 5 tahun saja dan akan di gantikan oleh sultan
yang lain sesuai susunan nama majelis raja-raja.
Perdana Menteri bergantung pada kemeangan partainya dalam pemilu.
B.NEGARA YANG MENGANUT SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL 1. Negara Republik Indonesia (presidensial)
Bentuk negara adalah kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas dengan 35
provinsi termasuk daerah istimewa.
Pemegang kekuasaan eksekutif adalah presiden sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.
Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan serta bertanggungjawab
kepada presiden.
Parlemen pemegang kekuasaan Eksekutif yang terdiri dari 2 kamar yaitu DPR
dan DPD yang merupakan sekaligus anggota MPR. Anggota DPR dipilih rakyat
melalui pemilu dengan sitem proporsional terbuka, DPD dipilih rakyat secara
langsung melalui pemilu yang berasal dari masing-masing provinsi sejumlah 4
orang setiap provinsi dengan sistem pemilihan distrik perwakilan banyak.
Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di
bawahnya.
2. Amerika serikat : (presidensial)
Badan eksekutif adalah presiden bersama para menteri.
Masa jabatan presiden 4 tahun dan maksimal 2 periode.
Presiden terpisah dari legislatif atau kongres.
Presiden tidak dapat membubarkan kongres begitu juga kongres tidak dapat
memberhentikan presiden.
Mayoritas UU disiapkan pemerintah dan diajukan ke kongres.
Presiden punya wewenang untuk membatalkan atau memveto rancangan UU.
Veto presiden batal bila ditentang leh 2/3 anggota kongres.
Check and balances
, presiden boleh memilih menterinya, tetapi dalam hal
penetapan hakim agung dan duta besar dan untuk mengadakan perjanjian
internasional harus disetujui senat.
3. Swiss
Setiap warga merupakan pemegang saham suatu negara.
Dewan Federal terdiri dari tujuh anggota yang memiliki kekuasaan eksekutif dan
juga bertindak sebagai kabinet.
Menteri bertugas sebagai Presiden untuk masa jabatan satu tahun. Parlemen
terdiri atas dua bagian, yaitu sebagai berikut.
1.Dewan Federal, mencakup Dewan Nasional langsung mewakili rakyat. 2.Dewan Negara Bagian, yang mewakili kantor-kantor.
Swiss menerapkan sistem pemerintahan lokal atau
swapraja
, yaitu setiap warga
negara dapat mencurahkan perhatian secara aktif, mengikuti setiap bentuk
rapat, dan berpartisipasi dalam membuat keputusan-keputusan yang secara
langsung memengaruhinya. Bahkan, beberapa daerah swapraja, rapat dilakukan
di alun-alun atau secara terbuka, sedangkan pengambilan suara berdasarkan
one
man one vote
atau dengan cara mengangkat tangan.
Undang-undang yang diadopsi oleh Dewan Federal hanya dapat dipengaruhi jika
selama 90 hari tidak ada petisi yang diajukan untuk melawannya.
Negara Cina pernah memiliki 4 konstitusi yang diberlakukan pada tahun 1954,
1975, 1978, dan 1982.
Menurut konstitusi 1982, semua kekuasaan negara berada di tangan rakyat yang
menjalankan kekuasaannya melalui Kongres Rakyat Nasional dan berbagai
Kongres Rakyat Daerah.
Kongres Rakyat Nasional adalah badan legislatif
unikameral
(satu kamar).
Anggotanya dipilih dari wakil kongres rakyat provinsi dan kotapraja untuk masa
jabatan 5 tahun terdapat jatah khusus untuk wakil-wakil minoritas nasional
seperti angkatan bersenjata atau Cina perantauan.
Kongres Rakyat Nasional memiliki wewenang resmi atas masalah penting yang
dapat memengaruhi bangsa.
Dalam konstitusi 1954 dinyatakan bahwa kepala negara adalah ketua Republik
Rakyat Cina yang dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional. Akan tetapi, konstitusi
1975 menghapuskan kedudukan itu dan dipulihkan lagi pada konstitusi 1982.
Ketua Republik mewakili Cina dalam hubungan luar negeri, menjalankan
undang-undang, dan dekrit, serta menunjuk pejabat tinggi negara. Pada
praktiknya,
Yang berkuasa adalah para pemimpin partai komunis.
Dewan Negara adalah badan tertinggi pemerintah negara yang terdiri dari
Perdana Menteri, dua Wakil Perdana Menteri, Menteri dari setiap departemen,
ketua komisi, dan sekretaris jenderal.
Dewan Negara merupakan badan administrasi, bukan pembuat kebijakan.
Fungsinya adalah sebagai penasihat agung yang merumuskan berbagai usulan
kepada Kongres Rakyat Nasional atau kepada Komite Tetap.
Pada tingkat pemerintah daerah, terdapat Kongres Rakyat Daerah dan Dewan
Rakyat Daerah. Masing-masing kongres terdiri dari utusan yang dipilih langsung
oleh rakyat (
komune rakyat
).
5. Filipina
sistem pemerintah Filipina menganut sistem republik maka pemerintahan ini
dipegang oleh presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan memilih dan
mengepalai kabine. Dewan Legislatif Filipina mempunyai dua kamar yaitu
Kongres terdiri dari Senat dan Dewan Perwakilan, anggota keduanya dipilih
oleh pemilu.
Ada 24 senator yang menjabat selama 6 tahun di Senat, sedangkan Dewan
Perwakilan terdiri dari tidak lebih dari 250 anggota kongres yang melayani
selama 3 tahun.
Cabang yudikatif pemerintah dikepalai oleh Makhamah Agung, yang memiliki
seorang Ketua Makhamah Agung sebagai kepalanya dan 14 Hakim Agung,
semuanya ditunjuk oleh Presiden.
6. Brazil
setelah mendapat kemerdekaan dari Portugis pada 7 September 1822 Brazil
telah menganut sistem pemerintahan monarki, sebuah sistem pemerintahan
yang berdasarkan sistem pemerintahan kerajaan.
kepala pemerintahan dan kepala negara ada di tangan Presiden. Berbeda
dengan Indonesia yang masa jabatan presiden selama 5th dalam satu periode,
di Brazil masa jabatan presiden hanya selama 4th dalam satu periode
pemerintahan.
parlemen berfungsi sebagai pengontrol kinerja pemerintah serta sebagai
perwakilan rakyat Brazil dalam pemerintahan, Brazil memiliki Kongres
Nasional atau semacam MPR-DPR di Indonesia.
Kongres ini dibedakan menjadi 2 atau yang lebih populer dengan istilah
BIKAMERAL atau parlemen dua kamar, yang terdiri dari Senat Federal dengan
81 kursi dan Câmara dos Deputados dengan 513 kursi.
Masa jabatan anggota senat federal dan Câmara dos Deputados berbeda-beda.
Presiden Brazil mempunyai kekuasaan eksekutif yang sangat besar dan juga
berhak untuk menunjuk dan membentuk kabinet yang akan membantu dan
mendukung presiden dalam menjalankan pemerintahannya.
7. Argentina
Sistem pemerintahan Argentina adalah presidensial.
Pemerintah federal (eksekutif) dipimpin oleh Presiden.
Parlemen Nasional (legislatif) menganut sistem dua kamar (bicameral) yang
terdiri dari senat (Camara de Senadores/ Majelis tinggi) dan Majelis Rendah
(Camara de Diputados).
Senat/ Majelis tinggi Argentina memiliki 72 kursi dan Majelis Rendah
sebanyak 257 kursi.
Sepertiga dari anggota senat dipilih untuk masa jabatan 2-6 tahun sedangkan
setengah dari anggota Majelis Rendah dipilih untuk masa jabatan 2-6 tahun
sedangkan setengah dari anggota Majelis Rendah dipilih untuk masa jabatan
2-4 tahun.
Argentina menganut sistem peradilan campuran Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Lembaga peradilan tertinggi disebut Mahkamah Agung (Corte
Suprema).
Mahkamah Agung (yudikatif) terdiri dari 9 Hakim Agung yang ditunjuk oleh
Sistem Pemerintahan INDONESIA!
Menurut doktri hukum tata negara, pengertian sistem pemerintahan negara dapat dibagi ke dalam tiga pengertian, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem Pemerintahan Negara dalam Arti Paling Luas
Tatanan yang berupa struktur dari suatu negara dengan menitikberatkan hubungan antara negara dan rakyat. Pengertian seperti ini akan menimbulkan model pemerintahan monarki, aristrokasi, dan demokrasi.
b. Sistem Pemerintahan Negara dalam Arti Luas
Suatu tatanan atau struktur pemerintahan negara yang bertitik tolak dari hubungan antarsemua organ negara, termasuk hubungn antara pemerintah pusat (central government) dan bagian-bagian
c. Sistem Pemerintahan Negara dalam Arti Sempit
Suatu tatanan atau struktur pemerintah yang bertitik tolak dari hubungan sebagai organ negara di tingkat pusat,khususnya antara eksekutif dan legislatif.
1. Sistem parlementer, yaitu parlemen (legialatif) mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi daripada eksekutif. Contoh negara yan menetapkan sistem ini antara
lain : Prancis, Belgia, Inggris, Jepang, India, Belanda, New Zeland, Sudan,
Portugal, dan Italia.
2. Sistem pemisahan kekuasaan (presidensil), yaitu parlemen (legislatif) dan
pemerintah (eksekutif) mempunyai kedudukan yang sama dan saling
melakukkan kontrol (chech and ). Contohnya : Amerika Serikat, Indonesia,
Paraguay, Brunai Darusalam, Peru, dan Swedia.
3. Sistem pemerintahan dengan pengawasan langsung oleh rakyat, yaitu
pemerintahan (eksekutif), pada hakikatnya adalah badan pekerja dari parlemen
(legislatif), dengan fakta lain eksekutif merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari legislatif.
2. Pengertian Pemerintahan Menurut Para Ahli !
Menurut R.Mac Iver :(Pemerintahan adalah sebagai suatu organisasi dari
orang-orang yang mempunyai kekuasaan...bagaimana manusia itu dapat diperintah).
Menurut W.Sayre:(Pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai
organisasi negara,yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya).
Menurut C.F.Strong :Pemerintahan dalam arti luas memiliki kewenangan untuk
memelihara kedamaian dan keamanan negara,ke dalam dan ke luar.
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia :Pemerintahan adalah
proses,cara,perbuatan memerintah atau segala sesuatu untuk mensejahterakan
rakyat.
Menurut Penulis :Pemerintahan adalah cara pemerintah memegang wewenang
ekonomi,politik,administrasi guna mengelola urusan-urusan negara untuk
kesejahteraan masyarakat.
Pengertian pemerintahan sebagai sistem menurut M.Ryad Rasyid :
o
Aturan main (konstitusi,hukum,etika)dimana masyarakat dan pemerintah harus
taat.
o
Pelaku (orang atau aparat khususnya pemimpin yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kewenangan yang melekat).
3. Asas-Asas Pemerintahan Yang Dinilai Sebagai Pemerintah yang Baik, Dilihat Dari Segi Hukum!
Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Beberapa istilah untuk menyebut asas pemerintahan yang baik ini bermacam-macam, misalnya di Belanda dikenal dengan “Algemene Beginselen van Behoorllijke Bestuur” (ABBB), di Inggris dikenal “The Principal of Natural Justice” , di Perancis diistilahkan “Les Principaux Generaux du Darioit Coutumier Publique”, di Belgia disebut “Aglemene Rechtsbeginselen”, di Jerman dinamakan “Verfassung Sprinzipien” dan di Indonesia dikatakan sebagai “Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik”.
Pengertian asas-asas umum pemerintahan yang baik menurut Jazim Hamidi, merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan HAN. Asas-asas umum pemerintahan yang baik berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam menilai tindakan administrasi negara (yang berwujud beschikking), dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi penggugat. Sebagian besar asas umum pemerintahan yang baik, masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis, abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan masyarakat. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah Hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai peraturan Hukum positif.
Arti penting dan fungsi asas-asas umum pemerintahan yang baik bagi administrasi negara adalah sebagai pedoman dalam penafsirkan dan penerapan terhadap ketentuan perundang-undangan yang sumir, samar atau tidak jelas, juga untuk membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara mempergunakan freies ermessen yang jauh menyimpang dari ketentuan Undang-Undang. Administrasi negara dapat terhindar dari perbuatan onrechtmatige daad, detournement de pouvoir, dan ultra vires.
Di Indonesia sejak tahun 1992 mahkamah agung telah mengakui bahwa asas-asas pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar pengujian untuk pembatalan suatu keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat administrasi Negara. Meskipun dalam perkembangannya asas-asas ini baru dimasukkan dalam uu no. 9 tahun 2004 tentang perubahan atas uu no. 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha Negara.
Asas-asas ini dimasukkan pada pasal alasan-alasan gugatan, yaitu pasal 53 ayat 2 huruf b yang berbunyi “keputusan tata usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum permerintahan yang baik”.
Dalam penjelasannya mengenai asas-asas ini dikatakan “ yang dimaksud dengan asas-asas pemerintahan yang baik adalah meliputi asas:
1. Kepastian hokum 2. Keterbukaan 3. Proporsionalitas 4. Profesionalitas 5. Akuntabilitas
Sebenarnya asas-asas ini telah dimasukkan terlebih dahulu dalam uu no 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, dimana dalam pasal 3 dikatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan Negara meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum;
4. Asas Keterbukaan; 5. Asas Proporsionalitas; 6. Asas Profesionalitas; dan 7. Asas Akuntabilitas.
Sedangkan menurut Kuntjoro Purbopranoto Asas-asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia meliputi Asas kepastian hukum, Asas keseimbangan: penjatuhan hukuman yang wajar terhadap pegawai, Asas kesamaan, Asas bertindak cermat, Asas motivasi, Asas jangan mencampuradukkan kewenangan, Asas permainan yang layak: pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan adil, Asas keadilan atau kewajaran, Asas menanggapi pengharapan yang wajar, Asas meniadakan suatu akibat keputusan-keputusan yang batal: jika akibat pembatalan keputusan ada kerugian, maka putusan hukum yang dirugikan harus diberi ganti rugi dan rehabilitasi, Asas perlindungan pandangan hidup pribadi: setiap PNS diberi kebebasan dan hak untuk mengatur hidup pribadinya dengan batas Pancasila, Asas kebijaksanaan: Pemerintah berhak untuk membuat kebijaksanaan demi kepentingan umum, dan Asas pelaksanaan kepentingan umum.
4. Sistem Pemerintahan Presidensial!
Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:
Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa
saling menjatuhkan.
Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu :
Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala
negara.
Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan
dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan
non-departemen.
Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan
kepada kekuasaan legislatif).
Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:
Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen.
Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.
5. Sistem Pemerintahan Parlementer!
Sistem pemerintahan parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
6. Sistem Pemerintahan Referendum!
Sisitem pemerintahan referendum adalah variasi dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial. Di negara Swiss, tugas pembuatan undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum terdiri dari referendumobligatoir, referendum fakultatif, dan referendum konsultatif.
1.
Referendum obligatoir
adalah referendum yang harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang
tertentu diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
pembuatan suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat karena
dianggap sangat penting. Contoh, persetujuan yang diberikan oleh rakyat
terhadap pembuatan undang-undang dasar.
3.
Referendun konsultatif
adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang
dimintakan persetujuannya.
4. Pada pemerintahan dengan sistem referendum, pertentangan yang terjadi antara
eksekutif (
bundesrat
) dan legislatif (keputusan rakyat) jarang terjadi.
Anggota-anggota dari
bundesrat
ini dipilih oleh
bundesversammlung
untuk jangka waktu 3
tahun dan bisa dipilih kembali.
7. Bentuk Pemerintahan Menurut Aristoteles!
1. Berdasarkan kriteria kuantitas (jumlah orang yang memgang kekuasaan) dan
kualitas (ditujukan untuk siapakah pelaksanaan pemerintahan itu), Aristoteles
membagi bentuk pemerintahan menjadi :
2. Monarkhi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh seorang (raja/kaisar) yang
ditujukan untuk kepentingan umum. Bentuk monarkhi dapat merosot menjadi
Tyrani.
3. Tyrani : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh seorang (raja/kaisar) yang
kekuasaannya ditujukan untuk kepentingan sendiri.
4. Aristokrasi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah/beberapa orang
terbaik (misalnya kaum cerdik pandai atau bangsawan), yang kekuasaannya
ditujukan untuk kepentingan umum. Bentuk aristokrasi dapat merosot menjadi
oligarkhi dan bentuk oligarkhi dapat melahirkan Plutokrani atau Plutokrasi.
5. Oligarkhi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang, yang
kekuasaannya untuk kepentingan kelompok mereka sendiri.
6. Plutokrani : Adalah pemerintahan yang dijalankan oleh orang–orang kaya untuk
kepentingan mereka sendiri.
7. Polity : Adalah pemerintahan yang dipegang banyak orang, yang pelaksanaan
pemerintahannya ditujukan untuk kepentingan umum.
8. Demokrasi : Adalah pemerintahan yang kekuasaan tertinggi negara dipegang
oleh rakyat.
9. Menurut Aritoteles, bentuk pemerintahan demokrasi merupakan bentuk
pemerosotan dari bentuk polity. Sehingga menurutnya bentuk Monarkhi,
Aristokrasi dan Polity merupakan bentuk pemerintahan yang ideal (terbaik).
Pendapat Aristoteles berbeda dengan pendapat Plato, dimana Plato berpendapat
bahwa bentuk demokrasi merupakan bentuk ideal (terbaik) yang dapat merosot
menjadi mobokrasi (Okhlokrasi).
8. Bentuk Pemerintahan Menurut Plato!
1. Menurut Plato bentuk system pemerintahan dibagi menjadi:
2. Aristokrasi : pemerintahan yang dipegang sekelompok orang yang dapat
mencerminkan rasa keadilan.
3. Timokrasi : pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang mengingin
kan kemashuran dan kehormatan
4. Oligarkhi : pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang
dipengaruhi kemewahan atau harta kekayaan.
5. Demokrasi : pemerintahan yang dipegang oleh rakyat.
7. Menurut Plato, bentuk pemerintahan tersebut di atas dapat berubah secara
siklus, dari Aristokrasi - Timokrasi - Oligarkhi - Demokrasi - Tyrani dan berputar
kembali kebentuk asal.
9. Bentuk Pemerintahan Menurut Polybios!
Polybios terkenal dengan teorinya yang disebut Cyclus Theory, yang sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari ajaran Aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu mengganti bentuk pemerintahan Politea dengan demokrasi.
Monarki → Tirani → Aristokrasi → Oligarki → Demokrasi → Okhlokrasi → Monarki
Berdasarkan bentuk pemerintahan yang diungkapkan oleh Polybios, dapat dijelaskan sebaga berikut.
1. Pemerintahan Monraki merupakan bentuk pemerintahan yang baik karena
mengutamakan kepentingan umum. namun, hal tiu hanya pada awalnya saja,
karena lama kelamaan raja tidak lagi memperhatikan rakyat, tetapi justru
cenderung bersikap sewenang-wenang dalam memerintah. Akhirnya
pemerintahan monarki pun berubah menjadi tirani.
2. Pemerintahan tirani yang dijalankan untuk kepentingan pribadi ini,
memunculkan inisiatif dari para bangsawan untuk melawannya. Hingga
terjadilah pengambil alihan kekuasaan. Lalu Pemerintahan tirani pun berubah
menjadi aristokrasi.
3. pemerintahan aristokrasi, pada mulanya memang baik karena dijalankan untuk
kepentingan umum. Namun, lama-kelamaan tidak lagi mengutamakan keadilan
karena dijalankan untuk kepentingan pribadi. Akhirnya bentuk pemerintahan
aristokrasi bergeser menjadi oligarki.
4. pemerintahan oligarki ini, pada perkembangannya tidak dirasakan adanya
keadilan, maka munculah pemberontakan dari rakyat untuk mengambil alih
kekuasaan. Kemudian pemerintahan pun dijalankan oleh rakyat untuk
kepentinganrakyat. Oligarki berubah menjadi demokrasi.
5. pemerintahan demokrasi ini, ternyata banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan, antara lain maraknya korupsi, serta tidak ada penegakan hukum.
Instabilitas politik ini merubah demokrasi menjadi okhlokrasi.
6. pemerintahan okhlokrasi yang penuh dengan kekacauan ini, kemudian muncul
seseorang yang kuat dan berani merebut pemerintahan. Pada akhirnya bentuk
pemerintahan okhlokrasi kembali dipegang satu orang dan menjadi monarki.
10. Sistem Pemerintahan di Amerika!
Pokok pokok sistem pemerintahan di Amerika Serikat
1.
Negara Amerika Serikat adalah suatu negara federasi/serikat yang memiliki 50
negara bagian dengan pusatnya Washington D.C yang berbentuk republic.
Sedangkan sistem pemerintahan yang dianut adalah Sistem Pemerintahan
Presidensial, sehingga presiden disamping sebagai pemegang kekuasaan
sebagai kepala pemerintahan juga sekaligus sebagai kepala negara.
2.
Adaya pemisahan kekuasaan yang tegas antara eksekutif, legislatif dan
yudikatif yang biasa disebut dengan “Separation of Power Teory” yang diilhami
ajaran Trias Politika dari Montesquieu yang mengajarkan bahwa kekuasaan
dalam sustu negara harus dipisahkan dalam 3(tiga) kekuasaan yaitu :
c.Yudikatif : kekuasaan yang mengawasi jalannya Udang Undang dan
menjatuhkan sanksi bagi pelanggar Undang undang
1.
Sistem kepartaian menganut sistem dwipartai. Ada dua partai yang dominan di
Amerika Serikat, yakni Partai Demokrat dan Republik.
Ciri-ciri penting Pemerintahan di Amerika Serikat
1. Amerika serikat adalah Negara republic dengan bentuk federasi. 2. Sebagai federasi.
3. Pemerintahan oleh rakyat.
4. Pemisah kekuasaan yang tegas antara legislative,eksekutif dan yudikatif baik mengenai organ pelaksana maupun mengenai fungsi-fungsinya.
5. Negara-negara bagian mempunyai hak dan derajat yang sama dan tidak boleh diberi hak-hak istimewa.
6. Kedilan ditegakkan melalui nadan yudikatif yaitu mahkamah agung.
7. Suprastruktur politik ditopang oleh infrastruktur yang menganut sistem bipart
Perbandingan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia dengan Negara Lain
1. Pengaruh Suatu Sistem Pemerintahan yang Dianut Suatu Negara terhadap Negara Lain Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu keguanaan penting sistem pemerintahan suatu negara adalah menjadi bahan perbandingan bagi negara lain. Jadi, negara-negara lainpun dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antara sistem pemerintahannya. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan tadi. Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan. Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial budaya dan politik yang berkembang di negara yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial dan parlementer merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan Inggris-lah yang masing-masing dianggap pelopornya. Contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial antara lain ; Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Mesir, Indonesia dan Argentina. Sedangkan yang menganut sistem pemerintahan parlementer, antara lain ; Inggris, India, Jepang, Malaysia dan Australia. Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer, terdapat variasi yang disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara. Misalnya, Indonesia yang menganut sistem presidensial tidak akan benar-benar sama dengan pemerintahan Amerika Serikat. Bahkan negara-negara tertentu memakai sistem campuran antara presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya, negara Perancis sekarang ini. Negara ini memiliki presiden sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan besar, tapi juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pemerintahan suatu negara dapat diuraikan sebagai berikut :
• Faktor Sejarah
menjadi sebab-sebab timbulnya suatu negara baru. Berikut ini contoh proses terbentuknya suatu negara :
Cessie (Penyerahan) atau Mandat, bahwa terjadinya negara ketika suatu wilayah diserahkan kepada salah satu negara yang kalah pada Perang Dunia I berdasarkan suatu perjanjian tertentu. Contoh: Negara Kamerun bekas jajahan Jerman menjadi mandat Perancis. Anexatie/Kolonial (Pencaplokan/Penguasaan), bahwa terjadinya suatu negara ketika berada di suatu wilayah yang dikuasai oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti. Contoh: sejak abad ke 15 Inggris telah melakukan penguasaan wilayah atas Afrika Selatan, Australia, India, Selandia Baru, Kanada dan sebagainya.
Separatise (Pemisahan), bahwa terjadinya suatu negara ketika ada suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya, kemudian menyatakan kemerdekaannya. Contoh: pada tahun 1948, Pakistan memisahkan diri dari India dan menyatakan kemerdekaannya.
• Faktor Ideologi
Dalam pandangan alam pemikiran Hegel, bahwa ideologi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri lepas dari kenyataan hidup masyarakat. Ideologi adalah produk kebudayaan suatu masyarakat dan karena itu dalam arti tertentu merupakan manifestasi kenyataan sosial juga. Sebagai produk kebudayaan, ideologi merupakan satu pilihan yang jelas dalam membawa komitmen untuk mewujudkannya. Salah satu fungsi ideologi adalah sebagai kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan. Berdasarkan pandangan para ahli, bahwa pengaruh sistem pemerintahan satu negara dengan negara-negara lain sangat dimungkinkan dalam hubungan ideologis baik secara sukarela diterima maupun dengan keterpaksaan). Dalam sejarah perkembangan ideologi suatu negara dan pengaruhnya terhadap sistem pemerintahan di negara lain, adalah sebagai berikut :
a. Fasisme
Berasal dai kata fascio yang berarti kelompok . Kelompok ini menamakan dirinya Fascio de Combattimento artinya Barisan-barisan Tempur. Tujuan negara dalam sistem pemerintahan fasis adalah “Imperium Dunia”, yaitu mempersatukan seluruh bangsa di dunia menjadi satu tenaga atau kekuatan bersama. Contoh negara fasis adalah Italia semasa Benito Mussolini, Jerman semasa Adolf Hitler, dan Jepang semasa Tenno Heika (PD II).
b. Individualisme/ Liberalisme
Dalam arti luas, individualisme atau liberalisme dapat dikatakan sebagai usaha perjuangan menuju kebebasan. Tujuan negara dalam sistem pemerintahan ini yaitu menjaga keamanan dan ketertiban individu serta menjamin kebebasan seluas-luasnya dalam memperjuangkan hidupnya atau sebagai “Penjaga Malam” (Nachtwakerstaat ). Dalam bidang politik, liberalisme melahirkan demokrasi dengan sistem parlementer atau atau presidensial. Contoh negara yang menjalankannya adalah Amerika Serikat dan di sebagian besar negara-negara Eropa.
c. Komunisme
Berdasarkan faktor ideologi yang diyakininya seperti fasisme, individualisme dan sosialisme/ komunisme, tentu saja akan berpengaruh dalam penerapan sistem pemerintahnnya. Pasca perang dunia kedua, fasisme hancur dan muncul perseteruan ideologi besar untuk saling memperebutkan pengaruhnya. Ideologi liberal di bawah pimpinan Amerika (sekutu) dengan anggotanya mayoritas Eropa Barat dan bekas koloninya. Sedangkan idelologi komunis di bawah pimpinan Uni Soviet (Rusia) dengan anggotanya mayoritas Eropa Timur dan beberapa negara di Asia.
Di negara-negara yang berideologi liberal, pada umumnya menerapkan sistem pemerintahan demokrasi konstitusional dengan presidensial kabinet maupun parlementer dan lebih dari satu partai politik. Untuk negara-negara yang berideologi komunis, pada umumnya menerapkan sistem pemerintahan demokrasi rakyat (diktator proletariat)dengan sistem presidensial yang hanya terdiri satu partai politik (partai tunggal komunis)
2. Perbandingan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dengan Negara Lain
Sistem pemerintahan negara republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sistem presidensial kabinet. Dengan sistem pemerintahan tersebut, baik para penyelenggara negara maupun rakyat dan bangsa Indonesia telah merasa sesuai. Sejalan dengan perkembangan dan dinamika politik masyarakat, penyelenggaraan negara dengan sistem presidensial kabinet telah mengalami perubahan dan penyempurnaan hingga sekarang ini. Berikut ini akan dilihat bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan di negara Indonesia dan perbandingannya dengan negara-negara lain baik yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial maupun parlementer.
3. Sikap Warga Negara terhadap Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Warga negara pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem ketatanegaraan . Efektivitas penyelenggaraan negara sangat ditentukan oleh partisipasi warga negaranya. Demikian pula halnya dengan sistem ketatanegaraan yang sedang berlangsung saat ini, dibutuhkan partisipasi, peran serta aktif dari warga negara dalam hal membantu efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan negara, khususnya dalam mendukung setiap kebijakanan pemerintah yang akan berdamnpak pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Sistem pemerintahan yang berjalan saat ini adalah sistem pemerintahan presidensial dengan berdasarkan UUD ’45 hasil amandemen keempat. Sistem pemerintahan baru ini mulai berlaku pada tahun 2004. Pelaksanaan pemerintahan dimulai dengan penyelenggaraan pemilu.
Untuk pertama kalinya pemilu tahun 2004 akan memilih 3 kelompok, yaitu: 1. Memilih presiden dan wakjil presiden dalam satu paket
2. Memilih anggota DPR dan DPRD 3. Memilih anggota DPD.
Setelah terbentuk badan eksekutif dan legislatif, badan-badan tersebut akan melaksanakan tugas, kewenangan dan fungsinya masing-masing sesuai dengan UUD 1945. Presiden sebagai kepala pemerintahan membentuk kabinet yang menjalankan pemerintahan sehari-hari. Masa jabatan lembaga-lembaga negara tadi adalah 5 tahun dan sesudah itu dimulai kembali pemerintahan yang baru.
tetap menggunakan sistem presidensial, tapi telah diadakan perubahan dan pembaharuan agar kesalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan di masa lalu tak terulang lagi. Untuk mewujudkan sistem pemerintahan demokratis perlu mendasarkan pada UUD yang demokratis pula. Dengan demikian, amandemen terhadap UUD ’45 yang telah dilakukan bangsa Indonesia merupakan langkah yang sangat penting bagi keseluruhan penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Jadi, masyarakat patut berbangga dan mendukung sistem pemerintahan ini karena sistem pemerintahan Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan sistem pemerintahan demokratis.
Dengan demikian hal-hal yang harus dilakukan warga negara sebagai sikap peduli terhadap penyelenggaraan negara adalah :
1.
Mendukung setiap kebijakan pemerintah yang berorientasi pada kesejahteraan
rakyat
2.
Berpartisipasi aktif pada proses demokratisasi yang dijalankan pemerintah
3.Memberikan kritik, saran dan masukan yang bersifat konstruktif terhadap
kebijakan pemerintah yang kurang berorientasi pada rakyat banyak
4.
Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan dan program pemerintah yang
berorientasi pada pembangunan nasiona
5.