• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemerintahan Indonesia

N/A
N/A
jeliana razief11

Academic year: 2024

Membagikan "Sistem Pemerintahan Indonesia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkedaulatan rakyat yang telah dijelaskan pada pembukaan Undang-undang dasar 1945 alenia IV dan berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadai berdasar hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik yang taat dan patuh terhadap undang-undang dasar negara.

Pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Dengan kata lain Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.

Di Indonesia mengalami 3 kali masa pemerintahan yang berebeda, pertama masa orde lama, orde baru dan sekarang era reformasi, pada masa yang berbeda terdapat pula perbedaan yang terjadi pada sistem pemerintahan presidensial yang dianut Indonesia.

Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia adalah suatu jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan di bidang pemerintahan atau kepemimpinan yang dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintahan seperti diantaranya bupati, walikota dan atau gubernur. Objek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dalam hal ini yang mempin adalah pemerintah sedangkan yang dipimpin adalah rakyatnya sendiri, objek materialnya adalah manusia.

Government adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif.

(2)

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Bagaimana Perkembangan Sistem Pemerintahan?

2. Bagaimana Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan?

3. Bagaimana Menwujudkan Good Government?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui Perkembangan Sistem Pemerintahan 2. Mengetahui Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan 3. Mengetahui Menwujudkan Good Government

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Perkembangan sistem pemerintahan Indonesia

Syafiie (2013: 12) mendefinisikan sistem pemerintahan sebagai

“sekelompok orang-orang yang secara baik dan benar serta indah melakukan suatu kebijakan atau kehendak dalam mengkoordinasikan, mengkomunikasikan serta memimpin hubungan dengan dirinya sendiri atau dengan masyarakat, lembaga negara yang ada dalam tubuh pemerintahan itu sendiri”.

Perkembangan system pemerintahan Indonesia dari tahun 1945 hingga sekarag adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949

a. Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 b. Bentuk Negara : Kesatuan

c. Bentuk Pemerintahan : Republik d. Sistem Pemerintahan : Presidensial e. Konstitusi : UUD 1945

Sehari setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Ir.

Soekarno, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Rajiman, Supomo, Suroso, Sutarji, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandar, dan Ki hadjar Dewantara merumuskan sistem pemerintahan Indonesia. Dengan keragaman suku, budaya dan adat yang ada di Indonesia, pengukuhan dan pengesahan sistem pemerintahan Indonesia berlangsung cukup lama dan sangat sengit, pergolakan pemikiran dari para tokoh pendiri bangsa sangatlah menguras waktu dan tenaga. Ki Bagus Hadikusumo misalnya yang memperjuangkan tetap ada nilai islam dalam nuansa sistem pemerintahan Indonesia dan bentuk pemerintahan Indonesia. Berbeda pikiran dengan Moh. Hatta yang menurut Ki Bagus Hadikusumo sendiri sangat-sangat liberal (Syafiie, 2013:298).

(4)

Hasil dari rapat PPKI ini kemudian menetapkan UUD 1945 menjadi konstitusi di dalamnya termuat semua hal yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia serta tujuan Negara Republik Indonesia.

Selain itu hasil rapat juga menetapkan bahwa sistem pemerintahan presidensial yang sangat tepat dan relevan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Rasionalisasi kuat yang disampaikan Soekarno pada saat itu adalah bahwa Indonesia memerlukan eksistensi dan pengakuan dari negara-negara lain, untuk itu diperlukan stabilitas ekonomi dan politik bagi negara baru. Untuk menjawab hal itu, maka sistem presidensial dianggap tepat karena tidak sama sekali menekankan kepada nilai kapitalisme, dan juga sosialisme, namun ada dalam keseimbangan diantara keduanya.

Syafiie (2013: 303) menceritakan kembali kilas sejarah situasi rapat PPKI. Setelah istirahat dalam rapat PPKI tepat pukul 15.15 WIB rapat dimulai dan langsung memilih untuk jabatan presiden dan wakil presiden bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang saat itu tidak sempat untuk melakukan pemilihan umum, maka akhirnya Otto Iskandardinata mengajukan usul bahwa Presiden dan Wakil Presiden Indonesa adalah Ir.

Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Pemilihan secara aklamasi ini disepakati oleh seluruh peserta rapat PPKI dan akhirnya Soekarno menjadi Presiden terpilih RI pertama. Sistem pemerintahan Indonesia yang menganut presidensial saat itu belum terlaksana dengan baik dan secara utuh merepresentasikan rakyat Indonesia. Hal ini dibuktikan belum adanya lembaga legislatif khusus DPR yang pada saat itu masih pada proses pembangunan lembaga-lembaga di Indonesia. Selama empat tahun sistem pemerintahan Indonesia terkungkung oleh persoalan perebutan wilayah di Indonesia sendiri. Banyak sekali pemberontakan oleh warga negara Indonesia, dari ulai APRA, RMS dan DI/TII. Hal-hal seperti itulah yang diurus dan ditangani oleh pemerintahan Indonesia pada saat itu.

(5)

Sistem pemerintahan presidensial yang notabene-nya memberikan kewenangan untuk presiden dalam hal perumusan kebijakan, malah hal ini tidak terkontrol karena presiden tersendiri yang lebih banyak mengambil andil dalam perumusan kebijakan dan penetapan kebijakan.

Selain itu kekuasaan eksekutif yang seharusnya dipilih oleh pemilihan umum, hal tersebut belum dijalankan.Dan seharusnya ada kekuasaan mutlak yang tepisah antara eksekutif dan legislatif namun pada saat awal berdirinya di Indonesia penerapan sistem ini masih terpincang-pincang.

Hingga sampailah pada tanggal 27 Desember 1949, di tahun itu dirumuskan kembali sistem pemerintahan Indonesia, dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan politik yang ada di Indonesia.

2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950

a. Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950 b. Bentuk Negara : Serikat (Federasi)

c. Bentuk Pemerintahan : Republik

d. Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer) e. Konstitusi : Konstitusi RIS

Latar belakang adanya perumusan kembali terkait dengan sistem pemerintahan Indonesia adalah lepasnya wilayah-wilayah RI ke tangan penjajah yakni Belanda. Hal ini menjadi bahan evaluasi karena tidak adanya sistem otonomi khusus untuk mengurus dan juga mengembangkan daerahnya sendiri. Maka munculah satu bentuk negara dimana Indonesia tidak lagi menjadi negara kesatuan melainkan berubah menjadi “negara federal” atau “serikat”. Bentuk wewenang dan kekuasaan politik dan pemerintahan serta keamanan ditransfer seutuhnya kepada wilayah-wilayah di Indonesia. Oleh karenanya pada saat bentuk negara Indonesia menganut bentuk negara federal sistem pemerintahan turut mengalami pergeseran, nilai-nilai sistem parlmenter mulai masuk dan menjadikan indonesia lebih liberal pada saat itu.

Namun kekacauan terjadi ketika sepenuhnya pemerintah pusat mendelegasikan kewenangan keamanan dan politik, banyak terjadi

(6)

pemberontakan di Indonesia. DI/TII sangat terkenal pada saat itu melakukan pemberontakan untuk merubah RI menjadi Negara Islam.

Kebebasan berpendapat, bereskspresi dan juga menggunakan senjata di tingkat/level pemerintahan daerah menjadikan wilayah-wilayah Indonesia lebih nyaman dalam menekan pemerintahan pusat.

Soemantri (2003: 23) mengatakan bahwa kepentingan-kepentingan politik untuk merubah bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan misalnya komunis sangat berkembang dan sangat diberi keleluasaan.

Kekacauan dan perebutan kekuasaan ditingkat daerah terus terjadi pada saat itu, hingga sampailah pada sistem pemerintahan Indonesia dengan mengacu terhadap Undang-Undang Dasar Sementara 1950, yang mana hal ini lebih menekankan proses peralihan dari bentuk Indonesia Serikat kembali kepada Negara Kesatuan.

3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

a. Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 b. Bentuk Negara : Kesatuan

c. Bentuk Pemerintahan : Republik d. Sistem Pemerintahan : Parlementer e. Konstitusi : UUDS 1950

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00.

Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 antara lain :

a) Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

b) Pembubaran Konstituante c) Pembentukan MPR dan DPAS

(7)

4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Orde Lama) a. Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966 b. Bentuk Negara : Kesatuan

c. Bentuk Pemerintahan : Republik d. Sistem Pemerintahan : Presidensial \ e. Konstitusi : UUD 1945

Dikeluarkannya dekrit Presiden 1959 mengembalikan sistem pemerintahan Indonesia ke sistem pemerintahan presidensial. Berikut isi dekrit presiden (dalam Hakiki, 2014: 18) :

a. Pembubaran Konstituante

b. Berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 bagi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari anggal penetapan Dekrit ini, dan tidak berlaku lagi Undang-Undang Dasar Sementara.

c. Pembentukan Majelis Permusyawartan Rakyat Sementara dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)

a. Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998 b. Bentuk Negara : Kesatuan

c. Bentuk Pemerintahan : Republik d. Sistem Pemerintahan : Presidensial e. Konstitusi : UUD 1945

6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang a. Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang b. Bentuk Negara : Kesatuan

c. Bentuk Pemerintahan : Republik d. Sistem Pemerintahan : Presidensial e. Konstitusi : UUD 1945

(8)

Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari negara manapun, melainkan suatu sistem yang khas bagi bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dari proses pembentukan bangsa NKRI yang digali dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia sendiri.

Menurut UUD 1945, kedudukan Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sistem ketatanegaraan yang kepala pemerintahannya adalah Presiden dinamakan sistem presidensial.

Presiden memegang kekuasaan tertinggi negara di bawah pengawasan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, terdapat beberapa perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia, sebelum dan sesudah Amandemen..

C. Manajemen Kepemimpinan Pemerintah

Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia adalah suatu jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan di bidang pemerintahan atau kepemimpinan yang dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintahan seperti diantaranya bupati, walikota dan atau gubernur. Objek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dalam hal ini yang mempin adalah pemerintah sedangkan yang dipimpin adalah rakyatnya sendiri, objek materialnya adalah manusia.

Teori Kepemimpinan pemeritahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Pamudji (1992:2) sama dengan teori kepemimpinan secara umum hanya saja lebih berkonotasi kekuasaan disatu pihak dan pelayanan di pihak lain yaitu otokratis, psikologis, sosiologis, suportif, lingkungan, sifat, kemanusiaan, situasional dan kontingensi.

Adanya konotasi kekuasaan yaitu antara pemegang kekuasaan dengan yang dikuasai maka kepemimpinan pemerintahan adakalanya diartikan sebagai kepemimpinan politik. Kepeemimpinan politik menurut Breslauer (2002:1) memiliki pengertian “suatu kepemimpinan kelembagaan yang berorintasi pada aplikasidan pembangunan keahlian dalam mempromosikan nilai-nilai tertentu dan sekaligus menjaganya dalam sebuah lingkungan

(9)

yangmembutuhkan sebuah proses politik”. Sehingga dalam kerangka pelaksanaan sebuah analisis kepemimpinan politik, maka analisis tersebut akan memuat paling tidak variable-variabel penting.

Menurut Ermaya (2013, dalam bukunya Analisis kepemimpinan) kepemimpinan pemerintahan membutuhkan budaya dalam rangka menciptakan daya rasa, daya karsa, daya cipta dan inovasi yang unggul dan Kepemimpinan pemerintahan oleh Ermaya (2013:5) atau Leader Governance adalah kemampuan seseorang sebagai pemimpin selain berkemampuan pemerintahan juga memiliki kemampuan mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan terukur serta memimpin tata pemerintahan yang baik yaitu mampu mengelola sumber daya menjadi sumber daya yang berkualitas tinggi berdasarkan etika pemerintahan.

Kepemimpinan pemerintahan oleh syafi’ie (2003:8) juga diartikan sebagai sebuah seni, hal ini merujuk kepada pendapat George R. Terry bahwa

“ Art is personal creative power plus skil in performance” (maksudnya adalah seni yaitu kekuatan pribadi seseorang yang kreatif ditambah dengan keahlian yang bersangkutan dalam menampilkan tugas dan pekerjaannya).

Kepemimpinan pemerintahan sebagai seni sebagaimana seorang pemimpin pemerintahan dengan keahliannya mampu menyelenggarakan pemerintahan secara indah, seni pemerintahan tidak lebih dari pada profesi seseorang yang ahli dalam pemrintahannya.

Kepemimpinan pemerintahan terkait dengan istilah memimpin dan memerintah. Dari kata memimpin ini terbentuklah kata kepemimpinan, yaitu kemampuan menggerakkan dan mengarahkan orang-orang. Menggerakkan dan mengarahakan orang ini berarti telah berlangsung suatu hubungan manusiawi ( human relation ), yaitu antara yang menggerakkan dan mengarahkan (Ruller ) dengan yang digerakkan atau diarahkan (follower ).

Sekalipun dalam kepemimpinan pemerintahan terkandung unsur kekuasaan yang dapat dipergunakan untuk memerintah, mengharuskan dan bahkan memaksa pihak lain untuk mengikuti kehendak penguasa atau pemerintah, namun sedapat mungkin hal ini dilandasi juga oleh rasa kesadaran

(10)

akan kewajiban pada pihak yang diperintah (Pamudjji, 1992:61).

Kepemimpinan pemerintahan dalam menggerakkan dan mengarahkan bawahan/masyarakat sedapat mungkin mempergunakan pendekatan- pendekatan manusiawi, sehingga masyarakat/bawahan tergerak terarah secara sukarela karena sesuai dengan harapan-harapan, keinginan dan aspirasi serta kebuttuhan mereka.

Dalam konsepsi Kepemimpinan pemerintahan maka yang dimaksudkan dalam pemimpin disini adalah pemimpin pada ketiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislative, yudikatif. Dalam tingkatan eksekutif atau pemerintahan dalam arti sempit maka Kepemimpinan pemerintahan dipegang oleh pemimpin pemerintah mulai dari tingkat Negara sampai dengan tingkat daerah, yaitu Presiden, Gubernur, Wlikota/Bupati, Camat, dan Lurah/Kades (Kaloh,2009:3) jika dilihat dari hirarki Kepemimpinan pemerintahan di Indonesia, kepala daerah (Gubernur, Walikota/Bupati) berada diposisi kepemimpinan tingkat menengah, diatasnya terdapat Presiden beserta pembantunya dan dibawahnya terdapat Kepemimpinan pemerintahan yang dijalankan oleh Camat dan Lurah/Kepala Desa.

Menurut Sadu wasistiono (Modul Kepemimpinan Pemerintahan, 2010) bahwa dikalangan pemerintahan, ada dua jenis kepemimpinan yang perlu dijalankan, yaitu : a. Kepemimpinan Organisasional, dan b. Kepemimpinan social adapun penjelasannya antara lain : Kepemimpinan organisasional adalah :

a. Kepemimpinan ini muncul karena pimpinan pemerintah daerah maupun SKPD didalamnya ada unit organisasi

b. Pengikutnya merupakan bawahan yang patuh karena adanya ikatan norma- norma organisasi formal.

c. Dalam menjalankan Kepemimpinannya, pimpinan organisasi formal biasanya menggunakan berbagai fasilitas manajerial seperti kewenangan anggaran, personil dan logistic.

d. Teori yang digunakan untuk menganalisis berasal dari ilmu manajemen dan admnistrasi publik.

(11)

Dalam sebuah Negara demokrasi Kepemimpinan Pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari komponen-komponen pemerintahan demokrasi, kelima komponen tersebut menurut Pamudji (199:52) saling berkaitan, adapun kelima komponen dimaksud adalah : 1. Para pemilih 2. Partai-partai atau kelompok kekuatan social politik 3. Badan legislatif. 4. Badan eksekutif 5. Pejabat- pejabat karir yang membantu pejabat-pejabat eksekutif, pejabat karir ini disebut birokras.

Seorang kepala pemerintahan oleh Pamudji (1992:63) diharapkan dapat berusaha mengembangkan dan menunjukan sifat-sifat dan cirri-ciri Kepemimpinan sehingga dapat menggerakkan dan mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya tanpa ada rasa takut dan tertekan. Seorang kepala daerah (Kepemimpinan Pemerintahan) tidak hanya sebagai seorang kepala yang diangkat dengan surat keputusan saja dan mengandalkan kekeuasaanya belaka, akan tetapi lebih dari pada itu ia sekaligus menjadi pemimpin yang diterima dan diakui oleh masyarakat serta manunggal dengan masyarakat.

Dalam mempelajari dan memahami Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia (KPI) Pamudji (1992:65) menekankan juga tentang pentingnya memperhatikan variabel- variable sebagai berikut :

a. Pemimpin, yaitu seseorang yang menjalankan fungsi kepemimimpinan (leadership).

b. Pengikut, yaitu sekelompok orang yang berkedudukan untuk mengikuti, atau yang berfungsi kepengikutan (followership).

c. Situasi dan kondisi, yaitu keadaan yang melingkungi Kepemimpinan dan kepengikutan tersebut.

Dengan memahami ketiga variabel KPI tersebut dapatlah dikembangkan suatu Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia yang setepat-tepatnya. Misalnya apabila diketahui bahwa para pengikut pada umumnya pendididikannya masih rendah dan berorientasi ke atas (masyarakat panutan), maka diperlukan seorang pemimpin yang dinamis

(12)

dan kreatif serta pandai memberikan contoh dalam sikap dan perbuatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, untuk kemudian ditiru oleh para pengikutnya.

Dalam Kepemimpinan Pemerintahan terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin (kepala daerah) dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Berikut beberapa teknik dalam Kepemimpinan Pemerintahan, yaitu sebagai berikut :

a. Teknik Persuasif, yakni strategi pemimpin pemerintahan dalam rangka membujuk bawahanny untuk bekerja lebih rajin. Bujukan biasanya termasuk ke dalam strategi lunak dan baik maka dilakukan dengan lemah lembut.

b. Teknik Komunikatif, adalah strategi pemimpin pemerintahan dalam memperlancar pekerjaannya, mencapai tujuan melakukan hubungan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu komunikasi, yaitu apa yang diinginkan pemerintah sebagai pemberti pesan sama dengan apa yang diterima bawahan dan masyarakat. Dalam teknik ini bawahan dan masyarakat diperkenanakan untuk bertanya, memberikan masukan, berdialog dalam komunikasi dua arah.

c. Teknik fasilitas, adalah strategi pemimpin pemerintahan yang memberikan fasilitas kepada bawahan atau masyrakatnya untuk memperlancar pekerjaan karena bawahan dan masyarakat tersebut terikat oleh pemberian tersebut.

d. Teknik Motivasi, adalah strategi pemimpin pemerintahan dalam mendorong bawahan dan masyarakat untuk bekerja lebih giat dan rajin dengan berbagai cara, misalnya :

a) Memenuhi kebutuhan fisik bawahan dan masyarakat b) Memberikan rasa aman kepada masyarakat,

c) Memberikan rasa nyaman dalam pergaulan,

d) Memberikan penghormatan yang tepat pada bawahan dan masyarakat

(13)

e) Memenuhi kebutuhan penampilan diri seperti dihargainya kemampuan setiap orang dalam berprestasi,

f) Memberikan keleluasaan pada setiap orang untuk bekerja sesuai dengan kemapuannya,

g) Memberikan pada setiap bawahannya dan masyarakatnya kebebasan untuk menjaga dan menguasai hak miliknya,

h) Memberikan kepada setiap bawahan dan masyarakat kebebasan untuk berkumpul, bersyerikat, berorganisasi, bergaul sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundan-undangan.

i) Memberikan dorongan kepada bawahan dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

e. Teknik Keteladanan, adalah strategi pemimpin pemerintahan dalam memberikan contoh yang baik kepada bawahan dan masyarakatnya.

(Syafi’ie, 2003:41) D. Mewujudkan Good Government

1. Pengertian Good Government

Menurut bahasa Good Government berasal dari dua kata yang diambil dari bahasa inggris yaitu Good yang berarti baik, dan government yang berarti tata pemerintahan. Dari pengertian tersebut good government dapat diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik, atau pengelolaan/

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,

Government adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif (Ganie Rochman, 2000: 142).

Pinto dalam Nisjar (1997: 119) mengatakan bahwa “government” adalah praktik penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintahan secaraumum dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Government adalah proses penyelenggaraan kekuasaannegara dalam melaksanakan penyediaan publik goods and services (Sri Rahayu, Ani. 2013).

(14)

Dengan begitu Good Government dapat didefinisikan sebagai suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik secaraumum.

2. Prinsip-Prinsip Good Governance

Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar pada prinsip-prinsi good government, Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental dalam good government yaitu:

a. Partisipasi

Merupakan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan. Partisipasi aktif masyarakat lebih jauh menggambarkan sejauh mana kepentingan mereka telah terakomodir dengan baik selain melibatkan mereka dalam hal tanggung jawab yang lebih luas.Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pemerintahandisebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam pembangunan. Faktor pendididkan menjadi kunci pentingdalam mendorong kesadaran masyarakat (Labolo, Muhadam. 2012).

b. Penegakan Hukum

Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan kebijakan publik memerlukan system dan aturan-aturan hukum, tanpa di topang olehaturan hukum dan penegaknya secara konsekwen partisipasi publik dapat berubah menjadi tindakan publik yang anarkhis.

c. Transparansi

Merupakan unsur lain yang menopang terwujudnya good government.

Mengutip kesimpulan pakar politik Afan Gaffar ada 8 aspek mekanisme pengelolaan negara secara terbuka yaitu:

a) Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan b) Kekayaan pejabat public

(15)

c) Pemberian penghargaan

d) Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan e) Kesehatan

f) Moralitas pada pejabat dan aparatur pelayan public g) Keamanan dan ketertiban

h) Kebijakan strategis untuk penceraha kehidupan masyarakat d. Responsif

Bahwa pemerintah harus reponsif terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Afan menegaskan bahwa pemerintah harus memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya jangan menunggu keinginannya, tapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan- kebutuhan masyarakat, untuk kemudian melahirkan kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum.

e. Konsensus

Asas ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsensus. Model pengambilan keputusantersebut selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama sehinggga ia akan mempunyai kekuatan memaksa bagi semua komponen yang terlibatuntuk melaksanakan keputussn tersebut.

f. Kesetaraan

Terkait dengan asas konsesus transparansi, good government juga harus didukung dengan asas kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus diperhatkan secara sungguh- sungguh oleh semua penyelenggara pemerintah baik pusat maupun daerah.

(16)

g. Efektifitas dan efisienitas

Merupakan karakteristik good government yang merefleksikan kemampuan peerintah dalam pencapaian tujuan secara tepat guna dan hasil guna. Efektif biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjakau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat, efisien umumnya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhansemua masyarakat.

h. Akuntabilitas

Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingnan mereka.

i. Visi Strategi

Merupakan pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa depan, kualifikasi ini penting dalam kerangka perwujudan good government, karena perubahan dunia dengna kemajuan teknologinya yang begitu cepat. Dengan kata lainkebijakan apapun yang akan diambil saat ini harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh tahun atau dua puluh tahun ke depan.

3. Penerapan Good Government di Indonesia

Di era pemerintahan orde baru, salah satu citra buruk pemerintahan ditandai dengan saratnya KKN telah membuat fase sejarah dalam kehidupan perpolitikan bangsa Indonesia, sebagai kelanjutannya muncullah reformasi. Di antara isu reformasi yang diwacanakan oleh para elit politik adalah good government. Konsep good government secara bertahap menjadi semboyan yang populer di kalangan pemerintahan, swasta dan masyarakat pada umumnya. Sehingga jadilah ide-good government menjadi suatu harapan dan konsep yang diusung oleh semua lapisan masyarakat umum di republik ini. Namun yangmenjadi pertanyaan kita smua, apakah konsep good government sudah dilaksanakan dan dijalankan di negara indonesia ini?

(17)

Untuk menjawab pertanyaan ini dapat ditelusuri dari indikator di bawah ini,seandainya indikator di bawah ini sudah terpenuhi dan tercukupi maka dapat dipastikan bahwa good government sudah terlaksana di indonesia ini. Sebenarnya indikator ini adalah tugas dari domain/lembaga yang pembentuk good government itu sendiri. Indikator tersebut antara lain:

a) Pemerintah

1. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.

2. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.

3. Menyediakan public service yang efektif dan accountable.

4. Menegakkan HAM.

5. Melindungi lingkungan hidup.

6. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.

b) Sektor Swasta (Dunia Usaha) 1. Menjalankan industri

2. Menciptakan lapangan kerja

3. Menyediakan insentif bagi karyawan 4. Meningkatkan standar hidup masyarakat 5. Memelihara lingkungan hidup

6. Menanti Peraturan c) Masyarakat Madani

1. Menjaga agar hak-hak masyarakat terpenuhi 2. Mempengaruhi kebijakan politik

(18)

3. Sebagai sarana check and balances pemerintah

4. Mengawasi penyalahgunaan wewenang sosial pemerintah 5. Mengembangkan SDM

6. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat

(19)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem pemerintahan adalah sekelompok orang-orang yang secara baik dan benar serta indah melakukan suatu kebijakan atau kehendak dalam mengkoordinasikan, mengkomunikasikan serta memimpin hubungan dengan dirinya sendiri atau dengan masyarakat, lembaga negara yang ada dalam tubuh pemerintahan itu sendiri.

Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia adalah suatu jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan di bidang pemerintahan atau kepemimpinan yang dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintahan seperti diantaranya bupati, walikota dan atau gubernur. Objek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dalam hal ini yang mempin adalah pemerintah sedangkan yang dipimpin adalah rakyatnya sendiri, objek materialnya adalah manusia.

Menurut bahasa Good Government berasal dari dua kata yang diambil dari bahasa inggris yaitu Good yang berarti baik, dan government yang berarti tata pemerintahan. Dari pengertian tersebut good government dapat diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik, atau pengelolaan/

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,Government adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif (Ganie Rochman, 2000: 142).

B. SARAN

Kami menyadari bahwasanya penyusunan dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga dalam penyusunanya masih jauh dari kata sempurna . Oleh karena itu dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran dari rekan akan senantiasa penyusun

(20)

terima dalam upaya evaluasi diri dan semoga makalah ini bermanfaat dan dapat membantu rekan-rekan sekalian.

(21)

DAFTAR RUJUKAN

Ermaya, Suradinata. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintah ( Pendekatan Budaya, Moral. Dan Etika). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hakiki, P. 2014. “Sistem Pemerintahan Pada Masa Demokrasi Liberal Tahun 1949-1959”. Jurnal Online Mahasiswa. Vol. 01 (01), 2014.

Kaloh. 2009. Kepemimpinan Kepala Daerah (Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah).

Jakarta: Sinar Grafika.

Labolo, Muhadam. 2012. Memperkuat Pemerintahan, Mencegah Negara Gagal;

Sebuah Ikhtiar Mewujudkan Good Governance dan Negara Kesejahteraan. Jakarta: Kubah Ilmu.

Nisjar S. Karhi. 1997. Beberapa Catatan Tentang ”Good Governance”, Jurnal Administrasi dan Pembangunan, Vo.1, No.2, Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia, Jakarta.

Pamudji. 1992. Kepemimpinan Pemerintah Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Rochman, Meutiah Ganie. 2000. Perubahan Pemerintahan. Good Governance.

Soemantri, H. S. 2003. “Sistem Pemerintahan Republik Indonesia”. Mimbar Hukum, 6 (2003).

Sri Rahayu, Ani. 2013. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn).

Jakarta: Bumi Aksara.

Syafiie, I. K. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

presidensial. Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Namun,

Bahwa secara konstitusional negara Republik Indonesia menganut sistem presidensiil yang berarti bahwa pemegang kendali dan dan penanggung jawab jalannya pemerintahan

Pemerintahan negeeri Belanda menganut sistem monarki konstitusional, dimana pemerintahan didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui raja (atau kaisar) sebagai

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA UUD 1945 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL MERUPAKAN SUATU SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK DIMANA KEKUASAAN ESEKUTIF / PEMERINTAH. YAITU

g) Sistem pemerintahan negara Indonesia menurut UUD NRI 1945 yang diamandemen pada dasarnya masih menganut Sistem Pemerintahan Presidensial dengan bukti bahwa

Penegasan Sistem Pemerintahan Presidensial Pasca Amandemen UUD 1945  Perubahan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;  Pasal 6A ayat 1

Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem pemerintahan desentralisasi karena wilayahnya yang luas dan beragam suku

Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial dan Parlementer pada UUD 1945