CIRI-CIRI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENTIAL DAN PARLEMENTER PADA UUD 1945 LAMA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKn V (Keahlian)
OLEH KELOMPOK 4
VIRA AMELIA ( 17129275) ANNA SHOLEHA ( 17129295) LIDIA RAHAYU ( 17129348) OKTRIA UTARI ( 17129391) ASRATUL HASANAH ( 17129193) ISRA DUMIATI ( 17129340) HANNA AYATUL H ( 17129035) YOLA JAWINDA ( 17129101) TITA TIARA U ( 17129093)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini . Akhir kata ,kami sampaikan terima kaish kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita . Amin.
Padang , Februari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
i
DAFTAR ISI...
ii
BAB I PENDAHULUAN...
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN...
3
A. Pengertian Sistem Pemerintahan
3
B..Sistem Pemerintahan Yang Pernah Berlaku Di Indonesia 3
C..Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Presidential
4
D. Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer
6
E..Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Presidential Pada UUD 1945 Lama 10
F.. Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer Pada UUD 1945 Lama 12
BAB III KESIMPULAN ...
13
A..Kesimpulan 13 B..Saran 14
DAFTAR RUJUKAN...
15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar menempati tata urutan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara. Dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk negara , kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan, berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat, dan bentuk pemerintahan (MPR RI : 2018).
Di awal kemerdekaan PPKI yang berhasil menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara. Namanu dalam pelaksaannya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 saat itu belum optimal karena bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada masa revolusi fisik untuk mempertahankan negara dari rongrongan penjajah yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dalam situasi tersebut, Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka dan masih belajar mempraktekkan penyelenggaraan ketatanegaraan, sangat beralasan apabila sempat terjadi ketidaksesuaian antara pelaksanaan sistem pemerintahan dengan sistem pemerintahan yang diatur dalam konstitusi. Oleh karena itu, pada waktu itu, yang diterapkan sistem pemerintahan Parlementer sementara yang diatur dalam UndangUndang Dasar 1945 adalah sistem pemerintahan Presidensil.
Maka dari paparan diatas, kelompok akan menjelaskan bagaimana ciri-ciri sistem pemeritahan presidential dan parlementer di Indonesia pada masa berlakukanya UUD 1945 lama atau yang belum di Amandemen.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sistem pemerintahan?
2. Apa-apa saja sistem pemerintahan yang pernah berlaku di Indonesia?
3. Bagaimana ciri-ciri sistem pemerintahan presidential?
4. Bagaimana ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer?
5. Bagaimana ciri-ciri sistem pemerintahan presidential pada UUD 1945 lama?
6. Bagaimana ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer pada UUD 1945 lama?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari sistem pemerintahan.
2. Mengetahui sistem pemrintahan yang pernah berlaku di Indonesia.
3. Mengetahui ciri-ciri sistem pemerintahan presidential.
4. Mengetahui ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer.
5. Mengetahui ciri-ciri sistem pemerintahan presidential pada UUD 1945 lama.
6. Mengetahui ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer pada UUD 1945 lama.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu sistem dan pemerintahah. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian, di mana bagian yang satu dengan yang lain saling berkaitan satu sama lain (Marwan : 2004). Akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan memengaruhi keseluruhannya itu (Titik : 2010).
Menurut Saldi (2013) yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah sistem hukum ketatanegaraan, baik yang berbentuk monarki ataupun republik, yang mengenai hubungan antara pemerintah dan badan yang mewakili rakyat.
Jadi, Sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga Negara atau tiga poros kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sistem pemerintahan berkaitan dengan mekanisme yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Menurut Noviati (2016) secara garis besar, sistem pemerintahan dibedakan dalam dua macam, yaitu sistem pemerintahan presidensiil dan sistem pemerintahan parlementer.
B. Sistem Pemerintahan Yang Pernah Berlaku Di Indonesia
Menurut Santoso (2017) dan MPR (2018) dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :
1. Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan Presidensial dengan UUD 1945 sebagai konstitusinya.
2. Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu, dimana konstitusi yang berlaku adalah konstitusi RIS.
3. Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi liberal dengan UUD Sementara sebagai konstitusinya.
4. Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial secara demokrasi terpimpin dengan UUD 1945 sebagai konstitusinya..
5. Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial dengan UUD 1945 sebagai konstitusinya.
6. Tahun 1999-sekarang (Reformasi), Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial dengan UUD 1945 hasil amandemen sebagai konstitusinya.
C. Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Presidential
Sistem presidential merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Dalam sistem ini, badan eksekutif tidak bergantung pada badan legislatif. Kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif. Keberadaan sistem presidensil dinilai Asshiddiqie (2012) ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah bahwa sistem presidensiil lebih menjamin stabilitas pemerintahan, sedangkan kekurangannya, sistem ini cenderung menempatkan eksekutif sebagai bagian kekuasaan yang sangat berpengaruh karena kekuasaan cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan konstitusional untuk mengurangi dampak negatif atau kelemahan yang dibawa sejak lahir oleh sistem ini (Abdul Ghofar : 2009).
Menurut Mahfud M.D ciri sistem pemerintahan presidensil, diantaranya:
1. Kepala Negara juga menjadi kepala pemerintahan 2. Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen
Sistem presidential menurut Asshidiqie (2011) ada sembilan karakter sistem pemerintahan presidensial sebagai berikut:
1. Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan legisatif.
2. Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak terbagi dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja.
3. Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara adalah sekaligus kepala pemerintahan.
4. Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan yang bertanggungjawab kepadanya.
5. Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula sebaliknya.
6. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen
7. Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen, maka dalam sistem presidensil berlaku prinsip supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan eksekutif bertanggungjawab pada konstitusi.
8. Eksekutif bertanggungjawab langsung pada rakyat yang berdaulat.
9. Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer yag terpusat pada parlemen
Menurut Syafi’i (2001) Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, yaitu:
1. Didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan (separation of power).
2. Eksekutif tidak memiliki kekuasaan untuk membubarkan parlemen maupun ia (eksekutif) harus berhenti ketika kehilangan dukungan dari mayoritas anggota parlemen.
3. Tidak ada hubungan saling bertanggung jawab antara presiden dan kabinetnya kepada parlemen, kabinet secara keseluruhan bertanggung jawab kepada presiden (chief executive).
4. Eksekutif dipilih oleh para pemilih (para pemilih dimaksudkan adalah rakyat yang melakukan pemilihan secara langsung atau pemilihan secara tidak langsung melalui dewan pemilih (electoral college).
Menurut Douglas V. Verney (dalam Fatmawati : 2015) mengemukakan prinsip-prinsip dasar dalam sistem pemerintahan presidential adalah:
1. Majelis tetap sebagai majelis saja.
2. Eksekutif tidak dibagi tetapi hanya ada seorang Presiden yang dipilih oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu pada saat majelis dipilih.
3. Kepala pemerintahan adalah kepala negara.
4. Presiden mengangkat kepala departemen yang merupakan bawahannya.
5. Presiden adalah eksekutif tunggal.
6. Anggota majelis tidak boleh menduduki jabatan pemeritahan dan sebaliknya.
7. Eksekutif bertanggungjawab terhadap konstitusi.
8. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa majelis.
9. Majelis berkedudukan lebih tinggi dari bagian-bagian pemerintahan lain dan tidak ada peleburan bagian eksekutif dan legislative seperti dalam sebuah parlemen.
10. Eksekutif bertanggungjawab kepada pemilih.
11. Tidak ada fokus kekuasaan dalam sistem politik.
D. Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem pemerintahan parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan dimana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam sistem ini, parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri, demikian juga parlemen dapat menjatuhkan pemerintahan yaitu dengan mengeluarkan mosi tidak percaya (Abdul Ghofar dalam Noviati : 2016)
Dalam sistem parlementer, jabatan kepala pemerintahan dan kepala negara
Sedangkan Jerman merupakan negara republik yang menggunakan sistem parlementer dengan sebutan kanselir. Bahkan, di Jerman, India dan Singapura perdana menteri justru lebih penting dan lebih besar kekuasaannya daripada presiden. Prsiden India, Jerman dan singapura hanya berfungsi sebagai simbol dalam urusan-urusan yang bersifat seremonial.
Sistem parlementer mempunyai kriteria adanya hubungan antara legislatif dengan eksekutif, dimana satu dengan yang lain dapat saling mempengaruhi.
Pengertian mempengaruhi di sini adalah bahwa salah satu pihak mempunyai kemampuan kekuasaan (Power Capacity) untuk menjatuhkan pihak lain dari jabatannya. Alan R. Ball dalam (Mariana, Paskalina, & Yuningsih, 2007) menamakan sistem pemerintahan parlementer ini dengan sebutan the parliamentary types of government dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kepala negara hanya mempunyai kekuasaan nominal. Hal ini berarti bahwa kepala negara hanya merupakan lambang / simbol yang hanya mempunyai tugas-tugas yang bersifat formal, sehingga pengaruh politiknya terhadap kehidupan negara sangatlah kecil.
2. Pemegang kekuasaan eksekutif yang sebenarnya/ nyata adalah perdana menteri bersama-sama kabinetnya yang dibentuk melalui lembaga legislatif/ parlemen; dengan demikian kabinet sebagai pemegang kekuasaan eksekutif riil harus bertanggung jawab kepada badan legislatif/parlemen dan harus meletakkan jabatannya bila parlemen tidak mendukungnya.
3. Badan legislatif dipilih untuk bermacam-macam periode yang saat pemilihannya ditetapkan oleh kepala negara atas saran dari perdana menteri.
Menurut Abdul Ghofar (dalam Noviati : 2016) ada beberapa karakteristik sistem pemerintahan parlementer diantaranya:
1. Peran kepala Negara hanya bersifat simbolis dan seremonial serat mempunyai pengaruh politik yang sangat terbatas, meskipun kepala
2. Cabang kekuasaan eksekutif dipimpin seorang perdana menteri atau kanselir yang dibantu oleh kabinet yang dapat dipilih dan diberhentikan oleh parlemen
3. Parlemen dipilih melalui pemilu yang waktunya bervariasi, dimana ditentukan oleh kepala negara berdasarkan masukan dari perdana menteri atau kanselir
Douglas V. Verney (dalam Fatmawati : 2015) mengemukakan prinsip-prinsip dasar dalam sistem pemerintahan parlementer yakni;
1. Majelis menjadi Parlemen.
2. Eksekutif dibagi ke dalam dua bagian.
3. Kepala Negara mengangkat Kepala Pemerintahan.
4. Kepala Pemerintahan mengangkat menteri.
5. Kementrian (pemerintah) adalah badan kolektif.
6. Menteri biasanya merupakan anggota parlemen.
7. Pemerintah bertanggung jawah secara politik kepada majelis.
8. Kepala Pemerintahan dapat memberikan pendapat kepada Kepala Negara untuk membubarkan Parlemen.
9. Parlemen sebagai suatu kesatuan memiliki supremasi atas kedudukan yang lebih tinggi dari bagian-bagiannya pemerintah dan pemerintah. tetapi mereka tidak saling menguasai.
10. Parlemen adalahfokus kekuasaan dalam sistem politik.
Ciri ciri sistem pemerintahan parlementer Menurut Husnul Abdi (dalam Liputan 6) :
1. Presiden Sebagai Kepala Negara, Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan
Ciri ciri sistem pemerintahan parlementer yang pertama adalah presiden
pemerintahan sepenuhnya berada di tangan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Hak Prerogatif Dimiliki Perdana Menteri
Hak prerogatif perdana menteri adalah hak istimewa yang dimiliki seorang perdana menteri mengenai hukum dan undang-undang diluar kekuasaan badan perwakilan. Pada sistem parlementer, perdana menteri memiliki hak prerogatif untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat atau menteri yang memimpin departemen dan non departemen.
3. Menteri Bertanggungjawab pada Legislatif
Menteri bertanggung jawab pada legislatif merupakan salah satu ciri ciri sistem pemerintahan parlementer. Kebijakan seorang menteri selain harus melalui izin dari lembaga legislatif juga harus dipertanggung jawabkan kepada pihak legislatif. Hal inilah terkadang menimbulkan semacam kesenjangan kekuasaan dimana berkurangnya penghargaan kinerja dari kedua lembaga tersebut. Bahkan dapat terjadi silang pendapat dan saling melempar tanggung jawab. Akibatnya, rakyat yang menanggung risikonya dengan berlama-lama menunggu keputusan keduanya.
4. Eksekutif Bertanggung jawab pada Legislatif
Lembaga eksekutif bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya kepada legislatif atau parlemen. Pelaporan dan semua kewenangan atas keputusan harus melalui legislatif terlebih dulu. Jika hal yang hendak dijalankan tidak mendapatkan izin dari legislatif maka mutlak harus dijalankan sesuai perintah parlemen.
5. Kekuasaan Eksekutif dapat Diturunkan Legislatif
Pejabat dan menteri maupun presiden dalam sistem pemerintahan parlementer tidak memiliki kewenangan apapun dalam hal jabatan. Salah satu ciri ciri sistem pemerintahan parlementer ini dapat diartikan bahwa jabatan-jabatan tersebut dapat dengan mudah digeser atau dijatuhkan
hanya dengan keputusan rapat parlemen yang bertindak sebagai lembaga legislatif.
6. Eksekutif Ditunjuk oleh Legislatif
Eksekutif yang bertindak membantu kerja presiden dalam tata pemerintahan ditunjuk berdasarkan keputusan legislatif. Parlemen yang berwenang menentukan siapa yang berhak menduduki jabatan di lembaga eksekutif presiden. Presiden sendiri dipilih berdasarkan seleksi menurut undang-undang yang berlaku di negara tersebut.
E. Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Presidential Pada UUD 1945 Lama
Indonesia pada awal kemerdekaan menganut sistem presidensial, namun dalam perjalannya tidak konsisten menganut sistem tersebut, tetapi pada akhir tahun 1945 telah bergeser pada sistem parlementer, terlebih dengan berlakunya konstitusi RIS dan UUDS, baru setelah dekrit presiden mulai kembali pada presidensial. Saat setelah reformasi kita mendapatkan penegasan itu dalam kesepakatan dasar MPR tentang arah perubahan UUD 1945 untuk mempertahankan sistem pemerintahan presidensial, namun tidak ada penegasan secara resmi dalam konstitusi, akan tetapi ciri-ciri sistem presidensial yang telah dikemukaan sebelumnya, dapat ditemukan dalam UUD 1945 sebelum perubahan, antara lain :
1. Presiden R.I. memegang kekuasaan Pemerintahan menurut UUD. (Pasal 4 ayat 1).
2. Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil Presiden (Pasal 4 ayat 2).
3. Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima
5. Presiden dibantU oleh Menteri-menteri Negara (Pasal 17 ayat 1).
6. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 ayat 2)
7. Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat 2). dan dalam kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti UU (Pasal 21 ayat 2).
8. Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR (Penjelasan Umum UUD 1945 Sebelum Amandemen butir kelima).
9. Menteri Negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR (Penjelasan Umum UUD 1945 Sebelum Amandemen butir keenam).
10. Kedudukan DPR adalah kuat dan tidak dapat dibubarkan oleh presiden (Penjelasan Umum UUD 1945 Sebelum Amandemen butir kedelapan).
Sedangkan menurut (Manan, 1999:59) “sistem presidensil di Indonesia sebelum amandemen UUD 1945, mempunyai ciri-ciri yang hampir mirip dengan sistem di Amerika Serikat dengan beberapa ciri khusus, yaitu:
1. Presiden RI dipilih oleh badan perwakilan rakyat (MPR).
2. Presiden RI tunduk dan bertanggung jawab kepada badan perwakil- an rakyat (MPR), tetapi tidak tunduk dan bertanggung jawab kepada DPR. Selain itu, Presiden RI dapat diberhentikan oleh MPR.
3. Presiden RI dapat dipilih kembali tanpa batas setiap 5 tahun sekali.
4. Presiden RI bersama-sama DPR menjalankan kekuasaan membentuk undang-undang.
Meskipun demikian, sistem Presidensil Pemerintahan RI berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945 pra amandemen sifatnya tidak murni. Hal ini disebabkan karena sistem tersebut bercampur baur dengan elemen-elemen sistem parlementer. Percampuran itu antara lain tercermin dalam konsep pertanggungjawaban presiden kepada MPR yang termasuk ke dalam pengertian lembaga parlemen, dengan kemungkinan pemberian kewenangan kepadanya untuk memberhentikan Presiden dari jabatanya. (Aritonang, 2003).
F. Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer Pada UUD 1945 Lama
Pertanggungjawaban Presiden kepada MPR justru merupakan elemen sistem parlementer yang nyata dalam kerangka sistem pemerintahan yang dinisbatkan sebagai sistem presidensil berdasarkan UUD 1945.
Ciri-ciri sistem parlementer yang telah dikemukaan sebelumnya, dapat ditemukan dalam UUD 1945 sebelum perubahan, antara lain :
1. Presiden dan Wakil Prersiden dipilih oleh MPR dengan suara yang terbanyak (Pasal 6 ayat 2).
2. MPR menetapkan UUD, menyusun kebijakan yang tertinggi (GBHN), Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR, ia wajib menjalankan putusan-plltllsan MPR (Penjelasan Umum UUD 1945 Butir Ketiga).
3. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR Penjelasan Umum UUD 1945 Butir Keempat).
4. Tiap UU menghendaki persetujuan DPR (Pasal 20 Ayat 1).
5. Jika sesuatu RUU (Rancangan Undang-Undang) tidak mendapat persetujuan DPR, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu (Pasal 20 Ayat 2).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk negara , kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan, berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat, dan bentuk pemerintahan. Sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga Negara atau tiga poros kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sistem pemerintahan berkaitan dengan mekanisme yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan tugasnya.
Sistem presidential merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Dalam sistem ini, badan eksekutif tidak bergantung pada badan legislatif. Sistem pemerintahan parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan dimana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam sistem ini, parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri, demikian juga parlemen dapat menjatuhkan pemerintahan yaitu dengan mengeluarkan mosi tidak percaya.
Sistem Presidensil pemerintahan RI berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945 pra amandemen sifatnya tidak murni. Hal ini disebabkan karena sistem tersebut bercampur baur dengan elemen-elemen sistem parlementer.
Percampuran itu antara lain tercermin dalam konsep pertanggungjawaban presiden kepada MPR yang termasuk ke dalam pengertian lembaga parlemen, dengan kemungkinan pemberian kewenangan kepadanya untuk memberhentikan Presiden dari jabatanya.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber–sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar rujukan.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Ghofar. 2009. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia, Setelah Perubahan Dengan Delapan Negara Maju. Jakarta; Kencana Perdana Media.
Aritonang, D. M. 2003. PENERAPAN SISTEM PRESIDENSIL DI INDONESIA PASCA AMANDEMEN UUD 1945. 14–18.
Asshiddiqie, Jimly. 2012. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.
Jakarta: Sinar Grafika
Asshidiqie, Jimly. 2011. Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta:
Sinar Grafika.
Fatmawati, F. 2005. ANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DALAM UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PRA DAN PASCA PERUBAHAN, SERTA PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK KETATANEGARAAN. Jurnal Hukum & Pembangunan, 35(3), 288-313.
Mahfud M.D. 2009. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta:
Rajawali Press
Manan, Bagir. 1999. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: Gama Media.
Marwan Mas. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
MPR RI. 2018. Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI
Noviati, C. E. 2016. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jurnal Konstitusi, 10(2), 333-354.
Saldi Isra. 2013. Pergeseran Fungsi Legislasi. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Santoso, Davin. 2017. Sistem Pemerintahan Indonesia.
https://www.kompasiana.com/davinchristian/5a1179f79346082391ed442/si stem-pemerintahan-indonesia?page=all, diakses pada 8 Februari 2020.
Syafi’i, Inu Kencana. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: Refika.
Titik Triwulan Tutik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: Kencana.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.